Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PEREKONOMIAN INONESIA

LIBERALISASI INVESTASI DAN MASUKNYA TENAGA KERJA


ASING DI INDONESIA

Disusun oleh kelompok 1 :

1. Ajeng Rahayu Safitri (41183402170062)

2. Adinda Wulandari (41183402170064)

3. Citra Aditya Trismi (41183402170065)

4. Siska Fitri Cahyati (41183402170072)

5. Indriani Nurkhasanah (41183402170074)

FAKULTAS EKONOMI – MANAJEMEN

UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI

2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan Makalah ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “liberalisasi investasi dan masuknya
tenaga kerja asing di indonesia”

Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak.Untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan
baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan, saran, dan usul guna menyempurnakan laporan hasil makalah ini.

Semoga hasil makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan

Bekasi, 3 Juni 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Permasalahan...............................................................................................4

1.3 Tujuan..........................................................................................................................4

1.4 Manfaat........................................................................................................................4

BAB II......................................................................................................................................10

LANDASAN TEORI...............................................................................................................10

2.1. Pengertian Liberalisasi Investasi...............................................................................10

2.1.1. Teori Investasi....................................................................................................10

2.2. Pengertian Tenaga Keja Asing (TKA)......................................................................11

BAB III.....................................................................................................................................13

PEMBAHASAN......................................................................................................................13

3.1 Analisis kasus dan implementasi liberalisasi investasi.............................................13

3.1.1 Liberalisasi dan Kemudahan Berusaha....................................................................14

3.1.2 Mempermudah Kesempatan Berusaha....................................................................15

3.1.3 Memanfaatkan Liberalisasi......................................................................................20

3.2 Analisis kasus dan implementasi masuknya Tenaga Keja Asing (TKA)..................21

3.2.1 Analisis kasusmasuknya Tenaga Keja Asing (TKA)..............................................21

3.2.2 Implementasi masuknya Tenaga Keja Asing (TKA)...............................................22

BAB IV....................................................................................................................................26

SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................................26

iii
4.1 Kesimpulan................................................................................................................26

4.2 Saran..........................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................27

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Modal, teknologi, dan tenaga kerja adalah hal yang tidak terpisahkan dalam dunia
investasi.Demikian pula, investasi asing dan tenaga kerja asing (TKA) tentu saling
berkaitan.Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong
menyatakan bahwa TKA adalah sebuah komponen penting dari investasi.“Kami meminta
investor mempertaruhkan triliunan rupiah modal mereka di negara kita.Wajar jika mereka
mengirim orang untuk menjaga investasi tersebut atau untuk memastikan semuanya berjalan
dengan baik,” ujar Thomas Lembong dalam konferensi pers di Jakarta, 4 Januari 2019
lalu.Data BKPM menunjukkan, satu investasi menciptakan satu TKA berbanding sembilan
tenaga kerja lokal.Itupun, sebagian besar TKA datang hanya untuk membantu proyek
investasi dan bertahan dalam jangka waktu yang singkat.“Biasanya mereka hanya akan
bekerja hingga tahun pertama, karena kemampuan berbahasa mereka sangat
dibutuhkan.Contohnya, untuk pemasangan peralatan mesin-mesin yang menggunakan bahasa
Jepang atau Mandarin,” kata Thomas. Menurut Thomas, dari total investasi di Indonesia
sekitar Rp 720 triliun pada 2018, sebanyak 55-60 persen merupakan penanaman modal asing.
Artinya, modal domestik memang masih sangat terbatas, sehingga selama 30 tahun terakhir,
investasi mayoritas berasal dari dana internasional.

Dengan kemudahan perizinan ketenagakerjaan, BKPM memprediksi akan dapat


mendongkrak capaian investasi asing hingga 20 persen. Sebab, selama ini yang paling
dikeluhkan investor adalah perizinan tenaga kerja asing.Ini merupakan pos yang paling rawan
pungutan liar dan prosesnya dipersulit. Jika reformasi perizinan TKA ini berjalan, maka
BKPM optimistis akan ada kenaikan investasi sebesar 10-20 persen. Menteri Tenaga Kerja
Hanif Dhakiri berharap dengan kemudahan perizinan, investasi yang masuk ke Indonesia
serta lapangan kerja bagi tenaga kerja lokal yang tersedia semakin meningkat. Sebab, tujuan
utama dari Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja
Asing (TKA) adalah penciptaan lapangan kerja melalui perbaikan iklim investasi. “Kita tahu
APBN tidak cukup.Kontribusi ke PDB (Produk Domestik Bruto) cuma 15 persen, jadi kita
harus menggenjot investasi agar kesempatan kerja juga meningkat," ujar Hanif.Wakil
Presiden Jusuf Kalla juga mengatakan Indonesia sangat membutuhkan tenaga kerja asing
untuk kebutuhan investasi. Menurut Kalla, investasi dari luar membawa teknologi, sehingga

1
hal tersebut membutuhkan skill dari pekerjanya. Skill tersebut belum tentu dimiliki orang
Indonesia.Kalla juga menyinggung tenaga kerja asing di Thailand yang jumlahnya 10 kali
lipat dari Indonesia.Namun kondisi tersebut tidak mempengaruhi negara tersebut. "Berapa
juta orang Indonesia di Malaysia, 2 juta kan…tidak menimbulkan masalah di negara tersebut.
Mengapa kita hanya berapa ribu orang asing, terus tenaga kerja Indonesia sepertinya bahaya
(terancam).Justru investasi asing itu membuka lapangan kerja baru, jadi jangan tenaga kerja
asing itu kayak musuh begitu. Justru mereka dibutuhkan untuk transfer teknologi.”
Komposisi Investasi Asia ke Indonesia Menurut data BKPM, total ada 129 negara investor
yang menanamkan modalnya di Indonesia. Namun, dari sekian investor asing, yang paling
banyak menanamkan modalnya ke Indonesia adalah dari negara-negara di Asia, yakni
Singapura, Jepang, Tiongkok, Hong Kong, dan Malaysia. Singapura merupakan investor
terbesar dengan investasi senilai US$9,2 miliar (31,4 persen), disusul Jepang dengan nilai
US$4,9 miliar (16,7 persen). Adapun Tiongkok yang paling sering disebut-sebut, menduduki
peringkat ketiga dengan nilai US$2,4 miliar (8,2 persen). Selanjutnya, Hong Kong dengan
kucuran investasi sebesar US$2 miliar (6,8 persen), dan Malaysia sebanyak US$ 1,8 miliar
(6,2 persen). Sisanya, senilai US$9 miliar (30 persen) berasal dari 124 negara lain. Data
realisasi sepanjang Januari-Desember 2018 dapat dilihat sebagai berikut: Sumber: Badan
Koordinasi Penanaman Modal Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Karakteristik
Investor Singapura, Jepang, dan China Saat ini, tiga besar investor asing yang tercatat di
Indonesia adalah dari Singapura, Jepang, dan China. Namun, karakteristik investor dari
ketiga negara itu berbeda-beda.

Investor China dan Jepang lebih banyak mengincar proyek-proyek infrastruktur di


Indonesia.Sedangkan investor Singapura berminat mananamkan modalnya untuk sektor
industri kertas dan percetakan, kimia dan farmasi, makanan, elektronika, serta permesinan
dan logam.Indonesia sendiri sangat memahami perbedaan karakter investor China dengan
Jepang yang sama-sama berfokus pada proyek infrastruktur ini.Dalam soal investasi,
hubungan Jepang dengan Indonesia sudah akrab. Jepang sudah menjalin kerja sama ekonomi
dan terlibat dalam bantuan pembangunan di Indonesia sejak 1950-an. Menteri Badan Usaha
Milik Negara Rini Soemarno dalam berinvestasi dengan perusahaan milik negara, Jepang
selalu meminta jaminan. Sebaliknya, selama bermitra dengan perusahaan milik negara,
perusahaan China tidak pernah meminta jaminan pemerintah.Sementara itu, kendati
Singapura dan Jepang menanamkan investasi lebih banyak dibanding China, jumlah TKA
dari kedua negara itu justru lebih sedikit dibanding dari China. Hal ini terjadi karena China

2
menerapkan kebijakan Law of the Control of the Exit and Entry Citizen sejak 1986.
Kebijakan ini mendorong tenaga kerja ke luar negeri, seiring dengan mengalirnya investasi
dari negara itu.Kondisi sebaliknya terjadi untuk Singapura dan Jepang yang justru
kekurangan tenaga kerja.Alih-alih mengirim tenaga kerjanya ke luar negeri, mereka justru
mengundang TKA untuk masuk dan bekerja di industri dalam negerinya. Baru saja Jepang
juga mereformasi kebijakan TKA-nya, membuka pintu lebar-lebar buat TKA agar semakin
banyak yang bekerja di sana. Pelajar magang dari luar negeri pun kini tak perlu lagi
mengurus visa kerja agar dapat bekerja dan menetap di Jepang, melainkan langsung
menggunakan visa pelajar magangnya.

Komposisi Tujuan Investasi China Berdasarkan data CSIS China Power 2018,
investasi China memang menggurita hampir ke seluruh dunia, tidak hanya di Indonesia.Pada
tahun-tahun awal 2000-an, investasi China di seluruh dunia masih terbatas di sektor energi,
logam, dan teknologi.Namun mulai tahun 2010-an, sektor-sektor yang dijangkau oleh
investasi China ini semakin beragam.Mulai mulai merambah industri pertanian, transportasi,
properti, dan logistik, meski sektor energi juga masih dominan. Seperti terlihat dari data di
bawah ini: Tak hanya ditujukan di kawasan Asia dan Oseania, investasi China juga
merambah kawasan Amerika Latin, Karibia, Eropa, Afrika, bahkan sampai ke Timur
Tengah. Untuk kawasan Amerika Latin dan Karibian, investasi China yang terbesar diberikan
kepada Brazil dengan nilai US$54,56 juta. Adapun lima besar negara di kawasan Amerika
Latin dan Karibia yang menerima investasi China adalah Brazil, Peru, Argentina, Ekuador,
dan Venezuala. Untuk kawasan Amerika dan Eropa, lima besar negara tujuan investasi China
adalah Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Swiss, dan Rusia. Sementara di kawasan Afrika
dan Timur Tengah, negara tujuan utama investasi China adalah Afrika Selatan, Nigeria, dan
Mesir. Khusus di kawasan Asia dan Oseania, negara tujuan utama investasi China terbesar
berturut-turut adalah Australia, Singapura, Kazakhtan, Malaysia, dan Indonesia. Investasi
China di Indonesia masih di bawah Singapura dan Malaysia.Artinya, tidak hanya Indonesia
saja yang menjadi tujuan dari investasi China ini.Sebab, faktanya hampir seluruh negara di
berbagai belahan dunia menjadi negara tujuan investasi China, tak terkecuali negara makmur
seperti Amerika Serikat dan Inggris. Dengan demikian, sebenarnya tidak perlu ada
kekhawatiran akan investasi China yang diikuti dengan teknologi dan tenaga kerja ini.

3
1.2 Rumusan Permasalahan
1. Bagaimana pengaruh liberalisasi investasi dan masuknya tenaga kerja asingdi
Indonesia?
2. Apakah ada kendala dalam pelaksanaan liberalisasi investasi dan masuknya tenaga
kerja asingdi Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh liberalisasi investasi dan masuknya tenaga kerja asing di
Indonesia
2. Untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan liberalisasi investasi dan masuknya
tenaga kerja asing di Indonesia
1.4 Manfaat
a. Manfaat liberalisasi investasi
1. Investasi asing untuk membiayai pembangunan nasional

Meskipun terdengar klise, tetapi investasi asing sangat diperlukan untuk pembiayaan
program percepatan pembangunan nasional.Aliran modal asing yang masuk dapat
menggerakkan roda perekonomian dan meningkatkan pendapatan negara.Sebagai gambaran,
kita mengetahui bahwa pembangunan infrastruktur merupakan prioritas utama pemerintahan
Jokowi untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan bersaing dalam pasar
global.Karena dengan infrastruktur yang baik, kegiatan produksi dapat semakin efisien
sehingga produk yang dihasilkan memiliki daya saing dalam pasar global.

Namun kendala utama pembangunan infrastruktur adalah pembiayaan. Berdasarkan


Rencana Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, total kebutuhan biaya
infrastruktur Indonesia adalah sebesar Rp5.000 triliun. APBN sendiri hanya mampu
membiayai 8,7 persen dari total kebutuhan sektor infrastruktur tersebut. Pemerintah
kemudian meminta kontribusi BUMN, termasuk perbankan nasional.Akan tetapi, kontribusi
yang dapat diberikan BUMN nasional ternyata maksimal hanya 30 persen. Itu pun telah
menyebabkan BUMN gelagapan mencari dana sampai Bank Dunia pun memperingatkan
risiko beban tambahan akibat ‘eksploitasi’ BUMN tersebut.Masih terdapat gap sebanyak
Rp3.000 triliun yang hanya bisa dipenuhi melalui kontribusi swasta, termasuk investasi
asing.Untuk itu, pemerintah memperkenalkan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha (KPBU) melalui Perpres Nomor 38 Tahun 2015.Melalui skema KPBU, pemerintah
diharapkan dapat terus berupaya menarik minat pemodal asing untuk bersama-sama
melaksanakan percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia.Sejauh ini, skema KPBU

4
dipandang cukup berhasil menarik minat banyak investor asing.Semoga tren positif ini dapat
terus berlanjut dan didukung masyarakat.

2. Investasi asing untuk peningkatan ekspor

Kita mengetahui bahwa saat ini nilai ekspor Indonesia terus mengalami penurunan
hingga memperbesar defisit neraca perdagangan kita.Indonesia juga termasuk negara yang
tingkat diversifikasi produk ekspornya rendah, sangat bergantung pada ekspor komoditas
yang harganya cenderung tidak stabil.Dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand yang
sudah mampu mengekspor produk industri manufaktur, kontribusi industri manufaktur
Indonesia terhadap ekspor malah justru menunjukkan tren penurunan dari tahun ke
tahun.Untuk itu, Indonesia membutuhkan investasi asing yang berorientasi ekspor yang
dikenal sebagai efficiency-seeking investment.

Sesuai namanya, efficiency-seeking investment mencari negara tujuan investasi yang


paling efisien dalam memproduksi dan mengekspor produk barang dan jasa. Investasi ini
tidak akan datang ke suatu negara yang kondisi infrastrukturnya buruk dan mengakibatkan
biaya produksi menjadi mahal dan produk yang dihasilkan menjadi tidak kompetitif. Investasi
efficiency-seeking juga tidak akan hadir di negara yang tidak memiliki banyak perjanjian
perdagangan bebas dengan negara lain karena barang yang diproduksi menjadi sulit untuk
diekspor akibat hambatan tarif dan non-tarif yang dikenakan negara-negara lain. Oleh karena
itu, negara berkembang seperti Vietnam gencar membuat perjanjian perdagangan bebas
dengan banyak negara seperti Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan.Maka tidak heran ketika
nilai ekspor produk manufaktur Vietnam saat ini sudah melebihi Indonesia dengan kontribusi
investasi asing seperti Samsung yang sangat tinggi mencapai 70 persen dari total ekspor.

3. Investasi asing mengurangi praktik rent-seeking

Sudah bukan rahasia lagi apabila permasalahan praktik pemburu rente (rent-seekers)
telah menjadi duri yang mendarah daging dalam pola relasi bisnis dan politik di
Indonesia.Dugaan praktik rent-seeking dalam kasus mafia impor pangan, ketidakpastian
dalam urusan perizinan pertambangan, munculnya makelar sampai praktik KKN telah
membuat distorsi pasar menjadi tidak kompetitif serta sistem perekonomian Indonesia yang
tidak efisien.Padahal syarat utama memenangkan kompetisi global adalah adanya pasar yang
kompetitif dan ekonomi yang efisien.Untuk itu, kehadiran investasi asing diperlukan supaya
mengurangi praktik rent-seeking melalui beberapa hal. Pertama, untuk dapat menarik

5
investasi asing yang berorientasi ekspor, pemerintah akan berupaya keras untuk membuat
iklim investasi Indonesia menjadi lebih kondusif dengan aturan perizinan yang lebih
sederhana dan transparan sehingga dapat mengurangi praktik rent-seeking.

Kedua, dalam upaya menarik investasi asing, Indonesia umumnya membuat


perjanjian investasi dengan negara investor asing untuk memberikan jaminan perlindungan
dan perlakuan yang sama bagi investor asing yang berinvestasi di Indonesia. Perjanjian ini
juga memiliki mekanisme penyelesaian sengketa arbitrase yang dapat digunakan investor
ketika negara melanggar komitmennya.

Dengan adanya klausul penyelesaian sengketa ini, negara diharapkan dapat lebih disiplin
dalam menjaga iklim investasi dari praktik rent-seeking yang membuat ongkos ekonomi
menjadi mahal dan tidak efisien.Pada akhirnya, kehadiran investasi asing dapat membantu
upaya penerapan good governance di Indonesia.

4. Investasi asing membantu penyerapan tenaga kerja

Secara teori, investasi asing yang masuk ke Indonesia tentu akan berkontribusi
terhadap penciptaan lapangan pekerjaan. Namun tingkat keberhasilan investasi asing dalam
menyerap tenaga kerja belum tentu sama, bergantung pada banyak hal salah satunya jenis
investasi asing.

Tren serapan lapangan kerja dari investasi asing belakangan terlihat menurun
meskipun secara statistik terdapat peningkatan arus investasi asing.Hal tersebut dikarenakan
jenis investasi yang masuk kebanyakan lebih mengutamakan padat modal ketimbang padat
karya. Peran pemerintah juga sangat penting untuk memfasilitasi masuknya greenfield
investment di sektor-sektor baru yang padat karya.

Untuk itu, dibutuhkan kebijakan penanaman modal yang mendukung pemberian


fasilitas tersebut seperti melalui relaksasi Daftar Negatif Investasi (DNI), pemberian insentif
perpajakan, sampai pada kemudahan perizinan dan usaha.Selain itu, pemerintah juga dapat
mengoptimalisasi peran investasi asing yang sudah berdiri di Indonesia untuk dapat
menyerap lebih banyak tenaga kerja.Caranya adalah melalui kebijakan yang memfasilitasi
ekspansi investasi asing tersebut.

Selama ini, kita terlalu fokus pada kebijakan investment attraction dan melupakan
investment retention. Padahal, ketika suatu perusahaan telah berdiri di suatu negara dan

6
mendapatkan keuntungan, perusahaan tersebut memiliki 2 opsi untuk merepatriasi
keuntungan kembali ke negara asalnya atau menanamkan kembali keuntungannya untuk
ekspansi perusahaan dengan membangun pabrik baru dan menciptakan lapangan pekerjaan
baru. Namun, perusahaan sulit untuk melaksanakan opsi kedua karena umumnya terkendala
oleh ketidaksiapan kemampuan industri lokal dalam merespon ekspansi perusahaan mau pun
kurangnya kebijakan pemerintah yang dapat mendukung upaya ekspansi tersebut.

5. Spillover dan multiplier effects investasi asing

Investasi asing juga memiliki manfaat lain baik secara langsung maupun tidak
langsung. Investasi asing yang berorientasi ekspor umumnya memiliki comparative
advantage di bidang teknologi yang membuat produk barang dan jasa yang dihasilkan
menjadi kompetitif dalam pasar global.

Apabila investasi asing tersebut masuk ke Indonesia dan mempekerjakan SDM


Indonesia, maka secara tidak langsung akan menimbulkan transfer teknologi yang berujung
pada peningkatan kualitas SDM kita. Contohnya mobil-mobil Jepang produksi di Indonesia
yang kebanyakan merupakan karya anak bangsa.

b. Manfaat masuknya tenaga kerja asing di Indonesia


1. Dampak Positif

Tenaga kerja asing yang datang ke Indonesia membawa berbagai dampak, ada
dampak positif ada dampak negatif. Beberapa dampak positif yang timbul karena adanya
tenaga kerja asing di Indonesia antara lain sebagai berikut:

1. Masuknya ilmu dan teknologi baru di sebuah bidang pekerjaan

Dengan adanya tenaga kerja asing, maka kita akan mendapatkan ilmu baru di sebuah
bidang pekerjaan. Ilmu baru ini bisa kita dapatkan dari tenaga kerja asing yang mungkin
biasa dilakukan di negara asalnya.Dengan adanya ilmu baru ini maka menambah inovasi di
Indonesia.Tidak hanya ilmu baru saja, namun juga teknologi baru.Tenaga kerja asing
membawa teknologi yang digunakan dari negara asalnya untuk diterapkan di Indonesia. Hal
ini akan sangat menguntungkan apabila tenaga kerja asing berasal dari negara maju di
bidangnya.

2. Pengembangan suatu bidang menjadi lebih cepat

7
Pengembangan suatu bidang pekerjaan sangat didukung oleh sumber daya manusia
yang berkualitas dan ahli. Penggunaan tenaga kerja asing yang sudah berpengalaman di suatu
bidang akan dapat menjadi sarana pengembangan yang baik di suatu bidang pekerjaan. Dan
pengalaman yang baik ini bisa ditularkan untuk orang- orang lokal Indonesia.

3. Adopsi teknologi baru cepat terjadi

Adopsi teknologi akan mudah dilakukan apabila ada tenaga yang ahli di bidangnya.
Teknologi dari negara maju akan mudah dilakukan apabila didukung oleh seseorang yang
berpengalaman, apalagi dari negara asal teknologi tersebutTerjadinya peningkatan investasi
di Indonesia

Dengan adanya tenaga kerja asing yang datang di Indonesia maka diperkirakan akan
adanya peningkatan investasi di Indonesia. Hal ini juga didapatkan dari hasil perekrutan
tenaga kerja asing tersebut.

4. Memicu produktivitas tenaga kerja lokal

Persaingan tenaga kerja asing dan lokal pastinya akan memicu semangat tenaga kerja lokal
untuk terus memacu dirinya agar dapat tetap bertahan dalam persaingan.

5. untuk menjaga investasi tersebut atau untuk memastikan semuanya berjalan


dengan baik
6. untuk membantu proyek investasi dan bertahan dalam jangka waktu yang
singkat

2. Dampak Negatif

Adanya peraturan pemerintah mengenai penggunaan tenaga kerja asing memang


menuai banyak kotroversi di kalangan masyarakat. Hal ini karena mempertimbangkan
kemungkinan dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari masuknya tenaga kerja asing di
Indonesia antara lain sebagai berikut:

1. Mempersempit kesempatan kerja tenaga kerja lokal

Dampak negatif masuknya tenaga kerja asing yang paling terasa adalah terasa
menyempitnya lapangan pekerjaan di dalam negeri. Hal ini karena jumlah tenaga kerja

8
akanbertambah banyak. Jika tidak diimbangi dengan peningkatan usaha di dalam negeri maka
lapangan pekerjaan akan terasa semakin sempit.

2. Menjadi ancaman bagi tenaga kerja lokal yang tidak memiliki keterampilan
lebih

Kedatangan tenaga kerja asing ke Indonesia menjadi ancaman tersendiri bagi tenaga
kerja lokal, terlebih yang tidak mempunyai keterampilan sama sekali. Jika tidak diasah, maka
tenaga kerja lokal tidak akan bisa bersaing dengan tenaga kerja asing.

3. Menimbulkan peluang pengangguran

Hadirnya tenaga kerja asing apabila tidak diimbangi dengan penambahan lapangan
pekerjaan maka hanya akan menimbulkan banyak pengangguran. Seagai satu solusi maka
penambahan lapangan pekerjaan harus pula dilakukan.

9
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Liberalisasi Investasi

Teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran pemerintah untuk membeli


barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan
terutama menambah barang-barang modal yang akandigunakan untuk memproduksi barang
dan jasa di masa yang akan datang. Investasi adalah suatu komponen dari PDB = C + I + G +
(X-M). Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan
biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di

masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4) Menurut Samuelson (2004: 198),
investasi meliputi penambahan stok modal atau barang disuatu negara, seperti bangunan
peralatan produksi, dan barang-barang inventaris dalam waktu satu tahun. Investasi
merupakan langkah mengorbankan konsumsi di waktu mendatang. Investasi merupakan
salah satu komponen yang penting dalam GNP.Investasi memiliki peran penting dalam
permintaan agregat. Pertama bahwa pengeluaran
investasi lebih tidak stabil apabila dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi
sehingga fluktuasi investasi dapat menyebabkan resesi. Kedua, bahwa investasi sangat
penting bagi pertumbuhan ekonomi serta perbaikan dalam produktivitas tenaga kerja.
Pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada tenaga kerja dan jumlah stok kapital (Eni
Setyowati dan Siti Fatimah N: 2007). Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat
disimpulkan bahwasanya investasi atau penanaman modal merupakan pengeluaran atau
pembelanjaan yang dapat berupa jenis barang modal, bangunan, peralatan modal, dan barang-
barang inventaris yang digunakan untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan
jasa atau untuk meningkatkan produktiktivitas kerja sehingga terjadi peningkatan output yang
dihasilkan dan tersedia untuk masyarakat.
2.1.1. Teori Investasi
Dalam jangka panjang pertumbuhan investasi berpengaruh pada bertambahnya stok
capital dan selanjutnya menaikan produktivitas.Di negara yang tingkat penganggurannya
tinggi, seperti Indonesia sekarang, angkatan kerja yang menganggur dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pembentukan modal.

1. Teori Neo Klasik menekankan pentingnya tabungan sebagai sumber investasi.

10
Investasi dipandang sebagai salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan.Makin cepat perkembangan investasi ketimbang laju pertumbuhan penduduk,
makin cepat perkembangan volume stok kapital rata-rata per tenaga kerja.Makin tinggi rasio
kapital per tenaga kerja cendrung makin tinggi kapasitas produksi per tenaga kerja. Tokoh
Neo Klasisk, Sollow dan Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan
penduduk,akumulasi capital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksidalam proses
pertumbuhan ekonomi (Arsyad, 2010: 88-89).

2. Teori Harrod-Domar. Harrod-Domar mempertahankan pendapat dari para


Ahli ekonomi sebelumnya yang merupakan gabungan dari pendapat kaum klasik dan
Keynes, dimana beliau menekankan peranan pertumbuhan modal dalam menciptkan
pertumbuhan ekonomi. Teori Harrod-Domar memandang bahwa pembentukan modal
dianggap sebagai pengeluaran yang akanmenambah kemampuan suatu perekonomian untuk
menghasilkan barang dan atau jasa, maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah
permintaan efektif seluruh masyarakat. Dimana apabila pada suatu masa tertentu dilakukan
sejumlah pembentukan modal, maka pada masa berikutnya perekonomian tersebut
mempunyai kemapuan utnuk menghasilkan barang-barang dan atau jasa yang lebih besar
(Sadono, 2007: 256-257).

2.2. Pengertian Tenaga Keja Asing (TKA)


Pengertian tenaga kerja sebenarnya dapat ditinjau dari segala segi, dimana salah
satunya yang menentukan kontribusi terhadap daerah dalam bentuk retribusi dan juga
menentukan status hukum serta bentuk-bentuk persetujuan dari pengenaan retribusi. Tenaga
Kerja Asing adalah tiap orang bukan warga negara Indonesia yang mampu melakukan
pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.1 Pengertian tenaga kerja asing ditinjau dari segi
undang-undang (Pengertian Otentik), yang dimana pada Pasal 1 angka 13 UU No 13 Tahun
2013tentang Ketenagakerjaan di jelaskan bahwa: “Tenaga kerja asing adalah warga negara
asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia”.
Mempekerjakan TKA adalah suatu hal yang ironi, sementara di dalam negeri masih
banyak masyarakat yang menganggur. Akan tetapi, karena beberapa sebab, mempekerjakan
TKA tersebut tidak dapat dihindarkan. Menurut Budiono, “ada beberapa tujuan penempatan
TKA di Indonesia, yaitu: ”2

11
1. Memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dan profesional pada bidang-bidang
tertentu yang belum dapat diisi oleh TKI.
2. Mempercepat proses pembangunan nasional dengan jalan mempercepat proses alih
teknologi atau alih ilmu pengetahuan, terutama di bidang industri.
3. Memberikan perluasan kesempatan kerja bagi TKI.
4. Meningkatkan investasi asing sebagai penunjang modal pembangunan di Indonesia.

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisis kasus dan implementasi liberalisasi investasi

Bergabung dengan ekonomi global dapat diibaratkan dengan menjadikan negara


sebagai perusahaan publik yang pemegang sahamnya setiap orang dimanapun berada. Para
pemegang saham tersebut tidak memberikan suara setiap empat atau lima tahun tetapi setiap
jam, setiap hari melalui pialang dari teras rumah mereka. Bila para pemegang saham ini
berpendapat penyelenggara negara atau pemerintah suatu negara tidak lagi kredibel maka
mereka beramai ramai akan menjual saham sehingga mengakibatkan goncangan pada
perekonomian dan bahkan dapat menjatuhkan pemerintah negara seperti misalnya terjadi di
negara Asia termasuk Indonesia pada tahun 1997/98. Singkat kata, globalisasi telah
menghilangkan batas-batas tradisional kedaulatan negara dimana modal tidak lagi memiliki
bendera nasional. Dana mengalir dari satu negara ke negara lain secara cepat, bergerak
melewati batas-batas negara.

Untuk Indonesia, Undang-undang No.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
yang kemudian diperbaharui dengan Undang-undang No 25 tahun 2007 tentang Penanaman
Modal dapat dikatakan tonggak sejarah pengintegrasian ekonomi Indonesia ke dalam
perekonomian dunia. Tonggak sejarah ini diperkuat dengan diterbitkannya Undang-Undang
No 7 tahun 1994 yang meratifikasi Perjanjian Pendirian WTO pada November 1994. Ketiga
undang-undang tersebut secara bertahap meliberalkan ekonomi Indonesia.Liberalisasi
merupakan kata yang banyak disanjung sekaligus dihujat oleh berbagai kelompok
masyarakat. Disanjung karena liberalisasi dipercaya dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan dihujat sebab liberalisasi juga yang meminggirkan sebagian anggota
masyarakat khususnya masyarakat ekonomi lemah. Di Indonesia, investasi asing meski
sudah ada sejak beberapa dekade tetap merupakan salah satu yang kontroversial. Jarang ada
kritik tentang pembangunan yang tidak dikaitkan dengan investasi asing. Ada tuduhan yang
mengatakan bahwa investasi asing telah menciptakan “koloni Jepang” dan memperparah
status ketergantungan Indonesia terhadap asing. Investasi asing telah menekan pengusaha
pribumi, tidak menempatkan tenaga kerja pada tempatnya dan hanya sedikit memberikan
kontribusi dalam teknologi baru dan modal.

13
Pertanyaan yang perlu dikemukakan dalam konteks ini apakah arus liberalisasi dan
globalisasi harus dibendung?.Bila dibendung, bagaimana jadinya beberapa sektor tertentu
seandainya tidak ada investasi asing.Seberapa besarkah peranan yang dimainkan oleh
penanaman modal asing pada sektor tertentu.Apakah dampak dari suasana kebijakan umum
terhadap biaya dan manfaat dari investasi asing.Banyak kritik yang diarahkan pada
penanaman modal asing di Indonesia semestinya diarahkan pada iklim kebijakan. Faktor
terpenting yang menentukan asing. Ada banyak jalan menuju industrilalisasi yang cepat
sebagaimana pengalaman yang ditunjukkan oleh perekonomian Asia Timur dan Asia
Tenggara. Ciri umum negara industri baru bukanlah kebijakan mereka terhadap investasi
asing melainkan terutama, rejim perdagangan dan sistem pengaturan yang mungkin dapat
diistilahkan dengan peningkatan efisiensi. Dalam pengembangan sektor yang efisien yang
terpenting adalah menciptakan iklim usaha yang bersaing, suatu pemerintahan yang kuat dan
memberikan dorongan serta mempunyai akses terhadap keterampilan, teknologi dan pasar
asing.

3.1.1 Liberalisasi dan Kemudahan Berusaha

Pembangunan ekonomi dan industrialisasi seringkali dikaitkan dengan “barat” dan


hanya “barat” Namun demikian, kesuksesan Japan menjadi salah satu negara yang memiliki
kekuatan ekonomi besar dapat dijadikan kekuatan dan pijakan untuk memahami dan menjadi
sumber pembelajaran tentang pembangunan ekonomi secara umum. Ketika kemudian
kesuksesan Japang juga diikuti oleh beberapa negara Asia lainnya, muncul sumber ilham dan
pengetahuan baru tentang sifat dasar dan sebab akibat pembangunan ekonomi.Meski, banyak
ahli khususnya yang berasal dari Barat menyatakan bahwa kesuksesan Jepang dan negara
Asia lainnya tidak lebih merupakan konfirmasi atas kepercayaan lama mereka tentang
produktivitas perdagangan internasional. Kajian lebih mendalam menunjukan bahwa proses
pembangunan di negara-negara Asia memiliki beberapa keistimewaan baru. Bentuk
keistimewaan tersebut adalah pertama, penekanan terhadap pendidikan dasar sebagai
penggerak utama perubahan. Kedua, melibatkan penyebaran secara luas hak dasar ekonomi
melalui pendidikan, pelatihan, land reform dan ketersediaan kredit/pembiayaan yang
memperluas akses terhadap kesempatan yang disediakan oleh ekonomi pasar.Ketiga, pilihan
disain pembangunan termasuk kombinasi antara peranan pemerintah dan pemanfaatan
ekonomi pasar. Bila ditelaah lebih dalam kesuksesan tersebut didasarkan atas kesadaran
bahwa kita hidup dalam dunia multidimensi dan kemampuan kita untuk membantu diri
sendiri dan menolong orang lain tergantung pada berbagai jenis kebebasan yang kita

14
dinikmati. Bentuk-bentuk kebebasan yang dinikmati tersebut adalah kesempatan sosial dan
pengaturan pasar serta pembangunan kapasitas individual sekaligus peningkatan fasilitas
sosial.

3.1.2 Mempermudah Kesempatan Berusaha

Kemudahan memulai dan melakukan kegiatan usaha berarti memberi peluang bagi
masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan.Untuk itu beberapa faktor di
bawah perlu dijadikan bahan pemikiran.

 Memperkuat sistem hukum

Sistem hukum yang efektif akan memperluas kesempatan berusaha dan mampu
mengundang investasi asing. Sebaliknya pengalaman menunjukkan tidak efektifnya hukum
telah menyebabkan kehancuran ekonomi Asia yang pada awalnya disebut sebagai
"keajaiban,” Para ahli berkesimpulan bahwa sistem hukum dari negara-negara yang terkena
krisis tersebut merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi. Terpuruknya
industri perbankan misalnya, selain menyangkut masalah pemilik, pengelola dan pengawas
bank, juga menyangkut kelembagaan penegakan hukum dan seluruh perangkat
kelembagaannya, dari ketentuan perundangan sampai ke lembaga penegakan hukum.

Selama aparat penyidikan, aparat penuntutan, aparat pengadilan dan sanksi hukum
belum menunjukan profesionalisme dan integritas yang memadai, sulit mengharapkan
penyelesaian sengketa dapat diselesaikan dengan cepat dan mudah karena penyelesaiannya
tergantung pada penegakan hukum. Penegakan hukum hanya dapat dilakukan melalui sistem
peradilan yang efisien dan efektif.Upaya-upaya peningkatan efisiensi lembaga peradilan di
negara maju dan negara berkembang sangat bervariasi. Namun demikian, terdapat tiga
elemen sebagai kunci keberhasilan upaya peningkatan efisiensi lembaga peradilan, yaitu:
Pertama, peningkatan akuntabilitas hakim. Kedua, penyederhanaan prosedur
peradilan.Ketiga, peningkatan anggaran.

Akuntabilitas hakim akan menciptakan peradilan yang lebih efisien sebab mampu
menyelesaikan perkara dengan cepat dan adil. Faktor utama yang dapat meningkatkan
akuntabilitas hakim adalah keterbukaan informasi tentang kinerja badan peradilan sehingga
masyarakat dapat memonitor kinerja hakim.Monitoring masyarakat memainkan peranan
penting dalam meningkatkan akuntabilitas hakim. Peningkatan efisiensi dapat dilakukan
dengan penyederhanaan atau reformasi struktural yaitu pendirian pengadilan khusus,

15
mekanisme alternative dispute resolution (ADR) dan penyederhanaan prosedur hukum.
Keberadaan pengadilan khusus telah terbukti efektif dalam mempercepat proses peradilan di
banyak negara. Mekanisme ADR dapat dijadikan sebagai substitusi prosedur hukum formal
yang tidak efektif.Sistem ini dapat dijalankan oleh swasts atau oleh negara. Kehadiran ADR
dapat mengurangi kesempatan melakukan korupsi di banyak negara berkembang, Salah satu
faktor yang menyebabkan timbulnya inefisiensi di negara berkembang adalah dominannya
penggunaan prosedur tertulis yang harus dilakukan dalam proses persidangan.

Penggunaan prosedur lisan, terbukti positip di Italia, Paraguay dan Uruguay.


Rumitnya prosedur telah menurunkan kualitas transparansi dan akuntabilitas sehingga
meningkatkan kesempatan untuk menerima suap.Aparat pengadilan dan pengamat
seringkali mengatakan bahwa kurangnya anggaran dan staf merupakan faktor utama
timbulnya inefisiensi. Akan tetapi, bukti yang tersedia tentang meningkatnya efektifitas
seiring dengan peningkatan anggaran dan staf tidak begitu menyakinkan. Data dari Amerika
Serikat, Amerika Latin dan negara-negara Karibia memperlihatkan tidak adanya korelasi
yang pasti antara peningkatan anggaran dan staf dengan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesiakan suatu perkara.

 memperbaiki iklim investasi

Iklim investasi yang baik memberikan kesempatan dan insentif kepada dunia usaha
untuk melakukan investasi yang produktif, menciptakan lapangan kerja dan memperluas
kegiatan usaha.Investasi memainkan peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan mengurangi kemiskinan.Memperbaiki iklim investasi adalah masalah kritikal
yang dihadapi pemerintah di negara berkembang.Menyediakan lapangan kerja penting untuk
menciptakan keseimbangan dan kedamaian.

Peran pemerintah dalam menciptakan iklim investasi diperlukan untuk mengatasi


kegagalan pasar (market failure) atau kegagalan laissezfaire mencapai efisiensi. Mengatasi
kegagalan tersebut pemerintah melakukan intervensi melalui hukum dan
peraturan.Pemerintah mengatur dunia usaha dan transaksi untuk meminimalkan information
asymetries dan mencegah monopoli.Namun, pemerintah acapkali gagal mengurangi
kegagalan pasar, bahkan tidak jarang intervensi pemerintah malah memperburuk iklim
investasi.Pemerintah perlu menyusun kerangka acuan yang jelas dalam bentuk peraturan
perundang-undangan agar kompetisi berjalan dengan baik. Kerangka pengaturan yang baik
akan menciptakan persaingan antar dunia usaha sehingga hanya perusahaan efisien yang

16
dapat bertahan hidup (survival of the fittest). Kondisi ini pada gilirannya akan
menguntungkan konsumen.

Iklim investasi yang baik membutuhkan dukungan berbagai sektor. Industri


perbankan, apabila berfungsi baik, menghubungkan dunia usaha dengan pemberi pinjaman
dan meningkatkan minat investor membiayai dunia usaha dan berbagi risiko. Infrastruktur
yang baik menghubungkan dunia usaha dengan konsumen dan pemasok serta membantu
dunia usaha memanfaatkan teknologi produksi modern. Sebaliknya industri perbankan dan
infrastruktur yang lemah menciptakan hambatan terhadap kesempatan berusaha dan
meningkatkan biaya baik bagi perusahaan kecil maupun perusahaan multinasional.
Hambatan masuk ke pasar menyebabkan berkurangnya saingan bagi perusahaan yang lebih
dulu ada sehingga mengurangi insentif munculnya inovasi dan keinginan meningkatkan
produktifitas.

Masalah dasar yang dihadapi industri perbankan dan infrastruktur berawal dari
kegagalan pasar. Di industri perbankan masalahnya terletak pada ketidaksimetrisan
informasi. Sedangkan persoalan infrastruktur terletak pada kekuatan pasar yang terkait
dengan skala ekonomi. Intervensi yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kegagalan
pasar pada industri perbankan justru mengakibatkan kondisi menjadi lebih buruk. Kebijakan
tentang bank milik pemerintah, monopoli, kredit bersubsidi atau kredit komando dan
kebijakan lain yang dimaksudkan untuk kepentingan jangka pendek para politisi dan
kelompok kepentingan tertentu menyebabkan industri perbankan tertekan dan terdistorsi.
Kondisi ini umumnya menghantam pengusaha kecil lebih keras.

Industri perbankan yang berkembang baik menyediakan jasa sistem pembayaran,


memobilisasi tabungan dan mengalokasikan pembiayaan kepada perusahaan yang ingin dan
layak melakukan investasi. Apabila industri keuangan bekerja dengan baik maka sumber
dana untuk melakukan investasi tersedia bagi segala bentuk dunia usaha. Pasar keuangan
yang sehat juga memaksakan disiplin bagi dunia usaha agar memperbaiki kinerja,
mendorong efisiensi baik secara langsung maupun melalui penyediaan fasilitas bagi
masuknya pemain baru ke pasar.

 Mengkaji ulang peran pemerintah

Masalah besar yang dihadapi pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang
baik adalah kemungkinan terjadinya benturan antara kepentingan dunia usaha dan

17
kepentingan masyarakat. Dunia usaha adalah pencipta utama kemakmuran, oleh sebab itu
iklim investasi harus diciptakan sesuai dengan kepentingan mereka. Di sisi lain iklim
investasi yang baik seharusnya ditujukan untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan
bukan hanya kepentingan dunia usaha. Kepentingan dunia usaha dan kepentingan masyarakat
ini sering kali berbeda.Sering juga yang terjadi adalah perbedaan preferensi dan prioritas
antara dunia usaha dan masyarakat dan antar sesama dunia usaha. Pemerintah diharapkan
dapat mengatasi benturan kepentingan tersebut. Bagaimana pemerintah mengatasi tantangan
tersebut akan berpengaruh terhadap iklim investasi yang pada gilirannya berpengaruh pula
terhadap pertumbuhan dan pengurangan kemiskinan. Untuk itu pemerintah perlu membatasi
pemburu rente (rent-seeking). Kebijakan tentang iklim investasi adalan sasaran menarik bagi
para pemburu rente baik yang berasal dari kalangan dunia usaha, pejabat pemerintah maupun
kelompok kepentingan. Korupsi meningkatkan biaya untuk melakukan kegiatan usaha.
Korupsi yang dilakukan oleh pejabat tinggi pemerintah menciptakan distorsi pada kebijakan
pemerintah.Kolusi dan nepotisme juga menciptakan distorsi. Menguntungkan bagi
sekelompok masyarakat dengan cara merugikan kelompok masyarakat lainnya.

Pemerintah harus membangun kredibilitas karena mempengaruhi keinginan dunia


usaha untuk menanamkan modalnya. Pemerintah wajib menyusun dan memberlakukan
peraturan yang jelas.Namun peraturan yang jelas saja tidak cukup. Kurangnya kredibilitas
menyebabkan tanggapan investor akan rendah seberapa baikpun peraturan dan kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah. Kredibilitas pemerintah akan meningkatan kepercayaan publik
dan memperkuat legitimasi. Interaksi antara dunia usaha dengan pemerintah tidak terjadi di
ruang hampa.Kepercayaan diantara sesama pelaku pasar merupakan persyaratan alamiah bagi
suatu transaksi yang produktff dan menurunkan biaya regulasi dan penegakan kontrak.
Kepercayaan dan keyakinan publik terhadap pasar dan dunia usaha mempengaruhi bukan
hanya kelayakan dari suatu perubahan tetapi juga kesinambungannya (sustainability).
Kredibilitas juga berpengaruh pada reaksi dunia usaha.Untuk itu harus dipastikan bahwa
kebijakan yang dikeluarkan mencerminkan kapasitas institusi.Desain kebijakan investasi
membutuhkan pertimbangan tentang pengalaman kegagalan pemerintah dan perbedaan yang
ada pada kondisi lokal. Pertimbangan yang tidak cukup terhadap kapasitas institusi akan
membawa hasil yang buruk bahkan hasil yang merugikan

 Membuka Akses Sumber Pembiayaan

18
Untuk mengatasi kegagalan pasar pemerintah melakukan intervensi pada industri
keuangan dalam bentuk kredit komando kepada kelompok tertentu, memberikan jaminan
terhadap kredit swasta dan menyediakan sumber pembiayaan melalui bank dan perusahaan
pembiayaan milik pemerintah. Untuk melindungi industri perbankan domestik pemerintah
membatasi persaingan dengan bank asing dan lembaga keuangan lainnya.Dengan alasan
untuk menyediakan pembiayaan bagi usaha kecil, pemerintah mendirikan bank. Bank milik
pemerintah umumnya memiliki mandat yang luas atau memiliki tugas khusus yaitu
mengembangkan industri, sektor atau daerah tertentu dan juga sering menyalurkan kredit
bersubsidi.

Di negara berkembang kinerja bank milik pemerintah umumnya buruk. Mengingat


pangsa bank milik negara yang besar pada industri perbankan menyebabkan kinerja
keseluruhan sektor perbankan menjadi buruk pula. Kondisi ini menurunkan akses kepada
sumber pembiayaan, menurunkan kompetisi, memperburuk alokasi kredit dan mempersempit
akses sumber pembiayaan.Untuk meningkatkan kinerja industri keuangan dan mempelajari
pengalaman masa lalu terdapat lima pendekatan yang dapat dilakukan yaitu:

1. menjamin stabilitas makroekonomi


2. meningkatkan kompetisi
3. menjamin hak debitur, kreditur dan pemegang saham
4. memfasilitasi arus informasi
5. memastikan bank tidak mengambil risiko berlebihan.

Stabilitas ekonomimakro, khususnya inflasi rendah, penyaluran kredit berkelanjutan


dan nilai tukar yang realistik merupakan dasar bagi berfungsinya pasar keuangan yang
efektif. Ketidakstabilan ekonomimakro meningkatkan volatilitas suku bunga dan nilai tukar
sehingga meningkatkan risiko bank dan nasabahnya. Inflasi yang tinggi mengurangi modal
bank dan menyulitkan mereka memobilisasi dana masyarakat dan melakukan ekspansi usaha.
Membatasi persaingan diantara penyedia jasa keuangan memperlemah pertumbuhan
ekonomi.Kebijakan yang membatasi kompetisi seperti larangan pendirian bank baru,
larangan beroperasinya bank asing dan kehadiran bank milik pemerintah melukai kinerja
sistem keuangan dan akhirnya kinerja perekonomian.

19
3.1.3 Memanfaatkan Liberalisasi

Langkah penting yang perlu dilakukan adalah memilih sektor yang akan diliberalkan.
Dalam pemilihan sektor tersebut penting diperhatikan keterkaitan sektor yang akan
diliberalkan dengan sektor lainnya. Disamping itu perlu pula mempertimbangkan kondisi
sektor.Pendangan umum tentang pembukaan sektor bagi pihak asing adalah apabila sektor
tersebut telah cukup kuat untuk bersaing.Pandangan ini menurut hemat penulis kurang
tepat.Sektor yang lemah seharusnya yang ditawarkan kepada pihak asing.Alasannya adalah
agar sektor tersebut dapat tumbuh sehingga dapat menopang sektor lainnya.Lemahnya suatu
sektor tentunya disebabkan kurangnya investor yang bermainat di sektor tersebut. Kurangnya
peminta dapat disebabkan jumlah dana yang dibutuhkan sangat besar dan atau teknologi yang
diperlukan adalah teknologi tinggi. Kehadiran investor asing diharapkan dapat mengatasi
masalah tersebut. Kehadiran investor asing tentunya juga membawa dana, teknologi, dan
juga tenaga ahli. Membuka akses kepada tenaga ahli asing dapat dijadikan bahan kajian
dalam memilih sektor atau sub sektor yang ingin diliberalkan.

Kebutuhan akan tenaga kerja asing khususnya tenaga kerja yang memiliki keahlian
(high-skilled worker) seiring dengan kemajuan ekonomi di suatu negara. AS sebagai negara
maju saja mengalami masalah karena kurangnya tenaga ahli terutama pasca serangan 11
September 2001. Setelah serangan itu AS memperketat masuknya orang asing. Alan
Greenspan mengkhawatirkan kondisi tersebut karena akan menurunkan daya saing ekonomi
AS dan memperlebar perbedaan penghasilan antara high-skilled dan lesser-skilled worker.
Greenspan menghimbau agar pemerintah mempermudah masuknya tenaga ahli asing bila
ingin mempertahankan daya saing perekonomian Amerika Serikat. Kebutuhan akan tenaga
ahli tersebut tidak dapat menunggu dilakukannya terlebih dahulu reformasi sistem
pendidikan agar menghasilkan tenaga ahli yang dibutuhkan AS, Greenspan mengatakan ”the
world is moving too fast for political and bureaucratic dawdling”.

Negara-negera maju lainnya juga menerapkan kebijakan pintu terbuka bagi tenaga
ahli asing sebagai upaya meningkatkan kualitas perekonomian mereka.Dalam kaitannya
dengan tenaga kerja asing, Australia dikenal sebagai negara yang banyak menerima tenaga
kerja asing.Sepersepuluh tenaga kerja di Australia diisi oleh tenaga ahli asing.Di Kanada
jumlahnya 7% sedangkan di Amerika Serikat sekitar 3%.Uni Eropa hanya mempekerjakan
1.7%. Rendahnya tenaga ahli asing ini menimbulkan masalah bagi Uni Eropa karena
kebutuhan akan tenaga ahli tersebut tidak dapat dipenuhi dari tenaga kerja domestik.

20
Disamping jumlahnya yang terbatas dan banyak tenaga ahli yang berasal dari Uni Eropa
mencari pekerjaan ke negara lain. Untuk mengatasi kekuarangan tenaga ahli tersebut Uni
Eropa berencana untuk mempermudah masuknya tenaga ahli asing ke Uni Eropa dengan
mengenalkan sistem blue card. Berdasarkan sistem ini tenaga ahli asing yang mendapat
tawaran kerja dapat lebih cepat masuk Uni Eropa bersama keluarganya. Setelah berada di
wilayah Uni Eropa tenaga ahli tersebut dapat pindah kerja, keluar masuk Uni Eropa dan
setelah jangka waktu tertentu dapat bebas berpindah diantara negara-negara Uni
Eropa.Sistem ini diharapkan dapat menciptakan Uni Eropa lebih kompetitif bagi tenaga ahli
asing.

3.2 Analisis kasus dan implementasi masuknya Tenaga Keja Asing (TKA)

3.2.1 Analisis kasusmasuknya Tenaga Keja Asing (TKA)


Ketenagakerjaan P2K LIPI, Devi Asiati menerangkan, pertama semakin besarnya
jumlah investasi China masuk ke Indonesia berjalan beriringan dengan semakin banyaknya
TKA China yang masuk ke Indonesia. Sebab pemerintah China memiliki kebijakan bahwa
penanaman investasi di luar negaranya harus diikuti dengan ekspor tenaga kerja."Itu
berdasarkan kebijakan law of the control of the exit and entry citizen pada 1986 yang
mendorong tenaga kerja ke luar negeri seiring dengan investasinya.Karena di negaranya
terjadi surplus tenaga kerja," tuturnya di Gedung Widya Graha LIPI, Jakarta, Selasa
(8/5/2018).

Faktor lainnya, hubungan kerjasama investasi Indonesia dengan China semakin erat
dengan adanya kerjasama Joint Statement on Strenghtening Comprehensive Strategic
Partnership di 2015.Implementasi kerjasama itu terlihat dari kemitraan pembangunan
infrastruktur di Indonesia.

Ketiga, adanya kebijakan pemerintah tentang bebas visa.Tujuan pemerintah adalah


meningkatkan kunjungan para turis. Kebijakan itu tertuang dalam Perpres No 69 tahun 2015
tentang Bebas Visa Kunjungan bagi 45 yang kemudian ditambah menjadi 169 negara yang
diubah dalam Perpres No 21 Tahun 2016."Implikasi kebijakan itu memunculkan isu atas
membanjirnya TKA termasuk dari China.Tujuannya memang untuk meningkatkan turis yang
masuk tapi ternyata banyak pekerja yang masuk ke Indonesia dengan visa turis," tambah
Devi.

Devi menambahkan, menurut data Kemnaker sampai dengan Juni 2017 ditemukan
TKA sebanyak 1.383 orang. Sebanyak 60% diantaranya bekerja tanpa izin dan sisanya

21
penyalahgunaan jabatan."TKA ilegal kebanyakan berasal dari China, data pelanggaran
keimigrasian pada 2016 paling banyak dari China sebanyak 24% dari 7.787 orang," tuturnya.
Selain itu ada pula Permenaker 35 tahun 2015 tentang penggunaan TKA yang menghapus
syarat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia serta penghapusan rasio 10:1 jumlah TKA
dengan TK lokal. Ditambah lagi pengawasan TKA di Indonesia juga belum optimal lantaran
minim nya ketersediaan tenaga pengawas.Jumlah pengawas TKA saat ini 2.294 orang
sementara jumlah perusahaan yang diawasi sebanyak 216.547."Padahal idealnya 1 pengawas
mengawasi 5 perusahaan," kata Devi.Belum lagi masih ada 150 kabupaten dan kota yang
belum memiliki tenaga pengawas TKA dari 514 kabupaten dan kota yang ada.

3.2.2 Implementasi masuknya Tenaga Keja Asing (TKA)

Sejak amandemen UUD 1945, asas otonomi daerah mendapatkan posisinya dalam
Pasal 18 tentang pemerintah daerah dan dikembangkannya sistem pemerintahan yang
desentralistis melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Lima hal pokok yang menjadi kewenangan Pusat Menyusul diberlakukannya otonomi daerah
ini adalah luar negeri, pertahanan dan keamanan, moneter, kehakiman, dan fiskal.Masalah
ketenagakerjaan pun menjadi lingkup kewenangan pemerintah daerah, dengan
menempatkannya dalam struktur organisasi dan tata kerja dalam struktur “dinas”.

Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara


Penggunaan Tenaga Kerja Asing, pengajuan mempergunakan tenaga kerja asing untuk
pertama kalinya diajukan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, selanjutnya untuk
perpanjangan diajukan dan diberikan oleh Direktur atau Gubernur/Walikota. Kondisi ini telah
melahirkan masalah baru di daerah. Sebagai contoh kasus yang terjadi di Kota Batam,
Sebelum diberlakukannya UUK, Pemerintah Daerah melalui seksi penempatan kerja dan
tenaga kerja asing memiliki tugas dan wewenang dalam proses pemberian izin tenaga kerja
asing di Kota Batam. Akan tetapi setelah diberlakukannya UUK, tugas dan kewenangan seksi
tereliminir. Para pengusaha yang akan mempekerjakan tenaga kerja asing pun harus
menyeberang pulau menenuju Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Jakarta. Tentu
saja dengan mekanisme baru ini membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.Apa lagi
birokrasi di Kementerian kita masih dinilai negatif; urusan yang mudah justru dipersulit.
Kerumitan yang dipandang oleh para pengusaha yang akan meminta izin mempekerjakan
tenaga kerja asing ini menjadi sorotan terutama bagi kementerian yang bertanggung jawab di

22
bidang ketenagakerjaan untuk dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan pelayanan
khususnya pemberian izin mempekerjakan tenaga kerja asing[8].

Selanjutnya Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi menerbitkan Surat Keputusan


Nomor B.388/MEN/TKDN/VI/2005 tanggal 21 Juli 2005 yang telah disosialisasikan oleh
Dinas Tenaga Kerja Kota Batam.SK ini pun mendapat tanggapan keras dari kalangan
pengusaha di Batam untuk dapat meninjau kembali tentang pengesahan RPTKA. Keberatan
lain yang menjadi point penting adalah biaya yang cukup besar untuk mengurus pengajuan
dan izin penggunaan tenaga kerja asing. Pengurusan izin penempatan tenaga kerja asing juga
muncul sehubungan dengan pendapatan asli daerah (PAD) karena di dalam kaitannya dengan
dana kompensasi di Provinsi Jawa Timur terdapat sedikitnya 1400 tenaga kerja asing yang
tersebar di wilayah Kabupaten/Kota[9]. Berkaitan dengan keberadaan tenaga kerja asing
tersebut maka Pemerintah Provinsi Jawa Timur membuat Perda Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Izin Kerja Perpanjangan Sementara dan Mendesak Bagi tenaga Kerja Warga Negara Asing
Pendatang; yang substansinya memberikan pembebanan kepada pengguna tenaga kerja asing
di Jawa Timur untuk membayar dana kompensasi kepada pemerintah daerah provinsi dan
hasil dana kompensasi tersebut dibagi secara proporsional kepada setiap Kabupaten/Kota
yang terdapat di wilayah Provinsi Jawa Timur.

Contoh lain terdapat di Kabupaten Bekasi yang sebagian ruang wilayah


diperuntukkan bagi kawasan industri, maka dengan didirikannya berbagai perusahaan
industri, dampaknya terdapat tenaga kerja asing yang bekerja di perusahaan-perusahaan
industri di wilayah Bekasi. Di Kabupaten Bekasi sedikitnya terdapat 1500 tenaga kerja asing,
dari jumlah tersebut sebagian besar tenaga kerja asing tersebut berasal dari Korea dan
Jepang[10]. Terkait TKA di Kabupaten Bekasi diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 19
Tahun 2001 tentang Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Asing, salah satu substansi
pengaturannya berkaitan dengan kewajiban sertiap warga negara asing yang bekerja di
wilayah Kabupaten Bekasi untuk menyetor uang sebesar US$100 per bulan kepada
Pemerintah Kabupaten Bekasi. Secara ekonomis ketentuan tersebut menghasilkan dana untuk
pemerintah Kabupaten, karena dimasukkan ke dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten Bekasi dan secara tidak langsung Mekanisme tersebut dapat
dikategorikan sebagai bentuk dari pengawasan tidak langsung, karena setiap bulan akan
diketahui berapa jumlah tenaga kerja asing yang ada di Kabupaten Bekasi. Hal tersebut dapat
dilihat dari jumlah dana yang Disetor setiap bulan dari para pengusaha kawasan industri di
Kabupaten bekasi ke Kas Pemda Bekasi.

23
Namun demikian menurut Pemda Bekasi keberadaan tenaga kerja asing di Bekasi
belum memberikan keuntungan bagi pembangunan di wilayahnya, Salah satu alasannya
pemasukan pajak tenaga kerja asing sebesar Rp 23 milyar wajib disetor ke Pemerintah Pusat,
karena berdasarkan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Tahun 2005 dana tersebut
merupakan pendapatan non pajak dan hak pemerintah pusat. BPK mengatakan dana tersebut
bersumber dari dana pengembangan ketrampilan kerja (DPKK), padahal dana tersebut
merupakan uang hasil pungutan dari seluruh tenaga kerja asing yang bekerja di wilayah
Bekasi. Perda Nomor 19 Tahun 2001 mempertimbangkan Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999, Dalam undang-undang tersebut disebutkan daerah memiliki kewenangan mengatur
keberadaan tenaga kerja asing demi pembangunan daerah, hal ini berarti pungutan yang
berasal dari tenaga kerja asing seharusnya juga menjadi sumber pendapatan asli daerah.
Sedangkan pemerintah Pusat melalui Kementerian Keuangan menyatakan pungutan terhadap
tenaga kerja asing sebagai pendapatan non pajak Kementerian Keuangan menyatakan
pungutan tersebut harus di setor kepada Pemerintah Pusat.

Dengan demikian terjadi perbedaan pemahaman antara Pusat dan Daerah soal tenaga
kerja asing yang dapat menimbulkan permasalahan dan ketidakpastian hukum.Hal tersebut
tidak perlu terjadi karena dengan tuntutan instansi/lembaga pemerintah di daerah untuk
menjalankan otonomi di daerahnya, dalam rangka ketenagakerjaan telah dikeluarkan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130-67 Tahun 2002 tentang Pengakuan
Kewenangan Kabupaten dan Kota. Pada Lampairan Keputusan Mendagri, khususnya Pada
Bidang Ketenagakerjaan angka romawi I huruf A: Penempatan dan pendayagunaan, angka 7 :
Perizinan dan Pengawasan, perpanjangan izin penggunaan tenaga Kerja asing, disebutkan
bahwa kewenangan yang dilimpahkan kepada Kabupaten/Kota adalah :

1. Penelitian pelengkapan persyaratan perizinan (IKTA);


2. Analisis jabatan yang akan diisi oleh tenaga kerja asing
3. Pengecekan kesesuaian jabatan dengan Positif List tenbaga kerja asing yang akan
dikeluarkan oleh DEPNAKER;
4. Pemberian perpanjangan izin (Perpanjangan IMTA);
5. Pemantauan pelaksanaan kerja tenaga kerja asing; dan
6. Pemberian rekomendasi IMTA.

Terkait permohonan IKTA dalam rangka penenaman modal asing, didasarkan pada
Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor KEP-105/MEN/1977

24
tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Kerja Bagi tenaga Kerja Asing yang akan
bekerja dalam rangka Koordinasi penanaman modal, diatur bahwa IKTA dikeluarkan oleh
Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Namun berdasarkan Kepmenaker
Nomor KEP-03/MEN/1990 bahwa permohonan IKTA yang diajukan oleh pemohon yang
merupakan perusahaan dalam rangka PMA dan PMDN, disampaikan kepada Ketua BKPM
(Pasal 9 ayat 2). Kemudian Ketua BKPM atas nama Menteri Tenaga Kerja mengeluarkan
IKTA dengan tembusan disampaikan kepada instansi teknis (Pasal 10 ayat 2 dan 3).

Selanjutnya pengaturan secara teknis tentang tata cara permohonan penyelesaian


IKTA bagi perusahaan dalam rangka PMA dan PMDN, wajib menyesuaikan dan mengikuti
ketentuan dalam Kepmenaker Nomor KEP-416/MEN/1990 (Pasal 21). Namun berdasarkan
Kepmenaker Nomor KEP-169/MEN/2000 tentang Pencabutan Kepmenaker Nomor KEP-
105/MEN/1977 Tentang pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Kerja bagi Tenaga Kerja
Asing yang akan bekerja dalam rangka Koordinasi Penanaman Modal dan Kepmenaker
Nomor KEP-105/MEN/1985 tentang Penunjukan Ketua BKPM untuk mensahkan (RPTKA)
dalam rangka penanaman modal, mencabut wewenang pemberian izin kerja (IKTA) oleh
Ketua BKPM dalam rangka penanaman modal (sejak tanggal 1 Juli 2000). Selanjutnya
pemberian IKTA dilaksanakan oleh Menteri Tenaga Kerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

25
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kehadiran investasi asing sebagai konsekwensi liberalisasi pada dasarnya adalah pisau
bermata dua.Mereka dapat menjadi pendorong tumbuhnya sektor-sektor ekonomi tertentu
tetapi sekaligus dapat meminggirkan pengusaha lokal.Pengalaman banyak negara
menunjukan, terpinggirnya pengusaha lokal bukan disebabkan kehadiran investor
asing.Kebijakan pemerintah yang serikali kali menghambat atau paling tidak mempersempit
peluang wirausaha lokal untuk mendapatkan akses ke pasar.Akibatnya kecurigaan terhadap
investor asing menjadi meningkat.Investor asing dengan kekuatan modal dan keahliannya
dapat lebih mudah mengatasi distorsi yang diciptakan pemerintah sehingga terlihat sebagai
monster yang memangsa pengusaha lokal.Apabila pemerintah dapat mempermudah akses ke
dunia usaha maka diharapkan kehadiran asing dapat dimaksimalkan manfaatnya.

4.2 Saran

Pemerintah merupakan institusi yang bertindak sebagai penanggungjawab proses bernegara


serta meyelenggarakan kegiatan berbangsa dam bernegara harus dapat memberikan kepastian
hukum bagi semua pihak. Kepastian hukum dalam bidang ketenagakerjaan. Pemerintah harus
meningkatkan fungsi pengawasan terhadap penggunaan Tenaga Kerja Asing agar semua yang
dilekukan sesuai aturan yang sudah ditetapkan dan tidak lagi terjadi pelanggaran di kemudian
hari.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://katadata.co.id/berita/2019/04/08/investasi-dan-tenaga-kerja

https://kumparan.com/guru-bangsa/5-alasan-kenapa-indonesia-butuh-investasi-asing-
1552180369093698323

https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/dampak-tenaga-kerja-asing-di-indonesia

http://responsitory.radenintan.ac.id/2262/3/BAB_II_DAN_III.pdf

http://digilib.unila.ac.id/4528/15/BAB%20II.pdf

http://jdih.balikpapan.go.id/index.php/berita-nasional/101-investsi-asing-di-indonesia-memetik-
manfaat-liberalisasi

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-bisnis/1427-tenaga-kerja-asing-di-indonesia-kebijakan-
dan-implementasi.html

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4010940/ini-analisis-penyebab-serbuan-tka-
china-versi-lipi

27

Anda mungkin juga menyukai