Anda di halaman 1dari 29

PENERAPAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DALAM

PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU GULA PADA USAHA


PERMEN DI PT. X TAHUN 2016

(TUGAS METODOLOGI PENELITIAN)

Oleh:
Moch Dicky Perdana Putra
17032010059
PARALEL B

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan zaman saat ini begitu pesat, banyak dunia industri yang
semakin kompetitif dalam persaingan bisnisnya. Apalagi perusahaan dituntut
untuk memenuhi kebutuhan pasar, supaya pencapaian perusahaan dalam
berproduksi dapat memperoleh keuntungan yang maksimal. Sehingga dalam hal
ini dibutuhkan kebijakan yang perlu dilakukan oleh perusahaan, salah satunya
adalah kebijakan dalam menerapkan aktivitas perencanaan pengendalian produksi.
Salah satu bagian penting perencanaan pengendalian produksi ini adalah
pengendalian persediaan (inventory control). Pengendalian persediaan ini penting,
karena dengan pengendalian persediaan perusahaan dapat menentukan kebijakan
dalam membeli, membuat dan menyimpan item dalam jumlah yang optimal pada
gudang penyimpanan.
Pengendalian persediaan (inventory control) adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penentuan
kebutuhan material sehingga kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya
dan persediaan dapat ditekan secara optimal (Indrajit dan Djokopranoto, 2003).
Maka tujuan dari pengendalian persediaan ini adalah mencegah persediaan yang
berlebihan yang mengakibatkan bahan baku tertumpuk terlalu lama digudang,
sehingga akan berpengaruh pada kualitas bahan baku itu sendiri atau dapat
menimbulkan ketidak tersediaannya bahan baku pada waktu dibutuhkan dalam
proses produksi.
Setiap perusahaan manufaktur harus dapat mengambil keputusan dan
menentukan strategi yang tepat dalam melakukan persediaan bahan baku agar
pengadaan investasi tidak berlebihan dan sesuai kebutuhan sehingga proses produksi
dapat berjalan dengan lancar. Pengambilan keputusan dalam pembelian persediaan
bahan baku bertujuan untuk meminimumkan biaya serta dapat memaksimalkan
perputaran persediaan perusahaan yang dihitung dalam suatu periode. Salah satu
model persediaan yang digunakan adalah metode jumlah pemesanan ekonomis
(Economic Order Quantity). Heizer dan Render (2011) mengatakan metode kuantitas
pesanan ekonomis (Economic Order Quantity) merupakan salah satu teknik
pengendalian yang paling tua dan yang paling dikenal secara luas. Tujuan metode
Economic Order Quantiity (EOQ) adalah untuk menjawab bagaimana menetapkan
jumlah persediaan yang tepat dalam perusahaan agar kelancaran proses produksi
tetap terjamin tanpa meningkatkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.
Perusahaan Permen X merupakan perusahaan yang bergerak dibidang tata
boga yang memproduksi roti isian. Dimana permen yang di produksi perusahaan
ini adalah permen kopi, lollipop, permen buah – buahan, permen mint, dan
sebagainya. Adapun jumlah permintaan produksi permen beraneka jenis ini untuk
periode Januari sampai Desember tahun 2012 adalah sebagai berikut.
Perusahaan Permen X dalam melakukan perencanaan pengendalian
persediaan bahan baku hanya memperkirakan ketersediaan bahan baku yang ada
untuk memenuhi kebutuhan produksinya, dimana penentuan jumlah bahan baku
yang dibeli oleh perusahaan dilakukan berdasarkan pengalaman dan belum
menggunakan pengukuran metode tertentu. Adapun gambar dibawah ini
merupakan kondisi gudang bahan baku yang ada pada perusahaan Permen X.
Melihat kondisi persediaan bahan baku, terdapat peletakkan bahan baku
yang masih terlihat diluar ruang bahan baku itu sendiri. Hal ini terjadi
dikarenakan akibat kurangnya perencanaan dan pengendalian persediaan bahan
baku pada perusahan, yang terkadang melakukan pemesanan bahan baku
mengalami kekurangan serta berlebihan (overload) dan juga mengakibatkan
banyaknya penumpukan yang terjadi pada gudang penyimpanan bahan baku
berdasarkan wawancara terhadap pihak perusahaan pada lampiran D pertanyaan
nomer 6. Sehingga pengoptimalan biaya yang dikeluarkan terhadap persediaan
bahan baku belum tentu tercapai.
Maka dari itu penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai
perencanaan pengendalian persedian bahan baku dan kapasitas produksi pada
perusahaan X. Sehingga dengan adanya perencanaan pengendalian persediaan ini
dapat mengevaluasi perencanaan kebutuhan bahan baku yang optimal, dan
meminimalkan biaya persediaan yang ada sesuai dengan kapasitas produksi
perusahaan.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah: “Bagaimana melakukan perencanaan pengendalian
persediaan (inventory) bahan baku dan kapasitas terhadap proses produksi
permen pada perusahaan X?”

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada laporan tugas akhir ini berisikan mengenai:
1. Data permintaan yang digunakan adalah data permintaan pada
periode Januari sampai dengan Desember 2016.
2. Tidak terjadi perubahan varian produk pada proses produksi.
3. Biaya inventory diasumsikan tidak mengalami perubahan
selama penelitian.

1.4 Asumsi Penelitian


1. Tersedia data file yang terintergrasi yang berisi data status
persediaan dan data tentang struktur produk.
2. Lead time untuk semua item diketahui atau diperkirakan.
3. Terkendalinya setiap item diketahui atau dapat diperkirakan.

1.5 Tujuan
Adapun tujuan laporan penelitian tugas akhir ini adalah:

Melakukan perencanaan biaya pengendalian inventory bahan baku,


dengan menggunakan Economic Order Quantiity (EOQ) berdasarkan
peramalan permintaan terhadap proses produksi permen.

1.6 Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanaan penelitian tugas akhir ini adalah:
1. Bagi Perusahaan
a. Merupakan sarana penghubung antara perusahaan terhadap lembaga
pendidikan tinggi terkait.
b. Dapat menerapkan laporan tugas akhir tersebut terhadap penelitian
yang dihasilkan.
2. Bagi Mahasiswa
a. Dapat mengenal lebih sejauh mana ilmu yang telah diterima di bangku
kuliah melalui kenyataan yang ada di lapangan.
b. Dapat menguji kepribadian terhadap peradaptasian dengan masyarakat
dilingkungan kerja.
c. Memperdalam dan meningkatkan keterampilan serta kreatifitas diri
dalam lingkungan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya.
d. Dapat menyiapkan langkah-langkah yang di perlukan untuk
menyesuaikan diri di lingkungan kerjanya di masa mendatang.
e. Menambah wawasan, pengetahuan serta pengalaman yang merupakan
modal yang dibutuhkan sebagai tenaga kerja.
3. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi terhadap program
ataupun kurikulum yang telah diterapkan serta referensi terhadap pihak
lain sebagai data pendukung terhadap penelitian selanjutnya yang
dilakukan.

1.7 Sistematis Penulisan

Dalam menyusun sebuah laporan tugas akhir diperlukan


sistematika penulisan yang baik, susunan penulisan laporan ini adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan, manfaat, serta batasan masalah pada
perusahaan X.
BAB II LANDASAN TEORI
Mencakup semua teori serta prinsip yang digunakan untuk
membahas masalah perencanaan pengendalian persediaan dan
kapasitas produksi serta hal-hal yang berkaitan dengan
pengerjaan laporan tugas akhir ini.
BAB III METODOLOGI
Merupakan langkah-langkah yang digunakan untuk menunjang
pelaksanaan pada pengumpulan data yang dibutuhkan pada
laporan tugas akhir ini.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Berisikan mengenai data-data yang akan menjadi pendukung
dalam perencanaan pengendalian persediaan yang ada pada
perusahaan X.
BAB V ANALISA
Mencakup analisa yang dilakukan pada hasil pengolahan data
sebelumnya.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan yang menjawab dari tujuan
penelitian, serta saran-saran baik untuk perusahaan maupun
untuk penelitian berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persediaan
2.1.1 Pengertian Persediaan
Persediaan (inventory) adalah stock atau simpanan barang-barang yang disimpan

perusahaan dalam persediaan yang berhubungan dengan bisnis yang dilakukan

(Stevenson dan Chuong, 2014: 180). “Persediaan adalah kekayaan lancar yang

terdapat dalam perusahaan dalam bentuk persediaan bahan mentah (bahan

baku/raw material), barang setengah jadi (work in process), dan barang jadi

(finished goods) (Prawirosentono, 2009:65) “. Berdasarkan beberapa pendapat

maka dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan kekayaan perusahaan yang

berupa bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi. Jenis persediaan dapat

dikelompokkan menjadi persediaan bahan baku, barang dalam proses, barang jadi,

dan suku cadang (Sudana, 2011: 225).

a. Bahan baku adalah persediaan bahan mentah yang akan diproses dalam proses

produksi.

b. Bahan Setengah jadi merupakan persediaan barang yang dihasilkan pada suatu

proses produksi atau tahapan produksi dan masih perlu proses lebih lanjut agar

menjadi barang jadi.

c. Bahan jadi yakni persediaan barang yang telah selesai diolah atau diproses dan

siap jual kepada konsumen, termasuk konsumen akhir.

Bentuk persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan berdasarkan

cara dan maksud pembeliannya (Prawirosentono, 2009:72), yaitu:


a. Batch stock atau lot size inventoy adalah jumlah yang lebih besar dalam

persediaan dari jumlah yang diperlukan, karena dimuat dalam jumlah besar.

b. Fluctuation stock merupakan persediaan yang disediakan untuk menghadapi

fluktuasi permintaan yang tidak dapat diramalkan.

c. Anticipation stock adalah persediaan yang diadakan untuk mengantisipasi

permintaan yang fluktuasinya dapat diramalkan, misalnya pola produksi yang

harus didasarkan pada pola musiman

Persediaan mempunyai sejumlah fungsi menurut Stevenson dan Chuong (2014:

181), yang paling penting adalah untuk memenuhi permintaan pelanggan yang

diperkirakan, memperlancar persyaratan produksi, memisahkan operasi,

perlindungan terhadap kehabisan persediaan, mengambil keuntungan dari siklus

pesanan, melindungi dari peningkatan harga, memungkinkan operasi, dan untuk

mengambil keuntungan dari diskon kuantitas. Menurut Donald Delmar (1985)

dalam Haming dan Mahfud (2012:7), dalam melakukan perencanaan dan

pengendalian persediaan terdapat beberapa faktor, yaitu:

a. Inventory turnover merupakan frekuensi perputaran persediaan yang telah

digantikan selama periode waktu tertentu.

b. Lead time adalah interval waktu antara waktu pemesanan dan diterimanya

pesanan persediaan dari pemasok.

c. Costumer service level merupakan layanan yang diberikan kepada pelanggan

yang mengacu pada persentase dari pesanan berdasarkan tanggal tertentu yang

telah disetujui. d. Stock out cost adalah biaya atas kekurangan persediaan yang

terjadi ketika permintaan melebihi tingkat persediaan yang dimiliki perusahaan. e.


Cost of inventory meliputi biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya

pembayaran.

Perhitungan persediaan pengamanan adalah sebagai berikut (Rangkuti dalam

Indrayati, 2007).

Dimana:

Z = Standar Deviasi

σ = Kuadrat eror

X = Penggunaan bahan baku senyatanya

Y = Perkiraan penggunaan bahan baku

Perhitungan ROP adalah sebagai berikut.

ROP = Safety Stok + (Lead Time x Q)

Dimana:

ROP = Reorder point Lead time = Waktu tunggu

Q = Penggunaan bahan baku rata-rata per hari

Penelitian ini didukung oleh penelitian terdaulu dari Kasmari (2011), Yulius

Gessong Sampeallo (2012), Eyverson Ruauw (2011),

Total biaya persediaan adalah jumlah dari biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:


1. Rumus untuk mengetahui EOQ penulis menggunakan:

EOQ= √2.𝐷.𝑆 𝐶 (1)

2. Rumus untuk mengetahui Frekuensi Pemesanan dapat dihitung dengan:

(F) = 𝐷 𝐸𝑂𝑄 (2)

3. Rumus untuk mengetahui total biaya pemesanan dapat dihitung dengan:

(TOC) = ( 𝐷 𝐸𝑂𝑄 ).𝑆 (3)

4. Rumus untuk mengetahui total biaya penyimpanan dapat dihitung dengan:

(TCC) = (𝐸𝑂𝑄 2 ).𝐶 (4)

5. Rumus biaya total persediaan dapat dihitung dengan:

(TC) = TOC+TCC (5)

6. Rumus untuk mengetahui jumlah permintaan per hari dapat dihitung dengan:

(d) = 𝐷 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 (6)

7. Rumus untuk mengetahui jumlah pesanan selama Lead Time adalah:

(R) = d x L (7)

8. Rumus ROP dapat diketahui dengan menggunakan:

(ROP) = D/365 x lead time (8)

9. Rumus untuk mengetahui biaya pembelian menggunakan: Biaya Pembelian =

EOQ x P (9)

10. Rumus untuk mengetahui jumlah maksimal persediaan

(MS) dengan: MS = Ss + EOQ (10)

Dimana:

EOQ = Jumlah pemesanan ekonomis

F = Frekuensi pemasaran
TCC = Total biaya penyimpanan

Ss = Safety stock

TC = Total biaya persediaan

T = Waktu pemesanan

P = Harga barang per unit

L = Lead time

d = Jumlah permintaan per hari

C = Biaya penyimpanan

S =Biaya setiap melakukan pemesanan/barang

D =Jumlah permintann selama 1 periode/tahun

2.1.2 Fungsi Persediaan


Menurut Rangkuti (2004), fungsi persediaan sebagai berikut.

1. Decoupling

Fungsi ini adalah salah satu fungsi dari persediaan yang berarti bahwa

sebuah perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa harus

bergantung kepada pemasok atau supplier. Hal tersebut berarti sebuah

perusahaan dapat menyediakan persediaan bahan baku sendiri untuk

melaksanakan proses produksi tanpa harus menunggu kedatangan bahan

baku yang didapat dari pemasok. Dengan adanya fungsi ini, maka sebuah

perusahaan tidak sepenuhnya bergantung kepada pengadaan bahan baku

dari pemasok baik dari faktor waktu pengiriman maupun faktor kuantitas

bahan baku.

2. Economic Lot Sizing

Fungsi ini berarti bahwa sebuah perusahaan dapat mempertimbangkan

ketika mendapatkan diskon atau potongan harga dari pemasok ketika akan
melakukan pembelian. Hal ini dikarenakan perusahaan akan melakukan

pembelian untuk persediaan dalam jumlah yang lebih banyak dari

biasanya, sehingga mendapatkan biaya yang lebih murah dan potongan

harga pembelian serta biaya pengiriman.

3. Antisipasi

Fungsi ini dapat digunakan ketika sebuah perusahaan mengalami

permintaan yang tidak dapat diperkirakan atau tidak berpola, yang

berarti memiliki jumlah permintaan yang fluktuatif. Perusahaan tersebut

masih bisa memperkirakan berapa kebutuhan yang harus dimiliki

berdasarkan data historis yang disimpan oleh perusahaan. Selain itu,

fungsi antisipasi juga dapat diterapkan pada saat perusahaan sering

menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan

produk selama periode tertentu. Ketika terjadi keadaan tersebut, maka

perusahaan perlu memiliki persediaan yang cukup banyak atau yang

sering disebut dengan istilah persediaan pengaman (safety stock).

2.1.3 Jenis Persediaan

Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting

dalam operasi bisnis. Menurut Handoko (1984), persediaan yang terdapat

dalam sebuah perusahaan pada umumnya dikelompokkan menurut

jenisnya, yaitu:

1. Raw Material

Adalah jenis persediaan yang merupakan 6bahan baku yang dibeli dari

luar perusahaan yang dipergunakan untuk proses produksi.

2. Purchased Parts
Adalah jenis persediaan yang merupakan komponen rakitan, dimana jenis

persediaan tersebut terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh atau

dibeli dari perusahaan lain. Komponen-komponen tersebut dapat dirakit

menjadi suatu produk secara langsung.

3. Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong

Adalah jenis persediaan yang diperlukan untuk menunjang proses

produksi, akan tetapi persediaan tersebut tidak merupakan bagian atau

komponen jadi.

4. In Process Goods

Adalah jenis persediaan yang berbentuk barang setengah jadi. Persediaan

tersebut merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dari proses produksi

atau barang yang telah diolah menjadi suatu bentuk tertentu, namun masih

membutuhakn proses lebih lanjut agar menjadi barang jadi.

5. Finished Goods

Adalah jenis persediaan barang jadi. Persediaan tersebut merupakaan

barang-barang yang telah selesai diproses atau diproduksi dan sudah

siap untuk dijual atau dikirim ke pelanggan.

2.1.4 Tujuan Persediaan

Pada prinsipnya semua perusahaan melaksanakan proses produksi akan

menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi

dalam perusahaan tersebut. Beberapa hal yang menyangkut tujuan

menyelenggarakan persediaan bahan baku adalah:

1. Bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan proses produksi

perusahaan tersebut tidak dapat dibeli atau didatangkan secara satu persatu dalam
jumlah unit yang diperlukan perusahaan serta pada saat barang tersebut akan

dipergunakan untuk proses produksi perusahaan tersebut. Bahan baku tersebut

pada umumnya akan dibeli dalam jumlah tertentu, dimana jumlah tertentu ini akan

dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan proses produksi perusahaan yang

bersangkutan dalam beberapa waktu tertentu pula. Dengan keadaan semacam ini

maka bahan baku yang sudah dibeli oleh perusahaan namun belum dipergunakan

untuk proses produksi akan masuk sebagai persediaan bahan baku dalam

perusahaan tersebut.

2. Apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan bahan baku, sedangkan

bahan baku yang dipesan belum datang maka pelaksanaan proses produksi

dalam perusahaan tersebut akan terganggu. Ketiadaan bahan baku tersebut akan

mengakibatkan terhentinya pelaksanaan proses produksi pengadaan bahan baku

dengan cara tersebut akan membawa konsekuensi bertambah tingginya harga beli

bahan baku yang dipergunakan oleh perusahaan. Keadaan tersebut tentunya akan

membawa kerugian bagi perusahaan.

3. Untuk menghindari kekurangan bahan baku tersebut, maka suatu

perusahaan dapat menyediakan bahan baku dalam jumlah yang banyak. Tetapi

persediaan bahan baku dalam jumlah besar tersebut akan mengakibatkan

terjadinya biaya persediaan bahan yang semakian besar pula. Besarnya biaya

yang semakin besar ini berarti akan mengurangi keuntungan perusahaan.

Disamping itu, resiko kerusakan bahan juga akan bertambah besar apabila

persediaan bahan bakunya besar (Ahyari, 2004 : 150)


2.1.5 Faktor Persediaan

Meskipun persediaan akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan,

namun perusahaan tetap hati-hati dalam menetukan kebijakan persediaan.

Persediaan membutuhkan biaya investasi dan dalam hal ini menjadi tugas bagi

manajemen untuk menentukan investasi yang optimal dalam persediaan. Masalah

persediaaan merupakan masalah pembelanjaan aktif, dimana perusahaan

mengunakan dana yang dimiliki dalam persediaan dengan cara yang seefektif

mungkin.Untuk melangsungkan usahanya dengan lancar maka kebanyakan

perusahaan merasakan perlunya persediaan.

Menurut Bambang Riyanto (2001:74) besar kecilnya persediaan yang

dimilki oleh perusahaan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain:

1. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap

gangguan kehabisan persediaan yang akan menghambat atau mengganggu

jalannya produksi.

2. Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang

direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume penjualan yang

direncanakan.

3. Besar pembeliaan bahan mentah setiap kali pembelian untuk mendapatkan biaya

pembelian yang minimal

4. Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan diwaktu-waktu

yang akan datang.

5. Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material.

6. Harga pembelian bahan mentah.

7. Biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan di gudang.


8. Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya.

Sedangkan menurut Suyadi Prawirosentono (2001:71) faktor yang

mempengaruhi jumlah persediaan adalah :

1. Perkiraan pemakaian bahan baku

Penentuan besarnya persediaan bahan yang diperlukan harus sesuai dengan

kebutuhan pemakaian bahan tersebut dalam satu periode tertentu.

2. Harga bahan baku

Harga bahan yang diperlukan merupakan faktor laiannya yang dapat

mempengaruhi besarnya persediaan yang harus diadakan.

3. Biaya persediaan

Terdapat beberapa jenis biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku,

adapun jenis biaya persediaan adalah biaya pemesanan (order cost) dan biaya

penyimpanan bahan di gudang.

2.2 Manajemen Persediaan

Manejemen persediaan merupakan proses pelaksanaan pencapaian tujuan

tertentu yang diselenggarakan dengan pengawasan. Ada beberapa ahli yang

mengemukakan pengertian tentang manjemen persediaan. Pengertian manajemen

persediaan menurut indrajit dalam bukunya bahwa, “Manajemen persediaan

adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan penentuan kebutuhan material sedemikian rupa sehingga di satu

pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan di lain pihak

investasi material dapat ditekan secara optimal (Indrajit,2004:4).

Sedangkan Manullang, (2005:50) mendefinisikan ”Manajemen persediaan

merupakan kegiatan pengaturan dan kegiatan dan pengawasan atas pengadaan


bahan-bahan kebutuhan sesuai dengan jumlah dan waktu yang diperlukan dengan

biaya minimum dalam menentukan tingkat dan komposisi persediaan”

(Manullang,2005:50). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa,

Manejemen persediaan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan penentuan kebutuhan material, dan

kegiatan menentukan tingkat dan komposisi persediaan dalam melindungi

kelancaran produksi”.

Menurut (Risa, 2008) tujuan pengelolaan persediaan adalah:

1. Kemudahan dalam memastikan adanya persediaan melalui safety stock.

2. Dapat memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian

3. Dapat mengantisipasi perubahan permintaan dan penawaran.

4. Dapat menghilangkan atau mengurangi risiko keterlambatan pengiriman

bahan.

5. Memberikan kemudahan dalam menyesuaikan dengan jadwal produksi.

6. Dapat menghilangkan atau mengurangi resiko kenaikan harga.

7. Dapat menjaga persediaan bahan yang dihasilkan secara musiman.

8. Mengantisipasi permintaan yang dapat diramalkan.

9. Mendapatkan keuntungan dari quantity discount.

10. Komitmen terhadap pelanggan.

2.2.1 Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Persediaan pengaman sering juga disebut sebagai persediaan besi (iron

stock) adalah suatu persediaan yang dicadangkan sebagai pengaman dari

kelangsungan proses produksi perusahaan untuk menghindari terjadinya

kekurangan barang. Persediaan pengaman ini merupakan sejumlah unit tertentu


dimana unit ini akan tetap ditahankan walau bahan bakunya dapat berganti dengan

yang baru. Untuk menentukan persediaan pengaman ini dipergunakan analisis

statistik dengan melihat dan memperhitungkan penyimpangan – penyimpangan

yang sudah terjadi antara perkiraan bahan baku dengan pemakaian sesungguhnya

dapat diketahui besarnya standar dari penyimpangan tersebut. Manajemen

perusahaan akan menentukan seberapa jauh penyimpangan – penyimpangan yang

terjadi tersebut agar dapat ditolerir. Jika persediaan pengaman terlalu banyak akan

mengakibatkan perusahaan menaggung biaya penyimpanan terlalu mahal. Oleh

karena itu, perusahaan harus dapat menentukan besarnya safety stock secara tepat.

Tujuan safety stock adalah untuk meminimalkan terjadinya stock out dan

mengurangi penambahan biaya penyimpanan dan biaya stock out total, biaya

penyimpanan disini akan bertambah seiring dengan adanya penmbahan yang

berasal dari reorder point oleh karena adanya safety stock. Keuntungan adanya

safety stock adalah pada saat jumlah permintaan mengalami lonjakan, maka

persediaan pengaman dapat digunakan untuk menutup permitaan tersebut.

Faktor Pendorong safety Stock:

Menurut Fien Zulfikarijah (2005:144-145) ada beberapa faktor yang dapat

menyebabkan perusahaan melakukan safety stock yaitu;

1. Biaya atau kerugian yang disebabkan oleh stockout tinggi. Apabila

bahan yang digunakan untuk proses produksi tidak tersedia, maka

aktivitas perusahaan akan terhenti yang menyebakan terjadinya idle

tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang pada akhirnya perusahaan akan

kehilangan penjualannya.
2. Variasi atau ketidakpastian permintaan yang meningkat.

Adanya jumlah permintaan yang meningkat atau tidak sesuai

dengan peramalan yang ada diperusahaan menyebabkan tingkat

kebutuhan persediaan yang meningkat pula, oleh karena itu

perlu dilakukan antisipasi terhadap safety stock agar semua

permintaan dapat terpenuhi.

3. Resiko stockout meningkat. Keterbatasan jumlah persediaan

yang ada dipasar dan kesulitan yang dihadapi perusahaan

mendapatkan persediaan akan berdampak pada sulitnya

terpenuhi persediaan yang ada di perusahaan, kesulitan ini akan

menyebabkan perusahaan mengalami stock out

4. Biaya penyimpanan safety stock yang murah. Apabila

perusahaan memiliki gudang yang memadai dan

memungkinkan, maka biaya penyimpanan tidaklah terlalu besar

hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya stockout.

2.3 Bahan Baku

2.3.1 Pengertian Bahan Baku

Menurut (Nasution, 2004) ”bahan baku, yaitu yang merupakan input dari

proses transformasi menjadi produk jadi. Cara membedakan apakah bahan baku

termasuk bahan penolong dengan mengadakan penelusuran terhadap elemen-

elemen atau bahan-bahan ke dalam produk jadi. Cara pengadaan bahan baku bisa

diperoleh dari sumber-sumber alam, petani atau membeli, misalnya serat diolah

menjadi benang-benang”. Bahan baku dalam perusahaan memiliki arti yang

sangat penting dan berbeda karena perusahaan perlu mengadakan persediaan


bahan baku, hal ini dikarenakan bahan baku tidak bisa tersedia setiap saat.

Menurut Ahyari (1992 : 150) perusahaan akan menyelenggarakan persediaan

bahan baku, hal ini disebabkan oleh :

a. Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi dalam perusahaan

tidak dapat didatangkan secara satu persatu sebesar jumlah yang tidak diperlukan

serta pada saat bahan tersebut dipergunakan.

b. Apabila bahan baku belum atau tidak ada sedangkan bahan baku yang

dipesan belum datang maka kegiatan produksi akan berhenti karena tidak ada

bahan baku untuk kegiatan proses produksi.

c. Persediaan bahan baku yang terlalu besar kemungkinan tidak

menguntungkan perusahaan karena biaya penyimpanannya terlalu besar.

Selain beberapa arti penting diatas, bahan baku juga memiliki banyak

faktor yang mempengaruhi persediaannya, diantaranya adalah perkiraan

pemakaian bahan baku, harga bahan baku, biaya-biaya persediaan, kebijaksanaan

pembelanjaan, pemakaian bahan baku, waktu tunggu dan juga model pembelian

bahan.

2.3.2 Kebijakan Bahan Baku

Perencanaan dan penegendalian merupakan bagian dari majemen

persediaan. Pengendalian adalah satu tindakan agar aktivitas dilakukan dengan

sebaik-baiknya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan . Pengendalian tanpa

perencanaan adalah sia-sia dan perencanaan tanpa pengendalian merupakan

tindakan yang tidak efektif.

Secara umum dapat diformulasikan disini bahwa arti dari perencanaan dan

pengendalian bahan baku menurut (Suyadi, 2010) adalah suatu kegiatan


memperkirakan kebutuhan persediaan bahan baku, baik secara kualitatif maupun

kuantitatif. Agar perusahaan dapat beroperasi seperti yang direncanakan, jadi

singkatnya bahwa arti dari perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku,

persediaan bahan setengah jadi dan persediaan barang jadi. Secara keseluruhan

diartikan sebagai upaya menentukan besarnya tingkat persediaan dan

mengendalikannya dengan efisiensi dan efektif.

Untuk menentukan pengendalian persediaan bahan baku yang efektif

maka diperlukan tujuan perencanaan yang efektif pula dan merupakan kegiatan

pengendalian (Controlling). Adapun tujuan perencanaan bahan baku adalah:

a. Agar jumlah persediaan bahan yang tersedia tidak terlalu banyak, artinya

dalam jumlah yang cukup efesiensi dan efektif.

b. Operasi perusahaan khususnya proses produksi dapat berjalan secara

efesiensi dan efektif.

c. Implikasi penyediaan bahan yang efesiensi demi untuk kelancaran proses

produksi, berarti harus disediakan investasi sejumlah modal dalam jumlah yang

memadai.

Untuk mengatur tingkat persediaan dalam jumlah,mutu dan waktu yang

tepat. Maka diperlukan pengendalian persediaan bahan yang efektif dan efesiensi,

untuk itu penulis menyejikan pengertian pengendalian persediaan bahan baku.

Pengendalian persediaan menurut Sofjan Assauri (2004:176) adalah salah

satu kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang bertautan erat satu sama lain

dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah

direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah,kualitas maupun biayanya.


Sedangkan menurut T.Hani Handoko (2000:333) pengendalian adalah

fungsi manajerial yang sangat penting karena persediaan fisik banyak perusahaan

melibatkan investasi terbesar dalam persediaan aktiva lancar.

Oleh karena itu perusahaan harus mengadakan suatu tingkat persediaan

yang tepat karena bila persediaan terlalu berlebihan berarti lebih banyak modal

yang tertanam dan biaya-biaya yang ditimbulkan dari persediaan tersebut akan

besar jumlahnya dan bila persediaan terlalu kecil akan menganggu kelacaran dari

kegiatan produksi perusahaan.

Untuk mengendalikan persediaan maka harus memenuhi persyaratan-

persyaratan menurut Sofjan Assauri (2004:176) adalah sebagai berikut:

a. Terdapat gudang yang cukup luas dan teratur dengan pengaturan tempat

bahan atau barang yang tetap dan identifikasi bahan atau barang tertentu.

b. Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang dapat

dipercaya terutama penjaga gudang.

c. Suatu sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan atau

barang.

d. Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan atau barang

e. Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukkan jumlah yang dipesan

yang dibagikan atau dikeluarkan dan yang tersedia dalam gudang

f. Pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam persediaan secara

langsung

g. Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah dikeluarkan.

Barang-barang yang telah lama dalam gudang dan barang-barang yang sudah

usang dan ketinggalan zaman.


h. Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin.

2.4 EOQ (Economic Order Quantity)

Pengendalian persediaan merupakan salah satu bagian dalam manajemen

pengadaan. Ada beberapa cara dalam mengendalikan bahan baku (Manullana,

2004), diantaranya yaitu dengan merencanakan persediaan bahan baku dengan

cara pemesanan (order point system dan order cycle system), jumlah pesanan

ekonomis (economic order quantity), pemesanan kembali (reorder point, dan

persediaan pengaman (safety stock). Model Economic Order Quantity (EOQ)

probabilistik adalah metode yang digunakan untuk menentukan kapan akan

dilakukannya pemesanan suatu barang (reorder point) dan kuantitas barang pada

setiap pemesanan itu sendiri (quantity order) guna meminimumkan nilai total

cost. Metode ini digunakan ketika terdapat satu atau lebih variabel yang

mempunyai nilai yang tidak pasti. Persediaan yang perlu diadakan akan lebih

kompleks ketika kondisi permintaan yang dihadapi perusahaan fluktuatif. Pada

pengendalian persediaan, terdapat dua tipe penggunaan metode EOQ

probabilistik, yaitu backorder case dan lost sales case. Pada penelitian ini

digunakan tipe EOQ probabilistik dengan backorder case. Menurut (Yani,2007),

ketika terjadi kasus backorder berarti pihak perusahaan tidak akan mengalami

kehilangan penjualan, karena pelanggan menunggu kedatangan pesanan jika stok

pesanan tersebut tidak tersedia. Berikut adalah langkah-langkah untuk

menentukan nilai Q dan ROP (Yani, 2007).

Menurut (Hansen Mowen, 2007), economic order quantity adalah cara untuk

menemukan kuantitas pesanan yang meminimalkan total biaya. Rumus yang

digunakan dalam melakukan perhitungan kuantitas pemesanan ekonomis, yaitu:


1. Rumus Biaya Pemesanan

Total biaya pesan : Frekuensi pemesanan

2. Rumus Biaya Penyimpanan

Total biaya simpan : Total kebutuhan bahan baku

Adapun rumus perhitungan economic order quantity (EOQ) menurut

(Handoko 2008) ialah dapat diuraikan sebagai berikut ini :

Keterangan:

EOQ = Kuantitas pemesanan ekonomis bahan baku (unit)

S = Biaya pemesanan bahan baku tiap kali pesan (rupiah)

D = Permintaan tahunan (unit)

H = Biaya material bahan baku per unit per tahun (rupiah)

Dalam penerapan EOQ dibutuhkan bebearapa asumsi antara lain:

a. Jumlah permintaan diketahui konstan.

b. Waktu tunggu,yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan

diketahui dan konstan.

c. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata

lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada

suatu waktu.

d. Tidak tersedia diskon kuantitas.

e. Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan

dan biaya penyimpan persediaan


f. Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya dihindari

jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

Asumsi-asumsi ini menggambarkan keterbatasan model EOQ dasar serta

cara bagaimana model tersebut dimodifikasi. Memahami keterbatasan dan asumsi

model EOQ menjadi dasar yang penting bagi majerial membuat keputusan

tentang persediaan. Adapun penentuan jumlah pesanan ekonomis(EOQ) ada 3

cara menurut Sofjan Assauri (2004:182) yaitu :

1. Tabular Approach

Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan Tabular approach

dilakukan dengan cara menyusun suatu daftar atau table jumlah pesanan dan

jumlah biaya pertahun.

2. Graphical Aproach

Penentuan jumlah pesanan economis dengan cara Graphical approach

dilakukan dengan cara menggambar grafik-grafik carying cost dan total cost

dalam satu gambar, dimana sumbu horizontal

2.4.1 Kelebihan Economic Order Quantity

Menurut (Syamsuddin 2009), menyatakan bahwa dalam penerapannya,

model EOQ ini mempertimbangkan baik biaya-biaya operasi maupun biaya-biaya

finansial serta menentukan kuantitas pemesanan yang akan meminimumkan

biaya-biaya persediaan secara keseluruhan. Dengan demikian, model EOQ ini

tidak hanya menentukan jumlah pemesanan yang optimal tetapi yang lebih

penting lagi adalah yang menyangkut aspek finansial dari keputusan-keputusan

tentang kuantitas pemesanan tersebut. Selain itu EOQ dapat dijadikan sebagai

dasar penukaran (trade-off) antara biaya penyimpanan dengan biaya pemesanan


(set-up-cost), mengatasi ketidakpastian penggunaan persediaan pengaman (safety

stock), dan juga mudah diaplikasikan pada proses produksi yang output-nya telah

memiliki standar tertentu dan diproduksi secara manual.

2.4.2 Kelemahan Economic Order Quantity

Menurut Syamsuddin (2009 : 294), menyatakan bahwa walaupun EOQ ini

baik dan dulu dipergunakan, tetapi mempunyai kelemahan:

a. Karena EOQ mengasumsikan data yang bersifat tetap, sering kali menjadi

kurang dapat dipercaya hasilnya.

b. Persediaan pengaman tidak diperhitungkan.

c. Semua barang harus dihitung EOQ nya satu persatu.

d. Sistem tersebut hanya menggunakan data yang lampau.

e. Perubahan harga tidak diperhitungkan karena menggunakan asumsi harga

konstan.

f. Asumsi bahwa persediaan dapat segera diperoleh dengan hanya

menghitung lead time yang konstan

Oleh karena itu, dalam menggunakan rumus EOQ tersebut, kita perlu

bersikap kritis dengan mengetahui dan memperhitungkan kelemahan-kelemahan

tadi. Penggunaan pesanan ekonomis bersama dengan persediaan pengaman adalah

sangat masuk akal.

2.4.3 Lead Time

Pengertian lead time menurut Fien Zulfikarijah (2005:96) adalah

merupakan waktu yang dibutuhkan antara pemesanan dengan barang sampai

diperusahaan, sehingga lead time berhubungan dengan reoder point dan saat

penerimaan barang.
Lead Time muncul karena setiap pesanan membutuhkan waktu dan tidak

semua pesanan bisa dipenuhi seketika, sehingga selalu ada Jeda waktu. Lead time

sangat berguna bagi perusahaan yaitu pada saat persediaan mencapai nol, pesanan

akan segera tiba di perusahaan. Dalam EOQ, lead time diasumsikan konstan

artinya dari waktu ke waktu selalu tetap misal lead time 5 hari, maka akan

berulang dalam setiap periode. Akan tetapi dalam prakteknya lead time banyak

berubah-ubah, untuk mengantisipasinya perusahaan sering menyediakan safety

Stock.

2.5 Abstrak Penelitian Terdahulu

Penulis mengkaji hasil – hasil penelitian yang memiiki kesamaan metode

atau topik yang sedang diteliti oleh penulis. Adapun beberapa kajian yang

berhubungan dengan topik yang sedang diteliti:

1. Darmawan, Gede Agus, Wayan Cipta, Ni Nyoman Yulianthini.”

Penerapan Economic Order Quantity (EOQ) Dalam Pengelolaan Persediaan

Bahan Baku Tepung Pada Usaha Pia Ariawan di Desa Banyuning tahun 2013.”e-

Journal manajemen Universitas Pendidikan Ganesa.

Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui jumlah per pesanan bahan

baku tepung Usaha Pia Ariawan dengan menggunakan metode EOQ, dan (2)

untuk mengetahui besarnya total biaya persediaan Usaha Pia Ariawan dengan

menggunakan metode EOQ. Subjek dalam penelitian ini adalah Usaha Pia

Ariawan yang berlokasi di Desa Banyuning Kecamatan Buleleng, dan objeknya

adalah pengelolaan persediaan bahan baku tepung. Data dikumpulkan dengan

pencatatan dokumen dan wawancara. Data dianalisis dengan metode EOQ. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa: (1) jumlah per pesanan bahan baku tepung
Usaha Pia Ariawan dengan menggunakan metode EOQ sebanyak 878,71 kg,

persediaan pengamanan yang harus tersedia sebanyak 26,86 kg, pemesanan

kembali seharusnya dilakukan saat persediaan bahan baku tepung sebanyak 91,20

kg, dan persediaan maksimum yang harus ada di gudang adalah 905,57 kg, dan

(2) besarnya total biaya persediaan dengan menggunakan metode EOQ sebesar Rp

527.266,71. Jumlah ini lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya total

persediaan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan pada periode yang sama yang

mencapai Rp 1.059.102.

2. Yuliana, Candra, Topowijono, Nengah Sudjana.2016”Penerapan Model

EOQ dalam Menimumkan Biaya Persediaan Bahan Baku.”E-Journal fakultas ilmu

administrasi Universitas Brawijaya.

Persediaan bahan baku adalah faktor produksi yang penting dalam proses

produksi. Kesalahan penetapan startegi dalam persediaan bahan baku akan

mempengaruhi keuntungan. Perusahaan perlu menentukan jumlah pembelian

persediaan bahan baku optimal/EOQ, menentukan persediaan pengaman (safety

stock), titik pemesanan kembali (reorder point), dan jumlah optimal inventory

untuk kelancaran proses produksi. Penelitian berlokasi pada UD. Sumber Rejo

Kandangan Kediri sebab perusahaan belum menentukan jumlah optimal

pembelian bahan baku dan waktu pengiriman bahan baku yang tidak menentu

sehingga jumlah persediaan bahan baku melebihi kebutuhan bahan baku yang

digunakan untuk proses produksi dan mengakibatkan biaya persediaan bahan

baku yang tinggi. Hasil perhitungan yang didapat menunjukkan jika perusahaan

tetap menggunakan kebijakan yang ada, maka total biaya persediaan pada tahun

2015 adalah Rp. 46.538.827,00 dengan 48 kali frekuensi pembelian bahan baku,
sedangkan total biaya persediaan pada tahun 2015 dengan metode EOQ adalah

Rp. 32.687.501,00 dengan 20 kali frekuensi pembelian bahan baku. Terdapat

selisih antara kedua perhitungan yaitu sebesar Rp. 13.851.326,00 yang

menunjukkan bahwa jika perusahaan menerapkan metode EOQ, maka pada tahun

2015 perusahaan akan menghemat pengeluaran biaya persediaan bahan baku.

Safety stock pada tahun 2015 sebesar 92.249,487 kg dengan titik pemesanan

kembali/reorder point (ROP) sebesar 184.858,974 kg, dan jumlah maximum

invetory sebesar 825.008,016 Kg.

Anda mungkin juga menyukai