Anda di halaman 1dari 19

Sistem Pengendalian Internal Perputaran Persediaan Barang Pada PT.

AGASAM (Cafe House Of Sampoerna) Jalan Taman Sampoerna No. 6 Surabaya

MIRZA AMALIA 041013199 NO. PRESENSI 62 SISTEM INFORMASI AKUNTANSI - KELAS B

S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012

DAFTAR ISI
3
3 4 4 5 5 6 8 8 11 13 13 14 16 17 17 17 19

Pendahuluan Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Landasan Teori Persediaan Pengendalian Internal Analisis Sistem Data-Data Real Perusahaan Pembahasan Masalah Diagram Konteks Data Flow Diagram Flowchart Entity Relationship Diagram Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Saran Daftar Pustaka

PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
PT.Agasam adalah cucu persahaan HM. Sampoerna yang bertempat di Jalan Taman Sampoerna no. 6 Surabaya. PT.Agasam adalah perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata dengan memberikan pelayanan (jasa). Pelayanan (jasa) yang diberikan oleh PT.Agasam adalah berupa wisata Museum dan adanya Cafe House of Sampoerna. Dalam hal ini, Cafe House of Sampoerna yang merupakan bagian dari PT.Agasam menjadi bahan penelitian dalam pengendalian internal perputaran persediaan barang yang terjadi. Sistem Informasi Akuntansi persediaan barang merupakan hal yang pentingbagi suatu perusahaan. Pihak manajemen perusahaan menyadari bahwa walaupun sistem pencatatan terhadap perputaran persediaan barang di gudang masih menggunakan pencatatan secara manual, akan tetapi pengendalian internal sangat diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin ketersediaan barang di gudang apabila barang tersebut diperlukan oleh departemen. Sistem pengendalian internal adalah suatu proses yang didasarkan pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh karyawan untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan perusahaan. Pengendalian internal (internal control) merupakan bagian yang terpenting dari sistem informasi akuntansi. Alasan utama melakukan pengendalian terhadap aktivitas bisnis adalah untuk memberikan jaminan bahwa seluruh kegiatan operasional perusahaan berjalan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku di perusahaan tersebut dan untuk mengurangi resiko terhadap segala kecurangan yang dapat dilakukan oleh setiap karyawan. Berdasarkan hal tersebut, seharusnya menjadi perhatian bagi setiap perusahaan yang tengah melakukan perbaikan dan pengembangan sistem penendalian internal agar setiap barang yang digunakan untuk operasional perusahaan dimanfaatkan secara bijak dan bertanggung jawab. Selain pengendalian internal yang baik, perusahaan juga harus memiliki sistem pengendalian perputaran persediaan barang yang baik pula, dimana gudang merupakan tempat terjadinya sirkulasi barang tersebut. Sirkulasi terhadap persediaan barang sangat penting agar tidak terjadi penumpukan barang yang dapat mengakibatkan masa kadaluarsa barang di gudang habis. Hal tersebut tentu berdampak pada biaya operasional perusahaan, karena perusahaan akan mengalami kerugian yang diakibatkan barang yang sudah kadaluarsa dan tidak dapat terpakai lagi. Menurut S. Prawina selaku staf Departemen Gudang PT.Agasam, tidak hanya

perputaran persediaan barang saja yang masih belum efektif, akan tetapi masih adanya
3

departemen yang tidak menaati seluruh kebijakan perusahaan yang mengharuskan pelaksanaan pendistribusian persediaan barang disertai dengan Store Requisition (SR) agar pada saat pencatatan tidak terjadi kesalahpahaman pendistribusian persediaan barang antar departemen. Selain pentingnya penggunaan Store Requisition (SR) dalam pendistribusian barang, maka hal penting lainnya adalah perlu adanya pihak yang berwenang yaitu security pada saat pengambilan persediaan barang di malam hari.

II.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam

penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem pengendalian internal perputaran persediaan barang pada PT. Agasam? 2. Kendala dan upaya apa saja yang ditemui oleh Departemen Gudang di dalam pelaksanaan sistem pengendalian internal perputaran persediaan barang pada PT. Agasam?

III.

TUJUAN

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui sistem pengendalian internal perputaran persediaan barang yang berlaku pada Departemen Gudang PT. Agasam. 2. Mengetahui kendala dan upaya yang ditempuh oleh Departemen Gudang di dalam pelaksanaan sistem pengendalian internal perputaran persediaan barang pada Hotel PT. Agasam.

LANDASAN TEORI
Pengertian Persediaan
Menurut Prasetyo (2009, p65), Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam satu periode usaha yang normal, termasuk barang yang dalam pengerjaan atau proses produksi menunggu masa penggunaannya pada proses produksi.

Dokumen-Dokumen Persediaan
Menurut Assauri (2008, p283), yang dimaksud dengan pencatatan dalam pengawasan persediaan adalah semua pencatatan atau pembukuan mengenai penerimaan, persediaan di gudang dan pengeluaran barang dalam suatu perusahaan. Pencatatan tersebut diperlukan untuk menjamin barang-barang yang terdapat dalam persediaan barang dipergunakan secara efisien dan perusahaan dapat mengikuti perkembangan persediaannya dengan baik. Menurut Assauri (2008, p286) pada dasarnya terdapat beberapa catatan yang paling penting dalam sistem persediaan : 1. Permintaan untuk dibeli (Purchase Requisistion) Dokumen ini merupakan permintaan dari sebagian persediaan kepada bagian pembeli untuk membeli bahan-bahan atau barang-barang yang sesuai dengan jenis dan jumlah tertentu seperti yang dinyatakan dalam surat permintaan itu. 2. Laporan Permintaan (Receiving Report) Dokumen ini penting karena satu copy atau rangkap dari laporan ini akan memberikan informasi bahwa penjaga gudang akan telah menerima bahan-bahan yang dipesan di pabrik. 3. Daftar Persediaan (Balance of Stores Forms) Dokumen ini merupakan catatan yang paling penting dalam pengawasan persediaan. Dokumen ini merupakan dasar atau titik pangkal dari pelaksanaan sistem pengawasan persediaan dan memberikan informasi baik bagi pabrik maupun bagian akuntansi.

Metode Pencatatan Persediaan


Menurut Assauri (2008, p244), cara penentuan jumlah persediaan terbagi atas 2 sistem yang umum dikenal, yaitu dengan : 1. Periodic System : yaitu pada saat akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik dalam menentukan jumlah persediaan akhir.
5

2. Perpetual System atau juga disebut Book Inventories : yaitu dalam hal ini dibuat catatan administrasi persediaan. Setiap mutasi dari persediaan sebagai akibat dari pembelian ataupun penjualan dicatat atau dilihat dalam kartu administrasi persediannya. Bila metode ini dipakai, maka perhitungan fisik hanya dilakukan paling tidak setahun sekali yang biasanya dilakukan untuk keperluan counterchecking antara jumlah persediaan menurut fisik dengan menuntut catatan dalam kartu administrasi. Menurut Stice dan Skousen (2009, p667), Ada beberapa macam metode penilaian persediaan yang umum digunakan, yaitu : Identifikasi Khusus, Biaya Rata-rata (Average), First In First Out (FIFO), dan Last In First Out (LIFO)

Pengertian Pengendalian Internal


Menurut Gelinas dan Dull (2008, p216) yang terdapat pada Committee Of Sponsoring Organization (COSO), pengendalian internal didefinisikan sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh suatu dewan direksi, manajemen dan pihak personal lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan jaminan atau keyakinan yang layak atau memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan dengan kategori sebagai berikut : efektifitas dan efisiensi opersi, kehandalan laporan keuangan, dan kesesuaian dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Menurut Bodnar dan Hopwood (2009, p129), proses pengendalian internal suatu organisasi terdiri dari lima elemen : lingkungan pengendalian, penaksiran resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pengawasan. Pentingnya sistem pengendalian internal tercantum pada Peraturan Pemerintah (PP) nomer 60 tahun 2008, Proses yang penting pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan perusahaan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien (operating), keandalan pelaporan keuangan (financial reporting), pengamanan aset negara (safeguarding), dan ketaatan terhadap peraturan undang-undang (compliance).

Pengendalian Internal Persediaan


Menurut Bodnar dan Hopwood (2009, p399), pengendalian persediaan diwujudkan melalui beberapa pencatatan persediaan dan laporan yang berisi informasi seperti penggunaan persediaan, saldo persediaan, dan level maksimum dan minimum dari persediaan. Bagian
6

penting dari pengendalian persediaan adalah evaluasi perputaran persediaan untuk menentukan umur, kondisi dan status persediaan. Pengendalian persediaan meliputi metode untuk penanganan dan penyimpanan. Penyimpanan dan penanganan item harus memberikan keamanan terhadap penggelapan, perlindungan terhadap kerusakan, terhindar dari kadaluwarsa, dan keyakinan adanya pengendalian yang tepat. Pengendalian merupakan investasi yang penting. Sistem pengendalian persediaan menyediakan laporan status pada setiap produk yang aktif sehingga perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan.

Sistem Pengendalian Internal Persediaan


Menurut Brigham dan Houston (2009, p167), sistem pengendalian internal persediaan terbagi menjadi : 1. Metode Garis Merah (Red-Line Method) Suatu prosedur pengendalian persediaan dimana sebuah garis merah digambarkan di sekitar bagian dalam wadah penyimpanan persediaan sebagai indikasi tingkat titik pemesanan ulang. 2. Metode Dua Wadah (Two-Bin Method) Suatu prosedur pengendalian persediaan dimana pemesanan akan dilakukan ketika salah satu dari dua wadah yang menyimpan persediaan kosong. 3. Sistem Terkomputerisasi Suatu sistem pengendalian persediaan dimana computer digunakan untuk menentukan titik pemesanan ulang dan untuk melakukan penyesuaian terhadap saldo persediaan. 4. Sistem Just In Time Suatu sistem pengendalian persediaan dimana perusahaan mengkoordinasi

produksinya dengan para pemasok sehingga barang atau komponen diterima tepat waktu pada saat dibutuhkan didalam proses produksi. 5. Out-Sourching Suatu praktik pembelian komponen daripada membuatnya sendiri. Out-sourching sering kali dikombinasikan dengan sistem Just In Time untuk mengurangi tingkat persediaan. Namun salah satu alasan utama dari out-sourching mungkin sama sekali tidak berhubungan dengan kebijakan persediaan

ANALISIS SISTEM
Data-Data Real Perusahaan
Sistem Pengendalian Internal Perputaran Persediaan Barang yang Belaku Pada Departemen Gudang Didalam sistem pengendalian internal persediaan barang di gudang, departemen purchasing pada PT.Agasam berperan sangat besar didalam pengaturan perputaran persediaan. PT.Agasam hanya mempunyai satu karyawan pada departemen purchasing yang merangkap kerjanya di bagian gudang. Jadi PT.Agasam tidak mempunyai karyawan khusus di bagian gudang. Sistem pengendalian internal perputaran persediaan barang pada gudang yang berlaku di PT.Agasam adalah sebagai berikut : A. Pemesanan Barang Pada Pemasok Memasukkan data kedalam komputer oleh Departemen Purchasing. Dasar permintaan barang dan jasa bersumber dari: a. Daily Market List Daily Market List (DML) dilakukan untuk pembelian khusus untuk persediaan bahan makanan ataupun minuman dan Direct Purchase Memo (DPM) yang dibutuhkan oleh Cafe House of Sampoerna. Berdasarkan Daily Market List (DML), Purchasing akan menghubungi supplier yang cocok untuk memesan barang sesuai isi Daily Market List (DML) melalui telepon atau fax. Namun sebelumnya, Purchasing memeriksa DML tersebut dengan Daftar Persediaan (Balance of Store Forms) di gudang. Apabila terjadi kekurangan jumlah atau tidak adanya barang sesuai pesanan Daily Market List (DML), barang tetap harus disediakan oleh Purchasing dengan proses Direct Purchase Memo (DPM) yaitu pembelian secara langsung ke pasar dengan cara cash. b. Purchase Requisition Purchase Requisition (PR) dilakukan untuk permintaan barang diluar food and drink seperti beverage, supplies, dan lain-lain. Purchase Requisition (PR) yang telah dibuat, dikirim berurutan kepada departemen purchasing dan general manager untuk mendapat persetujuan. Berdasarkan Purchase Requisition (PR) yang telah diterima, departemen Purchasing membuatkan Purchase Order (PO) untuk pemesanan barang yang dibutuhkan kepada supplier.

B. Penerimaan Barang 1. Menerima dan memeriksa surat jalan dari pengirim barang dengan menyatakan jenis dan jumlah barang yang dikirim. 2. Meneliti jenis, jumlah, dan kualitas barang yang dikirim apakah sesuai dengan yang tercantum dalam surat jalan dan kondisi baik. 3. Apabila barang yang diterima jumlahnya kurang, maka barang akan tetap diterima dan jumlah barang yang telah diterima tersebut dicatat pada faktur. Apabila barang yang dikirim rusak, atau tidak sesuai dengan pesanan, maka harus ditolak. Untuk barang yang spesifik atau khusus, maka harus didampingi/disaksikan oleh departemen yang memesan (dalam hal ini khususnya departemen kitchen). 4. Memberi cap pada surat jalan sebagai tanda barang telah diterima dengan baik. 5. Setiap hari dibuatkan Daily Receiving Report yang berisi semua barang yang diterima pada hari tersebut dilengkapi dengan harga jumlah dan barang ke computer yang tersedia di departemen purchasing yang setiap bulannya dikirim ke bagian accounting. 6. Receiving Report serta Faktur yang diterima disimpan bagian purchasing pada masing-masing map atau file agar memudahkan pencarian jika pemasok (supplier) menukar faktur. C. Pengaturan dan Penyimpanan Barang 1. Memasukan barang pada tempatnya dan diatur peletakannya agar arus barang bisa lancar pada saat penempatan dan pengambilannya, dan tidak mudah terbakar, rusak atau tercuri. 2. Pembagian tempat barang berdasarkan pada jenisnya. Food terdiri dari daging sapi dan kambing, daging ayam, ikan, sayur, buah dan sebagainya. Beverage terdiri dari minuman keras, minuman ringan, rokok, bir, wine, dan sebagainya. 3. Persediaan semua barang diperiksa sesuai dengan masing-masing daftar persediaan barang di gudang dimana jumlah persediaaan barang yang tertera pada daftar tersebut sesuai dengan jumlah fisik barangnya. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kehabisan persediaan pada saat barang tersebut diminta atau adanya barang yang tidak pernah digunakan (slow moving). D. Pelayanan Permintaan Barang

1. Menerima permintaan barang dari berbagai departemen melalui Daily Market List (DML) dan Request Requisition (RR) yang telah ditandatngani oleh kepala departemen atau oleh manajer yang sedang bertugas. 2. Memeriksa jumlah dan jenis barang yang diminta dan menuliskan jumlah yang dapat dikeluarkan (diberikan), kemudian menandatanganinya. 3. Mengambil barang dilokasi penyimpanan, kemudian diserahkan kepada pemesan. 4. Mencatat pengeluaran barang pada Daftar Persediaan (Balance of Stores Forms). 5. Bila barang yang dipesan tidak ada di gudang, maka dibuatkan Purchase Order oleh departemen purchasing. E. Penanganan Daily Market List (DML) 1. Memeriksa persediaan makanan di gudang setiap sore hari dan mencatatkan jenis dan jumlah bahan makanan yang ada dalam Daily Market List (DML). 2. Setelah Daily Market List (DML) diisi, kemudian dikirim ke departemen kitchen untuk penambahan daftar barang yang harus dibeli. 3. Menerima Daily Market List (DML) yang telah dilengkapi oleh departemen kitchen dan memeriksa kesesuaian jumlah dan bahan kemudian memesan barang-barang yang persediaanya habis oleh purchasing.

Kendala yang Ditemui Oleh Departemen Gudang Di Dalam Pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal Perputaran Persediaan Barang Menurut S. Prawina selaku karyawan di Departemen Purchasing, ada beberapa kendala yang ditemui di dalam pelaksanaan sistem pengendalian internal perputaran persediaan barang pada Cafe House of Sampoerna antara lain : 1. Adanya persediaan barang yang jarang digunakan mengakibatkan perputaran persediaan barang tersebut lambat (slow moving). Hal ini mengakibatkan beberapa persediaan barang tersebut menjadi kadaluarsa dan tidak dapat digunakan lagi. 2. Permintaan pendistribusian persediaan barang pada malam hari dan diluar jam kerja departemen purchasing minim pengawasan, sehingga terkadang terjadi kecurangan oleh beberapa pihak.

10

Pembahsan Masalah
Analisis Sistem Pengendalian Internal Perputaran Persediaan Barang yang Berlaku Pada PT. Agasam Sistem pengendalian internal perputaran persediaan barang yang diterapkan oleh pihak manajemen perusahaan telah dilaksanakan secara tepat, cermat, dan terpadu. Dalam pelaksanaan sistem pengendalian internal perputaran persediaan barang pada PT.Agasam sudah sesuai dengan standar mutu serta teori-teori yang berlaku pada sistem pengendalian persediaan. Metode yang digunakan dalam pencatatan perputaran persediaan barang di gudang ini adalah metode mutasi persediaan (perpetual inventory method) dimana setiap mutasi persediaan dicatat dalam Daftar Persediaan (Balance of Stores Forms) untuk mencatat kuantitas persediaan barang yang disimpan di gudang. Sedangkan didalam penilaian persediaan, PT.Agasam menerapkan sistem First In First Out (FIFO) dimana barang yang pertama masuk, dikeluarkan pertama di gudang. Pada sistem pengendalian internal perusahaan, PT.Agasam menerapkan sistem Just In Time dimana departemen kitchen melakukan pemerikasaan secara mendetail terhadap Request Requisition yang selanjutnya dikendalikan oleh departemen purchasing agar tidak terjadi penumpukan barang pada gudang, sehingga barang yang dipesan dan diterima sesuai dengan purchase order yang akan langsung digunakan atau dikelola lebih lanjut oleh departemen yang memesan. Pelaksanaan sistem pengendalian internal perputaran persediaan, diselenggarakan dua catatan akuntansi, pada fungsi gudang dan fungsi akuntansi. Pada Departemen Gudang dalam hal ini dilakukan oleh purchasing, hanya melakukan pencatatan atas jenis barang yang diterima dan penggunaan persediaan barang oleh departemen-departemen yang

membutuhkan barang tersebut. Sedangkan pada Departemen Accounting dilakukan pencatatan atas harga barang & unit barang serta pembayaran kepada supplier atas barang yang dipesan oleh departemen purchasing. Dengan demikian pelaksanaan sistem pengendalian internal perputaran persediaan barang Departemen Gudang yang telah ditentukan oleh pihak manajemen tersebut dapat meminimalisasi kecurangan yang dapat dilakukan oleh para karyawan. Tidak hanya pihak manajemen saja yang bertanggung jawab atas setiap harta perusahaan, akan tetapi pimpinan dan seluruh karyawan pun ikut andil dalam terlaksananya sistem pengendalian internal yang

11

telah digunakan oleh perusahaan agar sistem pengendalian internal ini dapat berjalan secara optimal.

Analisis Terhadap Kendala dan Upaya yang Ditemui Di Dalam Pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal Perputaran Persediaan Barang Pada PT. Agasam Dalam sistem pengendalian internal perputaran persediaan barang pada PT. Agasam ini terdapat beberapa kendala yang terjadi, yaitu dimana adanya persediaan barang yang jarang digunakan dan mengakibatkan perputaran persediaan barang tersebut menjadi lambat (slow moving). Misalnya, penggunaan terhadap bumbu-bumbu masakan seperti oregano, rosemary dan basil yang hanya digunakan pada beberapa waktu saja. Barang-barang tersebut jarang digunakan, akan tetapi persediaan tersebut harus selalu tersedia di gudang. Hal ini mengakibatkan bumbu tersebut kadaluarsa dan tidak dapat digunakan lagi. Permintaan pendistribusian persediaan barang pada malam hari dan diluar jam kerja juga menjadi suatu kendala dalam sistem pengendalian internal perputaran persediaan barang pada PT.Agasam. Hal ini harus dilakuakan pengawasan khusus agar pengambilan barang sesuai dengan yang dibutuhkan. Akan tetapi masih banyak karyawan yang mengambil persediaan barang tanpa didampingi oleh pihak pengawas (security) dan tanpa adanya pencatatan di Daftar Persediaan (Balance of Stores Forms), sehingga sering mengakibatkan terjadinya miss didalam persediaan barang di gudang. Kendala tersebut tidak dapat diselesaikan hanya oleh Departemen Purchasing saja, akan tetapi kerjasama dari semua karyawanlah yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya ketidaksesuaian antara kebijakan perusahaan dengan pengaplikasian kebijakan tersebut. Hal yang dapat dijadikan landasan oleh PT.Agasam dalam pelaksanaan sistem pengendalian internal perputaran persediaan barang adalah dengan melaksanakan kebijakan perusahaan tersebut agar sistem pengendalian internal dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan perusahaan.

12

DFD Konteks Diagram

Data Flow Diagram Level 0


Kunci Arus Data
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Permohonan Pemberitahuan Order Pembelian Nota Pembelian Nota Penerimaan Pengiriman Nota Penerimaan 8. 9. 10. 11. 12. 13. Laporan Penerimaan Pemberitahuan Penerimaan Faktur Faktur Disahkan Paket Tanda Bukti Pembayaran

13

Flowchart Sistem Permintaan Barang kepada Vendor PT.Agasam (Cafe House Of Sampoerna)

14

Flowchart Sistem Penerimaan Barang dan Pembayaran kepada Vendor PT.Agasam (Cafe House Of Sampoerna)

15

Entity Relationship Diagram (ERD)

16

KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan analaisis sistem pengendalian internal persediaan barang yang terjadi pada PT.Agasam dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Sistem pengendalian internal perputaran persediaan barang yang diterapkan oleh pihak manajemen perusahaan telah dilaksanakan secara tepat, cermat, dan terpadu. Metode pencatatan persediaan dan penerapannya menggunakan perpetual method serta sistem FIFO didalam penilaian persediaannya. Pada sistem pengendalian internal perusahaan, PT.Agasam menerapkan sistem Just In Time dan diselenggarakan dua catatan akuntansi, pada fungsi gudang dan fungsi akuntansi. b. Kendala yang terjadi didalam pelaksanaan sistem pengendalian internal perputaran barang adalah adanya beberapa barang yang sifatnya slow moving serta pendistribusian barang diluar jam kerja departemen purchasing. Kendala tersebut dapat diselesaikan oleh PT.Agasam dengan cara membina kerjasama dari semua karyawan sehingga dapat memperkecil kemungkinan terjadinya ketidaksesuaian antara kebijakan perusahaan dengan pengaplikasian kebijakan tersebut.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, terdapat beberapa saran untuk mengatasi kelemahankelemahan yang terjadi pada PT.Agasam. Hal ini dapat bermanfaat bagi perusahaan didalam pelaksanaan pengendalian internal persediaan barang yang terjadi. Adapun saran untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yaitu sebagai berikut : 1. Pemesanan secara teratur, yaitu adanya jadwal pemesanan persediaan oleh departemen purchasing pada setiap jenis barang yang berbeda-beda, agar pemesanan terhadap barang-barang yang sering digunakan dapat dipesan lebih sering daripada barang-barang yang tidak terlalu sering digunakan. Hal ini bertujuan agar terciptanya keteraturan dalam melakukan pemesanan barang pada pemasok dan dapat mengurangi tingkat kadaluarsa persediaan barang di gudang yang tidak sering diminta oleh departemen kitchen. 2. Tindakan pencegahan, yaitu melakukan penyuluhan kembali mengenai prosedur permintaan persediaan barang yang berlaku di perusahaan, agar tidak ada lagi karyawan yang tidak melaksanakan prosedur tersebut. Penyuluhan ini juga harus berisi mengenai hal-hal negatif yang dapat timbul bagi kelangsungan perusahaan
17

apabila karyawan melanggarnya. Hal ini bertujuan untuk membangun kesadaran karyawan dalam melakukan prosedur yang berlaku. 3. Tindakan pemberian sanksi, yaitu upaya terakhir yang dapat ditempuh PT.Agasam apabila ternyata di masa yang akan datang masih ada karyawan yang tidak menaati prosedur yang ada. Sanksi dpat diberikan berupa teguran lisan dan apabila hal tersebut masih belum efektif, maka manajemen dapat mengambil tindakan yang lebih tegas dengan memberi SP (Surat Peringatan). Hal ini bertujuan agar memberikan efek jera pada karyawan yang masih belum taat pada prosedur yang berlaku.

18

DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi. Jakarta.

Bodnar, George H., dan William S. Hopwood. 2009. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Kesembilan. Jakarta : Gramedia.

Brigham, Eugene.F dan Joel F. Houston. 2009. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kesepuluh. Jakarta : Salemba Empat. Gelinas, U.J., dan Dull, R.B. 2008. Accounting Information Systems, 7th Edition. Canada : Thomson Learning.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 Prasetyo, Hari dan Nugroho, Munajat Tri dan Pujiati, Asti. 2009. Pengembangan Model Persediaan dengan Mempertimbangkan Waktu Kadaluwarsa dan Faktor Unit Diskon, Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Volume 4 No.3. Surakarta.

Stice dan Skousen. 2009. Akuntansi Intermediate, Edisi Keenam Belas, Buku 1. Jakarta : Salemba Empat. Suryandi, Francisca Adelyna. 2011. Peranan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Pengendalian Intern Aktivitas Pembelian Bahan Baku Guna Mencapai Penyerahan Bahan Baku yang Tepat Waktu, Jurnal Ilmiah Akuntansi. Bandung.

19

Anda mungkin juga menyukai