Anda di halaman 1dari 22

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Menggunaka

Metode Economic Order Quantity (EOQ) Tergadap Kelancaran


Produksi Menurut Ekonomi Islam

Disusun oleh:
KELOMPOK 3
BINTANG ANGGRY A.P.A / 21032010115
EKA ANESTYA OCTAVIA / 21032010132
ANEKE PUTRI NADILA / 21032010193
ULWAN ADI MULYA / 21032010206
BRAMANTIO SUNUBRATA / 21032010211

KELAS : PARALEL B

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di era industri 4.0, semua sektor industri mulai berkembang dan mengalami
kemajuan. Hal tersebut memaksa dan menuntut perusahaan untuk membuat sistem
produksi yang efektif dan efisien. Apabila perusahaan memiliki sistem yang efektif
dan efisien maka produktivitas kerja akan meningkat dan output yang dihasilkan akan
maksimal. Hal tersebut merupakan beberapa tugas dari PPIC yang bisa diterapkan
dalam suatu perusahaan.
Metode perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) merupakan metode
perhitungan yang mampu melakukan penyediaan persediaan sehingga tidak pernah
ada kejadian persediaan habis atau stock out. Tujuan dari metode Economic Order
Quantity (EOQ) ini adalah untuk menentukan jumlah ekonomis setiap kali
pemesanan. Sehingga meminimalkan biaya total persediaan, dimana setiap
melakukan pemesanan maka ada
2 macam biaya yang harus diperhatikan, yaitu biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan persediaan
Para produsen keripik singkong mendatangkan bahan bakunya dari
lingkungan sekitar. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah
singkong. Namun seringkali, produsen keripik singkong mengalami kehabisan stok
dan tidak memiliki safety stock yang dapat digunakan sambil menunggu kedatangan
singkong yang telah dipesan. Selain itu, home industri melakukan pemesanan dengan
jumlah pesanan tertentu tanpa melihat kapasitas proses produksi yang dijalankan
selama 24 jam sehari
sehingga persediaan bahan baku yang ada kurang optimal dan proses produksi tidak
dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, dengan adanya permintaan bahan baku
serta melihat kapasitas mesin maupun pekerja, home industri perlu melakukan
pengendalian persediaan bahan baku agar dapat menentukan pemesanan bahan baku
yang optimal sehingga biaya persediaan bahan baku dapat efisien serta proses
produksi dapat berjalan dengan lancar tanpa perlu mengalami hambatan sedikitpun
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dikemukakan beberapa
rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana Pengendalian persediaan bahan baku dengan menggunakan
metode Economic Order Quantity (EOQ) terhadap kelancaram produksi
singkong Kecamatan Terbanggi, Kabupaten Lampung Tengah?
2. Bagaimana pengendalian persediaan bahan baku menurut perspektf Ekonomi
Islam?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengendalian persediaan bahan baku dengan menggunakan
metode Economic Order Quantity (EOQ) terhadap kelancaran produksi pada
home industry keripik singkong Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten
Lampung Tengah.
2. Untuk mengetahui pengendalian persediaan bahan baku menurut perspektif
Ekonomi Islam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persediaan
Persediaan (Inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukan segala
sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya
terhadap pemenuhan permintaan. Pengertian persediaan memiliki arti yang berbeda
untuk setiap perusahaan. Pengertian ini tergantung pada usaha dan aktivitas
perusahaan. Menurut Harrison yang diterjemahkan oleh Gania pengertian persediaan
adalah : “Persediaan sebagi asset yang (a) disimpan untuk dijual dalam operasi turin
perusahaan (b) dalam proses produksi untuk penjualan atau (c) dalam bentuk bahan
atau perlengkapan yang akan dikonsumsi selama proses produksi atau penyerahan
jasa” (Nurmayanti, 2020).
Fungsi persediaan yaitu:
1. Fungsi Decoupling
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi perusahaan
internal dan eksternal mempunyai kebebasan (independence). Persediaan
decouples ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan
langganan tanpa tergantung pada supplier.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan
membeli sumber daya sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi
biaya-biaya per unit. Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan
penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan per
unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian
pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-
biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi,
risiko dan sebagainya)

3. Fungsi Antisipasi
Sering perusahaan mengalami fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan
dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu
permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan
musiman (seasonal inventories).
Untuk devisi yang berbeda dalam industri manufaktur akan memiliki tujuan
pengendalian persediaan yang berbeda yaitu:
1. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehinga menginginkan
persediaan dalam jumlah yang banyak.
2. Produksi beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi
yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi set
up mesin). Disamping itu juga produk menginginkan persediaan bahan baku,
setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak
terganggu karena kekurangan bahan.
3. Pembelian (Purchasing) dalam rangka efisiensi, menginginkan persamaan
produksi yang besar dalam jumlah sedikit dari pada pesanan yang kecil dalam
jumlah yang banyak. Pembeliaan ini juga ingin ada persediaan sebagai
pembatas kenaikan harga dan kekurangan produk.
4. Keuangan (Finance) menginginkan minimasi semua bentuk investasi
persediaan karena biaya investasi dan efek negatif yang terjadi pada
perhitungan pengembalian aset (return of asset) perusahaan.
5. Personalia (Personel and industrial relationship) menginginkan adanya
persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK
tidak dilakukan.
6. Rekayasa (Enginerring) menginginkan persediaan minimal untuk
mengantisipasi jika terjadi perubahan rekayasa enginerring (Sulaiman, 2015).
2.2 Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan merupakan salah satu yang sangat penting bagi
sebuah perusahaan, karena tanpa pengendalian persediaan yang tepat perusahaan
akan mengalami masalah didalam memenuhi kebutuhan konsumen baik dalam bentuk
barang maupun jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Sebuah perusahaan
harus bijak di dalam menentukan jumlah persediaan barang yang akan di pakai dalam
proses produksi, karena tanpa adanya manajemen yang tepat perusahaan akan
mengalami kerugian akibat biaya-biaya yang semestinya tidak dikeluarkan oleh
perusahaan seperti biaya operasional pabrik, biaya gedung, biaya kehilangan serta
biaya kerusakan barang akibat terlalu lama disimpan.
Pada dasarnya sebuah perusahaan mengadakan perencanaan dan pengendalian
bahan baku yang bertujuan untuk meminimumkan biaya serta memaksimalkan laba
perusahaan tersebut. Untuk meminimumkan biaya persediaan tersebut maka dapat
digunakan analisis Economic Order Quantity (EOQ). Inventory atau persediaan
barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam
keadaan berputar secara terus menerus mengalami perubahan.
Pengendalian persediaan merupakan pencatatan persediaan harus diverifikasi
melalui sebuah audit yang berkelanjutan. Audit seperti ini dikenal dengan
perhitungan berkala (Cycle Counting). Dengan perhitungan berkala barang dihitung,
catatan diverifikasi dan ketidakakuratan yang ditemukan didokumentasikan secara
periodic. Penyebab ketidakakuratan dicari dan tindakan perbaikan diambil untuk
memastikan integritas persediaan
Persediaan (Inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukan segala
sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya
terhadap pemenuhan permintaan

2.3 Inventory
Persediaan (inventory) adalah stok dari suatu item atau sumber daya yang
digunakan dalam suatu organisasi perusahaan. Untuk menjalankan fungsi inventory,
perusahaan-perusahaan umumnya menjaga adanya empat jenis inventory. Keempat
jenis inventory itu adalah:
(1) Bahan baku,
(2) Inventory dari barang dalam proses dikerjakan,
(3) Inventory maintenance/repair/operating supplier (MROs),
(4) Inventory barang jadi
(Hasanudin, 2018)

2.4 Economic Order Quantity (EOQ)


Metoda manajemen persediaan yang paling terkenal adalah model-model
economic order quantity (EOQ) atau economic lot size (ELS). Metoda-metoda ini
dapat digunakan baik untuk barang-barang yang dibeli maupun yang diproduksi
sendiri. Model EOQ adalah nama yang biasa digunakan untuk barang-barang yang
diproduksi secara internal. Perbedaan pokoknya adalah bahwa, untuk ELS, biaya
pemesanan (ordering cost) meliputi biaya penyiapan mesin-mesin (setup cost) yang
diperlukan untuk mengerjakan pesanan.
Model EOQ dapat diterapkan dengan bila anggapan – anggapan berikut ini
terpenuhi :
1. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui
(Deterministik).
2. Harga per unit produk adalah konstan.
3. Biaya penyimpanan per unit per tahun (H) adalah konstan.
4. Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah konstan.
5. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang – barang diterima (lead time, L)
adalah konstan.
6. Tidak terjadi kekurangan barang atau back orders
(Sulaiman, 2015)
Metode EOQ adalah metode yang bertujuan untuk mendapatkan tingkat order
yang bersifat tetap besarannya. Karena bertujuan untuk mendapatkan tingkat besaran
order yang tetap, maka metode ini berusaha untuk mendapatkan tingkat besaran
order yang optimal jumlahnya mengacu kepada permintaan uang dihadapi oleh
perusahaan. Pada perhitungan ini faktor tunggu (Lead Time) diperhitungkan untuk
meletakan titik order kembali berdasarkan jumlah optimal yang telah diperhitungkan
sebelumnya sehingga datangnya order tepat waktu untuk mengantisipasi permintaan
yang muncul (Nurmayanti, 2020).

2.5 Persediaan Pengaman (Safety stock)


Safety stock (persediaan pengaman) atau sering pula disebut sebagai
persediaan besi (iron stock) adalah merupakan suatu persediaan yang dicadangkan
sebagai pengaman dari kelangsungan proses produksi perusahaan. Dengan adanya
persediaan pengaman ini diharapkan proses produksi tidak terganggu oleh adanya
ketidakpastian bahan. Persediaan pengaman ini merupakan sejumlah unit tertentu, di
mana jumlah unit ini akan tetap dipertahankan, walaupun bahan baku akan berganti
dengan yang baru. Standar deviasi digunakan untuk menentukan besarnya persediaan
pengaman dengan pendekatan frequency level of service. Frequency level of service
merupakan peluang tidak terjadi kekurangan persediaan selama waktu tunggu.
Frequency level of service digambarkan dalam bentuk persentase (%) (Daud, 2017).

2.6 Biaya Persediaan


Menurut Rangkuti (2007:34), umumnya untuk pengambilan keputusan
penentuan besarnya jumlah persediaan, biaya-biaya variabel berikut ini harus
dipertimbangkan, diantaranya:
1. Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs), terdiri atas biaya-
biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya
penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang
dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi.
2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs atau procurement costs).
Pada umumnya, biaya per pesanan (di luar biaya bahan dan potongan
kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi,
apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah
pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total akan turun. Ini berarti,
biaya pemesanan total per periode (tahunan) sama dengan jumlah pesanan
yang dilakukan setiap periode dilakukan biaya yang harus dikeluarkan setiap
kali pesan.
Sedangkan menurut Ristono (2009:21) terdapat empat biaya persediaan:
1. Ongkos Pembelian (Purchase Cost)
Ongkos pembelian adalah harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar,
atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan atau dapat
dikatakan pula bahwa biaya pembelian adalah semua biaya yang digunakan
untuk membeli suku cadang.
2. Ongkos Pemesanan atau biaya persiapan (Order Cost atau set up cost)
Ordering cost adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pemesanan
ke pihak pemasok. Besar kecilnya biaya pemesanan sangat tergantung pada frekuensi
pemesanan, semakin sering memesan maka biaya yang dikeluarkan semakin besar
dan sebaliknya. Biaya pemesanan meliputi:
a. Biaya persiapan pesanan, antara lain biaya telepon, biaya surat menyurat.
b. Biaya penerimaan barang, seperti biaya pembongkaran dan pemsukan ke
gudang, biaya penerimaan barang, biaya pemeriksaan barang.
c. Biaya proses–proses pembayaran seperti biaya pembuatan cek, pengiriman
cek.
d. Biaya pengiriman pesanan ke gudang.
3. Ongkos Simpan (carrying cost atau holding cost)
Ongkos simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan
dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan persediaan. Besar
kecilnya biaya simpan sangat tergantung pada jumlah rata–rata barang yang disimpan
dalam gudang. Semakin banyak rata–rata persediaan, maka biaya simpan juga akan
semakin besar dan sebaliknya. Yang termasuk biaya simpan antara lain:
a. Biaya sewa atau penggunaan gudang
b. Biaya pemeliharaan barang
c. Biaya pemanasan atau pendingin, bila untuk menjaga ketahanan barang yang
dibutuhkan faktor pemanas atau pendingin.
4. Biaya kekurangan persediaan (Stock Out Cost)
Biaya kekurangan persediaan adalah konsekuensi ekonomi atas kekurangan
dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan diluar terjadi apabila pesanan
konsumen tidak dapat terpenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila
departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen lain. Biaya ini timbul
karena terjadinya persediaan yang lebih kecil dari jumlah yang diperlukan (Daud,
2017).

2.7 Sistem Antrian


Antrian merupakan satu atau lebih customers yang menunggu dalam suatu
sistem untuk mendapatkan pelayanan. Karakteristik sistem antrian ada tiga bagian
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kedatangan atau input pada sistem. Ini memiliki karakteristik diantaranya
yaitu sumber populasi, perilaku, dan pola kedatangan.
b. Disiplin antrian. Karakteristik ini meliputi terbatas atau tidaknya suatu
panjang antrian dan disiplin dari orang atau barang yang berada dalam sistem.
c. Fasilitas jasa. Karakteristiknya meliputi desain sistem dan waktu pelayanan.
Model-Model Antrian terbagi pada beberapa jenis dan umum terjadi yaitu
sebagai berikut:
a. Model A (M/M/1): Model Antrian Server Tunggal atau Single Phase Queuing
System. Dalam situasi ini, kedatangan membentuk satu jalur tunggal untuk
dilayani oleh stasiun tunggal.
b. Model B (M/M/S): Model Antrian Jalur Berganda atau Multiple Channel
Queuing System. Pada sistem antrian model ini, terdapat dua atau lebih jalur
atau stasiun pelayanan yang tersedia untuk menangani para pengunjung yang
datang. Asumsi bahwa pengunjung yang menunggu pelayanan membentuk
satu jalur dan akan dilayani pada stasiun pelayanan yang tersedia pertama kali
pada saat itu
c. Model C (M/D/1): Antrian Jalur Tunggal dengan Kedatangan Berdistribusi
Poisson dan Waktu Pelayanan Konstan.
d. Model D: Antrian Jalur Tunggal dengan Populasi Terbatas
(Khoirunnisa, 2021)

2.8 Biaya Sistem Antrian


Menentukan biaya tidak langsung (indirect cost) pada orang-orang yang
menunggu, dan biaya langsung (direct cost) untuk penyedia fasilitas, maka tujuan
dasar antrian adalah meminimasi kedua biaya tersebut (Khoirunnisa, 2021).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Adapun metode pengumpulan data yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Teknik pengumpulan data secara langsung yang dilakukan dengan cara
melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian yaitu home industri keripik
singkong Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah, dengan tujuan
mendapatkan data yang akurat. Metode ini digunakan sebagai metode utama untuk
mengumpulkan data dan yang penulis observasi adalah tentang bagaimana pengaruh
persediaan bahan baku terhadap hasil produksi dalam meningkatkan kesejahteraan
ekonomi masyarakat di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.
2. Wawancara (Interview)
Teknik wawancara yang diarahkan pada suatu masalah tertentu atau yang
menjadi pusat penelitian.24 Ini merupakan sebuah proses untuk menggali informasi
secara langsung dan mendalam sebagai data primer. Wawancara mendalam ini
dilakukan dengan informan yang dianggap memiliki representasi informasi yang
relevan dengan penelitian. Jenis interview yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah interview bebas terpimpin yaitu penginterview membawa kerangka
pertanyaan-pertanyaan yang akan disajikan kepada yang diteliti.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai catatan-catatan,
dokumen-dokumen, transkip, buku-buku, surat kabar, majalah-majalah, notulen rapat
atau agendaagenda. Data-data tersebut bersifat tidak terbatas pada ruang dan waktu,
diharapkan mampu memperkaya teori, pendapat serta pemikiran terkait dengan peran
industri dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat di Kecamatan
Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.
3.2 Metode Pengolahan dan Analisa Data
Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif yaitu proses secara sistematis mencari dan mengolah berbagai data yang
bersumber dari wawancara, pengamatan lapangan, dan kajian dokumen (pustaka)
untuk menghasilkan suatu laporan temuan penelitian. Adapun teknik analisis data
yang dignakan dalam penelitian ini yaitu dengan perhitungan menggunakan Metode
Economic Order Quantity (EOQ).

EOQ=
√ 2 DS
H
Keterangan :
Q* : Jumlah pesanan yang ekonomis
D : Jumlah kebutuhan bahan dalam satuan (unit) per tahun
S : Biaya pemesanan untuk setiap kali pesan
H : Biaya penyimpanan per unit per tahun
Selain rumus EOQ, terdapat beberapa rumus untuk mendukung perhitungan biaya
persediaan, antara lain:
a. Persediaan rata-rata yang tersedia = Q*/2
b. Jumlah pesanan yang diperkirakan = D/Q*
c. Biaya pemesanan tahunan = D/Q* × S
d. Biaya penyimpanan tahunan = Q*/2 × H
e. Total harga per unit = Harga per unit x D
f. Total Harga Keseluruhan = Total harga per unit + Biaya pemesanan tahunan +
Biaya penyimpanan tahunan
g. Menentukan Frekuensi Pembelian
D
F= ¿
Q
Keterangan:
F : Frekuensi pembelian
D : Permintaan yang diperkirakan per periode
Q* : Jumlah pembelian dengan EOQ
h. Menentukan Total Biaya Persediaan
TC = (D/Q* × S) + (Q/2 × H)
Keterangan:
TC : Total biaya persediaan
Q* : Jumlah barang setiap pemesanan
D : Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit
S : Biaya pemesanan untuk setiap pemesanan
H : Biaya penyimpanan per unit per tahun
2. Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Persediaan pengaman (safety Stock) adalah persediaan tambahan yang
diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadi kekurangan bahan
(stockout).
Berikut rumus untuk menentukan besar persediaan pengaman yang perlu
diadakan oleh perusahaan:
SS = z x α
Keterangan:
SS = Persediaan Pengaman (Safety Stock)
z = standar normal deviasi ( safety factor, service level, distribusi normal z)
α = standar deviasi dari tingkat kebutuhan
Rumus perhitungan standar deviasinya (α) adalah sebagai berikut:

α= ∑
√(x−x )2
n
Keterangan:
α = Standar Deviasi
x = Jumlah pemakaian bahan baku
x = Jumlah rata-rata pemakaian bahan baku
n = Jumlah data
3. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Reorder Point atau titik pemesanan kembali adalah tingkat atau titik
persediaan dimana tindakan harus diambil untuk mengisi kembali persediaan barang.
Berikut perhiutungan untuk menentukan titik pemesanan kembali:
Reorder Point = (Lead Time × Penggunaan per hari) + Safety Stock
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data


Tabel 4.1 Data stok air isi ulang toko Surya

Air isi ulang (Galon)


Bulan
Stok Permintaan Kelebihan
Mei 640 630 10
Juni 680 655 25
Juli 692 680 12
Agustus 669 656 13
September 637 618 19
Oktober 695 679 16
Tabel 4.2 Data persediaan air isi ulang toko Surya
Air isi ulang (Galon)
Bulan
Stok Harga Per Biji Total Biaya
Mei 640 Rp 4.000,00 Rp 2.560.000,00
Juni 680 Rp 4.000,00 Rp 2.720.000,00
Juli 692 Rp 4.000,00 Rp 2.768.000,00
Agustus 669 Rp 4.000,00 Rp 2.676.000,00
September 637 Rp 4.000,00 Rp 2.548.000,00
Oktober 695 Rp 4.000,00 Rp 2.780.000,00
Total 4013 Rp 16.052.000,00
Penelitian mengenai pengendalian persediaan air isi ulang pada toko surya
dilakukan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Adapun
data persediaan air isi ulang yang digunakan pada penelitian ini adalah berdasarkan
data persediaan periode Mei sampai Oktober 2022. Data tersebut dapat dilihat pada
tabel diatas bersamaan dengan harga dan biaya yang timbul dari proses persediaan air
isi ulang tersebut.
Sedangkan biaya pemesanan air isi ulang yang terdiri dari biaya pesan, biaya
transportasi, dan biaya bongkar muat barang sampai ke gudang penyimpanan
ditetapkan, yaitu sebesar Rp 30.000/pemesanan dan Rp 620.000 unit/tahun untuk
biaya penyimpanan. Pengisian air didapat dari pengiriman tangki yang dating setiap
bulan dengan kapasitas tangki sebesar 11700 liter seharga Rp. 380.000/tangki.

4.2 Pengolahan Data


4.2.1 Penentuan Pembelian Ekonomis (Economic Order Quantity)
Besaran jumlah pembelian yang ekonomis dalam setiap kali pemesanan untuk
air isi ulang oleh air isi ulang depan toko Surya dapat diketahui dengan melakukan
perhitungan menggunakan metode Economic Order Quantity, dan dengan
menggunakan metode ini juga dapat mengetahui jumlah pembelian yang harus
dilakukan. Berikut perhitungan untuk jumlah pembelian ekonomis dari air isi ulang
periode 7-13 November 2022:

EOQ=
√ 2. D . S
H √=
2.4013 .30000
620000
=19 ,71=18 biji

Frekuensi pembelian yang paling ekonomis untuk air isi ulang :


D 4013
F= = =203 , 64=204 biji
Q 19 , 71
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Perhitungan EOQ dan Frekuensi Pembelian
Air Isi
Keterangan
Ulang(Galon)
Persediaan (Mei-
4013
Oktober)
Biaya
Pesan/Pemesanan Rp 30.000,00
(RP)
Biaya Simpan
Rp 620.000,00
Unit/tahun(Rp)
EOQ (Kg) 19,71
Frekuensi 203,64
Pembelian

4.2.2 Perhitungan Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)


Adapun perhitungan untuk total biaya persediaan (Total Inventory Cost) untuk
air isi ulang dengan periode Mei-Oktober 2022 adalah sebagai berikut:

TIC= ( DQ × S)+( Q2 × H )=( 194013, 71 ×30000)+( 192, 71 ×620000)=Rp12.218 .166 , 80


Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan TIC Air Isi Ulang

Biaya Pemesanan Biaya Simpan mei- TIC mei-


Keterangan
mei-oktober(Rp) oktober (Rp) oktober(Rp)

Air Isi Ulang Rp 6.109.083,40 Rp 6.109.083,40 Rp 12.218.166,80


4.2.3 Penetapan Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Dalam menetapkan besaran jumlah persediaan pengaman (safety stock)
digunakan metode statistika yaitu dengan menghitung penyimpangan standar (standar
deviasi) yang terjadi antara persediaan bahan baku sesungguhnya dengan permintaan
bahan baku sesungguhnya, perusahaan hanya mentolerir resiko kekurangan bahan
baku sebesar 5%, sehingga perusahaan hanya memenuhi kebutuhan bahn baku
sebesar 95%. Oleh karena itu faktor keamanan persediaan bahan baku dapat
diasumsikan sebesar 1,65.
Tabel 4.5 Standar Deviasi Permintaan air isi ulang mei - oktober 2022
Air isi ulang(galon)
Minggu
Stock Permintaan (X-Y) (X-Y)^2
Mei 640 630 10 100
Juni 680 655 25 625
Juli 692 680 12 144
Agustus 669 656 13 169
September 637 618 19 361
Oktober 695 679 16 256
Total 4013 3918 95 1655
Standar deviasi untuk penggunaan air isi ulang periode 7-11 November 2022:

SD=
√ ∑ ( X−Y )2 =
n √ 1655
n
=16 , 61=17 biji
Persediaan pengaman untuk air isi ulang periode 7-11 November 2022:
SS=Z × SD=1 , 65× 16 , 61=27 , 40=27 biji
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Standar Deviasi, Nilai Z, dan Safety Stock
Standar Deviasi
Keterangan Nilai Z Safety Stock (Biji)
(Biji)
Air Isi Ulang 16,61 1,65 27

4.3 Pembahasan
Untuk dapat mengetahui metode mana yang lebih efisien dalam proses
pengendaliaan persediaan yakni penentuan jumlah pembelian ekonomis, persediaan
pengaman, titik pemesanan kembali dan pengeluaran total biaya persediaan, maka
diperlukan perbandingan antara jumlah pembelian ekonomis, persediaan pengaman,
titik pemesanan kembali dan pengeluaran total biaya persediaan menurut kebijakan
perusahaan dan menurut perhitungan metode Economic Order Quantity (EOQ) yang
telah dilakukan.
Tabel 4.7 Perbandingan Jumlah Pembelian Menurut Penjual dan Metode EOQ
Jenis Bahan Baku Penjual (galon) EOQ (Kg) Selisih (Biji)
Air Isi Ulang 4013 4013 0
Tabel 4.7 menunjukkan perbandingan jumlah pembelian yang ekonomis
antara metode yang digunakan oleh toko galon isi ulang surya dengan Metode EOQ
yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dimana terdapat selisih sebesar 0 galon
(setara).
Tabel 4.8 Perbandingan Jumlah Persediaan Pengaman Menurut Penjual dan Metode
EOQ

SS Perusahaan
Jenis Bahan Baku SS EOQ (Kg) SS Selisih (Biji)
(Biji)
Air isi ulang 0,00 27,40 27,40
Tabel 4.8 menunjukkan perbandingan jumlah persediaan pengaman yang
ditentukan oleh toko galon isi ulang surya dengan Metode EOQ, dimana dengan jelas
terdapat selisih yakni sebesar 27,40, dikarenakan selama ini penjual tidak melakukan
perhitungan secara tepat dalam menentukan persediaan pengaman yang dibutuhkan.
Tabel 4.9 Perbandingan Total Biaya Persediaan Menurut Penjual dan Metode EOQ
TIC Perusahaan
Jenis Bahan Baku TIC EOQ (Rp) Selisih TIC (Rp)
(Rp)
Air isi ulang 0 Rp12.218.166,80 Rp 12.218.166,80

Tabel 4.9 menunjukkan perbandingan total biaya persediaan yang harus


dikeluarkan menurut toko galon isi ulang surya dengan Metode EOQ, dan
dikarenakan biaya penyimpanan serta pemesanan tidak pernah ditentukan oleh
penjual maka sulit untuk menentukan jumlah total biaya yang dikeluarkan, padahal
biaya penyimpanan dan pemesanan merupakan salah satu faktor penting dalam
perhitungan untuk menentukan jumlah total biaya persediaan.
Berdasarkan 3 tabel diatas, dapat dikatakan bahwa toko galon isi ulang surya
belum sepenuhnya menerapkan pengendalian persediaan dengan baik, hal ini dapat
dilihat dari tidak ditetapkannya jumlah persediaan pengaman, titik pemesanan
kembali serta biaya pemesanan dan biaya penyimpanan bahan baku, sehingga
dampak dari kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut tidak hanya
berpengaruh pada pengendalian persediaan yang dibutuhkan, namun juga terhadap
pengeluaran perusahaan yang tidak dilakukan dan diawasi dengan baik.
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka dapat di ambil
kesimpulan dari penelitian ini adalah Frekuensi pembelian galon air isi ulang. Pada
Toko Surya bila menggunakan metode EOQ adalah sebanyak 203,64 buah dalam 6
bulan. Total biaya simpan per tahun galon air isi ulang bila dihitung menurut metode
EOQ adalah sebesar Rp 620.000,00. Namun Toko Surya tidak menetapkan adanya
persediaan pengaman (Safety Stock), sedangkan berdasarkan metode EOQ, Toko
Surya harus mengadakan Safety Stock untuk memperlancar pengamanan jumlah stok
yang harus disiapkan sebesar 27 galon. Dalam mengantisipasi terjadinya
keterlambatan pengiriman air galon isi ulang yang dilakukan oleh Toko Surya, maka
berdasarkan metode EOQ, Toko Surya harus melakukan titik pemesanan kembali (Re
Order Point) ketika persediaan air galon isi ulang berada pada jumlah sebesar 27
galon.
DAFTAR PUSTAKA

Daud, M. N. (2017). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produksi Roti


Wilton Kualasimpang. Jurnal Samudra Ekonomi dan Bisnis, 184-198.
Hasanudin, M. (2018). Rancang dan Bangun Sistem Informasi Inventori Barang
Berbasis Web (Studi Kasus PT. Nusantara Sejahtera Raya). Jurnal IKRA-ITH
Informatika, 24-37.
Khoirunnisa, G. (2021). Analisis Sistem Antrian di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Karawang. Jurnal Ilmiah Ekonomi Global Masa
Kini, 42-50.
Nurmayanti, P. (2020). Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Menggunakan
Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada PT. Plasticololrs Eka Perkasa.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, 1-15.
Sulaiman, F. (2015). Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Menggunakan
Metode EOQ Pada UD. Adi Mabel. Jurnal Teknovasi, 1-11.

Anda mungkin juga menyukai