Anda di halaman 1dari 21

Proses Analisis Sekuritas

MANAJEMEN INVESTASI DAN POROFOLIO

KELOMPOK :2
SEMESTER / KELAS : 6 / Kelas E
DOSEN PENGAJAR : Drs. Nurmantias, M.M., CFMP
NAMA MAHASISWA /NPM : Nadiatul Fitri 1810111090
Rafiansyah 1810111100
Muhammad Reva Andrian 1810111101

EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN S1
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
TA. 2020-2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha pengasih lagi maha penyayang. Segala
puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dan sudah memberikan kami nikmat iman dan
nikmat kesehatan jasmani serta rohani.
Tujuan penulisan makalah ini untuk menempuh susunan tugas mata kuliah Manajemen
Investasi dan Portfolio mengenai Proses Analisis Sekuritas. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan
didalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca agar makalah ini
nantinya menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Penulis mengucapkan terimakasih terhadap semua pihak yang terlibat terutama Drs.
Nurmantias, M.M., CFMP selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Investasi dan
Portfolio yang mana telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas artikel.
Penulis berharap pembuatan makalah ini dapat berguna dan memberikan manfaat serta
menambah wawasan bagi para pembaca.

Jakarta, 6 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Analisis Sekuritas .....................................................................................................3
2.2 Perbedaan Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal .........................................9
2.3 Analisis Fundamental..............................................................................................10
2.3.1 Pendekatan Top-bottom dan Pendekatan Bottom-up.................................11
2.3.2 Analisis Ekonomi.......................................................................................11
2.3.3 Analisis Industri.........................................................................................11
2.3.4 Analisis Perusahaan....................................................................................11
2.4 Kumpulan Soal........................................................................................................13
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Studi Kasus.............................................................................................................23
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Investasi adalah suatu aset yang digunakan perusahaan untuk pertimbangan
kekayaan melalui distribusi hasil investasi atau manfaat lain bagi perusahaan yang
berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Pada
hakikatnya investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan
untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Oleh karenanya sebelum
melakukan investasi, investor perlu memastikan bahwa investasinya tersebut mampu
memberikan tingkat pengembalian (rate of return) yang diharapkan. Yaitu dengan
melakukan investasi pada saham perusahaan yang memiliki kinerja yang baik.
Perkembangan yang semakin pesat membawa implikasi pada persaingan antar
perusahaan. Perusahaan dituntut untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan
kinerja perusahaannya agar dapat bertahan dalam persaingan yang ketat. Untuk itu
diperlukan suatu pengukuran dalam hai ini adalah pengukuran kinerja agar dapat
mengetahui kinerja perusahaan yang sebenernya sehingga dapat bertahan dalam persaingan
yang semakin ketat.
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasionalnya
merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (Analisa Fundamental
Perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban bagi para penyanda dananya juga merupakan element dalam
penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan dimasa yang akan
datang.
Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini juga menjadi pemicu para investor untuk
berspekulasi dalam “bermain” saham. Dalam periode krisis global banyak pihak yang
sangat diuntungkan dan banyak pihak pula yang sangat tidak diuntungkan dikarenakan
pengambilan keputusan yang benar dan salah oleh para investor tersebut.
Analisis fundamental, berupaya untuk memprediksi saham mana yang berharga dan
mana yang tidak. Menurut para pendukungnya, analisis fundamental menawarkan gambar
yang lebih lengkap tentang gerakan mungkin baik dari saham pasar dan saham individu
karena sebagai elemen sebanyak mungkin diselidiki. Analisis teknis, di sisi lain, hanya
terlihat pada data masa lalu dari harga saham. Mungkin argumen terbesar dalam
mendukung analisa fundamental dapat dilakukan dengan mengamati keberhasilan salah
satu pendukung yang paling terkenal yaitu Warren Buffett.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan di bahas
dalam makalah ini antara lain.
1. Apa yang dimaksud dengan analisis fundamental?

1
2. Apakah tujuan dari dilakukannya analisis fundamental?
3. Bagaimana investor menggunakan analisis fundamental dalam berinvestasi?
4. Apa perbedaan dari fundamental dan teknikal?
5. Apa Kelebihan dan kekurangan top down approach & buttom up?

1.3 Tujuan Penulisan


Setiap pembuatan pasti memliki tujuan. Begitupun dari penulisan laporan ini adapun
tujuannya adalah sebagai berikut.
a. Memenuhi tugas makalah mata kuliah manajemen investasi dan portofolio. Dalam
hal ini kami selaku penulis berusaha memenuhi tugas dari dosen kami. Kami
berusaha memenuhi apa yang menjadi tanggung jawab kami sebagai anak didik
beliau.
b. Menyampaikan dan menjelaskan analisis fundanmental kepada pembaca.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Memahami macam-macam proses berinvestasi berserta kelebihan dan
kekurangannya
b. Dapat memilih cara berinvestasi yang sesuai

2
BAB II
LANDASAR TEORI

2.1 Analisis Sekuritas


Sekuritas adalah sebuah dokumen yang mengidentifikasi hak atau klaim atas asset
dan setiap aliran kas mendatang yang diperoleh perusahaan. Sedang portofolio merupakan
sekumpulan dari sekuritas. Istilah dari sekuritas itu sendiri mempunyai pengertian yang
luas, tidak hanya terbatas pada saham atau obligasi saja. Bahkan, surat pembelian mobil
atau sertifikat kepemilikan tanah dan bangunan bisa termasuk dalam pengertian sekuritas.
Kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih sekuritas atau surat berharga, yaitu :
Risiko tingkat bunga, Risiko kemampuan membeli. Risiko keuangan, Risiko likuidasi,
Pajak. Dan Pengembalian atas sekuritas
Dalam Analisis Sekuritas melibatkan melibatkan proses estimasi aliran kas
mendatang serta risiko yang dihubungkan dengan prospek aliran kas tersebut. Tugas analis
umumnya juga melibatkan, apakah secara eksplisit atau implisit, estimasi harga sekuritas.
Dalam analisis sekuritas, ada dua pendekatan yang populer digunakan investor, yaitu
analisis teknikal dan analisis fundamental.

2.2 Perbedaan Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal


Analisa fundamental ialah analisa yang didasarkan dengan kondisi suatu perusahaan,
kondisi ekonomi dan industri terkait. Analisa fundamental pada umumnya menggunakan
indikator-indikator perusahaan yang tertera melalui laporan keuangan perusahaan seperti
Price to Earning Ratio (P/E), ROE (Return to Equity), dan lain-lainnya. Investor ternama di
dunia, Warren Buffet, mempercayai analisa fundamental dalam melakukan investasi.
Analisa fundamental kerap digunakan oleh investor jangka panjang seperti Warren Buffet
untuk menyaring saham yang termasuk pada kategori baik.
Sementara itu, analisa teknikal ialah analisa yang berdasarkan pada data-data
mengenai harga historis yang terjadi pada pasar saham. Dalam penerapan analisa teknikal,
prediksi untuk membeli atau menjual saham dilakukan dengan melihat grafik historis
pergerakan saham. Pengguna analisa teknikal umumnya disebut dengan trader yang
melakukan investasi secara jangka pendek seperti investasi secara harian. Salah satu
pengguna analisa teknikal yang tersohor ialah George Soros.
Berbeda dengan analisis teknikal, dalam analisis fundamental investor tidak hanya
berfokus pada kinerja pergerakan saham, tetapi juga kinerja bisnis secara keseluruhan.

2.3 Analisis Fundamental


Analisis fundamental terdiri atas beberapa analisa yang harus dilakukan sebelumnya,
yaitu : Analisa Ekonomi, Analisa Industri, Analisa Perusahaan.
2.3.1 Pendekatan Top-bottom dan Pendekatan Bottom-up

3
Analisa top-down adalah analisa yang digunakan dengan pendekatan faktor
luas atau global menuju faktor yang lebih spesifik (mengerucut kebawah).
Pendekatan ini memiliki prinsip ketika semua berjalan dengan baik, maka hasilnya
pun akan ikut baik atau naik. Menurut Fundsupermart, hal-hal yang perlu
diperhatikan di pendekatan atas ke bawah ini adalah kondisi makro dunia, kondisi
makro di dalam negeri, persentase pertumbuhan sektor industri, dan yang terakhir
adalah nilai fundamental perusahaan emiten.
Pemilihan saham dengan pendekatan bottom-up mengesampingkan analisa
ekonomi dan siklus pasar. Pendekatan bottom-up berfokus pada analisa atas
masing-masing saham. Dengan pendekatan ini, manajer investasi tidak
memfokuskan perhatiannya pada sektor industri atau kondisi perekonomian secara
keseluruhan, melainkan pada satu-persatu emiten.
Pendekatan bottom-up bertumpu pada asumsi bahwa emiten dapat berkinerja
baik meski industri di mana emiten itu tidak. Kemampuan untuk mengambil
keputusan yang tepat dengan pendekatan ini mengharuskan manajer investasi untuk
terlebih dahulu melakukan kajian mendalam terhadap emiten, termasuk mengenai
produk dan layanan sang emiten, stabilitas finansialnya dan semua aspek yang
dapat berdampak pada kinerja emiten. Secara lebih rinci, manajer investasi akan
menganalisa emiten dengan menelaah daya saing emiten tersebut di pasar, tingkat
utang dan kas yang dimilikinya, pola pembagian dividen yang telah dilakukan
selama ini dan bagaimana pergerakan laba serta harga sahamnya selama ini.

2.3.2 Analisis Ekonomi

4
Bertujuan membuat keputusan alokasi penginvestasian dana di beberapa
negara atau dalam negeri dalam bentuk saham, oblikasi, ataupun kas.
Tahap ini penting Karena adanya kecenderungan hubungan yang kuat antara
apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi makro dan kinerja suatu pasar modal.
Selain itu, Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada perekonomian makro.
Fluktuasi yang terjadi di pasar modal akan terkait dengan perubahan yang terjadi
pada berbagai variabel ekonomi makro. Contoh: harga obligasi dipengaruhi oleh
tingkat bunga yang berlaku.
Berikut cara menganalisa perubahan di pasar modal.
1. Perubahan siklus ekonomi
 Siklus ekonomi yang cenderung menurun menuju titik terendah
(atau disebut resesi), maka harga saham biasanya akan turun.
Semakin kuat resesi, semakin drastis penurunan harga saham.
 Siklus ekonomi diramalkan membaik, maka harga saham
menjelang titik balik siklis ekonomi (sebelum mencapai titik
terendah) akan membaik mendahului membaiknya siklus
ekonomi.
 Siklus ekonomi yang terus membaik sampai mendekati titik
puncak, maka harga saham cenderung stabil sehingga return
saham yang abnormal sulit dicapai investor.
2. Perubahan Variabel-variabel ekonomi makro
Pengamatan terhadap perubahan indikator ekonomi makro seperti
PDB, inflasi, tingkat bunga ataupun nilai tukar mata uang, dapat
membantu investor dalam meramalkan apa yang akan terjadi pada
perubahan pasar modal.
Beberapa variabel ekonomi makro yang perlu diperhatikan investor
antara lain:PDB, Inflasi, Tingkat bunga, Kurs rupiah, Anggaran
deficit, Investasi swasta, Neraca perdagangan dan pembayaran.
2.3.3 Analisis Industri
Analisis industri merupakan salah satu bagian dalam analisis fundamental.
Analisis industri biasanya dilakukan setelah kita melakukan analisis
ekonomi.Dalam analisis industri, investor mencoba membandingkan kinerja dari
berbagai industri untuk mengetahui jenis industri apa saja yang memberikan
prospek paling menjanjikan ataupun sebaliknya. Masalah pengelompokan industri
menjadi semakin rumit ketika berhadapan dengan banyak perusahaan yang
mempunyai sekian banyak ragam lini bisnis.
Analisis industri merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor
baik untuk meminimalkan risiko maupun untuk mengidentifikasi industri yang
mempunyai prospek yang menguntungkan. Analisis industri perlu diikuti analisis

5
perusahaan agar investor dapat menentukan saham perusahaan mana saja dalam
suatu kelompok industri yang mempunyai kombinasi return-risiko yang terbaik.
Untuk menilai suatu industri, ada dua langkah yang perlu dilakukan:
Mengestimasi earning per share (EPS) yang diharapkan dari suatu industri, dan
Mengestimasi price earning ratio (P/E) yang diharapkan atau disebut juga sebagai
expected earning multiplier industri.
Jika hasil kedua estimasi tersebut dikalikan, maka akan kita peroleh nilai
akhir yang diharapkan dari suatu industri (expected ending value of industry).
Tingkat return yang diharapkan dari suatu industri ditentukan dengan membagi
nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri ditambah dividen yang diharapkan
dari industri, dengan nilai awal industri tersebut pada periode sebelumnya.
Selanjutnya, dengan membandingkan tingkat return harapan dari industri terhadap
tingkat return yang disyaratkan oleh investor, investor akan dapat menentukan
industri mana saja yang layak dijadikan pilihan investasinya.
Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk mengestimasikan tingkat
penjualan suatu industri:
● Daur hidup industri (industry life cycle); Pengenalan (introduction),
Pertumbuhan (growth). Shakeout, Matang (maturity), Penurunan (decline)
● Analisis input-output.
● Hubungan antara industri dengan ekonomi secara keseluruhan.
Ketiga teknik saling melengkapi sehingga investor dapat mengkombinasikan
ketiga teknik tersebut untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai posisi dan
prospek industri dalam berbagai skenario.
Faktor penting lain yang mempengaruhi besarnya profit yang bisa diperoleh
suatu industri adalah intensitas persaingan dalam industri tersebut. Intensitas
persaingan dalam suatu industri akan menentukan kemampuan industri untuk tetap
memperoleh tingkat return di atas rata-rata.
Berikut 5 faktor persaingan industry (Porter’s Five Forces Analysis).
 Ancaman dari pendatang baru
 Daya tawar pemasok
 Daya tawar pembeli
 Ancaman dari produk pengganti
 Tingkat persaingan dengan kompetitor
2.3.4 Analisis Perusahaan
Analisis perusahaan diarahkan untuk mengetahui apakah saham suatu
perusahaan layak dijadikan pilihan investasi. Hasil analisis perusahaan harus bisa
memberikan gambaran tentang nilai perusahaan, karakteristik internal, kualitas dan
kinerja manajemen, serta prospek perusahaan di masa datang.
Dua komponen (earning per share, EPS dan price earning ratio, P/E)
diutamakan dalam analisis perusahaan karena tiga alasan:

6
 Kedua komponen tersebut bisa dipakai untuk mengestimasi nilai intrinsik
saham.
 Dividen yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya dibayarkan dari
earning.
 Adanya hubungan antara perubahan earning dengan perubahan harga
saham.
EPS dan Informasi Laporan Keungan
Earning per share (EPS) diperoleh dengan menghitung perbandingan antara
jumlah earning (dalam hal ini laba bersih yang siap dibagikan bagi pemegang
saham) dengan jumlah lembar saham perusahaan. Bagi para investor, informasi
EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa
menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan. Selain EPS, Informasi
yang dapat digunakan sebagai dasar penilaian perusahaan adalah laporan keuangan
perusahaan.
Beberapa faktor yang membuat EPS naik adalah;
 Laba naik tapi jumlah saham yang beredar sama (tidak berubah).
 Laba bersih meningkat tapi jumlah lembar saham berkurang
 Laba bersih serta jumlah saham yang beredar meningkat, tapi
perusahaan mampu menggandakan keuntungan lebih besar lagi.
Beberapa faktor yang membuat EPS turun antara lain adalah:
 Laba bersih turun tapi jumlah saham yang beredar sama
 Laba bersih turun dan jumlah saham naik
 Laba bersih naik dan jumlah saham naik, tapi kenaikan laba bersih gak
terlalu tinggi.
Beberapa Kelemahan EPS:
 Permasalahan dalam pelaporan earning ini terkait dengan
kemungkinan munculnya konflik kepentingan antara investor di satu
sisi sebagai pengguna laporan keuangan, dan manajemen di sisi
lainnya sebagai penyaji laporan keuangan.
 Cara mengurangi konflik ini, antara lain dengan:
1. Peran prinsip-prinsip dan kode etik akuntansi
2. penggunaan tenaga auditor eksternal yang netral.
Kelemahan laporan keuangan yang lainnya, adalah:
 Karena laporan tersebut dibuat di akhir periode (pada umumnya
tahunan), maka hal itu hanya menggambarkan kondisi perusahaan
pada saat laporan dibuat, dan tidak mampu menggambarkan kondisi
perusahaan yang terkini.
Analisis Rasio Profitabilitas Perusahaan
Di samping bisa dengan melihat laporan keuangan, analisis perusahaan juga
dapat dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Indikator penting

7
untuk melihat prospek perusahaan di masa datang adalah pertumbuhan profitabilitas
perusahaan. Dua rasio profitabilitas utama yang umumnya dipakai saat analisis ini
adalah ROE dan ROA.
Berikut pengertian dan rumus ROE dan ROA
 Return on Equity (ROE): menggambarkan sejauhmana kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham.
Laba Bersih setelah Bunga dan Pajak
ROE=
Jumlah Modal sendiri
 Return on Asset (ROA): menggambarkan sejauhmana kemampuan
aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba.
EBIT
ROA=
Jumlah Aset
 Debt Equity Ratio (DER); menggambarkan persentase utang dan
ekuitas sebuah perusahaan. Bicara soal utang, tentu saja utang itu
adalah kewajiban yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Sementara
itu, ekuitas didefinisikan sebagai kekayaan bersih sebuah perusahaan
yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan, dan hasil suatu
kegiatan usahanya.Bisa diartikan bahwa rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk melunasi utang-utang atau membayar
kewajibannya.
Rumus menghitungnya gampang yaitu dengan laporan keuangan
perusahaan yang berkaitan, dan lakukan pembagian antara total utang
(total liabilities) dan jumlah ekuitas. Jika hasilnya di bawah 1 atau
100%, itu utang perusahaan lebih kecil dari ekuitasnya, so keuangan
mereka masih sangat bagus. Semakin besar nilainya, maka makin
besar juga kewajibannya.Perhitungan rasio ini akan mempengaruhi
pertumbuhan laba. Karena tentu saja dalam utang, akan ada beban
bunga yang dibayar perusahaan.

2.4 Kumpulan Soal


1) Apa yang dimaksud dengan sekuritas?
Sekuritas adalah surat hutang yang dapat dengan cepat dijadikan uang atau kas,
atau dengankata lain sekuritas adalah surat hutang yang dapat dijual dengan cepat,
karena sekurita memiliki sifat yang likuid.
2) Kriteria apa saja yang harus diperhatikan dalam memilih sekuritas?
Kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih sekuritas atau surat berharga,
yaitu : Risiko tingkat bunga, Risiko kemampuan membeli. Risiko keuangan, Risiko
likuidasi, Pajak. Dan Pengembalian atas sekuritas
3) Apa yang dimaksud dengan pendekatan top-bottom?
Analisa top-down adalah analisa yang digunakan dengan pendekatan faktor luas
atau global menuju faktor yang lebih spesifik (mengerucut kebawah). Pendekatan ini
8
memiliki prinsip ketika semua berjalan dengan baik, maka hasilnya pun akan ikut baik
atau naik. Menurut Fundsupermart, hal-hal yang perlu diperhatikan di pendekatan atas
ke bawah ini adalah kondisi makro dunia, kondisi makro di dalam negeri, persentase
pertumbuhan sektor industri, dan yang terakhir adalah nilai fundamental perusahaan
emiten. Pendekatan ini membantu mengidentifikasikan situasi yang tidak tepat bagi
investasi di saham dalam jumlah besar, sehingga membantu manajer investasi
mengambil risiko yang terlalu besar.
 Kelebihan pendekatan top-down
Para pendukung pendekatan top-down menyatakan bahwa pendekatan ini
membantu manajer investasi untuk menentukan alokasi aset yang ideal bagi suatu
portofolio dalam segala kondisi pasar. Pendekatan top-down dipercaya membantu
manajer investasi untuk menghimpun perspektif dari beragam kelas aset, sehingga
mengurangi probabilitas terjadinya situasi di mana manajer investasi terpaksa
harus menjual di saat pasar sedang berada di titik terendah. Seringkali pendekatan
ini juga membantu mengidentifikasikan situasi yang tidak tepat bagi investasi di
saham dalam jumlah besar, sehingga membantu manajer investasi mengambil
risiko yang terlalu besar. Pendekatan ini membantu manajer investasi untuk tidak
berinvestasi terlalu besar di saat pasar sedang bearish adalah keunggulan terbesar
dari pendekatan ini. Jika pasar sedang dalam tren penurunan, probabilitas untuk
memilih saham yang unggul turun secara dramatis meskipun saham yang
dimaksud memenuhi semua persyaratan. Para pendukung pendekatan ini percaya
bahwa jika pasar finansial global sedang rapuh, ada tanda-tanda yang bisa
dicermati untuk meningkatkan kewaspadaan, seperti tingkat utang yang tinggi
sehingga bisa menimbulkan overheating pada perekonomian, dan pertumbuhan
harga aset yang abnormal. Tanda-tanda ini dapat disikapi oleh manajer investasi
sebagai titik tolak untuk mengkaji dan bila perlu menata kembali komposisi
portofolionya. Sebaliknya, dengan pendekatan bottom-up di mana manajer
investasi menentukan saham-saham unggulan terlebih dahulu sebelum
mempertimbangkan kondisi pasar secara keseluruhan, sehingga dapat
menyebabkan manajer investasi memiliki paparan (eksposur) yang terlalu besar di
saham yang kemudian berimbas buruk pada kinerja portofolio. Kelebihan lain dari
pendekatan top-down adalah diversifikasi tidak hanya terhadap sektor-sektor
unggulan, tetapi juga terhadap pasar-pasar saham di negara lain yang berpotensi
baik. Dengan diversifikasi demikian, dapat terbentuk portofolio yang tersebar di
berbagai sektor dan wilayah unggulan/layak investasi. Pola investasi seperti ini
dikenal dengan istilah "konversifikasi", yang merupakan campuran antara
konsentrasi dan diversifikasi.
 Kelemahan pendekatan top-down
Selain beberapa kelebihan yang telah diuraikan di atas, pendekatan top-down juga
memiliki kelemahan. Pertama dan yang terpenting, ada kemungkinan riset dan

9
data yang dihimpun tidak tepat, sehingga hasilnya tidak dapat diandalkan atau
bahkan menyesatkan. Sebagai contoh, analisa yang dilakukan mengindikasikan
bahwa pasar sedang mengalami tren penurunan sehingga porsi saham perlu
dikurangi. Akan tetapi, jika ternyata analisa ini tidak tepat dan pasar mengalami
kenaikan (rally), maka portofolio akan kehilangan kesempatan untuk ikut
menikmati imbal hasil dari rally di pasar saham. Sebaliknya, ada pula potensi
untuk berinvestasi terlalu sedikit pada saat pasar sedang bullish, yang berimbas
buruk terhadap kinerja portofolio dalam jangka panjang. Kelemahan lainnya
adalah jika ada sektor yang tidak diikutsertakan dalam analisa, sehingga analisa
tidak mempertimbangkan semua alternatif yang ada. Jika ini terjadi, maka tidak
tertutup kemungkinan sektor yang tidak diikutsertakan tersebut malah sebenarnya
merupakan sektor yang unggul dan layak dipilih dan ketiadaan sektor tersebut
dalam portofolio meredam potensi imbal hasil portofolio. Kelemahan terakhir
adalah kemungkinan manajer investasi luput mengidentifikasikan saham-saham
yang murah pada saat pasar sedang dalam tren penurunan. Dalam kondisi pasar
yang bearish, pendekatan top-down akan memberikan sinyal kepada manajer
investasi untuk mengurangi porsi saham, sehingga praktis saham secara
keseluruhan terlihat kurang atraktif. Padahal, tidak tertutup kemungkinan bahwa
sebenarnya ada saham-saham yang masih berpotensi bagus dan kondisi pasar
yang bearish membuat mereka menjadi murah sehingga layak untuk dibeli.
4) Apa saja kelebihan dan kekuangan pendekatan bottom-up?
 Kelebihan pendekatan bottom-up
Kajian yang mendalami dan detil mengenai emiten memberikan peluang bagi
manajer investasi untuk mengenal satu persatu emiten dengan baik, yang pada
gilirannya mempertajam kemampuan manajer investasi untuk memperkirakan
potensi jangka panjang sang emiten. Melalui riset dan perbandingan antar masing-
masing emiten, manajer investasi juga dapat membangun keyakinan (investment
conviction) akan potensi imbal hasil yang dapat diraih melalui investasi di
sejumlah saham pilihan. Seiring dengan tingginya tingkat keyakinan tersebut,
maka jumlah saham yang dipilih pun bisa tidak terlalu banyak.
 Kelemahan pendekatan bottom-up
Kelemahan dari pendekatan bottom-up adalah diperlukannya waktu dan kesabaran
dalam melakukan riset. Lebih lanjut, diperlukan pula tingkat pemahaman dan
keyakinan yang mumpuni atas kriteria yang digunakan sebagai indikator penentu
nilai suatu saham serta bagaimana indikator ini dapat dihitung. Lebih lanjut,
kelemahan dari pendekatan bottom-up biasanya tercermin saat pasar sedang
mengalami tren penurunan (bearish). Karena dengan pendekatan ini manajer
investasi menentukan saham-saham unggulan terlebih dahulu sebelum
mempertimbangkan kondisi pasar secara keseluruhan, maka hal ini dapat
menyebabkan manajer investasi memiliki paparan (eksposur) yang terlalu besar di

10
saham sehingga berimbas buruk pada kinerja portofolio. Selain itu, dari segi
diversifikasi, pendekatan bottom-up juga mungkin menghasilkan portofolio
dengan diversifikasi yang sempit jika ternyata saham-saham pilihan yang
dimasukkan ke dalam portofolio ternyata terkonsentrasi hanya pada sektor-sektor
tertentu. Portfolio yang tidak terdiversifikasi dengan baik scenderung memiliki
volatilitas yang tinggi karena akan rentan terhadap perubahan arah pergerakan
pasar.
5) Sebutkan pendekatan yang biasa diigunakan dalam analisis sekuritas!
Dalam Analisis Sekuritas dibagi menjadi 2 pendekatan, yaitu :
 Analisis Fundamental, meliputi :Analisis ekonomi dan Pasar Modal, Analisis
Industri, Analisis Perusahaan
 Analisis Teknikal, meliputi: Analisis Teknikal Klasik, Analisis Teknikal Modern
6) Sebutkan tujuan dari analisis fundamental?
 Menentukan apakah nilai saham berada pada posisi undervalued atau overvalued.
Saham dikatakan undervalued bilamana harga saham di pasar modal lebih kecil
dari arga wajar atau nilai seharusnya, demikan sebaliknya.
 Digunakan untuk memperhitungkan nilai dari saham perusahaan sehingga dapat
ditentukan saham mana yang akan dibeli dengan menghitung rasio keuangannya.
 Untuk memprediksi harga saham dari sudut pandang fator ekonomi dan bukan
pasar itu sendiri.
 Mempelajari pengaruh faktor ekonomi berbagai dinamika harga.
 Menentukan nilai intrinsik/nilai fundamental perusahaan. Nilai intrinsik adalah
nilai sebuah perusahaan berdasarkan analisis fundamental, tanpa mengacu pada
nilai pasar (atau harga saham).
7) Sebutkan analisa yang diperlukan dalam analisis fundamental!
 Analisis Ekonomi
 Analisis Industri
 Analisis Perusahaan
8) Mengapa analisis fundamental lebih cocok digunakan pada investasi jangka
panjang?
Analisis saham fundamental ini menganalisis perusahaan secara keseluruhan
dengan dasar untuk dapat menghitung dan memperkirakan tentang haraga saham yang
dapat di investasikan. Awalnya analis perusahaan ini menyeleksi saham yang memang
berpotensi layak untuk diteruskan yang meliputi kondisi ekonomi makro, sektor
industri perusahaan dan dalam kondisi apa perusahaan yang dianalisis.
Dengan analisis fundamental, kita dapat mengetahui kondisi makro ekonomi,
aktor ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi pemerintah, seperti kebijakan
suku bunga. Jika suku bunga tinggi, investor lebih suka menanamkan uangnya di
Bank, sehingga menghambat pertumbuhan bisnis perusahaan. Sebaliknya, jika suku
bunga rendah, saham menjadi pilihan investor dan perusahaan juga lebih giat

11
berbisnis. Pertumbuhan ekonomi juga menentukan harga saham, jika ekonomi lesu,
maka kinerja perusahaan ikut memburuk dan membuat harga saham turun.
Selain itu, Kondisi industri di mana suatu perusahaan berada juga mempengaruhi
naik turunnya harga saham perusahaan tersebut. Industri yang bertumbuh pesat akan
melambungkan harga saham perusahaan industri tersebut. Jika ekonomi menguat,
prospek perusahaan akan bertambah cerah, demikian pula harga sahamnya. Faktor
kestabilan politik pun ikut mempengaruhi kondisi dunia usaha dan juga tentunya harga
saham.
9) Mengapa investasi jangka pendek lebih cocok menggunakan analisis teknikal?
Karena dengan analisis teknikal, kita bisa mengambil keputusan yang cepat ketika
melihat tren harga saham ini sedang ada dalam posisi yang mana. Analisis teknikal
dikatakan cukup efektif untuk menilai sebuah saham dan digunakan untuk periode
waktu tertentu. Selain itu, analisis ini lebih sederhana dibandingkan analisis
fundamental. Analisis teknikal lebih mengedepankan pada melihat data historis saham
pada pasar, lalu memberikan penilaian dengan teori dasar saham. Data historis ini
biasanya berupa grafik pergerakan harga saham yang bisa dilihat di website-website
saham yang ada di internet yang pergerakan sahamnya bisa dipantau dengan mudah,
sehingga sangat cocok digunakan sebagai acuan dalam investasi jangka pendek.
10) Mengapa dalam berinvestasi memerlukan pengetahuan mengenai analisis
sekuritas?
Untuk dapat investasi di suatu perusahaan, kita harus mengetahui tentang
perusahaan penerbit saham. Kita dapat mengecek informasi terkait menggunakan tabel
yang memang dikerluarkan oleh perusahaan tersebut. Bagian yang perlu diperhatikan
yaitu yang berhubungan dengan ekonomi makro dan mikro perusahaan seperti
pendapatan per saham, pembukuan yang sistematis, laporan tutup buku tahunan dan
rasio pengeluaran pertahun.
Secara sederhana, harga saham dapat diprediksi dengan menganalisis data
keuangan yang tersedia. Untuk menganalisis kondisi keuangan perusahaan, investor
dapat memanfaatkan laporan keuangannya yang merupakan gambaran kondisi
keuangan perusahaan pada suatu saat atau selama periode tertentu.
Maka dari itu, kita harus mengetahui kondisi perusahaan yang sahamnya akan kita
beli. Analisis untuk mengetahui kondisi perusahaan tersebut dikenal sebagai Analisis
Fundamental, di mana analisis tersebut mempelajari hal yang berkaitan dengan kondisi
dasar (fundamental) sebuah perusahaan, baik secara kuantitatif (keuangan), maupun
kualitatif (non-keuangan).

12
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus


Berikut ini adalah contoh analisis saham antara saham bank BCA ( BBCA ) dan
saham bank BRI ( BBRI ) menggunakan analisis fundamental dengan pendekatan bottom-
up metode CAN SLIM (Current quarter earning & Annual earning increase. Laba di
kuartal terakhir & laba tahunan yang meningkat)
Laba yang dimaksud bukanlah laba bersih tetapi adalah laba per lembar saham
(earning per share – EPS). Berikut ringkasan laporan keuangan bank BCA dan BRI dalam
6 tahun terakhir (2007-2012).

1. EPS : earning per share (laba per lembar saham)


Dalam analisa fundamental saham, EPS merupakan faktor utama yang harus dilihat.
Kita menggunakan EPS yang terdilusi untuk menghilangkan bias oleh aktifitas yang
mengakibatkan jumlah saham beredar meningkat (seperti stock split, right issue, ESOP
dan lainnya).

EPS 2007 2008 2009 2010 2011 2012


( diluted) A A A A A Q3 A
BBCA 182 234 279 348 444 339 452
BBRI 196 243 298 467 623 549 732
Peningkatan EPS
BBCA 29% 19% 25% 28% 2%
BBRI 24% 23% 56% 34% 17%

A= Annualize (disetahunkan) ; Q3=3rd quater (hingga kuartal ke 3) Catatan:


 BBCA stock split tanggal 28 Januari 2008 dengan rasion 1:2. Konsekwensinya,
EPS ditahun 2007 harus dibagi 2 (terdilusi) sehingga EPS BCA tahun 2007 yang
sebelumnya 364 menjadi 182.
 BBRI stock split tanggal 11 Januari 2011 dengan rasio 1:2. Konsekwensinya, EPS
ditahun 2010 dan tahun sebelumnya harus dibagi 2 (terdilusi) sehingga EPS tahun
2009 yang sebelumnya 596 menjadi 298. Begitu juga eps tahun sebelumnya (2008
& 2007).
 EPS diatas dalam rupiah dan sudah dibulatkan ke desimal terdekat
Dalam 6 tahun terakhir secara nilai rupiah bank BRI selalu mengalahkan bank
BCA. Dari segi peningkatan EPS, bank BRI juga mengalahkan bank BCA

13
(kecuali di tahun 2008 BBRI sedikit lebih rendah dibanding BBCA). Dalam kontek
EPS, bank BRI mangalahkan bank BCA.
2. Pendapatan (penjualan)
Selanjutnya dalam analisa fundamental saham, Pendapatan adalah faktor kedua yang
harus diperhatikan. Kita ingin mengetahui apakah laba yang diperoleh merupakan hasil
dari penjualan ( produk dan atau jasa ) perusahaan. Bisa saja pendapatan diperoleh dari
hasil penjualan aset perusahaan.
Berikut ringkasan pendapatan bunga bank BCA dan bank BRI (dalam trilyun rupiah)

2007 2008 2009 2010 2011 2012


Pendapatan
A A A A A Q3 A
BBCA 16,3 19,3 22,9 20,7 24,1 19,9 26,5
BBRI 23,2 28,1 35,3 44,6 48,2 40,7 54,3
Peningkatan pendapatan
BBCA 18% 19% -10% 16% 10%
BBRI 21% 26% 26% 8% 13%

Secara rupiah, pendapatan bank BRI selalu mengalahkan bank BCA. Dari segi
peningkatan pendapatan dari tahun ke tahun, bank BRI juga hampir selalu mengalahkan
bank BCA. Pendapatan bank BRI selalu meningkat, tidak pernah turun. Pendapatan
bank BCA sempat turun di tahun 2010. Dalam hal pendapatan, bank BRI juga
mengalahkan bank BCA

3. Laba operasi
Lalu dalam fundamental analisis saham juga kita perhatikan laba operasi. saham
Berikut ringkasan laba operasi bank BCA dan bank BRI (dalam trilyun rupiah)

Laba 2007 2008 2009 2010 2011 2012


operasi A A A A A Q3 A
BBCA 6,3 7,7 8,5 10,4 13,3 10,0 13,3
BBRI 7,6 8,3 8,6 14,4 17,6 15,6 20,8
Peningkatan laba operasi
BBCA 21% 11% 22% 28% 0%
BBRI 10% 3% 68% 22% 18%

Dari segi nilai rupiah, laba operasi bank BRI selalu mengalahkan bank BCA. Pendapat
kedua bank selalu meningkat dari tahun ke tahun, kecuali ditahun 2012 bank BCA

14
menunjukkan laba operasi yang stagnan. Dalam hal laba operasi bank BRI juga
mengalahkan bank BCA.

4. ROE – Return On Equity (laba dibandingkan modal)


Dalam analisa fundamental saham, ROE sama penting nya dengan EPS. Kita harus tahu
apakah laba yang diperoleh cukup signifikan dibanding modal perusahaan. Perusahaan
bermodal 10 juta yang menghasilkan laba bersih 20 juta setahun memiliki ROE 200%
(dua ratus persen). Sedangkan perusahaan (misal bank kecil ) bermodal 5 trilyun cuma
memperoleh laba 50 milyar dalam setahun berarti hanya memiliki ROE 1 % (satu
persen).
ROE didapat dengan membagi laba bersih dengan equity (ekuitas) atau modal. Berikut
ringkasannya (laba bersih dan equity dalam trilyun rupiah).

2007 2008 2009 2010 2011 2012


A A A A A Q3 A
BBCA
Laba
4,5 5,8 6,8 8,5 10,8 8,2 10,9
bersih
Equity 20,4 23,3 27,9 34,1 42,0 49,2 49,2
ROE 22% 25% 24% 25% 26% 22%
BBRI
Laba 11, 15,
bersih 4,8 6,0 7,3 5 3 3,5 18,0
27, 36, 49,
Equity
19,4 22,4 3 7 8 9,6 9,6
ROE 25% 27% 27% 31% 31% 30%
Kedua bank memiliki ROE yang bagus, berhasil membukukan laba bersih dengan ROE
diatas 20%. Tapi, tetap saja bank BRI memiliki pencapaian yang lebih baik dari bank
BCA. Bank BRI masih mengalahkan bank BCA dari segi ROE.

5. DER – Dept to Equity Ratio (rasio hutang terhadap modal)


Yang juga tidak boleh dilupakan dalam analisa fundamental saham adalah kondisi
hutang perusahaan. Perusahaan yang terlalu banyak hutang akan mengeluarkan terlalu
banyak biaya bunga. Ini membawa kondisi perusahaan keambang kebangkrutan. Dalam
industri bank, tabungan nasabah merupakan hutang bagi bank. Makin besar hutangnya
mengindikasikan makin banyak simpanan nasabah di bank tersebut. Berikut
ringkasannya (hutang dan equity dalam trilyun rupiah)
2007 2008 2009 2010 2011 2012
A A A A A Q3

15
BBCA
Hutang 197,6 222,6 254,5 290,3 339,2 377,0
Equity 20,4 23,3 27,9 34,1 42,0 49,2
DER 9,66 9,56 9,14 8,51 8,07 7,66
BBRI
Hutang 184,3 223,7 289,7 367,6 420,1 409,4
Equity 19,4 22,4 27,3 36,7 49,8 59,6
DER 9,48 10,01 10,63 10,02 8,43 6,87
Jumlah hutang bank BRI mulai lebih tinggi dari bank BCA sejak tahun 2008. Ini
mengindikasikan dana kelolaan nasabah di bank BRI makin banyak dibandingkan bank
BCA. Dalam konteks ini (pengelolaan dana nasabah) bank BRI mulai mengalahkan
bank BCA.
Jadi, Secara keseluruhan fundamental analisis saham ( berdasarkan analisa huruf
C & A dalam CAN SLIM ), kinerja bank BCA versus bank BRI dimenangkan oleh
bank BRI.

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perbedaan utama fundamental dan teknikal adalah pada asumsi tentang kecepatan
informasi memengaruhi harga saham. Teknikalis percaya reaksi harga saham terhadap
informasi adalah lambat, sementara fundamentalis percaya kalau penyesuaiannya
berlangsung cepat. Teknikalis percaya pasar tidak efisien, sedangkan fundamentalis
percaya pasar efisien tetapi lemah. Perbedaan lain adalah fundamentalis lebih
menekankan pada seleksi saham dengan mencari nilai intrinsik dan membandingkannya
dengan harga di pasar.
Asumsi teknikalis adalah harga saham bergerak dalam pola tertentu dan relatif
berulang dari waktu ke waktu. Jika fundamentalis menggunakan laba dan laporan
keuangan untuk analisisnya, teknikalis menggunakan indikator harga dan volume sebagai
variabel utamanya. Analisis fundamental lebih tepat untuk investor yang menggunakan
strategi pasif atau buy and hold (membeli dan terus memegangnya untuk jangka panjang).
Sementara analisis teknikal dianjurkan untuk investor dengan strategi aktif yaitu yang
melakukan trading saham hampir setiap hari.
Jika kita ingin sukses dalam trading surat berharga/ saham/ forex, tidak ada jalan
lain anda harus menggunakan kedua jenis analisis. Penggunaan satu jenis analisis dengan
mengabaikan jenis analisis yang lain hanya akan memberikan hasil yang merugikan dalam
jangka waktu panjang. Kedua jenis analisis ini harus dipakai secara bersamaan karena
keduanya saling mengisi satu sama lain. Investor yang baik selalu mengikutsertakan kedua
jenis analisis ini, tapi berapa besar porsi masing-masing jenis analisis berbeda untuk tipe-
tipe inestor.

17
DAFTAR PUSTAKA
Reily, Frank & Brown, Keith, Investment Analysis & Portfolio Management, 7th Ed
Sudirman. 2015. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Gorontalo: Sultan Amai
Press.

18

Anda mungkin juga menyukai