PENDAHULUAN
1
Perusahaan Umum BULOG perlu merencanakan suatu sistem pengadaan yang
tepat agar persediaan stok beras menjadi optimal. Dampak dari persediaan stok
beras yang optimal maka total biaya persediaaan dapat menjadi minimal, tidak
terjadi penumpukan barang di gudang penyimpanan karena kelebihan stok dan
kebutuhan konsumen terpenuhi.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis membuat formulasi dan
menyelesaikan suatu model pengadaan beras di Perusahaan Umum BULOG Sub
Divisi Regional Banyumas menggunakan Model Economic Order Quantity.
Sedemikian sehingga diperoleh jumlah pengadaan yang tepat agar persediaan
beras optimal.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Berapa banyak jumlah beras premium 15 yang harus dipesan oleh Perusahaan
Umum BULOG Sub Divisi Regional Banyumas setiap kali melakukan
pemesanan agar optimal?
2. Bagaimana siklus pengadaan beras premium 15 dalam satu periode apabila
menggunakan Model Economic Order Quantity (EOQ)?
3. Berapa total biaya yang dikeluarkan Perusahaan Umum BULOG Sub Divisi
Regional Banyumas setiap kali melakukan pemesanan apabila menggunakan
Model Economic Order Quantity (EOQ)?
4. Bagaimana perbandingan total biaya yang dikeluarkan Perusahaan Umum
BULOG Sub Divisi Regional Banyumas dalam satu tahun, sebelum dan
sesudah menggunakan Model Economic Order Quantity (EOQ)?
1.3 Pembatasan Masalah
Masalah yang dibahas dalam Laporan Praktek Kerja Lapangan ini adalah
Optimalisasi Persediaan Beras pada Perusahaan Umum Badan Urusan
Logistik Sub Divisi Regional Banyumas Menggunakan Model Economic
Order Quantity (EOQ) Deterministik untuk memprediksi biaya stok bulan-
bulan berikutnya. Serta dalam permasalahan stok beras ini jenis beras yang
dipesan adalah beras premium 15, permintaan diketahui konstan, pembelian
beras tidak ada discount, tidak diperbolehkan adanya stockout, adanya lead
time (waktu tunggu antara pemesanan dengan waktu kedatangannya).
1.4 Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah :
2
1. Menentukan besaran jumlah beras premium 15 yang optimal setiap kali
Perusahaan Umum BULOG Sub Divisi Regional Banyumas melakukan
pemesanan.
2. Menghitung siklus pengadaan beras premium 15 dalam satu periode
dengan menggunakan Model Economic Order Quantity (EOQ).
3. Menentukan total biaya yang dikeluarkan Perusahaan Umum BULOG Sub
Divisi Regional Banyumas setiap kali meakukan pemesanan dengan
menggunakan Model Economic Order Quantity (EOQ).
4. Mengetahui perbandingan total biaya yang harus dikeluarkan Perusahaan
Umum BULOG Sub Divisi Regional Banyumas dalam satu tahun sebelum
dan sesudah menerapkan Model Economic Order Quantity (EOQ)?
1.4.2 Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah :
1. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam menerapkan ilmu
matematika ke dalam permasalahan nyata, khususnya dalam penerapan
Model Economic Order Quantity (EOQ).
2. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan bagi Perusahaan Umum Badan Urusan
Logistik untuk menentukan kebijakan yang paling tepat terkait dengan
proses pengadaan stok beras premium 15.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah kepustakaan instansi, khususnya dalam penerapan Model
Economic Order Quantity (EOQ) yang dapat digunakan dibidang ilmu
matematika, ekonomi, agribisnis.
3
inventori dilanjutkan model Economic Order Quantity berserta cara
penyelesaiannya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ketiga berisi sumber data, metode pengumpulan data dan teknik
pengolahan data.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab keempat berisi gambaran umum perusahaan, hasil pengambilan data,
memformulasikan Model Economic Order Quantity (EOQ), komponen
pembentukan model inventori beras premium, pengolahan data, reorder level.
BAB V PENUTUP
Bab kelima berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan optimalisasi
persediaan beras.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
4
kelancaran usaha) hendaknya lebih besar daripada biaya-biaya yang ditimbulkan
[1].
Inventori/persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-
barang milik perusahaan dengan maksud untuk menjual dalam suatu periode
usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam
pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan barang baku yang menunggu
penggunaannya dalam suatu proses produksi. Jadi persediaan merupakan sejumlah
bahan-bahan, parts yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat
dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/pokok yang
disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen atau langganan setiap
waktu [1].
2.2 Fungsi Inventori
Inventori/persediaan memiliki beberapa fungsi, adapun fungsi-fungsinya
sebagai berikut [2]:
1. Fungsi Batch Stock atau Lot Size Inventory
Persediaan dalam jumlah besar (Lot Size Inventory) perlu
mempertimbangkan penghematan-penghematan atau potongan pembelian,
biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Jadi
keuntungan yang diperoleh dari adanya Batch Stock atau Lot Size Inventory
adalah memperoleh adanya potongan harga pada harga pembelian,
memperoleh efisiensi produksi, dan adanya penghematan didalam biaya
pengangkutan.
2. Fungsi Decoupling
Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi
permintaan pelanggan tanpa tergantung supplier (pemasok).
3. Fungsi Antisipasi
Merupakan penyimpanan inventori bahan yang fungsinya untuk
penyelamatan jika sampai terjadi keterlambatan datangnya pesanan bahan
dari pemasok atau leveransir. Tujuan utama adalah untuk menjaga proses
konversi agar tetap berjalan lancar.
2.3 Jenis Inventori
Inventori sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam
operasi bisnis. Jenis-jenis inventori dalam pabrik dapat berupa [1]:
1. Persediaan bahan baku (raw materials stock)
5
Persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses
produksi, yang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun
dibeli dari supplier (pemasok) atau perusahaan yang menghasilkan bahan
baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. Bahan baku
diperlukan oleh pabrik untuk diolah, yang setelah melalui beberapa proses
diharapkan menjadi barang jadi (finished goods), contoh benang yang diolah
menjadi kain atau kaos, kapas dipintal menjadi benang, dan kulit diolah
menjadi sepatu. Jadi pengertian dari bahan baku meliputi semua bahan yang
dipergunakan dalam perusahaan pabrik, kecuali terhadap bahan-bahan yang
secara fisik akan digabungkan dengan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan pabrik tersebut.
6
5. Persediaan barang jadi (finished goods stock)
Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam
pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. Jadi
barang jadi ini merupakan produk selesai dan telah siap untuk dijual.
Misalnya baju siap pakai dan mobil.
2.4 Pengendalian Inventori
Pentingnya manajemen inventori yang efektif berhubungan langsung
dengan besarnya investasi dalam inventori. Untuk mengontrol investasi dalam
inventori, manajemen harus memecahkan dua masalah, yaitu masalah besarnya
pesanan (order quantity) dan masalah batas pemesanan. Dalam hal ini ada tiga hal
yang harus benar-benar diperhatikan. Pertama, harus ada persediaan dasar sebagai
penyeimbang keluar masuknya barang. Kedua, perlu selalu ada persediaan
pengaman (safety stock). Ketiga, dimungkinkan dibutuhkan tambahan persediaan
antisipasi (anticipation stock) [3].
7
Di samping itu, hambatan–hambatan berupa faktor teknologi, transportasi
dan lain–lain.
8
pemesanan menjadi semakin jarang dilakukan dan berakibat biaya
pemesanan menjadi rendah.
3. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost)
Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemeliharaan, sewa tempat,
asuransi atas barang/bahan baku yang ada. Semakin banyak persediaan
barang berakibat biaya penyimpanan semakin besar. Beberapa hal yang
termasuk biaya penyimpanan adalah biaya pergudangan (storage cost) yang
terdiri dari biaya sewa gudang, upah dan gaji tenaga pengawas dan
pelaksana pergudangan, biaya perawatan material handling di gudang, biaya
administrasi gudang dan biaya lain-lainnya. Selain biaya pergudangan, yang
termasuk biaya penyimpanan adalah asuransi atas persediaan, pajak,
kerusakan, kecurian, dan turunnya nilai/harga dalam persediaan.
Rp
(Cost)
9
Annual total cost
( total biaya persediaan)
q ( jumlah pemesanan)
q*
10
sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Pada pendekatan
Economic Order Quantity (EOQ), tingkat ekonomis dicapai pada keseimbangan
antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
Jika inventori besar maka biaya pemesanan turun tetapi biaya penyimpanan
naik. Sebaliknya, jika inventori kecil maka biaya pemesanan naik tetapi biaya
penyimpanan turun. Dalam menentukan EOQ sangat dipengaruhi oleh faktor
tinggi rendahnya tingkat permintaan bahan baku hingga datangnya pesanan.
Dengan adanya faktor tersebut EOQ diklasifikasikan menjadi 2 model yaitu
model deterministik dan probalistik.
2.6.1. Model Economic Order Quantity(EOQ) Deterministik
EOQ deterministik adalah suatu model EOQ dimana parameter sistem
pengawasan sediaan dianggap selalu sama atau tidak berubah. Berikut ini jenis-
jenis model persediaan deterministik:
a. Model EOQ Klasik (sederhana)
b. Model EOQ Back Order
c. Model EOQ Fixed Production Rate
d. Model EOQ Quantity Discount
Sedangkan dalam permasalahan di Perusahaan Umum Badan Urusan
Logistik Sub Divisi Regional Banyumas yang dibahas dalam hal ini hanya analisa
pembelian, maka model yang digunakan adalah Model EOQ Klasik (sederhana).
Asumsi yang digunakan dalam EOQ deterministik klasik (sederhana) adalah
sebagai berikut [5]:
11
pengaruh musiman yang kuat dalam kebutuhan tahunan rata-rata, model
EOQ sederhana tidak sesuai.
12
Tc (q) = total biaya pemesanan + total biaya pembelian + total biaya
perawatan
Jika diasumsikan jumlah pemesanan adalah q unit, dan permintaan per tahun
adalah D unit dimana:
1. Total biaya pemesanan (K) adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh suatu
organisasi karena pemesanan suatu barang.
2. Total biaya pembelian (Tb) adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh suatu
organisasi karena pembelian suatu barang.
3. Total biaya penyimpanan (Ts) adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh
suatu organisasi yang berkaitan dengan penyimpanan persediaan di dalam
gudang. Semakin banyak dan semakin lama barang itu disimpan, maka
semakin besar biaya penyimpanan itu. Misalkan, biaya sewa gudang, biaya
kerusakan atau penyusutan, biaya kecurian barang, dan sebagainya.
Secara matematis total biaya penyimpanan dirumuskan sebagai berikut :
q
Ts= .C h .T (2.1)
2
Sedangkan total biaya pembelian sebagai berikut :
Tb= p . q (2.2)
Sehingga diperoleh total biaya Tc(q) :
Tc ( q ) =K +Tb+Ts (2.3)
Keterangan :
Tc(q) : total biaya per satu kali pesan
13
Ch : biaya perawatan (holding cost) per unit per satuan waktu
T
T1 T2 T3
Total biaya per satuan waktu c (q) dapat dihitung dengan cara membagi total
biaya dengan satuan waktu, sebagai berikut:
14
Tc( q) K p . q Ch . q . T
c ( q )= = + +
T T T 2T
(2.7)
q
Dengan T = maka diperoleh total biaya persediaan per satuan waktu yaitu:
D
K.D C .q
c ( q )= + p . D+ h (2.8)
q 2
−KD C h
c ' ( q )= 2
+ =0
q 2
(2.9)
C h KD
= 2
2 q
(2.10)
2
q . Ch=2. K . D
(2.11)
2 KD
q 2=¿ Ch
(2.12)
q ¿=
√ 2 KD
Ch
(2.13)
Persamaan q ¿=
√ 2 KD
Ch
merupakan peminimal dari fungsi c (q) asalkan
15
c (q)= {2KD } over {{q } ^ {3 }
(2.14)
¿
minimal pada saat q =
√ 2 KD
Ch
.
Slope=d
Siklus
Pemesanan
16
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
a. Data Primer
17
cara mengajukan pertanyaan secara lisan terhadap pihak yang terkait. Dalam
hal ini penulis melakukan wawancara dengan Ketua Seksi Komersial, Ketua
Seksi Operasional dan Pelayanan Publik, Staf bagian Pengadaan dan SATGAS
(Satuan Tugas).
Selain itu, dilakukan juga pengamatan secara langsung terhadap Gudang
Cindaga milik Perusahaan Umum BULOG Sub Divisi Regional Banyumas
agar mengetahui gambaran secara umum tentang kondisi kerja di perusahaan
dan mengambil data melalui dokumen perusahaan yang tersedia.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
19
dan meningkatkan mutu pangan yaitu ketika Kepala BULOG dirangkap oleh
Menteri Negara Urusan Pangan.
Pada tahun 1995 keluar Keppres No. 50, untuk menyempurnakan struktur
organisasi BULOG yang pada dasarnya bertujuan untuk lebih mempertajam tugas
pokok, fungsi, serta peran BULOG. Oleh karena itu, tanggung jawab BULOG
lebih difokuskan pada peningkatan stabilisasi dan pengelolaan persediaan bahan
pokok dan pangan.
Tugas pokok BULOG sesuai Keppres tersebut adalah mengendalikan harga
dan mengelola persediaan beras, gula, gandum, terigu, kedelai, pakan dan bahan
pangan lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam rangka
menjaga kestabilan harga bahan pangan bagi produsen dan konsumen serta
memenuhi kebutuhan pangan berdasarkan kebijaksanaan umum pemerintah.
Namun tugas tersebut berubah dengan keluarnya Keppres No.45 tahun
1997, dimana komoditas yang dikelola BULOG dikurangi dan tinggal beras dan
gula. Kemudian melalui Keppres No.19 tahun 1998, ruang lingkup komoditas
yang ditangani BULOG kembali dipersempit. Pada Keppres tersebut, tugas pokok
BULOG dibatasi hanya untuk menangani komoditas beras. Sedangkan komoditas
lain yang dikelola selama ini dilepaskan ke mekanisme pasar. Arah pemerintah
mendorong BULOG menuju suatu bentuk badan usaha mulai terlihat dengan
terbitnya Keppres No.29 tahun 2000, dimana didalamnya tersirat BULOG sebagai
organisasi transisi (tahun 2003) menuju organisasi yang bergerak dibidang jasa
logistik disamping masih menangani tugas tradisionalnya.
Pada Keppres No.29 tahun 2000 tersebut, tugas pokok BULOG adalah
melaksanakan tugas pemerintah dibidang manajemen logistik melalui pengelolaan
persediaan, distribusi, dan pengendalian harga beras(mempertahankan Harga
Pembelian Pemerintah-HPP), serta usaha jasa logistik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Arah perubahan tersebut semakin kuat dengan
keluarnya Keppres No.166 tahun 2000, yang selanjutnya diubah menjadi Keppres
No.103/2000, kemudian diubah lagi dengan Keppres No.03 tahun 2002 tanggal 7
Januari 2002 dimana tugas pokok BULOG masih sama dalam ketentuan dalam
Keppres No.29 tahun 2000, tetapi dengan nomenklatur yang berbeda dan memberi
waktu masa transisi sampai dengan tahun 2003. Akhirnya dengan dikeluarkannya
20
Peraturan Pemerintah RI No.7 tahun 2003 BULOG resmi beralih status menjadi
Perusahaan Umum (Perum) BULOG yang memiliki peranan penting dalam
pengendalian pangan nasional.
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi Perum BULOG adalah menjadi perusahaan pangan yang unggul dan
terpercaya dalam mendukung terwujudnya kedaulatan pangan.
21
biaya survei kualitas beras sebesar Rp 5.019,00 sehingga total biaya pemesanan
adalah sebesar Rp 55.019,00. Dan untuk biaya yang lain seperti biaya transportasi,
biaya keluar-masuk barang ke gudang, serta biaya pengemasan dihitung per
kilogram beras.
22
4.2.3 Hasil Pengamatan
Badan Urusan Logistik (BULOG) memiliki lima hari kerja dalam seminggu.
Sehingga dari pengamatan selama 26 hari di Perusahaan Umum BULOG Sub
Divisi Regional Banyumas diperoleh data permintaan beras premium pada tabel
berikut :
Tabel 4.1 Data Permintaan Beras Premium 15 Tahun 2018
23
2. Permintaan per periode diketahui dan konstan,
3. Ordering Cost konstan,
4. Holding Cost berdasarkan rata-rata persediaan,
5. Harga barang per unit konstan,
6. Tidak ada discount pembelian,
7. Barang yang dipesan segera tersedia (tidak diijinkan back order).
Karena dari data pengamatan hanya diamati satu jenis beras premium 15,
permintaan per periode diketahui dan konstan yaitu 430.181 kg/tahun, biaya
pemesanan (Ordering Cost) diketahui dan konstan yaitu sebesar Rp. 55.019,00
biaya penyimpanan diketahui yaitu dari rata-rata penyimpanan dikalikan biaya
perawatan per kg beras, harga beras premium 15 diketahui dan konstan yaitu
sebesar total dari biaya satu paket per kg beras, serta dari pengamatan diketahui
bahwa tidak ada discount dan tidak diperbolehkan adanya backorder/stockout,
maka model Economic Order Quantity(EOQ) deterministik klasik (sederhana)
cocok digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pengadaan beras premium
15 di Perusahaan Umum BULOG Sub Divisi Regional Banyumas.
Berdasarkan persamaan yang ada pada poin (2.4) pada Bab 2 Landasan
Teori diperoleh persamaan untuk menghitung total biaya Tc(q) adalah sebagai
berikut :
q
Tc ( q ) =K + p .q + . C h . T (2.4)
2
Total biaya per satuan waktu c (q) dapat dihitung berdasarkan persamaan yang
ada pada poin (2.8) pada Bab 2 Landasan Teori sebagai berikut :
K.D C .q
c ( q )= + p . D+ h (2.8)
q 2
q ¿=
√ 2 KD
Ch
(2.13)
Karena ada Lead Time (Waktu Tunggu) sebanyak 3 hari maka dihitung ROL (Re
Order Level) berdasarkan persamaan yang ada pada poin (2.15) pada Bab 2
Landasan Teori sebagai berikut :
24
ROL=d x L (2.15)
25
No. Jenis Pengeluaran Biaya/kg
1 Harga Beras Rp.9.500,00
2 Opslag Rp. 12,00
3 Angkut Rp. 145,00
5. Biaya bongkar beras Rp. 12,00
di gudang
4 Pengemasan Rp. 30,00
Jumlah ( p ) Rp.9.699,00
4. Biaya penyimpanan ( Ch )
Biaya penyimpanan untuk pengadaan beras premium 15 terdiri dari biaya
Fumigasi sebesar Rp. 7.270,00 per ton/3 bulan dan biaya Spraying sebesar
Rp. 400,00 per ton/bulan. Biaya penyimpanan tersaji dalam disajikan dalam
tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3 Biaya Penyimpanan Beras di Gudang BULOG
√
¿
2 ( 55019 ) (430181)
33,88
¿ 37378,79147 ≈ 37379 kg kg.
Jadi, diperoleh jumlah pemesanan optimal adalah 37.379 kg/siklus
pemesanan. Selanjutnya akan dicari siklus ( T ¿ ), karena Badan Urusan
26
Logistik (BULOG) memiliki 5 hari kerja dalam seminggu, maka T¿
dihitung sebagai berikut :
¿
¿ q
T=
D
37379
¿
430181
¿ 0,086891331 tahun
¿ 0,086891331× 52=4,518349253 minggu
¿ 4,518349253 ×5 hari ¿ 22,59174626 ≈ 23 hari.
¿ 1 D
f = =
T ¿ q¿
430181
¿ =11,50862784 ≈ 12 kali pemesanan.
37379
Jadi, agar biaya yang dikeluarkan minimal, maka BULOG harus memesan beras
premium 15 sebanyak 37379 kg/ 23 hari kerja. Selama satu tahun harus dilakukan
12 kali pemesanan.
¿
¿ ¿ q ¿
Tc ( q )=K + p q + Ch T
2
( 37379 ) ( 33,88)(23)
¿ 55019+ ( 9699 ) .(37379)+
2
¿ 55019+362538921+ 14563605,98
27
Total biaya yang dibutuhkan dalam satu tahun yaitu :
K.D Ch . q¿
c ( q¿ )= + p . D+
q¿ 2
¿ 633193,1951+ 4172325519+633200,26
3
ROL=430.181× =4963,626923≈ 4964 kg
52.5
D = 430.181 kg/tahun
28
p = Rp. 9.699,00 per kg
1. Frekuensi Pemesanan
Frekuensi pemesanan f merupakan banyaknya pemesanan beras premium
15 dalam setahun yang dilakukan oleh Perum Bulog Sub Divisi Regional
Banyumas. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Seksi Komersial
pemesanan beras premium dilakukan 3 kali dalam sebulan. Oleh karena itu
pemesanan beras premium dalam setahun sebanyak 36 kali.
2. Jumlah Pemesanan
Frekuensi pemesanan beras premium 15 dalam satu tahun adalah f, jumlah
permintaan dalam satu tahun adalah D, maka jumlah barang yang dipesan
setiap satu kali pesan q adalah
D
q=
f
D 430.181
q= ¿ =11949,4722 ≈ 11950 kg
f 36
Jadi biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 117.375.100,00 per satu kali pesan
29
¿ 1980596.522+ 4172325519+202443
BAB V
PENUTUP
Dari masalah pengendalian persediaan ini, yang ingin dicapai adalah
meminimumkan total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Jadi ada beberapa
keputusan yang harus dilakukan untuk hal tersebut, yaitu menemukan jumlah
barang yang harus dipesan setiap kali pemesanan dan kapan waktu yang tepat
untuk melakukan pemesanan.
5.1 Kesimpulan
Dari bab sebelumnya yaitu bab pembahasan, maka dapat disimpulkan
beberapa hal berikut ini :
1. Masalah pengendalian persediaan beras premium 15 di Perusahaan
Umum BULOG Sub Divisi Regional Banyumas dapat diselesaikan
dengan menggunakan model Economic Order Quantity (EOQ) klasik.
2. Jumlah pesanan (Order) beras premium 15 yang optimal adalah sebesar
37397 kg sedangkan kebijakan perusahaan 11950 kg.
3. Periode pemesanan menggunakan Model EOQ 23 hari atau setiap tahun
12 kali sedangkan kebijakan perusahaan 7 hari atau setiap tahun 36 kali.
4. Reorder Level (ROL) dari pengadaan beras premium 15 adalah sebesar
4964 kg, artinya setelah persediaan tersisa 4964 kg, maka perlu adanya
pemesanan kembali sebesar 37397 kg.
5. Total biaya yang diperlukan untuk setiap kali melakukan pemesanan
beras premium 15 menggunakan Model EOQ adalah Rp.
30
377.157.546,00 sedangkan menurut kebijakan perusahaan Rp.
117.375.100,00
6. Total biaya yang diperlukan untuk pemesanan beras premium 15 selama
setahun menggunakan Model EOQ adalah Rp. 4.173.591.912,00 per
tahun sedangkan menurut kebijakan perusahaan adalah Rp.
4.174.508.559,00.
5.2 Saran
Pada pengadaan beras premium 15 metode EOQ klasik sangat cocok
digunakan dalam pengendalian persediaan yang ada di gudang. Harapannya
pihak Perusahaan Umum BULOG Sub Divisi Regional Banyumas dapat
memperhitungkan kembali jumlah pemasukan beras setiap bulannya. Ini
bertujuan agar tidak terjadinya penumpukan beras di gudang maupun
terjadinya kekurangan komoditi beras premium 15 untuk dijual. Terjadinya
penumpukan beras di gudang terlalu lama berakibat merugikan perusahaan,
karena terjadi penurunan mutu beras maupun penyusutan volume karena
hama maupun yang lainnya. Sedangkan kekurangan stok beras juga
berakibat merugikan bagi perusahaan karena banyak kebutuhan konsumen
masyarakat yang tidak terlayani sehingga pendapatan mengalami penurunan
dan keuntungan dari hasil penjualan berkurang.
31
DAFTAR PUSTAKA
[1] Assauri. 1969. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Empat. Jakarta :
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
[2] Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan (Aplikasi di bidang
bisnis). Cetakan Keenam. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
[3] Hartanti & Sugiarto, Y. 1984. Dasar-Dasar Riset Operasi. Semarang :
Badan Penerbit UNDIP
[4] Winston, Wayne. L. 2003. Operation Research Aplication and
Algorithms, 4th edition. California : Duxbury Press.
[5] Buffa, Elwood S. & Sarin, Rakesh K. 1995. Modern
Production/Operation Management. New York City : John Wiley &
Sons. Inc
[6] Supranto J MA. 1996. Metode Riset, Aplikasi dalam Pemasaran.
Jakarta : LPFE-UI.
32
Lampiran 1
33
Lampiran 2
34
Lampiran 3
35
36