Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EKONOMI ISLAM

“ Korupsi Pada PT Asuransi Jiwasraya ”

DOSEN PENGAMPU

Isfandayani, M.Si.

DISUSUN OLEH

Lyly Amalia Lestari 41183402170041

Prina Nurita Fajrin 41183402170050

Ajeng Rahayu Safitri 41183402170062

FAKULTAS EKONOMI – MANAJEMEN

UNIVERSITAS ISLAM 45

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas berkah, rahmat, dan
hidayah yang dilimpahkan-Nya, kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang
berjudul “Korupsi Pada PT Asuransi Jiwasraya”

Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu mata kuliah Ekonomi Islam

Dengan segala keterbatasan, kami sepenuhnya menyadari bahwa dalam penulisan


makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam pembahasan maupun tata
bahasanya atau cara penulisannya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati kiranya koreksi
dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak khususnya para pembaca sangat saya
harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini.

Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
sebagai penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bekasi, 28 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................1

1.3 Tujuan..............................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

LANDASAN TEORI.................................................................................................................3

2.1 Pengertian Asuransi........................................................................................................3

2.2 Unsur – Unsur Asuransi.................................................................................................4

2.3 Fungsi dan manfaat asuransi..........................................................................................4

BAB III.......................................................................................................................................6

PEMBAHASAN........................................................................................................................6

3.1 Faktor pemicu Terjadinya Korupsi di PT Asuransi Jiwasraya.......................................6

3.2 KasusKorupsi yang dikaitkan Dengan ibnu khaldun.....................................................7

3.3 Solusi Dalam Menghadapi Kasus Korupsi Dalam Syariah Islam..................................8

BAB III.......................................................................................................................................9

PENUTUP..................................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................9

3.2 Saran..............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT. Asuransi Jiwasraya merupakan asuransi jiwa yang berstatus Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) sehingga mendapat jaminan dari pemerintah. Asuransi dapat
memberikan banyak manfaat bagi masyarakat luas antara lain memberikan jaminan
ganti rugi atas kerugian atau kehilangan yang dialami oleh nasabah. Dengan adanya
asuransi kita tidak perlu lagi memikirkan mengenai kehilangan atau kerugian yang
kita alami karena asuransi akan menolong kita untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Namun perusahaan ini tidak lepas dari permasalahan, adapun masalah - masalah yang
ada pada kantor Asuransi Jiwasrayadugaan adanya tindak pidana korupsi.
PT Asuransi Jiwasraya tengah menjadi sorotan masyarakat. Asuransi jiwa
tertua di Indonesia itu mengalami tekanan likuiditas sehingga ekuitas perseroan
tercatat negatif Rp23,92 triliun pada September 2019. Selain itu, Jiwasraya
membutuhkan uang sebesar Rp32,89 triliun untuk kembali sehat.Ternyata, kasus
Jiwasraya merupakan puncak gunung es yang baru mencuat. Jika dirunut,
permasalahan Jiwasraya sudah terjadi sejak tahun 2000-an.Kementerian BUMN dan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan ekuitas Jiwasraya tercatat negatif Rp3,29
triliun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud asuransi?
2. Apa saja unsur – unsur dalam asuransi?
3. Apa saja fungsi asuransi?
4. Apa yang menjadi faktor pemicu terjadinya korupsi pada PT Asuransi
Jiwasraya?
5. Korupsi yang dikaitkan ibnu khaldun
6. Bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi masalah korupsi pada PT
Asuransi Jiwasraya?

1
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan ini untuk memenuhi tugas mata Ekonomi Islam dalam
membuat makalahtentang Korupsi pada PT Asuransi Jiwasraya. Maksud dari
penuliisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi Asuransi
2. Untuk mengetahui unsure- unsure dalam asuransi
3. Untuk mengetahui fungsi asuransi
4. Untuk mengetahui faktor terjadinya korupsi pada PT Asuransi Jiwasraya
5. Untuk mengetahui korupsi menurut pendapat ibnu khaldun
6. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam menangani masalah korupsi pada
PT Asuransi Jiwasraya menurut paradigma syariah islam

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Asuransi


Usaha perasuransian merupakan salah satu badan usaha bergerak dibidang keuangan
bukan bank, yang menyajikan layanan perlindungan untuk mengatasi risiko-risiko keuangan
dan nantinya akan menggantikan kerugian yang diderita dengan memberikan sejumlah uang
yang telah menjadi kesepakatan bersama.

Menurut Danarti (2011 , p. 6) Asuransi atau yang dalam bahasa Belanda


“verzekering” berarti pertanggungan. Ada dua pihak yang terlibat dalam asuransi yaitu pihak
yang sanggup menanggung atau menjamin bahwa pihak yang lainnya akan mendapat
penggantian suatu kerugian, yang mungkin akan ia derita sebagai akibat dari suatu peristiwa
yang semula belum tentu akan terjadi atau semula belum dapat ditentukan saat akan
terjadinya.

Jasa asuransi dalam kehidupan sehari-hari dibutuhkan dalam menghadapi risiko


keuangan yang timbul sebagai akibat datangya kematian dan menimbulkan masalah bagi
yang ditinggalkan ataupun risiko atas harta benda yang dimiliki.

Asuransi menurut Undang-Undang No.40 tahun 2014 tentang Perasuransian pada Ketentuan
Umum Pasal 1 yang menyebutkan bahwa Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu
perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh
perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:

1. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian,


kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum
pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
2. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau
pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang
besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Asuransi menurut Bab Sembilan pasal 246 KUHD ( Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang ) adalah Asuransi atau penanggungan adalah suatu perjanjian dimana seorang

3
penanggung mengikat diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi untuk
memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan mungkin akan diderita karena suatu peristiwa tertentu. 11
Berdasarkan definisi tersebut, asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi resiko yang
melekat pada usaha tertentu, dimana didasari oleh aturan -aturan hukum yang didalamnya
telah dijelaskan bahwa berdasarkan perjanjian kedua belah pihak yaitu Tertanggung
(Nasabah) kepada Penanggung (Pihak Asuransi) apabila terjadi kerugian tertanggung yang
berkepentingan akan merasa aman dari ancaman tersebut, sebab jika kerugian itu betul-betul
terjadi penanggunglah yang akan menggantinya

2.2 Unsur – Unsur Asuransi


Menurut Danarti (2011 , p. 13) Berdasarkan definisi mengenai asuransi terdapat empat unsur
yang terkandung dalam asuransi, yaitu :

1. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak
penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.
2. Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar sejumlah uang atau
santunan kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila
terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu.
3. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya).
4. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang
tak tertentu

2.3 Fungsi dan manfaat asuransi


a) Fungsi asuransi
Menurut Arthesa, Ade & Handiman, Edia (2006, p. 237) asuransi memiliki beberapa fungsi
sebagai berikut:
1. Memberikan rasa aman dan perlindungan. Pihak tertanggung akan mendapatkan rasa
aman dari perlindungan yang diberikan oleh pihak asuransi. Yakni , risiko keuangan
akibat kehilangan, kebakaran, kerusakan, kematian, dan risiko lainnya dapat diatasi
dengan penggantian sejumlah dana tertentu sesuai dengan nilai pertanggungan. 2.
Fungsi tabungan dan sumber pendapatan lain. Beberapa jenis asuransi juga berfungsi
sebagi tabungan atau sumber pendapatan. Yakni, selain memberikan manfaat berupa
bunga dari hasil akumulatif total premi yang dibayarkan.

4
2. Alat penyebar risiko. Risiko yang seharusnya diterima sepenuhnya oleh tertanggung
dapat disebarkan kepada penanggung, sehingga tertanggung mendapatkan rasa aman
dalam menjalankan aktivitasnya. Konsekuensi dari penyebaran risiko ini adalah
kewajiban premi yang harus dibayar oleh pihak tertanggung.
3. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil. Nilai pertanggungan dan besarnya
premi ditentukan berdasarkan aspek keadilan bagi kedua belah pihak yang merasa
diuntungkan atau dirugikan atas kesepakatan yang terjadi. Perhitungan besarnya
premi dan nilai pertanggungan hanya dapat dilakukan oleh ahli aktuaria yang
mempunyai kredibilitas baik dan dilakukan dengan perhitungan yang tepat.
b) Manfaat Asuransi
Menurut Martono (2002, pp. 145-146) asuransi memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Rasa aman dan perlindungan. Sebagai individu maupun pengusaha, polis yang
dimiliki memberikan rasa aman atas kerugian yang mungkin akan terjadi.
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil. Nilai pertanggungan dan
besarnya premi diperhitungkan secara akurat dengan mempertimbangkan berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Semakin besar nilai pertanggungan semakin besar
pula premi yang harus dibayar oleh tertanggung.
3. Polis asuransi dapat dijadikan jaminan memperoleh kredit dan dapat dijadikan
sebagai kelengkapan memperoleh kredit. Besar kredit yang dapat diberikan oleh
perusahaan asuransi kepada tertanggung sesuai dengan nilai pertanggungan. Untuk
memperoleh kredit dari bank diperlukan agunan (berupa rumah, gedung ) dan agunan
tersebut harus diasuransikan.
4. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan. Premi yang dibayar oleh
tertanggung memiliki unsur tabungan yang memperoleh pendapatan berupa bunga
dan bonus tambahan sebagai perjanjian.

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Faktor pemicu Terjadinya Korupsi di PT Asuransi Jiwasraya

Kasus Jiwasraya, gagal bayar hingga dugaan korupsi. Persoalan keuangan


Jiwasraya telah terjadi sejak awal 2000-an. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tengah
menjadi sorotan masyarakat. Asuransi jiwa tertua di Indonesia itu mengalami tekanan
likuiditas sehingga ekuitas perseroan tercatat negatif Rp23,92 triliun pada September
2019. Selain itu, Jiwasraya membutuhkan uang sebesar Rp32,89 triliun untuk kembali
sehat.
Pada tahun 2010-2012 Jiwasraya melanjutkan skema reasuransi dan
mencatatkan surplus sebesar Rp1,3 triliun pada akhir 2011. Namun, Kepala Biro
Perasuransian Isa Rachmatawarta menyatakan metode reasuransi merupakan
penyelesaian sementara terhadap seluruh masalah.Sebab, keuntungan operasi dari
reasuransi cuma mencerminkan keuntungan semu dan tidak memiliki keuntungan
ekonomis.Karenanya, pada Mei 2012, Isa menolak permohonan perpanjangan
reasuransi.Laporan keuangan Jiwasraya 2011 disebut tidak mencerminkan angka yang
wajar.Perlu diketahui, sepanjang 2013-2017, pendapatan premi Jiwasraya meningkat
karena penjualan produk JS Saving Plan dengan periode pencairan setiap tahun.
Mei 2018, pemegang saham menunjuk Asmawi Syam sebagai direktur utama
Jiwasraya.Di bawah kepemimpinannya, direksi baru melaporkan terdapat kejanggalan
laporan keuangan kepada Kementerian BUMN.Indikasi kejanggalan itu betul, karena
hasil audit Kantor Akuntan Publik (KAP) PricewaterhouseCoopers (PwC) atas
laporan keuangan 2017 mengoreksi laporan keuangan interim dari laba sebesar Rp2,4
triliun menjadi hanya Rp428 miliar.
Kementerian BUMN juga mensinyalir investasi Jiwasraya banyak ditaruh di
saham-saham gorengan. Hal ini yang menjadi satu dari sekian masalah gagal bayar
klaim Asuransi Jiwasraya.Selain Kejagung, Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta
juga menaikkan status pemeriksaan dari penyelidikan menjadi penyidikan pada kasus
dugaan korupsi.
Pada 8 Januari, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengumumkan pernyataan
resmi terkait skandal Jiwasraya. Salah satunya, laba perseroan sejak 2006Kementerian
BUMN dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan ekuitas Jiwasraya tercatat

6
negatif Rp3,29 triliun.Disebut laba semu karena melakukan rekayasa akuntansi
(window dressing). Hasil pemeriksaan BPK akan menjadi dasar bagi Kejagung
mengambil putusan terhadap orang-orang yang bertanggung jawab atas kondisi
Jiwasraya.

3.2 KasusKorupsi yang dikaitkan Dengan ibnu khaldun


Pemikir Muslim ternama yag hidup pada abad ke-14, Ibnu Khaldun, menilai
penting adanya rasa kebersamaan, serta senasib dan sepenanggungan, atau disebutnya
sebagai ashabiyah sebagai penjamin kelangsungan sebuah negara. Hilangnya
ashabiyah itu, kata dia, akan melahirkan antara lain perilaku korupsi.Khaldun
mengamati jatuh bangunnya kesultanan dan menulisnya kesimpulannya dalam buku
The Muqaddimah (Mukadimah). Buku tersebut juga masuk dalam daftar bacaaan
CEO Facebook Mark Zuckeberg.Ibnu Khaldun menulis, pada awal berdirinya
kesultanan ada perasaan ashabiyah yang kuat karena pemimpin dan masyarakat sama-
sama berjuang mendirikan negara. Lalu seiring bergantinya generasi dan datangnya
kemakmuran, ashabiyah hilang dan diganti mengejar kemewahan dan kenikmatan
hidup.
"Agama dan kesejahteraan tergeser oleh keinginan mencapai kemewahan
hidup," kata Khaldun.Kemewahan hidup itu tidaklah mudah dicapai karena
membutuhkan biaya besar. Maka, kata Khaldun, muncullah korupsi karena orang
berusaha mengejar kemewahan dengan cara-cara yang tidak benar.Jika pejabat di
pemerintahan juga mengejar kemewahan itu, maka Khaldun melihat mereka tak lagi
memperhatikan kebutuhan sehari-hari masyarakatnya. Maka, kata dia, muncullah
kemiskinan dan kesulitan ekonomi di masyarakat.
Dalam buku Mukadimah, Khaldun menyebut kesultanan yang kini berada di
Maroko yang menanam pohon yang indah di berbagai tempat. Pohon-pohon itu, kata
dia, enak dipandang tapi buahnya tak bisa dimakan sehingga tak berguna bagi
masyarakat.Maksud Khaldun, tanda-tanda sebuah pemerintah yang korup adalah yang
proyek pembangunannya tidak ada kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan
masyarakat. "Kalau sudah sampai tahap ini, orang harus mulai cemas dengan masa
depan negaranya," ujarnya.Jika ada ashabiyah atau perasaan kebersamaan antara
pemerintah dan masyarakatnya untuk mengejar tujuan bersama, maka negara bisa
terhindar dari korupsi dan bisa sejahtera untuk waktu yang panjang. Jika tidak, maka
negara akan hancur oleh perilaku korup."Jika korupsi sudah merusak karakter dan

7
keagamaan seseorang, rasa kemanusiaannya sudah hilang, maka dia tak ada bedanya
dengan binatang," kata Khaldun. (okw/ega)

3.3 Solusi Dalam Menghadapi Kasus Korupsi Dalam Syariah Islam


Secara preventif paling tidak ada 5 (lima) langkah untuk mencegah korupsi
menurut paradigma syari’ah Islam sebagai berikut :

Pertama, rekrutmen SDM aparat negara wajib berasaskan profesionalitas dan


Integritas, bukan berasaskan egoisme yang pada akhirnya berujung pada
korupsi,kolusi, dan nepotisme. Dalam istilah Islam, mereka yang menjadi aparatur
wajib memenuhi kriteria yang individunya berkepribadian islam (syakhsiyah
islamiyah). Nabi Muhammad SAW pernah bersabda “ Barangsiapa memperkerjakan
seseorang karna faktor suka atau hubungan kerabat, berarti dia telah berkhianat
kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukminin”.
Kedua, negara wajib melakukan pembinaan kepada seluruh aparat dan
pegawainya. Khalifah Umar bin khotob selalu memberikan nasihat kepada
bawahannya “ Kekuatan dalam bekerja adalah jika kamu tidak menunda pekerjaan
hari ini sampai besok, kalau kamu menundanya pekerjaannya akan menumpuk...’’
Ketiga, negara wajib memberikan gaji dan fasilitas yang layak kepada
aparatnya , sebagaimana Abu Ubaidah pernah berkata kepada Umar, “Cukupilah para
pegawaimu, agar mereka tidak berkhianat”.
Keempat, Islam melarang menerima suap atau hadiah atau dalam istilah
korupsi dikatakan gratifikasi bagi para aparat negara sebagai sabda Nabi “Barangsiapa
yang sudah menajadi pegawai kami dan sudah kami beri gaji, maka apa saja yang ia
ambil di luar itu adalah harta yang curang.’’ (HR.Abu Daud). Tentang hadiah kepada
aparat pemerintah, Nabi SAW berkata, “Hadiah yang diberikan kepada parapenguasa
suht adalah haram dan suap yang diberikan kepadahakim adalah kekufuran.
(HR.Ahmad)
Kelima , adanya keteladanan dari pimpinan. Manusia cenderung mengikuti
orang terpandang dalam masyarakat, termasuk pimpinannya. Maka disini pemimpin
juga memiliki peran besar untuk menjadi teladan yang baik bagi umatnya atau
masyarakatnya.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kasus Jiwasraya, gagal bayar hingga dugaan korupsi. Persoalan keuangan
Jiwasraya telah terjadi sejak awal 2000-an. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tengah
menjadi sorotan masyarakat. Asuransi jiwa tertua di Indonesia itu mengalami tekanan
likuiditas sehingga ekuitas perseroan tercatat negatif Rp23,92 triliun pada September
2019. Selain itu, Jiwasraya membutuhkan uang sebesar Rp32,89 triliun untuk kembali
sehat.
Kementerian BUMN juga mensinyalir investasi Jiwasraya banyak ditaruh di
saham-saham gorengan. Hal ini yang menjadi satu dari sekian masalah gagal bayar
klaim Asuransi Jiwasraya. Selain Kejagung, Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta
juga menaikkan status pemeriksaan dari penyelidikan menjadi penyidikan pada kasus
dugaan korupsi.
Pada 8 Januari, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengumumkan pernyataan
resmi terkait skandal Jiwasraya. Salah satunya, laba perseroan sejak 2006
Kementerian BUMN dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan ekuitas
Jiwasraya tercatat negatif Rp3,29 triliun. Disebut laba semu karena melakukan
rekayasa akuntansi (window dressing). Hasil pemeriksaan BPK akan menjadi dasar.
Kasus korupsi yang dikaitkan dengan Ibnu Khaldun.Pemikir Muslim ternama
yag hidup pada abad ke-14, Ibnu Khaldun, menilai penting adanya rasa kebersamaan,
serta senasib dan sepenanggungan, atau disebutnya sebagai ashabiyah sebagai
penjamin kelangsungan sebuah negara. Hilangnya ashabiyah itu, kata dia, akan
melahirkan antara lain perilaku korupsi.Khaldun mengamati jatuh bangunnya
kesultanan dan menulisnya kesimpulannya dalam buku The Muqaddimah
(Mukadimah).
solusi untuk mencegah korupsi menurut paradigma syari’ah Islam yaitu
dengan rekrutmen SDM aparat negara wajib berasaskan profesionalitas dan Integritas,
bukan berasaskan egoisme yang pada akhirnya berujung pada korupsi,kolusi, dan
nepotisme. Dan negara wajib melakukan pembinaan kepada seluruh aparat dan
pegawainya, memberikan gaji dan fasilitas yang layak kepada aparatnya.Islam
melarang menerima suap atau hadiah atau dalam istilah korupsi dikatakan gratifikasi
bagi para aparat negara.

9
3.2 Saran
Kasus korupsiJiwasrayaharus dilakukan audit investigatif untuk memastikan kemana
larinya investasi ini sehingga bisa me-recovery nilai-nilai investasi yang sudah akhirnya
mengorbankan jutaan nasabah. Kasus ini pemerintah harus bertindak tegas dalam mengusut
tuntas perkara kasus korupsi keuangan dan dana investasi, sehingga dapat menggantikan
kerugian nasabah. Selain upaya penindakan hukum, pemerintah juga dinilainnya perlu
memikirkan dampak dari segi bisnis terutama yaitu pemulihan keuangan perusahaan.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.cnbcindonesia.com/market/20191218210034-17-124271/ini-penjelasan-lengkap-
kejagung-soal-kasus-korupsi-jiwasraya

https://news.detik.com/berita/d-3172589/ibnu-khaldun-korupsi-terjadi-karena-pejabat-mengejar-
kemewahan-hidup

https://www.kompasiana.com/ulvia/57ed18b1dc9373cd164376c7/faktorfaktor-dan-cara-
pencegahan-korupsi-dalam-islam

11

Anda mungkin juga menyukai