Anda di halaman 1dari 4

ABSTRAK

Tercapainya target produksi merupakan suatu hal yang diharapkan oleh perusahaan. Dengan
tercapainya target produksi dapat menunjukkan bahwa kinerja perusahaan sangat baik. Perencanaan
produksi adalah perencanaan mengenai faktor produksi yang diperlukan untuk memproduksi
produk pada satu periode tertentu sesuai dengan yang diperkirakan. Perencanaan dan pengendalian
merupakan dua faktor yang tidak dapat dipisahkan dalam proses produksi. Perencanaan dalah
langkah pertama dalam proses manajemen yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran uang ingin
dicapai dan keputusan tentang bagaimana cara untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut (Sukaria,
S, 2009). PPIC akan memberikan suatu rencana produksi dan persedian bahan baku pada pihak
produksi, agar mereka bisa membuat produk yang sesuai dan tepat waktu, sehingga bisa
didistribusikan dengan baik oleh tim marketing.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil pembahasan bahwa masih ditemukan
keterlambatan material yang datang karena pengiriman bahan raw material dari supplier yang tidak
tepat waktu. Hal ini sering kali terjadi pada barang yang perlu diimport. Dari hasil pembahasan
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pengendalian internal pada Departemen PPIC di
PT. Brataco masih berjalan kurang efektif dan efisien, dampaknya dapat dilihat pada target fungsi
penjualan yang belum dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Kata Kunci : Pengendalian internal, efektivitas produksi, PPIC

PENDAHULUAN
PPIC sangat erat kaitannya dengan suatu proses produksi di dalam dunia manufaktur. Seluruh
proses manufaktur, baik itu dalam hal mengontrol sampai menyiapkan bahan baku produksi, adalah
salah satu kegiatan PPIC. Bahkan, di beberapa perusahaan, PPIC adalah suatu divisi atau
departemen utama untuk membantu kegiatan produksi yang lebih efisien dan juga lebih hemat
biaya.
Perencanaan produksi sangat penting untuk dilakukan agar tercapainya fungsi produksi dengan baik
dan tepat. Perencanaan yang dilakukan akan menghindarkan perusahaan dari memproduksi barang
dengan waktu yang tidak tepat, harga yang tidak sesuai, dan jumlah barang yang kelebihan maupun
kekurangan saat selesai diproduksi.
Bagian ini berisi latar belakang penelitian,pemikiran,ide atau gagasan, pertanyaan mengapa hal tersebut dilakukan,
atau mengapa artikel ini ditulis, fokus tulisan, dan keterbatasan yang ada. Kutipan dari karya orang lain yang mirip
dapat dituliskan pada bagian ini dengan mencantumkan sumbernya. Perlu dikemukakan pula landasan teori yang
mendukung isi artikel secara singkat Bagian ini jangan terlalu mendominasi karya ilmiah. Secara umum bagian ini
hanya 10% dari seluruh bagian tulisan.

METODE
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian dengan metode kualitatif
deskriptif menurut Danim (2002) mengumpulkan data dalam bentuk kata-kata dan gambar bukan
berupa angka. Menurut Creswell (2016: 245) metode penelitian kualitatif mengandalkan data
berupa teks dan gambar, memiliki langkah- langkah unik untuk analisis data dan bersumber dari
strategi penelitian yang berbeda- beda.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti hendak
memperoleh data secara ilmiah. Sedangkan untuk jenis penelitian deskriptif dilakukan karena
peneliti berusaha untuk mendeskripsikan gejala, peristiwa dan kejadian yang sedang terjadi tanpa
terdapat perlakuan khusus dari peneliti. Peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan sistem
pengendalian internal atas persediaan pada PT Brataco.
Objek
Objek penelitian ini adalah PT. Brataco yang beralamat di Jl. Jababeka XIVA No.4i, Harja Mekar,
Kec. Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat 17530 Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu primer dan sekunder. Data primer pada
penelitian ini didapatkan dengan cara observasi dan wawancara langsung pada PT. Brataco. Data
sekunder berasal dari buku, bahan pustaka dan laporan- laporan yang dibuat PT. Brataco.

Metode Pengumpulan Data


Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan
dokumentasi.
a) Observasi
Pada penelitian ini menggunakan observasi partisipasi pasif yaitu dengan peneliti datang ke PT.
Brataco secara langsung untuk mengamati aktivitas pengendalian internal atas persediaan yang
dilakukan oleh perusahaan. Namun, peneliti tidak ikut terlibat dalam aktivitas pengendalian yang
dilakukan di PT.Brataco.
b) Wawancara
Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur yaitu dengan cara peneliti menyiapkan
daftar pertanyaan untuk wawancara dengan beberapa pihak di PT. Brataco dan daftar pertanyaan
tersebut dikembangkan peneliti ketika proses wawancara sedang berlangsung. Wawancara pada
penelitian ini dilakukan langsung (face to face) dengan bagian HRD dan General Affair serta bagian
pembelian yang membawahi bagian gudang.
c) Dokumentasi
Penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data yang berhubungan dengan fungsi
pengendalian internal persediaan. Data yang dikumpulkan meliputi job description, struktur
organisasi, peraturan atau prosedur kerja dan beberapa dokumen dalam sistem pembelian dan
penggudangan.

Metode analisis data


Menurut sugiyono (2016: 400) penelitian kualitatif belum memiliki pola yang jelas untuk
menganalisis data karena penelitian kualitatif menghasilkan data berupa kata dan gambar sehingga
sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisa. Penulis dalam penelitian ini menganalisi data
sistem pengendalian internal atas persediaan pada PT. Brataco dengan tahapan sebagai berikut :
1. Tahap Pengumpulan Data
2. Tahap Analisis Data Sistem Pengendalian Internal atas Efektivitas Produksi
Analisis data sistem pengendalian internal atas efektifitas produksi dilakukan dengan menganalisis
perencanaan produksi, inventory control, dan man power pada PT Brataco.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebuah perusahaan manufaktur dapat mengetahui jumlah dan jenis barang apa saja yang akan
diproduksi berdasarkan data kebutuhan pasar saat ini yang dapat diperoleh dari bagian marketing.
Data-data yang telah diperoleh dari bagian marketing tersebut dapat diinformasikan ke bagian
produksi agar barang yang diinginkan dapat segera dibuat.
Terdapat hal-hal yang berkaitan erat dengan tahapan perencanaan strategi produksi pada perusahaan
manufaktur.Yaitu jenis barang yang akan diproduksi, jumlah barang yang akan diproduksi, dan cara
pengolahan barang.
Berikut ini adalah tahapan perencanaan produksi pada PT.Brataco:
1. Marketing membuat forecast tahunan untuk seluruh item barang yang kemudian
dibreakdown oleh team logistik untuk mengumpulkan seluruh PO dari cabang, kemudian
dibuatlah Rolling Forecast (ROFO) 3 bulanan ke pabrik.
2. Setelah ROFO diteruskan ke pabrik maka PPIC menghitung kebutuhan bahan baku dan
bahan kemas yang diperlukan untuk memenuhi target produksi tersebut.
3. Kemudian setelah diketahui berapa jumlah kebutuhan raw material maka PPIC membuat
purchase order ke logistik untuk dibelikan ke supplier baik lokal maupun import.
4. Tahap selanjutnya PPIC membuat rencana produksi bulanan – mingguan – harian
5. Rencana produksi tersebut kemudian diteruskan ke pihak SPV produksi untuk
merealisasikan rencana produksi tersebut.
Perencanaan Produksi dipengaruhi oleh banyak faktor :
 Faktor eksternal , contohnya keterlambatan ketersediaan bahan baku karena proses
pengiriman yang terlambat oleh supplier atau terjadi hambatan saat proses import
bahan baku.
 Faktor internal, seperti kapasitas produksi, SDM.

Terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengoptimalkan perencanaan
produksi, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Memprediksi Forecast
Salah satu langkah untuk memprediksi perencanaan produksi salah satunya dengan meninjau
permintaan produksi pada periode yang sebelumnya. Sehingga dapat dianalisis berapa lama waktu
pengerjaan dan jumlah SDM yang dibutuhkan untuk semua jenis barang yang diproduksi.

2. Inventory Control
Pengendalian inventaris merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan manufaktur seperti
PT.BRATACO ini. Dengan pengendalian inventaris maka stok raw material baik bahan baku
ataupun bahan pengemas dapat lebih terkontrol dan mengurangi resiko over stok dan stok kosong.
Dengan inventory control yang baik maka kita dapat memprediksi kapan pemesanan barang
selanjutnya dilakukan, karena setiap pemesanan jenis barang memiliki lead time yang berbeda.
Bagi bagian Keuangan, inventory adalah uang (modal) sehingga harus dijaga agar nilai inventory
tersebut sekecil mungkin untuk memperkuat modal. Sebaliknya, marketing memandang bahwa
inventory harus setinggi mungkin untuk mendorong penjualan dan antisipasi adanya permintaan
yang mendadak. Bagi produksi, inventory harus dijaga sedemikian rupa dalam kondisi yang
optimum untuk menjaga efisiensi produksi dan memperlancar tingkat pemanfaatannya. Oleh karena
itu, sasaran akhir dari pengendalian persediaan adalah menghasilkan keputusan tingkat persediaan,
yang menyeimbangkan tujuan diadakannya persediaan dengan biaya yang dikeluarkan. Dengan kata
lain, sasaran akhir dari pengendalian persediaan.
Untuk mempertahankan tingkat persediaan yang optimum, diperlukan jawaban atas dua pertanyaan
mendasar yaitu:
(1) kapan dilakukan pemesanan, dan
(2) berapa jumlah yang harus dipesan dan kapan harus dilakukan
pemesanan kembali.

Untuk menjawab pertanyaan kapan harus dilakukan pemesanan, dapat dilakukan dengan tiga
pendekatan, yaitu :
(1) pendekatan titik pemesanan kembali (re order point approach/ ROP)
ROP dilakukan apabila persediaan cukup untuk memenuhi kebutuhan selama tenggang waktu (lead
time). Jumlah yang harus dipesar berdasarkan pada Economic Order Quantity (EOQ). Pendekatan
ROP juga menghendaki pengecekan secara fisik ataupun penggunaan kartu catatan stock secara
teratur untuk menentukan apakah pemesanan kembali harus dilakukan. Pendekatan ROP
mempunyai resiko terjadi stock out jika jumlah permintaan selama waktu lead time melebihi jumlah
persediaan pengaman (buffer stock).
(2) Pendekatan tinjauan periodik (periodic review approach)
Dalam pendekatan dengan tinjauan periodik, tingkat persediaan ditinjau pada interval waktu yang
sama. Pada setiap tinjauan dilakukan pemesanan kembali agar tingkat persediaan mencapai jumlah
yang diinginkan. Jumlah pemesanan kembali didasarkan pada tingkat maksimum yang ditetapkan
untuk setiap item persediaan yang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut.
Q = TPM – P – JSP + PLT
Dimana :
Q = Jumlah pemesanan kembali
TPM = Tingkat Persediaan Maksimum
P = Jumlah persediaan yang ada sekarang
JSP = Jumlah yang Sedang Dipesan
PLT = Permintaan selama tenggang waktu pemesanan

(3) material requirement planning (MRP)


MRP merupakan sistem yang dirancang secara khusus untuk situasi permintaan yang bergelombang
(tidak konstan), yang secara tipikal karena permintaan tersebut dependen. Oleh karena itu tujuan
dari sistem MRP adalah:
1. menjamin tersedianya material, item atau komponen pada saat dibutuhkan untuk memenuhi
skedul (jadwal) produksi dan menjamin tersedianya produk jadi bagi konsumen.
2. menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum, serta
3. merencanakan aktivitas pengiriman, penjadwalan dan pembelian.

3. Mempersiapkan Karyawan ( SDM )


Selain mematikan ketersediaan bahan baku, memastikan ketersediaan karyawan juga sangat
diperlukan. Mempersiapkan jumlah karyawan yang dibutuhkan dalam proses produksi, karena
kapasitas mesin produksi sendiri masih membutuhkan tenaga dari karyawan. Sehingga hasil
produksi lebih maksimal.
4. Mengatur waktu dan tahapan strategi produksi
Utamakan untuk memproduksi barang dengan permintaan terbanyak, hal ini dilakukan agar tidak
menghambat proses penjualan dan juga barang dengan permintaan terbanyak akan memberi cukup
banyak point pada service level pencapaian produksi.
5. Mengidentifikasi masalah
Antisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi pada saat proses produksi dengan melihat
informasi dari data yang terdahulu.
6. Menjelaskan perencanaan secara detail
Perencanaan produksi merupakan bagian yang krusial dalam proses produksi. Hal ini sangat
diperlukan untuk membantu produsen dalam memenuhi permintaan produk, meminimalkan biaya
produksi dan efektivitas waktu, mengoptimalkan penggunaan pabrik, peralatan dan juga persediaan
bahan baku.

(untuk artikel hasil penelitian). Bagian ini menyajikan semua data yang telah diperoleh. Data harus disajikan secara
jujur, teliti dan cermat, tidak menyimpang dari judul makalah. Setiap hasil yang dikemukakan dibahas dan dianalisis
serta dibandingkan dengan pustaka atau temuan peneliti lain. Tabel dan grafik dipergunakan untuk mempermudah
analisis.
Pembahasan (untuk artikel bukan hasil penelitian) Bagian ini merupakan pokok utama dari tulisan, yang dapat terdiri
dari beberapa Sub Bab sesuai dengan kebutuhan. Setiap uraian yang dikemukakan harus didukung analisis dan
pembahasan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan harus ditarik dari temuan yang konkrit yang ada dalam uraian dan pembahasan sebelumnya. Jangan
mengambil kesimpulan yang tidak pernah dibahas dalam bab sebelumnya. Jangan menyimpulkan sesuatu dari data
yang kurang lengkap, atau bahkan dari data yang tidak ada sama sekali. Pada bagian ini dapat ditambahkan saran
tentang ide baru yang timbul dari pembahasan, dan komentar berharga untuk penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai