Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA 2

(Hukum Ketenagakerjaan dan Etika Bisnis)


Dosen Pengampu : Muger Apriansyah, S.IP, MM

Disusun oleh :

Muhammad Fakhri Ilyas (2016054207)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS PAMULANG
2018

Jalan Surya Kencana No. 1, Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15417 Telp: (021)
7412566 - Fax: (021) 7412566 http://my.unpam.ac.id/
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 . Pengertian Hukum Ketenagakerjaan.................................................. 3
2.2. Tujuan Hukum Ketenagakerjaan ....................................................... 4
2.3. Fungsi Hukum Ketenagakerjaan ........................................................ 4
2.4. Sumber Hukum Ketenagakerjaan ...................................................... 5
2.5. Pendekatan Ketenagakerjaan ............................................................. 6
2.6. Sanksi Pelanggaran ............................................................................ 8
2.7. Etika Bisnis di Indonesia ................................................................. 8
BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan ...................................................................................... 9
3.2. Saran ................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia 2 yang diberi judul “ Hukum
Ketenagakerjaan dan Etika Bisnis”

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini kami mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.Kami menyadari bahwa
dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun
cara penulisannya. Namun demikian, Kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami
sangat membutuhkan masukan,saran dan usul guna menjadikan makalah ini agar lebih baik
lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca

Pamulang, Mei 2018

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Masalah ketenagakerjaan adalah salah satu masalah pokok yang harus
dihadapi oleh negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia. Jumlah
penduduk yang terus meningkat tanpa diikuti pertambahan lapangan pekerjaan
selalu menjadi pemicu menjamurnya pengangguran. Indonesia memiliki jumlah
penduduk sebesar 225 juta jiwa, menjadikan negara ini negara dengan penduduk
terpadat ke-4 di dunia. Pulau Jawa merupakan salah satu daerah terpadat di dunia,
dengan lebih dari 107 juta jiwa tinggal di daerah dengan luas sebesar New York.
Indonesia memiliki budaya dan bahasa yang berhubungan namun berbeda.
Sedangkan asas ketenagakerjaan yang digunakan menurut Abdussalam
adalah asas keterpaduan dengan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral
pusat dan daerah, sedangkan asas pembangunan ketenagakerjaan pada dasarnya
sesuai dengan asas pembangunan nasional. Pembangunan ketenagakerjaan
mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan dengan berbagai pihak yaitu antara
pemerintah, pengusaha dan pekerja atau buruh, oleh sebab itu pembangunan
ketenagakerjaan dilaksanakan secara terpadu dalam bentuk kerjasama yang saling
mendukung. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang No.3 Tahun 2003 Pasal
3 tentang ketenagakerjaan yang memuat adanya pelaksanaan pembangunan
ketenagakerjaan dapat terwujud dengan melibatkan peranan pemerintah,
pengusaha dan pekerja atau buruh.
Sedangkan, perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang
penting demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan
merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang.
Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik
adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral.
Perilaku yang baik, juga dalam konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai
dengan nilai-nilai moral.
Bisnis juga terikat dengan hukum. Dalam praktek hukum, banyak masalah
timbul dalam hubungan dengan bisnis, baik pada taraf nasional maupun taraf
internasional. Walaupun terdapat hubungan erat antara norma hukum dan norma
etika, namun dua macam hal itu tidak sama. Ketinggalan hukum, dibandingkan
dengan etika, tidak terbatas pada masalah-masalah baru, misalnya, disebabkan
perkembangan teknologi. Selain untuk menguasai pasar, terdapat faktor lain yang
juga mempengaruhi para pebisnis untuk melakukan pelanggaran etika bisnis,
antara lain untuk memperluas pangsa pasar, serta mendapatkan banyak
keuntungan. Ketiga faktor tersebut merupakan alasan yang umum untuk para
pebisnis melakukan pelanggaran etika dengan berbagai cara.

1
1.2. RumusanMasalah
1. Pengertiandarihukumketenagakerjaandanetikabisnis
2. Bagaimanakahhukumketenagakerjaan di Indonesia
3. Factor yang mempengaruhietikabisnis
4. Fungsietikabisnis di dalamketenagakerjaan

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah yang utama ialah untuk memenuhi kriteria
tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia 2 dan untuk memberikan
informasi tentang “HUKUM KETENAGAKERJAAN DAN ETIKA BISNIS”.
Semoga bermanfaat bagi pembaca.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hukum Ketenagakerjaan


Banyak rumusan Hukum Perburuhan/Hukum Ketenagakerjaan diberikan
oleh para ahli hukum, maupun pendapat yang satu dan yang lainnya berlainan
bunyinya. Rumusan diberikan antara lain dari :
1. MOLENAAR
Hukum perburuhan/ARBEIDSRECHT adalah bagian dari hukum yang berlaku,
yang pada pokoknya mengatur hubungan antara buruh dengan majikan, antara
buruh dengan buruh dan antara buruh dengan penguasa. Pada pengertian tersebut
hendaklah dibatasi pada hukum yang bersangkutan dengan orang-orang yang
bekerja berdasarkan perjanjian kerja/bekerja pada orang lain.
2. M.G. LEVENBACH
Hukum Perburuhan adalah hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja, di
mana pekerjaan tersebut dilakukan di bawah pimpinan dan dengan keadaan
penghidupan yang bersangkut paut dengan hubungan kerja.
Dalam pengertian tersebut hubungan kerja tidak hanya mengatur mereka yang
terikat pada hubungan kerja saja, melainkan termasuk juga peraturan mengenai
persiapan bagi hubungan kerja. Contoh : peraturan untuk magang.
3. VAN ESVELD
Hukum Perburuhan tidak membatasi hubungan kerja dimana pekerjaan dilakukan
di bawah pimpinan saja, tetapi juga meliputi pekerjaan yang dilakukan oleh swa
pekerja yang melakukan pekerjaan atas tanggung jawab dan resiko sendiri.
4. MOK
Hukum Perburuhan adalah hukum yang berkenaan dengan pekerjaan yang
dilakukan di bawah pimpinan orang lain dan dengan keadaan penghidupan yang
langsung bergandenngan dengan pekerjaan itu.

5. Prof. IMAN SOEPOMO


Hukum Perburuhan adalah himpunan peraturan baik tertulis maupun tidak, yang
berkenaan dengan kejadian di mana seseorang bekerja pada orang lain dengan
menerima upah.
Himpunan peraturan tersebut hendaknya jangan diartikan seolah-olah peraturan
perburuhan telah lengkap dan telah dihimpun secara sistematis dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perburuhan Peraturan yang tertulis seperti : Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah dan lain-lainya tentu tidak akan fleksibel dalam
setiap waktu. Sehubungan dengan itu banyak ketentuan tentang perburuhan harus
ditemukan dalam aturan yang tidak tertulis yang berbentuk kebiasaan. Peraturan-
peraturan itu baik dalam arti formil maupun materiil ada yang ditetapkan oleh
penguasa dari pusat yang sifatnya heteronoom dan ada pula yang timbul di dunia
perburuhan sendiri ditetapkan oleh buruh dan majikan atau ditetapkan oleh
majikan sendiri yang sifatnya otonoom.

3
2.2. Tujuan Hukum Ketenagakerjaan
Dalam Pasal 4 UU No. 13/2003 UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa
tujuan Pengeturan ketenagakerjaan adalah untuk:
 Memberdayakan & mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi
 Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja
sesuai denga kebutuhan pembangunan nasional dan daerah
 Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan
 Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluargan

2.3. Fungsi Hukum Ketenagakerjaan


Pada dasarnya fungsi Hukum Ketenagakerjaan yaitu mengatur hubungan
yang serasi antara semua pihak yang berhubungan dengan proses produksi barang
maupun jasa, dan mengatur perlindungan tenaga kerja yang bersifat memaksa.
Menurut Prof. Mochtar Kusumaatmadja, fungsi hukum itu adalah sebagai
sarana pembaharuan masyarakat. Dalam rangka pembangunan, yang dimaksud
dengan sara pembaharuan itu adalah sebagai penyalur arah kegiatan manusia
kearah yang diharapkan oleh pembangunan.
Sebagaimana halnya dengan hukum yang lain, hukum ketanagakerjaan
mempunyai fungsi sebagai sarana pembaharuan masyarakat yang mnyalurkan
arah kegiatan manusia kea rah yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
pembangunan ketenagakerjaan.
Pembangunan ketenagakerjaan sebagai salah satu upaya dalam
mewujudkan pembangunan nasional diarahkan untuk mengatur, membina dan
mengawasi segala kegiatan yang berhubungan dengan tenaga kerja sehingga dapat
terpelihara adanya ketertiban untuk mencapai keadilan. Pengaturan, pembinaan,
dan pengawasan yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
di bidang ketenagakerjaan itu harus memadai dan sesuai dengan laju
perkembangan pembangunan yang semakin pesat sehingga dapat mengantisipasi
tuntutan perencanaan tenaga kerja, pembinaan hubungan industrial dan
peningkatan perlindungan tenaga kerja.
Sebagaimana menurut fungsinya sebagai sarana pembaharuan, hukum
ketenagakerjaan merubah pula cara berfikir masyarakat yang kuno kearah cara
berfikir yang modern yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh pembangunan
sehingga hukum ketenagakerjaan dapat berfungsi sebagai sarana yang dapat
membebaskan tenaga kerja dari perbudakan, peruluran, perhambaan, kerja paksa
dan punale sanksi, membebaskan tenaga kerja dari kehilangan pekerjaan,
memberikan kedudukan hukum yang seimbang dan kedudukan ekonomis yang
layak kepada tenaga kerja.

4
2.4. Sumber Hukum Ketenagakerjaan

a). UNDANG – UNDANG : Undang-undang yang dipergunakan sebagai


Pedoman dalam Hukum Tenaga Kerja adalah

1. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan


2. Undang-Undang No.02 Tahun 2004. : Tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial
3. Undang-Undang No.21 Tahun 2003. Tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan
4. Undang-Undang No. 39 Tahun 2004. Tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
5. Undang-Undang No. 1 TAHUN 2000 Tentang Pengesahan ILO
CONVENTION NO. 182 CONCERNING THE PROHIBITION AND
IMMEDIATE ACTION FOR THE ELIMINATION OF THE WORST
FORMS OF CHILD LABOUR (KONVENSI ILO NO. 182 MENGENAI
PELARANGAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN
BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK)
6. Undang-Undang No. 19 TAHUN 1999 Tentang Pengesahan ILO
CONVENTION NO. 105 CONCERNING THE ABOLITION OF
FORCED LABOUR (KONVENSI ILO MENGENAI PENGHAPUSAN
KERJA PAKSA)
7. Undang-Undang No. 03 Tahun 1992 : Tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja.
8. Undang-undang No. 01 Tahun 1970 : Tentang Keselamatan Kerja.

b). KEBIASAAN

Kebiasaan dalam hal ini adalah kebiasaan yang terjadi antara pekerja
dan pemberi kerja yang dilakukan berulang-ulang dan diterima masyarakat
(para pihak baik pekerja maupun pemberi kerja), Contoh : Perkerutan Pegawai
tanpa pelatihan terstruktur (usaha kecil dan menengah)

c). YURISPRUDENSI / Putusan

Semenjak diberlakukannya Undang-Undang No. 02 Tahun 2004. :


Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial maka putusan
Pengadilan Hubungan Industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
(in kracht) akan menjadi dasar hukum bagi hakim untuk memutus perkara
serupa.

d). TRAKTAT/PERJANJIAN

Kaitannya dengan masalah perburuhan, perjanjian yang merupakan


sumber hukum tenaga kerja ialah perjanjian kerja.perjanjian kerja

5
mempunyai sifat kekuatan hukum mengikat dan berlaku seperti undang-
undang pada pihak yang membuatnya.

a. Sumber Hukum materiil (tempat dari mana materi hukum itu diambil)
Yang dimaksud dengan sumber hukum materiil atau lazim disebut sumber
isi hukum (karena sumber yang menentukan isi hukum) ialah kesadaran hukum
masyarakat yakni kesadaran hukum yang ada dalam masyarakat mengenai sesuatu
yang seyogyanya atau seharusnya. Soedikno Mertokusumo menyatakan bahwa
sumber hukum materiil merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum.
Sumber Hukum Materiil Hukum Ketenagakerjaan ialah Pancasila sebagai sumber
dari segala sumber hukum dimana setiap pembentukan peraturan perundang-
undangan bidang ketenagakerjaan harus merupakan pengejawantahan dari nilai-
nilai Pancasila.

b. Sumber Hukum formil (tempat atau sumber dari mana suatu peraturan
itu memperoleh kekuatan hukum).
Sumber hukum formil merupakan tempat atau sumber dimana suatu
peraturan memperoleh kekuatan hukum. Sumber formil hukum ketenagakerjaan
yaitu :

1. Peraturan perundang-undangan,
2. Peraturan lainnya, seperti Instruksi Presiden; Keputusan Menteri;
Peraturan Menteri; Surat Edaran Menteri; Keputusan Dirjen; dsb,
3. Kebiasaan,
4. Putusan,
5. Perjanjian, baik perjanjian kerja atau peraturan perusahaan

2.5. Pendekatan Ketenagakerjaan


Menurut Guruge pandekatan ini bertujuan mengarahkan kegiatan
pendidikan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja
(man power atau person power). Pendekatan ini mengutamakan pada keterkaitan
lulusan system pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga kerja pada berbagai
sector pembangunan. Tekananya adalah relevansi program pendidikan dalam
berbagai sector pembangunan dilihat dari pemenuhan ketenagaan. Dalam
pendekatan ketenagakerjaan ini kegiatan-kegiatan pendidikan diarahkan kepada
usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja. Pada tahap
permulaan pembangunan tentu saja memerlukan banyak tenaga kerja dari segala
tingkatan dan dalam berbagai jenis keahlian.
Dalam keadaan seperti ini kebanyakan negara mengharapkan supaya
pendidikan mempersiapkan dan menghasilkan tenaga kerja yang terampil untuk
pembangunan dalam sektor pertanian, perdagangan, industri, dan lain sebagainya
dan juga untuk calon pemimpin yang cerdas dalam profesinya. Untuk itu
perencana pendidikan harus mencoba membuat perkiraan jumlah dan kualitas
tenaga kerja yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan pembangunan nasional dalam
hal ini perencana pendidikan dapat meyakinkan bahwa penyediaan fasilitas dan

6
pengarahan arus murid benar-benar di dasarkan atas perkiraan kebutuhan tenaga
kerja tadi
Pendekatan ketenagakerjaan ini sering dipergunakan oleh negara-negara
yang sedang berkembang ataupun negara yang teknologinya maju dimana setiap
waktu dibutuhkan jenis keahlian baru. Ahli-ahli teknologi modern dengan
menciptakan teori dan sistem yang baru, dengan sendirinya mendorong teknologi
untuk berkembang secara pesat dan hal ini menyebabkan pula timulnya kebutuhan
akan tenaga ahli dari jenis yang baru untuk menangani dan mengelolanya.
Pendekatan ini mendesain perencanaan pendidikan dikaitkan dengan
pengembangan tenaga manusia melalui pendidikan, guna memenuhi tuntutan
kebutuhan sektor perekonomian.Pendekatan ini memprioritaskan perencanaan
pendidikan pada peningkatan/pengembangan pendidikan yang lebih tinggi
(universitas), karena berhubungan langsung dengan penyediaan tenaga kerja yang
dibutuhkan oleh sektor perekonomian.Sementara pendidikan di tingkat dasar
kurang diperhatikan karena tidak menyediakan tenaga kerja secara langsung,
kalaupun ada hanya tenaga kerja yang berlevel rendah.
Dalam perencanaan ketenagakerjaan ini dilakukan perkiraan-perkiraan
terhadap kebutuhan tenaga kerja untuk sektor-sektor perekonomian.Pendekatan
ini dapat dilakukan di level nasional, lokal maupun di dalam suatu lingkungan
industri.Pada tingkat lokal akan memberikan dampak pada kebijakan dan
pengembangan program pengembangan SDM. Pendekatan ini banyak digunakan
untuk menentukan jenis dan program pelatihan yang dipersyaratkan bagi tenaga
kerja, dan perbandingan manfaat-biaya (cost-benefit) analysis) yang dapat
dijadikan alternatif program pelatihan bagi tenaga kerja.

Kelemahan

1. Peranan yang terbatas terhadap perencanaan pendidikan (misalnya


mengabaikan SD karena tidak langsung menyentuh dunia kerja, padahal
tenaga-tenaga semi-skilled dan unskilled tetap dibutuhkan.
2. Menggunakan klasifikasi dan rasio manpower yang didasarkan atas
keadaan masyarakat yang telah mencapai taraf ekonomi industri
3. Prakiraan (forecasting) yang tidak dapat dipercaya mengenai kebutuhan
manpower bagi perencanaan pendidikan karena ketidakpastian ekonomi
dan teknologi
4. Apabila pendekatan-pendekatan akan pendidikan adalah proses jangka
lama yang menghendaki ketelitian dan kecermatan. secara murni
dilaksanakan maka kesukarannya adalah dalam pengembangan program
yang relevan itu. Jenis kerja, persyaratan kerja, klasifikasi kerja, tingkat
kerja amat tidak pasti dan perubahannya amat cepat.

Konsep pendekatan ketenagakerjaan adalah pendekatan yang


mengutamakan keterkaitan lulusan dengan tuntutan kebutuhan tenaga
kerja.Apabila dikaji dari semakin membengkaknya angka pengangguran,
maka keperluan untuk mempertemukan antara dunia pendidikan dengan
dunia kerja semakin mendesak.

7
2.6. Sanksi Pelanggaran

Sanksi Pelanggaran Yang Akan Diterima Jika Perusahaan Tidak


Menerapkan Etika Didalam Bisnisnya
Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis.
Untuk meraih keuntungan, yang sebagaimana terdapat dalam Pasal 22 yang
berbunyi “Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur
dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat”. Pasal ini menjelaskan tentang Tender adalah
tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan
barang-barang, atau untuk menyediakan jasa. Dan unsur dari bersekongkol itu
sendiri adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih, secara terang-terangan
maupun diam-diam melakukan tindakan penyesuaian dokumen dengan peserta
lainnya, membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan, menciptakan
persaingan semu, menyetujui dan atau memfasilitasi terjadinya persekongkolan,
tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun mengetahui atau sepatutnya
mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mengatur dalam rangka
memenangkan peserta tender tertentu, pemberian kesempatan eksklusif oleh
penyelenggara tender atau pihak terkait secara langsung maupun tidak langsung
kepada pelaku usaha yang mengikuti tender, dengan cara melawan hukum.

2.7. Etika Bisnis di Indonesia


Di Indonesia, etika bisnis merupakan sesuatu yang lama tetapi sekaligus baru.
Sebagai sesuatu yang bukan baru, etika bisnis eksis bersamaan dengan hadirnya
bisnis dalam masyarakat Indonesia, artinya usia etika bisnis sama dengan usia
bisnis yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia.
Dalam memproduksi sesuatu kemudian memasarkannya, masyarakat
Indonesia tempo dulu juga telah berpatok pada pertimbangan-pertimbangan
untung dan rugi.Namun dengan ciri khas masyarakat Indonesia yang cinta damai,
maka masyarakat Indonesia termotivasi untuk menghindari konflik-konflik
kepentingan termasuk dalam dunia bisnis.
Secara normatif, etika bisnis di Indonesia baru mulai diberi tempat khusus
semenjak diberlakukannya UUD 1945, khususnya pasal 33.Satu hal yang relevan
dari pasal 33 UUD 45 ini adalah pesan moral dan amanat etis bahwa
pembangunan ekonomi negara RI semata-mata demi kesejahteraan seluruh rakyat
Indonesia yang merupakan subyek atau pemilik negeri ini. Jadi pembangunan
ekonomi Indonesia sama sekali tidak diperuntukkan bagi segelintir orang untuk
memperkaya diri atau untuk kelompok orang tertentu saja yang kebetulan tengah
berposisi strategis melainkan demi seluruh rakyat Indonesia. Dua hal penting yang
menjadi hambatan bagi perkembangan etika bisnis di Indonesia adalah budaya
masyarakat Indonesia dan kondisi sosial-politik di Indonesia.

8
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, hukum
ketenagakerjaan adalah suatu peraturan yang mengatur antara pekerja dan
penyedia lapangan pekerjaan sesuai dengan kesepakatan untuk kebaikan dan
kelancaran kinerja masing-masing pekerja. Tujuan hukum ketenagakeraan adalah
untuk menyejahterakan pekerja, serta memberi kompensasi yang sesuai dengan
hal yang dikerjakan.
Sedangkan, etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis,
yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan,
industri dan juga masyarakat.Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita
menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak
tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Seseorang yang melakukan etika bisnis dengan baik akan mendapatkan sejumlah
manfaat, yaitu :
1) Perusahaan mendapatkan kepercayaan dari konsumen.
2) Perusahaan yang jujur akan menciptakan konsumen yang loyal. Bahkan
konsumen akan merekomendasikan kepada orang lain untuk menggunakan
produk tersebut.
3) mata konsumen baik.
4) Dengan citra yang baik maka perusahaan akan lebih dikenal oleh
masyarakat dan produknya pun dapat mengalami peningkatan penjualan.
5) Meningkatkan motivasi pekerja.
6) Karyawan akan bekerja dengan giat apabila perusahaan tersebut memiliki
citra yang baik dimata perusahaan.
7) Keuntungan perusahaan dapat di peroleh.

3.2. Saran
Dari makalah yang kami buat, kami menyadari sungguh banyak
kekurangan yang ada, maka dari itu kami harapkan kritik dan saran pembaca
kepada kami agar kedepannya kami dapat membuat sebuah karya tulis yang lebih
baik lagi dari sebelumnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/6407940/ETIKA_DAN_HUBUNGAN_DENGAN_TE
NAGA_KERJA
http://beslonsamosir.blogspot.co.id/2010/05/man-power-approach-pada-
perencanaan.html
http://opickmohammed.blogspot.co.id/2013/04/hukum-ketenagakerjaan.html
http://hukum-tenagakerja.blogspot.co.id/2010/03/sumber-hukum-tenaga-
kerja.html
:http://hukumketenagakerjaanindonesia.blogspot.co.id/2012/03/sumber-hukum-
ketenagakerjaan-indonesia.html
http://artonang.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-dasar-ruang-lingkup-dan.html
Abdul Rachmad Budiono, 1995. HUKUM PERBURUHAN DI INDONESIA.
Yang menerbitkan PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
http://danangsucahyo.blogspot.co.id/2013/01/hukum-ketenagakerjaan.html
http://adhyepanrita.blogspot.co.id/2012/11/sifat-asas-tujuan-dan-fungsi-
hukum.html
http://adheirma309.blogspot.co.id/2014/12/makalah-etika-bisnis.html
http://pusatartikelterpercaya.blogspot.co.id/2015/03/makalah-hukum-
ketenagakerjaan-bab-i.html

10

Anda mungkin juga menyukai