Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha sekarang ini sangat pesat, hal ini di tandai dengan

tajamnya persaingan dalam dunia usaha guna mempertahankan dan meningkatkan

usahanya. Oleh karena itu perusahaan terus di tuntut untuk dapat meningkatkan

seluruh aktivitasnya agar mampu bersaing dalam mempertahankan kelangsungan

hidup satu perusahaan, sehingga tujuan perusahaan akan tercapai. Pada dasarnya

yang bertanggung jawab dalam mengelolah aktivitas perusahaan adalah pihak

manajemen.

Sistem Akuntansi merupakan hal penting dalam suatu perusahaan, di mana

perusahaan bisnis saat ini semakin berlomba-lomba untuk menciptakan dan

meningkatkan kualitas kerja, mutu pelayanan guna menghadapi persaingan bisnis

yang semakin ketat. Setiap perusahaan memiliki kebutuhan akan informasi yang

berbeda-beda karena sistem Akuntansi yang ada seperti Sistem Akuntansi

persediaan tidak bisa di terapkan di semua jenis perusahaan, Misalnya Perusahaan

yang bergerak di bidang jasa konsultasi pajak tidak membutuhkan Sistem

Akuntasi persediaan karena perusahaan tersebut tidak melakukan proses

perhitungan persediaan.

Persediaan bahan baku adalah barang-barang yang di peroleh dalam keadaan

harus di kembangkan yang akan menjadi bagian utama dari barang jadi atau

barang-barang berwujud yang di peroleh untuk penggunaan langsung dalam

proses produksi sedangkan persediaan barang dalam proses meliputi produk-

1
produk yang telah mulai di masukan dalam proses produksi, namun belum selesai

di olah sedang persediaan barang jadi meliputi produk-produk olahan yang siap

untuk di jual kepada para konsumen.

Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan daggang ataupun manufaktur selalu

mengadakan persediaan. Tanpa adanya persediaan yang optimal para pengusaha

akan di hadapkan pada resiko bahwa suatu waktu tidak dapat memenuhi

keinginan konsumen yang memerlukan atau meminta produk yang di hasilkan.

Hal ini mungkin terjadi karena tidak selamanya produk-produk tersedia pada

setiap saat yang berarti pula bahwa pengusaha akan kehilangan kesempatan

memperoleh keuntungan yang seharusnya di dapatkan. Perusahaan sebaiknya

selalu menyediakan bahan baku yang akan di olah untuk proses produksinya agar

tidak menghambat kelancaran usaha. Persediaan merupakan bagian utama dari

modal kerja yang merupakan aktiva perusahaan yang ada pada setiap saat

mengalami perubahan. Semakin tinggi atau semakin cepat tingkat perputaran

persediaan berarti semakin pendek tingkat dana dalam persediaan sehingga di

butuhkan dana yang relative kecil. Sebaliknya semakin rendah atau semakin

lambat tingkat perputaran persediaan persediaan berarti semakin panjang

tingkatnya dana dalam persediaan.

Pada perusahaan manufaktur, masalah yang sering di hadapi adalah masalah

kelancaran proses produksi berupa penangganan persediaan bahan baku yang

tepat agar tidak terjadi kelebihan serta kekurangan bahan baku, perusahaan harus

dapat mengelola persediaan yang di miliki sebaik mungkin sesuai dengan

kebijakan-kebijakan manajemen perusahaan.

2
Apa bila perusahaan menerapkan Sistem Akuntansi persediaan bahan baku,

maka keuntungan-keuntungan yang dapat di peroleh antara lain adalah perusahaan

memperoleh informasi yang akurat mengenai nilai dan posisi Sistem Akuntasi

persediaan, dengan adanya sistem pencatatan dan pelaporan persediaan. Hal

tersebut merupakan informasi dasar dalam pengambilan keputusan mengenai

waktu dan jumlah bahan baku yang harus segera di pesan untuk dapat memenuhi

kebutuhan operasi perusahaan. Kemudian keamanan persediaan menjadi terjamin

untuk mempertahankan kontinuitas dari kegiatan produksi. Berdasarkan uraian di

atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana pperusahaan menerapkan Sistem

Akuntansi Persediaan Bahan Baku. Untuk itu peneliti mencoba melakukan

penelitian dengan judul “Penerapan Sistem Akuntansi Persediaan Bahan Baku

(Ikan) Pada PT. Carvinna Trijaya Makmur”

1.2 Identifikasi Masalah

Dari pembahasan di atas maka dapat di definisikan masalah yaitu:

1. Apakah penerapan sistem akuntansi persediaan yang ada pada PT.Carvinna

Trijaya Makmur sudah memadai

2. Apakah sistem akuntansi persediaan yang diterapkan sesuai dengan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK No.14)

1.3 Pembatasan Masalah

Dari pembahasan di atas yang telah di bahas, maka dapat di batasi masalah

bagaimana Penerapan Sistem Akuntansi Persediaan Bahan Baku (ikan) pada

PT.Carvinna Trijaya Makmur yang sesuai PSAK No. 14

3
1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimana penerapan sistem akuntansi persediaan bahan baku yang

sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.14)

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini antara lain yaitu:

1. Mengetahui bagaimana sistem akuntansi persediaan bahan baku yang ada

pada PT.Carvinna Trijaya Makmur

2. Mengetahui Penerapan sistem akuntansi persediaan bahan baku yang sesuai

dengan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK NO.14)

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan bagi pemimpin dalam menjalankan

perusahaan serta referensi yang berkaitan dengan sistem akuntansi

persediaan.

2. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu dan wawasan

tentang sistem akuntansi persediaan dalam perusahaan.

3. Bagi institusi STIE PETRA, sebagai bahan referensi di perpustakan serta

menambah informasi mengenai sistem persediaan bahan baku.

4. Bagi pihak-pihak lain, hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi landasan

teori dalam melakukan penelitian dengan masalah yang sama.

4
1.7 Sistimatika Penulisan

Untuk memperjelas pembahasan skripsi ini, maka sistematika penulisan dapat

diuraikan sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Berisi tentang landasan teori untuk membentuk kerangka pemikiran,

penelitian terdahulu dan kerangka pikir.

BAB III. METODE PENELITIAN

Berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, sumber dan

jenis data, tehnik pengumpulan data, populasi dan sampel, definisi

operasional, metode dan teknik analisis.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang, deskripsi objek penelitian, hasil penelitian dan

pembahasan

BAB V. PENUTUP

Berisi tentang, kesimpulan dan saran

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian sistem

Pengertian sistem menurut Mulyadi (2013:5) adalah suatu jaringan prosedur

yang di buat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok

perusahaan. Prosedur adalah urutan suatu kegiatan klerikal, biasanya melibatkan

beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, di buat untuk menjamin

penanganan secara seragam transaksi penjualan yang terjadi berulang-ulang.

Menurut Baridwan (2008:3) sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur

yang saling berhubungan yang di susun sesuai dengan skema yang menyeluruh,

untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan. Prosedur

adalah suatu urutan-urutan pekerjaan klerikal (Clerical), biasanya melibatkan

beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, untuk menjamin perlakuan yang

seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang terjadi.

Sedangkan menurut Jogiyanto (2009:1) sistem adalah suatu jaringan kerja

dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk

melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.

Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa sistem adalah satu

kesatuan dari beberapa kelompok bagian yang saling bekerja sama dalam

melaksanakan aktivitas pokok perusahaan untuk mencapai tujuan dari suatu

perusahaan tersebut.

6
2.1.2 Pengertian sistem akuntansi

Menurut pendapat Mulyadi (2013:3) sistem akuntansi adalah organisasi

formulir, catatan dan laporan yang di koordinasi sedemikian rupa untuk

menyediakan informasi keuangan yang di butuhkan oleh manajemen dalam

pengelolaan.

Menurut Nugroho (2009:21) mengemukakan bahwa sistem akuntansi

merupakan suatu alat yang di pakai untuk mengorganisir atau menyusun,

mengumpulkan dan mengikhtiarkan keterangan-keterangan yang menyangkut

seluruh transaksi perusahaan, dimana para pegawai, kegiatan-kegiatan

perusahaan, bahan-bahan dan mesin-mesin dapat di padukan sedemikian rupa

sehingga pengawasan dapat di jalankan sebaik-baiknya.

Menurut Bodnar dan Hopwood (2008:181) sistem akuntansi adalah suatu

organisasi terdiri dari metode dan catatan-catatan yang di buat untuk

mengidentifikasikan, mengumpulkan, menganalisis, mencatat dan melaporkan

transaksi-transaksi organisasi dan menyelenggarakan pertanggung jawaban bagi

aktivitas dan kewajiban yang berkaitan.

Menurut Baridwan (2008:4) sistem akuntansi yaitu formulir-formulir,

catatan-catatan, prosedur-prosedur, dan alat-alat yang di gunakan untuk

mengelolah data mengenai usulan satu kesatuan ekonomis dengan tujuan untuk

menghasilkan umpan baik dalam bentuk laporan-laporan yang dilakukan oleh

menajemen untuk mengawasi usahanya dan bagi pihak-pihak lain yang

berkepentingan seperti pemegang saham kreditur dan lembaga-lembaga

pemerintahan untuk memulai hasil operasi.

7
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi adalah suatu

organisasi yang digunakan untuk merangkum semua kegiatan dan transaksi

perusahan guna menghasilkan informasi yang di perlukan oleh manajemen

sebagai alat pengawasan demi kelancaran aktivitas perusahaan dimasa yang akan

datang.

2.1.3 Tujuan sistem akuntansi

Suatu perusahaan membuat sistem akuntansi yang berguna untuk pihak intern

maupun pihak ekstern perusahaan. Tujuan umum dari pengembangan sesuai

dengan sistem akuntansi menurut Mulyadi (2013:19) yaitu:

1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru,

kebutuhan pengembangan sistem akuntansi terjadi jika perusahaan baru

didirikan atau suatu perusahaan menciptakan usaha baru yang berbeda

dengan usaha yang dijalankan selama ini.

2. Untuk memperbaiki informasi yang di hasilkan oleh sistem yang sudah ada.

Adakalanya sistem akuntansi yang berlaku tidak dapat memenuhi kebutuhan

manajemen, baik dalam hal mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur

informasi yang terdapat dalam laporan. Hal ini kemungkinan di sebabkan

oleh perkembangan usaha perusahan, sehingga menurut sistem akuntansi

untuk penyajiannya, dengan struktur informasi yang sesuai dengan tuntunan

kebutuhan manajemen.

3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern,

akuntanasi merupakan alat pertanggung jawaban suatu organisasi.

Pengembangan sistem akuntansi seringkali ditujukan untuk memperbaiki

8
perlindungan terhadap kekayaan organisasi sehingga pertanggung jawaban

terhadap penggunaan kekayaan organisasi dapat di laksakan dengan baik.

Pengembangan sistem akuntansi dapat pula ditujukan untuk memperbaiki

pengecekan intern agar informasi yang dihasilkan oleh sistem dapat di

percaya.

4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.

Pengembangan sistem informasi seringkali ditujukan untuk menghemat

biaya. Informasi merupakan barang ekonomis, untuk memperolehnya di

perlukan pengorbanan sumber ekonomi lain. Oleh karena itu, dalam

menghasilkan informasi perlu dipertimbangkan besarnya manfaat yang di

peroleh dengan pengorbanan yang dilakukan. Jika pengorbanan untuk

memperoleh informasi keuangan di perhitungkan lebih besar dibanding

dengan manfaat yang di peroleh. Sistem yang sudah ada perlu dirancang

kembali untuk mengurangi pengorbanan sumber daya bagi penyediaan

informasi.

Dari tujuan sistem akuntansi di atas, maka dapat di simpulkan bahwa tujuan

sistem akuntansi adalah untuk memberikan informasi bagi pihak intern atau

ekstern tentang kegiatan perusahaan dan memperbaiki informasi yang di hasilkan

oleh sistem yang sudah ada apakah sesuai atau belum dengan sistem pengendalian

intern yang baik serta untuk mengurangi kesalahan dalam melakukan pencatatan

2.1.4 Unsur-unsur sistem akuntansi

Menurut mulyadi (2013;3) terdapat lima unsur dalam sistem akuntansi adalah

sebagai berikut:

9
1. Formulir

Formulir merupakan dokumen yang di gunakan untuk merekam terjadinya

transaksi. Formulir sering di sebut dengan istilah dokumen karena dengan

formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi di rekam (di

dokumentasikan) di atas secarik kertas. Contoh formulir adalah faktur

penjualan, bukti kas keluar, cek dan lain-lain.

2. Jurnal

Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang di gunakan untuk mencatat,

mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data lainnya. Contoh

jurnal adalah jurnal pembelian, jurnal penjualan, jurnal penerimaan kas, dan

lain-lain.

3. Buku besar

Buku besar (general ledger) terdiri dari rekening-rekening yang di gunakan

untuk meringkas data keuangan yang telah di catat sebelumnya dalam jurnal.

Rekening-rekening tersebut disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi

yang akan di sajikan dalam laporan keuangan.

4. Buku pembantu

Buku pembantu terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci data

keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar. Sebagai

contoh buku pembantu piutang yang merinci semua data tentang debitur.

5. Laporan

Hasil akhir dari proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat berupa

laporan laba/rugi, laporan perubahan modal, laporan harga pokok produksi,

dan lain-lain.

10
2.1.5 Sistem akuntansi persediaan bahan baku

Menurut Krismiaji (2005:367) sistem akuntansi persediaan merupakan

sebuah sistem yang memelihara catatan persediaan dan memberitahu manajer

apabila jenis barang tertentu memerlukan penambahan, sihingga pengertian dari

sistem informasi akuntansi persediaan bahan baku adalah sebuah sistem yang

memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat

terkait persediaan bahan baku untuk merencanakan, mengendalikan dan

mengoprasikan bisnis. Dengan sistem informasi akuntansi persediaan barang

dapat mengetahui aktivitas dari pembelian atau penerimaan dan penjualan barang

jadi oleh perusahaan sebagai manajemen kontrol bagi perusahaan, sehingga

perusahaan dapat mengetahui jenis barang yang sedang laku di pasaran. Sistem ini

sangat berkaitan erat dengan sistem penjualan, sistem retur penjualan.

Dalam pengelolaan persediaan bahan baku, perusahan harus dapat mengatur

daftar bahan baku yang akan di beli maupun yang akan di olah. Selain itu apakah

persediaan bahan baku tersebut dalam kondisi yang baik dan layak untuk di olah

menjadi barang jadi. Informasi-informasi tersebut akan membantu manajemen

perusahaan dalam mengambil keputusan guna langkah kedepan untuk

memproduksi barang.

2.1.6 Pengertian persediaan

Persediaan merupakan asset atau aktiva lancer yang di miliki perusahaan

yang biasanya melakukan kegiatan bisnis dengan menjual barang dagangan atau

barang hasil produksinya. Berikut merupakan beberapa pengertian persediaan

menurut para ahli. Yaitu:

11
Persediaan adalah salah satu unsur dalam perusahaan yang paling aktif dan

juga memiliki peran penting sebagai investasi sumber daya yang besar nilainya

dan signifikan pengaruhnya terhadap aktivitas operasional perusahaan (Shofa,

2012:21). Menurut Warren dan Fess (2005:452) persediaan juga di definisikan

sebagai aktiva yang tersedia untuk di jual dalam kegiatan usaha normal dalam

proses produksi atau yang dalam perjalanan dalam bentuk bahan atau

perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberi jasa.

Menurut Yusdianto (2002:195) persediaan (inventory) adalah harta

perusahaan yang termasuk penting, karena banyak dana yang tertanam

didalamnya. Persediaan pereanannya cukup besar dalam suatu usaha, maka baik

manajemen perusahaan maupun fiskus sangat memperhatikannya. Menurut Astuti

(2012:204) persediaan barang dagang menunjukan harga pokok barang dagang

yang ada dalam persediaan dan tersedia untuk di jual.

Sedangkan menurut Soemarso (2007:245) persediaan adalah barang-barang

yang di miliki untuk di jual kembali atau diproses lebih lanjut menjadi barang jadi

yang (pada akhirnya) akan di jual untuk memperoleh penghasilan. Menurut

Mulyani (2004:31) persediaan merupakan barang dagangan yang di beli kemudian

di simpan untuk dijual dalam operasi normal perusahaan sehingga perusahaan

senantiasa memberi perhatian yang besar dalam persediaan. Persediaan

mempunyai arti yang strategis bagi perusahaan baik perusahaan dagang maupun

perushaann industry. Menurut Michell (2006:227) persediaan barang dagang

adalah barang yang di beli untuk di jual lagi sebagai aktivitas utama perusahaan

untuk memperoleh pendapatan.

12
Sedangkan Stice dan Skousen (2009:571) menyebutkan kata persediaan

ditujukan untuk barang-barang tersedia untuk di jual dalam kegiatan bisnis

normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk

barang dalam proses produksi atau yang di tempatkan dalam kegiatan produksi,

kata persediaan (atau persediaan barang dagang, baik berupa usaha grosir maupun

ritel, ketika barang-barang tersebut telah di beli da nada kondisi siap untuk di jual.

2.1.7 Jenis-jenis persediaan

Kata persediaan (atau persediaan barang dagangan) secara umum di tujukan

untuk barang-barang yang di miliki oleh perusahaan dagang, baik berupa usaha

grosir maupun ritel. ketika barang-barang tersebut telah di beli dan ada kondisi

siap untuk di jual.

Menurut Stice, Skousen (2004:654) jenis-jenis persediaan yaitu : bahan baku

(Raw Materials), barang dalam proses (work in proses), dan barang jadi (finished

goods) untuk di jual ditujukan untuk persediaandi perusahaan manufaktur.

Sedangkan menurut Richardus Eko Indrajit, Richardus Djokopranoto (2003:8)

persediaan dapat dibagi menjadi beberapa jenis atau klasifikasi adalah sebagai

berikut:

1. Bahan baku

2. Barang setengah jadi

3. Barang jadi

4. Barang umum dan suku cadang

5. Barang untuk proyek

6. Barang dagangan.

13
Secara garis besar, persediaan dapat di kelompokan/di golongkan diantaranya

sebagai berikut:

1. Bahan baku adalah barang-barang yang di beli untuk digunakan dalam proses

produksi. Sebagian bahan baku di ambil langsung dar sumber aslinya, namun

yang lebih sering terjadi, bahan baku di beli dari perusahaan lain yang

merupakan barang jadi dari sisi pemasok. Bahan baku terbagi atas bahan baku

langsung dan bahan baku tidak langsung. Bahan baku langsung (direct

materials) adalah bahan yang secara fisik akan di masukan dalam barang

yang sedang di produksi, karena bahan ini digunakan secara langsung dalam

proses produksi barang. Bahan baku tidak langsung (indirect material) di

tujukan bahan pendukung yaitu bahan baku penting digunakan dalam proses

produksi tapi tidak secara langsung dimasukan dalam produk.

2. Barang dalam proses terdiri dari bahan-bahan yang telah di proses namun

masih membutuhkan pekerjaan lebih lanjut sebelum dapat di jual. Persediaan

ini terdiri dari tiga komponen biaya yaitu :

a. Bahan baku langsung: yaitu biaya bahan baku yang secara langsung

dapat didentifikasi dalam barang yang di produksi.

b. Tenaga kerja langsung yaitu biaya tenaga kerja secara langsung dapat

didentifikasi dengan barang yang di produksi.

c. Overhead pabrik yaitu bagian dari overhead pabrik yang di bebankan

atas barang yang di produksi.

3. Barang setengah jadi adalah barang yang masih memerlukan proses produksi

untuk dijadikan bahan siap pakai atau bahan jadi. Contoh barang setangah

14
jadi antara lain, benang untuk membuat kain, kain untuk membentuk pakaian,

kulit untuk membuat tas atau sebagainya.

4. Barang produksi atau barang manufaktur adalah barang yang telah di proses

dengan suatu cara. Barang jenis ini adalah lawan dari bahan mentah, dan

dapat terdiri dari barang setengah jadi atau barang jadi.

5. Bahan penolong adalah bahan yang di gunakan dalam proses produksi dan di

tambahkan kedalam proses pembuatan produk yang mana komponennya

tidak terdapat pada produk akhir.

6. Barang jadi adalah barang yang selesai diproduksi dan menunggu untuk di

jual. Setelah produk selesai di produksi, biaya yang di akumulasikan dalam

proses produksi ditransfer dari akun persediaan barang dalam proses kea kun

persediaan barang jadi. Jadi untuk menentukan apakah barang tersebut

merupakan bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi bagi suatu

perushaan haruss dilihat apakah barang tersebut sebagai input atau output dari

perusahaan tersebut.

2.1.8 Pengukuran persediaan

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 14 tentang Persediaan,

menyatakan bahwa persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi

bersih, mana yang lebih rendah (the lower of cost and net realizable value).

1. Biaya persediaan

Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan

biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat

yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and condition).

15
2. Biaya pembelian

Biaya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak

lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh perusahaan

kepada kantor pajak), dan biaya pengangkutan, penanganan dan biaya lainnya

yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan

dan jasa. Diskon dagang (trade discount), rabat dan pos lain yang serupa

dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian. Dalam keadaan yang

jarang terjadi, biaya pembelian yang meliputi selisih valuta asing yang timbul

secara langsung dalam perolehan persediaan yang ditagih dalam valuta asing,

diperkenankan sebagai perlakuan alternatif seperti yang diuraikan dalam

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 10 tentang Transaksi Dalam

Mata Uang Asing. Selisih valuta asing tersebut terbatas pada yang

ditimbulkan dari devaluasi atau depresiasi suatu mata uang yang cukup besar

dan terhadap peristiwa tersebut tidak mungkin dilakukan hedging, dan

membawa dampak pada hutang yang tidak dapat diselesaikan dan timbul dari

perolehan persediaan yang baru saja dilakukan. (Namun, apabila tersedia

kesempatan hedging sebelum devaluasi terjadi akan tetapi kesempatan

tersebut tidak dimanfaatkan maka selisih kurs yang timbul akibat devaluasi

tidak boleh diperhitungkan sebagai bagian dari biaya pembelian).

3. Biaya konversi

Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait

dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variabel

yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan

menjadi barang jadi. Biaya overhead produksi tetap adalah biaya produksi tak

16
langsung yang relatif konstan, tanpa memperhatikan volume produksi yang

dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan peralatan

pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabrik. Biaya overhead

produksi variabel adalah biaya yang berubah secara langsung, atau hampir

secara langsung, mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tak

langsung dan upah tak langsung. Pengalokasian biaya overhead produksi

tetap ke biaya konversi didasarkan pada kapasitas normal fasilitas produksi.

Kapasitas normal adalah produksi rata-rata yang diharapkan akan tercapai

selama suatu periode atau musim dalam keadaan normal, dengan

memperhitungkan hilangnya kapasitas selama pemeliharaan terencana.

Tingkat produksi aktual dapat digunakan bila mendekati kapasitas normal.

Pembebanan biaya overhead produksi tetap pada setiap unit produk tidak

bertambah sebagai akibat dari rendahnya produksi atau tidak terpakainya

kapasitas pabrik. Biaya overhead yang tidak teralokasi diakui sebagai beban

pada, periode terjadinya. Dalam periode produksi luar biasa tinggi, biaya

overhead yang dialokasikan pada unit produk diturunkan, agar persediaan

tidak dinilai di atas biaya. Biaya overhead produksi variabel dialokasikan

pada unit produk atas dasar penggunaan fasilitas produksi yang sebenarnya.

4. Biaya lain-lain

Biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya

tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap

untuk dijual atau dipakai. Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan

untuk membebankan biaya overhead non produksi atau biaya perancangan

produk untuk pelanggan khusus sebagai biaya persediaan. Beberapa contoh

17
biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam

periode terjadinya adalah:

a. Jumlah pemborosan bahan, upah, atau biaya produksi lainnya yang tidak

normal

b. Biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses

produksi sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya

c. Biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan sumbangan untuk

membuat persediaan berada dalam lokasi dan kondisi sekarang

d. Biaya penjualan.

5. Biaya Persediaan Pemberian Jasa

Biaya persediaan perusahaan jasa terutama meliputi upah dan biaya

personalia lainnya yang secara langsung menangani pemberian jasa, termasuk

tenaga penyelia, dan overhead yang diatribusikan. Upah dan biaya lainnya

yang menyangkut personalia penjualan serta administrasi umum tidak

termasuk sebagai biaya persediaan, tapi diakui sebagai beban pada periode

terjadinya .

6. Teknik Pengukuran Biaya

Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya standar atau

metode eceran (retail method), demi kemudahan, dapat digunakan bila

hasilnya mendekati biaya historis. Biaya standar memperhitungkan tingkat

normal penggunaan bahan dan perlengkapan (supplies), upah, efisiensi dan

pemanfaatan kapasitas. Biaya standar ditelaah secara berkala dan, bila perlu,

direvisi sesuai dengan kondisi terakhir. Metode eceran sering kali digunakan

dalam perdagangan eceran untuk menilai persediaan sejumlah besar barang

18
yang berubah dengan cepat, dan memiliki margin yang tidak jauh berbeda

sehingga tidak praktis kalau digunakan metode penetapan biaya lainnya.

Biaya persediaan ditentukan dengan mengurangi harga jual persediaan

dengan persentase margin bruto yang sesuai. Persentase tersebut digunakan

dengan memperhatikan persediaan yang telah diturunkan nilainya di bawah

harga jual normal. Persentasi rata-rata sering digunakan untuk setiap

departemen penjualan eceran yang menjual kelompok barang yang berbeda.

7. Rumus Biaya

Biaya persediaan untuk barang yang lazimnya tidak dapat diganti dengan

barang lain (not ordinary interchangeable) dan barang serta jasa yang

dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek khusus harus diperhitungkan

berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masing masing. Yang

dimaksud dengan identifikasi khusus biaya adalah atribusi biaya ke barang

tertentu yang dapat diidentifikasikan dalam persediaan. Cara ini merupakan

perlakuan yang sesuai bagi barang yang dipisahkan untuk proyek khusus,

baik yang dibeli maupun yang dihasilkan. Namun demikian identifikasi

khusus biaya tidak tepat bagi sejumlah besar barang homogen yang dapat

menggantikan satu sama lain (ordinarily interchangeable). Dalam keadaan

demikian, metode pemilihan barang yang masih berada dalam persediaan

dapat digunakan untuk menentukan di muka dampaknya terhadap laba rugi

periode berjalan. Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf 19,

harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar

pertama (MPKP atau FIF0), rata-rata tertimbang (weighted average cost

method), atau masuk terakhir keluar pertama (MTKP atau LIF0). Formula

19
MPKP/FIF0 mengasumsikan barang dalam persediaan yang pertama dibeli

akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam

persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dengan rumus

biaya ratarata tertimbang, biaya setiap barang ditentukan berdasarkan biaya

rata-rata tertimbang dari barang serupa pada awa! periode dan biaya barang

serupa yang dibeli atau diproduksi selama periode. Perhitungan rata-rata

dapat dilakukan secara berkala, atau pada setiap penerimaan kiriman,

tergantung pada keadaan perusahaan. Rumus MTKP/LIF0 mengasumsikan

barang yang dibeli atau diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih

dahulu, sehingga yang termasuk dalam persediaan akhir adalah yang dibeli

atau diproduksi terdahulu.

2.1.9 Pengertian bahan baku

Bahan baku menurut Stice, Skousen (2004:165) mendefinisikan bahan baku

sebagai berikut: bahan baku adalah barang-barang yang di beli untuk digunakan

dalam proses produksi.

Menurut Baridwan Zaki (2003:150) mendefiniskan bahan baku sebagai

berikut. Bahan baku adalah barang-barang yang akan menjadi bagian dari produk

jadi yang dengan mudah dapat di ikuti biayanya.

Menurut Ekoindrajit, Djokopranoto (2003:8) mendefinisikan bahan baku

adalah bahan mentah yang belum di olah, yang akan di olah menjadi barang jadi

sebagai hasil utama dari perusahaan yang bersangkutan. Dari defenisi di atas

dapat di jelaskan bahwa bahan baku adalah barang yang di gunakan untuk

melakukan proses produksi.

20
2.1.10 Pengertian persediaan bahan baku

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2013) pengertian persediaan bahan baku

yaitu: persediaan adalah Aktiva:

e. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal

f. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan.

g. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplier) untuk digunakan dalam

proses produksi atau pemberian jasa

Dari pengertian-pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa persediaan

bahan baku merupakan aktiva berwujud yang digunakan dalam proses produksi

atau pemberian jasa yang diperoleh dari sumber-sumber ataupun dibeli dari

supplier bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya.

2.1.11 Sistem pencatatan persediaan bahan baku

Menurut PSAK NO.14 pencatatan di bedakan menjadi dua macam yaitu:

1. Metode perpetual

Pada sistem ini setiap melakukan pembelian barang dagang berarti

menambahkan (mendebet) perkiraan persediaan dan sebaliknya mengurangi

(mengkredit) apabila terjadi transaksi penjualan.

2. Metode periodic

Metode periodic dalam pencatatan perssediaan yaitu setiap pembelian dan

penjualan tidak di catat pada perkiraan persediaan barang dagang

(merchandise inventory), mutasi barang dagangn tidak di catat. Sehingga

untuk mengetahui berapa harga pokok barang dagangan yang terjual (cost of

merchandise sold) harus di lakukan terlebih dahulu perhitungan secara fisik.

21
Dalam metode pencatatn periodic, harga atas barang dagangan yang di jual

(HPP) dihitung dengan cara: persediaan awal perusahaan di tambah pembelian

dikurangi persediaan akhir perusahaan. Jika dalam pembelian barang dagang

terdapat potongan pembelian. Biaya pembelian di hitung dengan cara: pembelian

perusahaan di kurangi potongan pembelian dan retur pembelian ditambah dengan

biaya-biaya masuk

2.1.12 Metode penilaian persediaan

Menurut PSAK NO.14 penilaian terhadap persediaan adalah menentukan

nilai persediaan akhir yang akan di cantumkan dalam neraca. Pada akhir periode

akuntansi, total biaya persediaan harus di alokasikan dalam persediaan yang

masih ada untuk dilaporkan di neraca sebagai asset dan dalam persediaan yang

terjual salama periode tersebut untuk dilaporkan laba rugi sebagai beban “harga

pokok penjualan”

Ada beberapa metode untuk menentukan nilai persediaan yaitu:

1. Metode FIFO (first in first out)

Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang-barang di gunakan

(dikeluarkan) sesuai urutan pembeliannya. Dengan kata lain, metode ini

mengasumsikan bahwa barang pertama yang di beli adalah barang pertama

yang di gunakan (dalam perusahaan manufaktur) atau di jual (dalam

perusahaan dagang). Dalam semua kasus FIFO, pesediaan dan harga pokok

penjualan akan sama pada akhir bulan terlepas dari apakah yang dipakai

adalah sistem persediaan perpetual atau periodic.

22
2. Metode LIFO (last in first out)

Metode LIFO membandingkan biaya dari barang-barang yang paling akhir di

beli terhadap pendapatan. Jika yang di gunakan adalah persediaan periodic,

maka akan di asumsikan bahwa biaya dari total kuatitas yang terjual atau

dikeluarkan selama satu bulan berasal dari pembelian yang paling akhir.

3. Metode Rata-Rata

Menurut metode biaya rata-rata didasarkan pada anggapan bahwa barang

tersedia untuk dijual adalah homogeny (sejenis), pada metode ini harga

perolehan barang yang tersedia untuk dijual dilakukan atas dasar harga

perolehan rata-rata tertimbang. Metode ini didasarkan pada suatu asumsi

bahwa nilai persediaan akhir merupakan himpunan harga pokok rata-rata dari

persediaan itu sendiri, sehingga baik nilai persediaan maupun harga pokok

barang yang di jual selalu akan mempunyai bagian yang sama terhadap harga

pokok yang terhimpun dari persediaan tersebut. Metode biaya rata-rata

(average cost method) menghitung harga pos-pos yang terdapat dalam

persediaan atas dasar biaya rata-rata barang yang sama yang tersedia selama

suatu periode.

Menurut Baridwan (2011;185-175) untuk menghitung harga pokok penjualan

dan harga pokok persediaan terdapat sepuluh cara yaitu :

1. Identifikasi khusus

Metode identifikasi khusus didasarkan pada anggapan bahwa arus barang

harus sama dengan arus biaya, untuk itu perlu disiapkan tiap-tiap jenis barang

berdasarkan harga pokok dan masing-masing kelompok di buatkan kartu

persediaan sendiri, sehingga masing-masing harga pokok dapat di ketahui,

23
harga pokok penjualan terdiri dari harga pokok barang-barang yang di jual

dan sisanya merupakan persediaan akhir.

2. Masuk pertama keluar pertama (FIFO)

Harga pokok persediaan akan di bebankan sesuai dengan urutan terjadinya

apabila ada penjualan atau pemakaian barang-barang maka harga pokok yang

di bebankan adalah harga pokok persediaan yang paling dahulu, disusul

dengan yang masuk berikutnya. Persediaan akhir di bebani harga pokok

terakhir.

3. Rata-rata tertimbang (weighted Average)

Dalam metode ini barang-barang yang di pakai untuk produksi atau dijual

akan di bebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata

dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan

kuantitasnya.

4. Masuk terakhir keluar pertama (LIFO)

Barang-barang yang di keluarkan dari gudang perusahaan akan di bebani

dengan harga pokok pembelian yang terakhir di susul yang masuk

sebelumnya. Persediaan akhir dihargai dengan harga pokok pembelian yang

pertama dan berikutnya.

5. Persediaan besi/minimum

Dalam metode ini di pakai anggapan bahwa perusahaan memerlukan seuatu

jumlah persediaan minimum (besi) untuk menjaga kontunuitas usahanya.

Persediaan minimum (besi) ini di anggap sebagai suatu elemen yang selalu

tetap, sehiingga di nilai dengan harga pokok yang tetap. Harga pokok untuk

persediaan minimum (besi) biasanya di ambil dari pengalaman yang lalu

24
dimana harga pokok itu nilainya rendah. pada akhir periode jumblah barang

yang ada digudang dihitung jumlah persediaan besi dinilai dengan harga

pokok yang tetap sedangkan selisi antara jumlah barang yang ada dengan

persediaan besi dinilai dengan harga pada saat tersebut (bisa dengan metode

MTMP, rata-rata atau metode lainnya)/

6. Biaya standar (Standard Cost)

Dalam perusahaan manufaktur yang memakai sistem biaya standar persediaan

barang di nilai dengan biaya standar, yatu biaya-biaya yang seharusnya

terjadi. Biaya standar ini di tentukan dimuka, yaitu sebelum proses produksi

di mulai, untuk bahan baku, upah langsung, dan biaya produksi tidak

langsung. Apa bila terdapat perbedaan antara biaya-biaya yang sesungguhnya

terjadi dengan biaya standarnya, perbedaan itu akan di catat sebagai selisi,

karena persediaan barang dinilia dengan biaya standar maka dalam harga

pokok penjualan tidak termasuk kerugian-kerugian yang timbul karena

pemborosan-pemborosan dan hal-hal yang tidak biasa. Biaya standar yang

ditetapkan akan terus di gunakan apabila tidak ada perubahan harga maupun

metode produksi, apabila ternyata ada perubahan maka biaya standar harus

direvisi dan di sesuaikan dengan keadaan yang baru.

7. Biaya rata-rata sederhana (simple average)

Harga pokok persediaan dalam metode ini di tentukan dengan menghitung

rata-ratanya tanpa memperhatikan jumlah barangnya, apabila jumlah barang

yang di beli berbeda-beda maka metode ini tidak menghasilkan harga pokok

yang dapat mewakili seluruh persediaan.

25
8. Harga beli terakhir (Latest Purchase Price)

Dalam hal ini persediaan barang yang ada pada akhir periode di nilai dengan

harga pokok pembelian terakhir tanpa mempertimbangkan apakah jumlah

persediaan yang ada melebihi jumlah yang di beli terakhir.

9. Metode nilai jual relative

Metode ini dipakai untuk mengalokasikan biaya bersama (joint cost) kepada

masing-masing produk yang di hasilkan/beli. Masalah alokasi ini dapat

timbul dalam usaha dagang maupun perusahan manufaktur. Dalam

perusahaan dagang apabila di beli beberapa barang yang harganya menjadi

satu, timbul masalah berapakah harga pokok masing-masing barang tersebut.

Pembagian biaya bersama ini dilakukan berdasarkan nilai penjualan relatif

dari masing-masing barang tersebut.

10. Metode biaya variable (direct Costing)

Dalam metode ini harga pokok produk yang di hasilkan oleh perusahaan

hanya di bebani dengan biaya produksi yang variable yaitu bahan baku, upah

langsung dan biaya produksi tidak langsung variable. Biaya produksi tidak

langsung yang tetap akan di bebankan sebagai biaya dalam periode yang

bersangkutan dan tidak di tunda dalam persediaan. Metode ini berguna bagi

pimpinan perusahaan untuk merancanakan dan mengawasi biaya-biayanya.

Agar metode ini dapat di gunakan rekening-rekening biaya harus dipisahkan

menjadi biaya variable dan tetap. Karena yang di masukan dalam perhitungan

dalam harga pokok produksi hanya biaya-biaya yang variable, metode ini

tidak di terima sebagai prinsif akuntansi yang lazim. Oleh karena itu jika di

26
gunakan metode biaya variable maka pada akhir periode harus di adakan

penyesuian terhadap persediaan dan harga pokok penjualan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Sistem Akuntansi persediaan telah banyak di lakukan sebelumnya, berbagai

cara di lakukan untuk menerapkan sistem akuntansi persediaan bahan baku yang

sesuai dengan PSAK No.14. Penelitian serupa di lakukan oleh Mudrichah Juli

2005. Dengan judul Sistem Akuntansi Persediaan Bahan Baku Pada Pt.Sinar

Lendoh Terang Ambarawa, di kota Semarang. Ada pun persamaan dari penelitian

terdahulu dengan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan sistem

akuntansi persediaan yang di terapkan pada perusahaan sudah sesuai PSAK

No.14, perbedaan penelitian ini adalah terletak pada lokasi dan data yang di teliti

ini yang akan menghasilkan informasi serta hasil penelitian yang berbeda sesuai

dengan keadaan perusahaan yang di teliti.

2.3 Kerangka Pemikiran

PT. Carvinna Trijaya Makmur merupakan salah satu perusahaan yang

bergerak di bidang perikanan yang memproduksi ikan loins dan ikan kaleng,

perusahaan ini sudah mampu bersaing dengan perusahan-perusahan lain yang

sudah terlebih dahulu terjun di bidang ini. Karena pihak perusahaan dengan usaha

yang keras melakukan kreatifitas bisnis, penerapan sistem manajemen yang

berkualitas serta memanfaatkan sumber daya yang ada sehingga dapat bersaing di

dunia bisnis dengan perusahaan yang lain.

27
Bahan baku adalah bahan mentah yang belum di olah, yang akan di olah

menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan. Persediaan adalah

bagian terpenting dalam perusahaan sebab tanpa adanya persediaan, maka

perusahaan akan mengalami resiko di mana sewaktu-waktu tidak dapat memenuhi

keinginan para konsumen. Jika itu terjadi itu bukan hanya berakibat buruk ke

pihak internal perusahaan saja tapi pihak eksternal perusahaan pun akan mendapat

dampak yang sama. Sehingga pihak-pihak yang terkait di dalamnya menjadi

kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seharusnya mereka

dapatkan.

Sistem Akuntansi merupakan hal penting dalam suatu perusahaan, di mana

perusahaan bisnis saat ini semakin berlomba-lomba untuk menciptakan dan

meningkatkan kualitas kerja, mutu pelayanan guna menghadapi persaingan bisnis

yang semakin ketat. Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan

laporan yang di koordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi yang di

butuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolahan perusahaan. Sistem

akuntansi persediaan bahan baku adalah sebuah sistem yang memproses data dan

transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat terkait persediaan bahan

baku untuk merencanakan, mengendalikan dan mengoprasikan bisnis.

Untuk itu penerapan persediaan sangat penting karena perusahaan harus dapat

mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimum yang dapat menjamin

kebutuhan bagi kelancaran kegiatan dalam jumlah dan mutu yang tepat serta

dengan biaya yang serendah-rendahnya.

Dalam penelitian ini peneliti menyusun gambaran rancangan kerangka

pemikiran sebagai berikut:

28
PT.CARVINNA TRIJAYA MAKMUR

SISTEM AKUNTANSI
PERSEDIAAN BAHAN BAKU

PENERAPAN

TEORI PRAKTEK

SESUAI & TIDAK SESUAI


(PSAK NO.14)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

29
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang di gunakan adalah pendekatan deskriptif yaitu

pendekatan penelitian yang menggambarkan dan melukiskan sifat objek yang di

teliti berdasarkan data yang di kumpulkan, dan menganalisis kemudian menarik

kesimpulan. Penelitian deskriptif berupaya untuk memperoleh gambaran yang

akurat dan lengkap dari objek/subjek yang di teliti, kemudian di analisis untuk

melihat penerapan sistem akuntansi persediaan bahan baku apakah sudah sesuai

dengan PSAK No.14.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian di lakukan pada PT. Carvinna Trijaya Makmur di Jln Arnoldus

Sompotan Kelurahan Aertembaga. Waktu pelaksanaannya dari bulan Maret 2017

sampai dengan bulan Mei 2017

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang di perlukan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data

Kualitatif yang merupakan data yang di sajikan secara deskriptif atau berbentuk

uraian: Diskripsi Objek Penelitian, Job description. Persediaan PT. Carvinna

Trijaya Makmur

30
Sumber data yang di gunakan dalam penulisan yaitu:

1. Data Primer, yaitu data yang di peroleh langsung dari Perusahaan

2. Data Sekunder, yaitu data yang di peroleh dari kepustakaan yang ada

hubungannya dengan materi pendukung masalah yang di teliti.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa metode atau teknik dalam pegumpulan data yang di lakukan

dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Penelitian Lapangan

1. Metode Observasi Langsung

Dengan cara melihat aktifitas yang di lakukan oleh perusahaan dan

mengamati apa yang menjadi sasaran dalam pengambilan data yang

sesuai dengan apa yang di perlukan.

2. Metode wawancara

Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

melakukan Tanya jawab langsung ke pihak perusahaan yang terkait

dengan sistem persediaan bahan baku pada PT.Carvinna Trijaya

Makmur.

3. Dokumentasi

Yaitu proses yang dilakukan dengan cara menggunakan bukti yang

akurat dari pencatatan sumber-sumber informasi khusus.

b. Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang menggunakan data yang di

peroleh dari tulisan ilmiah yang ada, maupun buku, literature yang di

perlukan sebagai landasan teoritis yang dapat di pertanggung jawabkan

31
3.5 Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti

untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulanya. Populasi dalam

penelitian ini adalah keseluruham sistem dan prosedur akuntansi, sejak

perusahaan berdiri selama 6 tahun yakni sejak tahun 2011 hingga tahun 2016.

2. Sample adalah suatu himpunan bagian dari unit populasi. Dalam penelitian

ini menggunakan purposive sampling yang di teliti adalah Standar

Operasional Prosedur akuntansi persediaan bahan baku ikan pada PT.

Carvinna Trijaya Makmur sepanjang tahun 2016.

3.6 Definisi Operasional

Variable dapat dikatakan sebagai suatu hal yang menjadi objek pengamatan

penelitian atau sering pula di katakan sebagai factor-faktor yang berperan dalam

peristiwa atau gejala yang di teliti.

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Parameter Skala
Sistem Sistem akuntansi persediaan PSAK No 14: Rasio
Akuntansi bahan baku merupakan sebuah 1. Pendefinisian
Persediaan sistem yang memelihara catatan 2. Pengukuran
Bahan persediaan dan memberitahu 3. Pengakuan
Baku manajer apabila jenis barang 4. Pengungkapan
tertentu memerlukan penambahan
Sumber: Data diolah

32
3.7 Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan metode analisis dengan pendekatan kualitatif,

dalam hal ini penelitian dilakukan untuk mengetahui Penerapan sistem akuntansi

persediaan bahan baku yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK

NO.14 Revisi 2008)

3.8 Teknik Analisis

Teknis analisis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah teknis analisis

tentang penerapan sistem akuntansi persediaan bahan baku:

Indikator sistem yang diterapkan


Penerapan Sistem Akuntansi = X 100%
Indikator sistem akuntansi PSAK NO.14

Berdasarkan evaluasi ini maka penerapan sistem akuntansi persediaan

dikualifikasikan sesuai table berikut:

Tabel 3.2
Kualifikasi Sistem Akuntansi
NO Kelas Internal Keterangan
1 84% - 100% Sangat Baik
2 63% - 83% Baik
3 42% - 62% Cukup Baik
4 21% - 41% Kurang Baik
5 0 - 20% Tidak Baik
Sumber: Data diolah

33
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Sejarah perusahaan

PT. Carvinna Trijaya Makmur adalah badan usaha milik swasta (BUMS)

yang bergerak di bidang perikanan. Yang menjadi produk utama di perusahaan ini

yaitu ikan kaleng. PT. Carvinna Trijaya Makmur mulai beroperasi pada tanggal 5

oktober 2011, di bawah kepimpinan Aksel Thenderan, dengan jumlah karyawan

kurang lebih 500 karyawan tetap. Perusahaan ini melakukan aktifitas kerja dengan

sift pagi pada pukul 07.00 wita sampai dengan selesai produksi. PT. Carvinna

Trijaya Makmur cukup berkembang sampai saat ini karena mampunya perusahaan

ini bersaing di dunia pasar (Ekspor-Impor) dengan perusahaan lain yang lebih

dulu bergerak di bidang perikanan seperti PT. Sinar Purefood Internasional dan

lain-lain.

PT. Carvinna Trijaya Makmur berlokasi cukup jauh dari pusat kota, karena

selain mempertimbangkan posisinya yang cukup strategis untuk lebih mudah

mendapatkan bahan baku (ikan), dan bisa membantu masyarakat disekitar lokasi

perusahaan untuk mendapatkan pekerjaan. Tepatnya perusahaan ini di Jalan

Arnoldus Sompotan, Kelurahan Aertembaga 1 Bitung.

Perusahaan PT. Carvinna Trijaya Makmur bertujuan menjadi salah satu

perusahaan perikanan yang maju dan berkembang dengan mengutamakan untuk

mendapatkan keuntungan baik untuk pihak perusahaan itu sendiri maupun pihak

pelanggan (konsumen).

34
4.1.2 Struktur organisasi

Adanya struktur organisasi perusahaan yang menggambarkan tugas dan

tanggung jawab dari masing-masing bagian sebagai berikut:

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

4.1.3 Bidang usaha

PT. Carvinna Trijaya Makmur merupakan sebuah perusahaan manufaktur

yang memproduksi ikan loins yang di buat dengan bermacam-macam bentuk.

Pada mulanya ikan di bersihkan terlebih dahulu dengan cara melalukan

pengeluaran isi perut ikan kemudian di masak ke dalam tabung coker (retor)

35
dengan suhu 65ºC - 70ºC, setelah selesai pemasakan kemudian ikan di bersihkan

dengan pisau skin untuk pemisahan kulit, kepala, tulang, dan dagging coklet.

Setelah selasai pembersihan ikan di belah menjadi 4 bagian. proses akhirnya ikan

yang telah selesai di vacuum kemudian di bungkus kembali dengan karung atau

polybag. Selain itu PT. Carvinna Trijaya Makmur juga memproduksi ikan kaleng

yang di buat dengan bermacam-macam produk.

Produk-produk yang di hasilkan PT. Carvinna Trijaya Makmur adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.1
Produk-produk Ikan Kaleng
Jenis produk Bentuk produk Code produk Tins

Carvinna Sambel woku-woku SCW2C2 307

Sambel rica-rica ECR2C1 307

Chunk In oil ECO2C1 307

Chunk In Brine SCB2C1 307

Sheredded In oil SSFO2C 307

Flakes In oil YFO2C 307

Mackerel STPC 202

TKS Sambel woku-woku BHW1C1 307

Sambel Rica-rica BHR1C1 307

Sheredded In oil SSFO1C 307

Mackerel STR1C 202

Sumber: Data Primer

36
Tabel 4.2
Produk-produk Ikan Loins
Jenis produk Bentuk produk Code produk QTY

Skip jack Loin ID CTM 03D17/ 20

SJ SIN 3B 17024B

Sheredded ID CTM 15C17/ 20

SJ SIN 3C 17016B

Yellow fin Loin ID CTM 22C17/ 20

YF SIN 3B 1709B

Sheredded ID CTM 04D17/ 20

YF SIN 3B 17024

Sumber: Data Primer

4.1.4 Job description

Berdasarkan struktur organisasi, berikut disajikan uraian tugas masing-

masing bagian pada PT. Carvinna Trijaya Makmur:

1. Managing Director

Tugas dan tanggung jawab :

a. Memberikan visi dan misi dari bagan usaha

b. Pengambilan keputusan di level tertinggi dalam menentukan arah tujuan

perusahaan

37
2. Manager Keuangan/ADM

Tugas dan Tanggung Jawab :

a. Membuat laporan keuangan kepada atasan secara berkala tentang

penggunaan uang

b. Mengendalikan budget pendapatan dari belanja perusahaan sesuai

dengan hasil yang di harapkan

c. Bertanggung jawab atas penentuan biaya perusahaan seperti biaya

administrasi.

3. Casier

Tugas dan tanggung jawab :

a. Membayar gaji perusahaan setiap minggu, baik waktu berjalan produksi

maupun tidak.

b. Membantu atasan dalam hal penerimaan maupun pembayaran

perusahaan yang berhubungan dengan keuangan.

c. Mencatat dan melaporkan uang masuk dan keluar kepada atasan.

4. Manager Pemasaran

Tugas dan tanggung jawab :

a. Menentukan harga jual produk yang akan di launching, jadwal kunjungan

serta sistem promosi untuk memastikan tercapainya target penjualan.

b. Memonitor perolehan order serta merangkumkan forecast untuk

memastikan kapasitas produksi terisi secara optimal.

c. Memonitor jumlah stock seluruh dept, sales dan marketing untuk

memastikan umur stock perusahaan tidak melebihi target yang di

tentukan.

38
d. Menganalisa dan mengembangkan strategi marketing untuk

meningkatkan jumlah pelanggan dan area sesuai dengan target yang di

tentukan.

e. Menganalisa dan memberikan arah pengembangan design dan warna,

untuk memastikan pengembangan produk sesuai dengan kebutuhan

pasar.

f. Melakukan evaluasi kepuasan pelanggan dari hasil survey seluruh sales

team untuk memastikan tercapainya target kepuasan pelanggan yang di

tentukan.

g. Menerapkan budaya organisasi perusahaan, sistem, dan peraturan itern

perusahaan serta menerapkan manajemen biaya untuk memastikan

budaya perusahaan dan sistem serta peraturan di jalankan dengan

optimal.

5. Manager Personalia

Tugas dan tanggung jawab :

a. Mengawasi penggunaan data, barang dan peralatan di masing-masing

departemen.

b. Merekrut dan melatih pegawai baru yang dibutuhkan perusahaan PT.

Carvinna Trijaya Makmur.

c. Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas dari kepala-kepala

bagian.

d. Mengerjakan administrasi kepegawaian.

39
6. Manager Produksi

Tugas dan tanggung jawab :

a. Merencanakan dan mengatur jadwal produksi ikan kaleng dan ikan loins

agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan persediaan.

b. Mengadakan pengendalian produksi agar produk (ikan kaleng) sesuai

dengan spesifikasi dan standar mutu yang ditentukan.

c. Membuat laporan produksi secara periodic untuk mengenai pemakaian

bahan baku dan jumlah produksi.

d. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi dan untuk mengetahui

kekurangan dan penyimpanan sehingga dapat di lakukan perbaikan.

e. Mengatur jadwal perbaikan dan perawatan mesin produksi.

f. Membuat rencana produksi sesuai dengan permintaan pemasaran.

7. Supervisor

Tugas dan tanggung jawab :

a. Memimpin dan mengendalikan kegiatan di bidang produksi.

b. Menyiapkan laporan yang di butuhkan manager produksi mengenai data

produksi, jumlah batch produksi, pemakaian bahan, dan lain-lain.

8. Quality Control

Tugas dan tanggung jawab :

a. Mengkoordinir dan mengawasi pengendalian mutu produk.

b. Memberi saran kepada kepala bagian produksi mengenai mutu produk

dan keadaan mesin ataupun peralatan yang di gunakan dalam proses

produksi.

40
4.1.5 Sistem akuntansi persediaan bahan baku

Sistem akuntansi persediaan bahan baku pada PT. Carvinna Trijaya Makmur

adalah sebagai berikut:

1. Pencatatan Persediaan

Dalam pencatatan persediaan metode yang di gunakan adalah metode mutasi

persediaan atau metode perpetual. Metode ini di pakai karena pada akhir

bulan diadakan perhitungan fisik, sehingga dapat disesuikan antara

pembukuan yang dilakukan oleh bagian gudang dengan hasil perhitungan

fisik. Dalam metode ini setiap terjadi mutasi persediaan baik itu pembelian

maupun pemakaian, oleh bagian gudang akan di catat dalam buku gudang.

Bagian gudang bertanggung jawab atas barang yang ada di gudang, keluar

masuknya barang membuat catatan atas semua yang terjadi di gudang.

Dibagian administrasi diadakan pencatatan terhadap mutasi persediaan, yang

mencangkup kuantitas serta harga pokoknya dalam buku persediaan yang di

lakukan oleh staff administrasi pencatat persediaan.

2. Penentuan Harga atau Biaya pokok Persediaan

Dalam penentuan harga atau biaya pokok persediaan, metode yang di

gunakan adalah metode FIFO (First In First Out) atau barang yang masuk

pertama akan di keluarkan lebih dahulu. Bagian gudang yang mempunyai

tanggung jawab terhadap arus barang, mencatat setiap pemakaian persediaan

berdasarkan urutan persediaan tersebut masuk kegudang. Bagian administrasi

juga melakukan pencatatan pemakaian persediaan, selain kuantitas di

cantumkan juga harga pokok persediaan berdasarkan urutan masuk yang

dlakukan oleh staff administrasi pencatat persediaan.

41
4.2 Pembahasan

4.2.1 Standar operasional prosedur

Standar operasional prosedur adalah panduan hasil kerja yang di inginkan

serta proses kerja yang harus dilaksanakan. SOP dibuat dan di dokumentasikan

secara tertulis yang membuat prosedur (alur proses) kerja secara rinci dan

sistematis. Alur kerja tersebut haruslah mudah di pahami dan dapat di

implementasikan dengan baik dan konsisten oleh pelaku. Implementasi SOP yang

baik akan menunjukan Konsisten hasil kerja, hasil produk dan proses pelayanan

seluruhnya dengan mengacu kepada kemudahan, pelayanan dan pengaturan

1. RECEIVING (penerimaan bahan baku)

Penerimaan bahan baku langsung di lakukan pengecekan terhadap mutunya

yaitu uji organoleptic dan pengujian suhu dengan menggunakan termokoper.

Pengecekan suhu dilakukan untuk menjaga suatu kualitas ikan yang suhu

pusat ikan yaitu tidak lebih dari 5 ºC agar tidak terjadi peningkatan kadar

histamin. Pada umumnya bahan baku (ikan) yang di terima adalah ikan yang

memiliki suhu 1ºC - 2ºC.

2. AIR BLAST FREEZER/ Temporary Storage

Pembekuan ikan yang di lakukan dengan cara ikan di masukan ke dalam ABF

dengan suhu -18ºC.sampai ikan menjadi beku (Frozen Fish)

3. THAWING

Proses pencairan ikan atau Frozen fish.

4. BUTCHERING

Proses pembersihan ikan dengan cara memotong atau membelah perut ikan

dan mengeluarkan kotoran yang ada di dalam perut ikan.

42
5. PRECOOKING

Di mana proses pemasakan ikan yang di lakukan dengan cara di masukan ke

dalam tabung coker (Retor) dengan suhu 65ºC - 70ºC

6. MISTING

Di mana proses pendinginan ikan yang telah selesai di masak kemudian di

sirami dengan air dingin agar suhu panas ikan menurun.

7. SKINNING

Proses pembuangan kulit ikan yang di lakukan dengan cara menyisir kulit

ikan dengan pisau skinn dari ekor hingga badan ikan.

8. LOINING

Pembentukan yang di lakukan secara manual dengan cara memotong atau

membelah ikan tersebut menjadi 4 bagian.

9. PENIMBANGAN

Penimbangan ikan di lakukan untuk mengetahui berat suatu ikan yang di

hasilkan.

10. PACKING

Ikan yang telah selesai di timbang kemudian di kemas ke dalam Plastik

vacum yang telah di berikan code sesuai kategori produk yang di hasilkan.

11. PEMVACUMAN

Produk yang telah di bungkus rapi dengan plastic vacuum tersebut kemudian

di vacuum dengan menggunakan mesin vacuum sehingga produk berada

dalam kondisi hampa udara sehingga plastic melekat dengan kuat karena

udara di dalamnya telah di hilangkan.

43
12. AIR BLAST FREEZER (ABF)

Produk yang telah di kemas ke dalam plastic vacuum itu di susun dengan rapi

dalam sebuah troly, kemudian di bawah kedalam ruangan pembekuan (ABF)

selama 8 jam. (loin sudah beku)

13. POLYBAG

Loin yang sudah beku dari air blast freezer kemudian di bungkus kembali

dengan karung atau polybag, setelah selesai kemudian di masukan kedalam

coldstorage untuk siap di stuffing.

Gambar 4.2 Flow Chart / Alur Proses

44
Untuk menjawab tujuan penelitian ini antara lain yaitu ingin mengetahui

bagaimana penerapan sistem akuntansi persediaan bahan baku yang sesuai dengan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK NO.14), sehingga berikut disajikan

perbandingan indikator penerapan persediaan pada PT.Carvinna Trijaya Makmur:

Tabel 4.3
Penilaian Penerapan Sistem Akuntansi
No PSAK No 14 PT. Carvinna Trijaya Sesuai Tidak
Revisi 2008 Makmur
1 Persediaan adalah aktiva: Persediaan merupakan aset x
tersedia untuk dijual dalam PT. Carvinna Trijaya
kegiatan usaha biasa atau Makmur yang berupa
dalam proses produksi bahan baku dalam proses
untuk penjualan tersebut produksi
atau dalam bentuk bahan
atau perlengkapan dalam
proses produksi atau
pemberian jasa
2 Persediaan harus diukur Pengukuran persediaan x
berdasarkan biaya atau pada PT. Carvinna Trijaya
nilai realisasi neto, mana Makmur, hanya
yang lebih rendah. didasarkan pada biaya
yang dikeluarkan
perusahaan
3 Biaya persediaan harus Biaya persediaan pada PT. x
meliputi semua biaya Carvinna Trijaya Makmur
pembelian, biaya konversi, meliputi semua biaya yang
dan biaya lain yang timbul dikeluarkan perusahaan
sampai persediaan berada sampai persediaan siap
dalam kondisi dan lokasi digunakan
saat ini.

45
4 Biaya persediaan dihitung Dalam hal perhitungan x
dengan menggunakan biaya persediaan, PT.
rumus biaya Masuk Carvinna Trijaya Makmur
Pertama Keluar Pertama menggunakan rumus biaya
(MPKP) atau rata-rata Masuk Pertama Keluar
tertimbang. Pertama (MPKP)
5 Entitas menggunakan PT. Carvinna Trijaya x
rumus biaya yang sama Makmur menggunakan
terhadap semua persediaan rumus biaya yang sama
yang memiliki sifat yang terhadap semua persediaan
sama. yang memiliki sifat yang
sama.
6 Jika persediaan dijual, Jika persediaan PT. x
nilai tercatat persediaan Carvinna Trijaya Makmur
diakui sebagai beban pada dijual, nilai tercatat
periode diakuinya persediaan diakui sebagai
pendapatan atas penjualan beban pokok penjualan
tersebut.
7 Setiap penurunan nilai PT. Carvinna Trijaya x
persediaan di bawah biaya Makmur
menjadi nilai realisasi neto memperhitungkan nilai
dan seluruh kerugian persediaan dibawah biaya
persediaan harus diakui menjadi beban pada
sebagai beban pada periode terjadinya
periode terjadinya kerugian
penurunan atau kerugian
tersebut
8 Setiap pemulihan kembali PT. Carvinna Trijaya x
penurunan nilai persediaan Makmur
karena peningkatan memperhitungkan
kembali nilai realisasi pemulihan kembali
neto, harus diakui sebagai penurunan dan diakui

46
pengurangan terhadap sebagai pengurangan
jumlah beban persediaan terhadap jumlah beban
pada periode terjadinya persediaan pada periode
pemulihan tersebut. terjadinya pemulihan
tersebut.
9 Mengungkapkan kebijakan PT. Carvinna Trijaya x
akuntansi yang digunakan Makmur mengungkapkan
dalam pengukuran kebijakan akuntansi yang
persediaan, termasuk digunakan dalam
rumus biaya yang pengukuran persediaan,
digunakan. termasuk rumus biaya
yang digunakan.
10 Mengungkapkan total PT. Carvinna Trijaya x
jumlah tercatat persediaan Makmur mengungkapkan
dan jumlah nilai tercatat total jumlah tercatat
menurut klasifikasi yang persediaan dan jumlah
sesuai bagi entitas. nilai tercatat
11 Mengungkapkan jumlah PT. Carvinna Trijaya x
tercatat persediaan yang Makmur mengungkapkan
dicatat dengan nilai wajar jumlah tercatat persediaan
dikurangi biaya untuk yang dicatat dengan nilai
menjual. wajar dikurangi biaya
12 Mengungkapkan jumlah PT. Carvinna Trijaya x
persediaan yang diakui Makmur mengungkapkan
sebagai beban selama jumlah persediaan yang
periode berjalan. diakui sebagai beban
selama periode berjalan.
13 Mengungkapkan setiap PT. Carvinna Trijaya x
penurunan nilai yang Makmur mengungkapkan
diakui sebagai pengurang setiap penurunan nilai
jumlah persediaan yang yang diakui sebagai
diakui sebagai beban pengurang jumlah

47
dalam periode berjalan. persediaan yang diakui
sebagai beban dalam
periode berjalan.

14 Mengungkapkan jumlah PT. Carvinna Trijaya x


dari setiap pemulihan dari Makmur mengungkapkan
setiap penurunan nilai jumlah dari setiap
yang diakui sebagai pemulihan diakui sebagai
pengurang jumlah beban dalam periode
persediaan yang diakui berjalan.
sebagai beban dalam
periode berjalan.
15 Mengungkapkan kondisi PT. Carvinna Trijaya x
atau peristiwa penyebab Makmur mengungkapkan
terjadinya pemulihan nilai kondisi atau peristiwa
persediaan yang penyebab terjadinya
diturunkan. pemulihan nilai persediaan
yang diturunkan
16 Mengungkapkan nilai PT. Carvinna Trijaya x
tercatat persediaan yang Makmur mengungkapkan
diperuntukkan sebagai nilai tercatat persediaan
jaminan kewajiban. yang diperuntukkan
sebagai jaminan atas
kewajiban.
Jumlah Sesuai 16
Jumlah Tidak Sesuai -
Total Indikator berdasarkan 16
PSAK No.14
Sumber: Data Diolah

48
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, maka hasil penelitian

menunjukan penerapan sistem akuntansi persediaan bahan baku pada PT.

Carvinna Trijaya Makmur sudah sesuai dengan pernyataan standard akuntansi

keuangan (PSAK) Nomor 14 Revisi 2008. Pendapat ini didukung lewat skor

penilaian sistem akuntansi yang diperoleh yaitu perusahaan dikualifikasikan

sangat baik dalam hal penerapan PSAK Nomor 14 Revisi 2008.

5.2 Saran

Hasil penelitian menunjukan penerapan sistem akuntansi pada PT. Carvinna

Trijaya Makmur sudah sesuai dengan pernyataan standard akuntansi keuangan

(PSAK) Nomor 14 Revisi Tahun 2008. Oleh karenanya manajemen diharapkan

untuk mempertahankan sistem akuntansi keuangan yang telah diterapkan dan

melakukan evaluasi secara berkala terhadap kebijakan yang berkaitan langsung

dengan persediaan bahan baku.

49
DAFTAR PUSTAKA

Analisis Penerapan Metode Pencatatan dan Penilaian Terhadap Persediaan Barang


Menurut PSAK No.14 pada PT. Investama Dc Manado
(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/4715/4238)

Baridwan, Zaki (2008) Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode.


Yogyakarta, Penerbit : BPFE

Bodnar dan Hopwood (2008) Accounting Information Systems. New Jersey :


Prentice Hall.

Krismiaji (2005) Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Kedua. Yogyakarta, Penerbit ;


Akademi Manajemen Perusahaan YKPN

Mulyadi (2013) Sistem Akuntansi Edisi Tiga. Jakarta, Penerbit : Salemba Empat
Nugroho Widjajanto (2009) Sistem Informasi Akuntansi, Jakarta,
Penerbit:Erlangga

Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto (2003) Manajemen


Persediaan. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Stice dan Skousen (2009) Akuntansi Intermediate Edisi Keenam Belas. Jakarta,
Penerbit : Salemba Empat

Suharli, Michell (2006) Akuntansi Untuk Bisnis Jasa dan Dagang. Edisi Pertama.
Yogyakarta : Graha Ilmu

Warren Reeve Fess (2005) Pengantar Akuntasi. Jakarta, Penerbit : Salemba


Empat

50
Lampiran I: Produk Perusahaan

Jenis produk Bentuk produk Code produk Tins


Carvinna Sambel woku-woku SCW2C2 307
Sambel rica-rica ECR2C1 307
Chunk In oil ECO2C1 307
Chunk In Brine SCB2C1 307
Sheredded In oil SSFO2C 307
Flakes In oil YFO2C 307
Mackerel STPC 202
TKS Sambel woku-woku BHW1C1 307
Sambel Rica-rica BHR1C1 307
Sheredded In oil SSFO1C 307
Mackerel STR1C 202

Jenis produk Bentuk produk Code produk QTY


Skip jack Loin ID CTM 03D17/ 20
SJ SIN 3B 17024B

Sheredded ID CTM 15C17/ 20


SJ SIN 3C 17016B
Yellow fin Loin ID CTM 22C17/ 20
YF SIN 3B 1709B

Sheredded ID CTM 04D17/ 20


YF SIN 3B 17024

51

Anda mungkin juga menyukai