Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BAB XV
SISTEM PRODUKSI USAHA

Mata Pelajaran: Produk Kreatif dan Kewirausahaan


Guru Mata Pelajaran : Subandi, S.Pd.
Disusun Oleh:
1. Dillah Maulud Hauta
2. Iis Nur’Azizah
3. Salman Alfarisi
4. Sandrina Apriliani
5. Siti Nurhikmah
6. Tika Melly Nur Ajizah

SMK NEGERI 1 LEMAHABANG


Tahun Pelajaran 2023/2024
Sistem produksi usaha merupakan satu kesatuan rangkaian elemen yang
berhubungan dan saling menunjang satu sama lain Oleh karena itu, sistem
produksi merupakan kesatuan proses produksi yang saling berkaitan untuk
menghasilkan produk yang sesuai dengan standar produksi.Jenis usaha memiliki
sistem yang berbeda beda sebab produk yang dihasilkan berbeda. Akan tetapi,
jenis industri umumnya terbagi menjadi tiga, yaitu manufaktur dagang, dan
jasa.Ketiga bidang industri tersebut memiliki sistem produksi untuk menjamin
kualitas produk yang dijual Sistem produksi yang diterapkan akan menentukan
tingkatan sebuah produk sekaligus menentukan persepsi yang akan dibangun
oleh konsumen terhadap produk.

Kualitas sebuah produk dinilai dari persepsi konsumen. Konsumen


umumnya akan menganggap sebuah produk yang dapat memenuhi kebutuhan
dan keinginannya adalah produk yang berkualitas Produk yang dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen akan masuk pada tingkatan expected
product. Apabila produsen mampu memberikan barang atau jasa melebihi
ekspektasi konsumen maka produk tersebut sudah masuk dalam tingkatan
augmented product. Untuk memproduksi barang atau jasa, produsen setidaknya
harus mampu memenuhi ekspektasi konsumen terlebih dahulu Hal tersebut
dapat mempertahankan loyalitas konsumen terhadap produk.

A. Membuat Perencanaan Persediaan


Persediaan merupakan metode yang harus diterapkan untuk industri manufakur
sebab akan memengaruhi sistem produksi usaha.

1. Sistem Persediaan Sederhana


Bagan 15.1 Sistem Persediaan Sederhana

Permintaan

Input Persediaaan Output


Bagan sistem 15.1 diatas menunjukkan bahwa sistem persediaan
sederhana dipengaruhi oleh proses masukan dan keluaran. Input yang masuk
berupa material atau bahan yang masuk ke dalam sistem persediaan. Sementara
itu, output adalah rata-rata suatu material atau bahan keluar dari sistem
persediaan. Output dipengaruhi oleh permintaan atau kebutuhan terhadap
material atau bahan yang berasal dari luar perusahaan dan berada di luar kendali
perusahaan.

Apabila permintaan lebih besar dibandingkan dengan input, akan terjadi


keadaan yakni usaha kekurangan stok (out-of-stock). Kekurangan yang timbul
dapat dipenuhi dengan rush order (pemesanan mendadak), Rush order tentu
harus dilakukan kepada pemasok yang memiliki sistem dengan tingkat responsif
yang tinggi dan didukung oleh sistem yang fleksibel, yang mampu mengubah
volume dan waktu dari output yang dihasilkan.

2. Metode Persediaan Just in Time (JIT)


Metode JiT artinya memproduksi barang atau jasa dalam jumlah kecil
untuk segera digunakan. Metode JiT banyak diterapkan oleh berbagai usaha
karena tidak banyak memerlukan biaya. Pelaku usaha cukup membeli bahan
baku sebanyak jumlah produk yang dapat dijual. JiT dapat diterapkan dalam
berbagai bidang fungsional perusahaan, misalnya pembelian, produksi,
distribusi, dan administrasi.

a. JiT untuk Pembelian


Pembelian JIT merupakan sistem pengadaan barang yang
menyesuaikan dengan permintaan atau penggunaan yang dibutuhkan oleh
pemilik usaha. Sistem ini diatur agar dapat dilakukan penyerahan barang
atau jasa dengan segera. Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan
biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara sebagai
berikut.

1) Membeli pada pemasok tetap untuk mengurangi biaya yang


dikeluarkan untuk mendapatkan pemasok baru. Contohnya biaya
negosiasi, administrasi, dan perjalanan.
2) Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang
mapan.
3) Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan
mutu.
b. JiT untuk Produksi
Sama seperti JIT untuk pembelian, produksi JIT merupakan sistem
ketika jadwal proses produksi dilakukan secara tepat waktu, mutu, dan
kuantitasnya sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan
konsumen.
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Persediaan
Berikut ini faktor-faktor yang dapat memengaruhi besar kecilnya persediaan
produksi.

a. Memperkirakan Penggunaan
Untuk memenuhi kebutuhan proses produksi, penjual harus
mempersiapkan ketersediaan bahan baku terlebih dahulu. Agar waktu
pemenuhan persediaan bahan baku lebih efektif dan efisien, penjual perlu
melakukan perkiraan penggunaan bahan baku. Perkiraan yang dibuat
berdasarkan besaran jumlah bahan baku yang diperlukan untuk mencapai
target produksi.

b. Harga Bahan Baku


Harga bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor
penentu pembelian persediaan bahan Harga bahan baku merupakan dasar
penyusunan perhitungan jumlah dana yang harus disediakan untuk
membeli persediaan bahan baku.

c. Biaya-Biaya Persediaan
Penjual harus mengalokasikan biaya- biaya yang dikeluarkan
selama proses mendapatkan bahan baku. Bahan baku tentu didapatkan
bukan tanpa biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan bahan
baku sederhananya terdiri atas biaya penyimpanan.(holding cost/carrying
cost) dan pemesanan atau pembelian (ordering cost/procurement cost).

d. Pemakaian Riil
Pelaku UMKM perlu memiliki data historis mengenai kebutuhan
bahan baku dalam proses produksi yang akan dipergunakan sebagai salah
satu dasar pertimbangan pengadaan bahan baku. Data historis yang dicatat
antara lain jumlah penyerapan bahan baku selama proses produksi, serta
jumlah kapasitas bahan baku dalam memenuhi target produksi.
e. Waktu Tunggu
Waktu tunggu (lead time) adalah tenggang waktu yang diperlukan
(yang terjadi) antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan
baku. Waktu tunggu perlu diperhatikan karena sangat erat berhubungan
dengan penentuan waktu pemesanan kembali (reorder point).

f. Persediaan Pengaman (Safety Stock)


Persediaan pengaman merupakan suatu persediaan cadangan
sebagai pengaman dari kelangsungan proses produksi perusahaan.
Persediaan pengaman diperlukan karena dalam kenyataannya jumlah
bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi tidak selalu tepat
seperti yang direncanakan.

g. Pemesanan Kembali (Reorder Point)


Pemesanan kembali adalah saat atau waktu tertentu perusahaan
harus mengadakan pemesanan bahan dasar kembali, sehingga datangnya
pesanan tersebut tepat dengan habisnya bahan dasar yang dibeli.

B. Membuat Anggaran Produksi


Anggaran produksi yang dihitung sebagai elemen harga pokok produksi adalah
anggaran bahan baku, anggaran administrasi, dan anggaran pemasaran,
Simaklah uraian berikut ini!

1. Anggaran Bahan Baku


Untuk memudahkan proses produksi usaha, pelaku UMKM sebaiknya
menyusun anggaran bahan baku. Anggaran ini akan memudahkan penjual untuk
menghitung harga pokok produksi Anggaran produksi dapat disusun secara
sistematis dengan cara berikut ini.

a. Anggaran Unit Kebutuhan Bahan Baku


Anggaran unit kebutuhan bahan baku adalah anggaran untuk
merencanakan banyaknya satuan (unit) yang dibutuhkan untuk
melakukan proses produksi. Di dalamnya meliputi jenis (kualitas) bahan
baku dan tempat (departemen) pengolahan bahan baku. Selain itu, apabila
proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi harus melalui lebih
dari satu tahapan, maka rencana tentang kebutuhan bahan baku tiap
prosesnya harus diperinci. Supaya lebih jelas, simaklah contoh bentuk
anggaran unit kebutuhan bahan baku berikut ini!
Ny. Kartika memiliki usaha puding buah. Ny. Kartika menjual
puding buahnya dalam dua ukuran, yaitu wadah kecil dan besar. Berikut
ini kebutuhan bahan baku untuk membuat puding buah.

Tabel 15.2 Daftar Bahan Baku

Jenis Bahan Baku Harga Satuan (RP)


Agar-agar 4.000/bungkus
Susu kental manis 8.000/kaleng
Buah 15.000/kg
Air 1.000/lt
Gas LPG 120.000/tabung
Wadah kecil puding 100/unit
Wadah besar puding 2.000/unit

Target penjualan puding buah yang diharapkan oleh Ny. Kartika


setiap bulan adalah 1500 wadah kecil dan 300 wadah besar. Berdasarkan
target penjualnya Ny. Kartika, dibuatlah unit kebutuhan bahan baku untuk
mencapai target produksi.

Tabel 15.3 Anggaran Unit Kebutuhan Baku

Jenis Bahan Satuan Puding Kecil Puding Besar


Agar-agar Bungkus 400 300
Susu kental manis Kaleng 200 150
Buah Kilogram 20 10
Air Liter 550 150
Gas LPG Tabung
Wadah kecil puding Unit 1500
Wadah besar puding Unit 300
b. Anggaran Pembelian Bahan Baku
Anggaran pembelian bahan baku adalah anggaran untuk
merencanakan secara sistematis dan terperinci mengenai data pembelian
bahan baku guna memenuhi kebutuhan produksi. Simaklah ilustrasi
penyusunan anggaran pembelian bahan baku berikut ini.
Berdasarkan anggaran unit kebutuhan bahan baku yang telah di
tetapkan oleh Ny. Kartika, dapat di susun anggaran pembelian bahan baku
sebagai berikut.
Tabel 15.4 Anggaran Pembelian Bahan Baku

Puding Puding Harga Biaya


Jenis Bahan Satuan
Kecil Besar (RP) (RP)
Agar-agar Bungkus 400 300 4.000 2.800.000
Susu kental manis Kaleng 200 150 8.000 2.800.000
Kilogra
Buah 20 10 15.000 450.000
m
Air Liter 550 150 1.000 700.000
Gas LPG Tabung 120.000 120.000
Wadah kecil puding Unit 1500 100 150.000
Wadah besar
Unit 300 2000 600.000
puding
Total biaya pembelian bahan baku 7.620.000

c. Anggaran Biaya Bahan Baku


Anggaran biaya bahan baku adalah anggaran untuk merencanakan
secara sistematis dan terperinci tentang besarnya biaya bahan baku untuk
proses produksi. Supaya lebih jelas, simaklah ilustrasi berikut ini.

Tabel 15.5 Anggaran Biaya Bahan Baku

Keterangan Puding Kecil Puding Besar


Kebutuhan Harga Biaya Kebutu Harga Biaya
(RP) (RP) han (RP) (RP)
Agar-agar 400 4.000 1.600.000 300 4.000 1.200.000
Susu kental manis 200 8.000 1.600.000 150 8.000 1.200.000
Buah 20 15.000 300.000 10 15.000 150.000
Air 550 1.000 550.000 150 1.000 150.000
Gas LPG 120.000 1 120.000 120.000
Wadah kecil puding 1500 100 150.000
Wadah besar puding 300 2000 600.000
Jumlah 4.200.000 3.420.000

2. Anggaran Administrasi dan Pemasaran


Angaran biaya administrasi adalah rincian anggaran dari biaya-biaya yang
yang terjadi dalam ruang lingkup bagian administrasi dan pemasaran umumnya
adalah sebagai berikut.

Tabel 15.6 Alokasi Biaya Administrasi Dan Pemasaran

Administrasi Pemasaran
Perizinan usaha Transportasi
Sertifikasi gedung Iklan usaha
Sewa gedung Promosi penjualan
Pemeliharaan gedung Peralatan
Alat tulis kantor Pemeliharaan peralatan
Listrik Depresiasi peralatan

Supaya lebih jelas, mari kita simak penjelasannya melalui ilustrasi usaha
puding buah Ny. Kartika berikut ini!

a. Anggaran Administrasi
Anggaran administrasi puding buah Ny. Kartika adalah sebagai berikut.
a. Perizinan Usaha
Ny. Kartika akan mendaftarrkan usahanya ke Balai
Kesehatan di kotanya. Biaya perizinan ini adalah biaya yang di
keluarkan sepanjang proses mendapatkan izin registrasi P-IRT.
Biaya perizinan di keluarkan hanya sekali saja. Besarnya biaya
perizinan usaha adalah Rp 500.000,00.
b. Sertifikasi Usaha
Ny. Kartika hendak mendaftarkan produk puding buahnya ke
LPPOM untuk dilakukan pengujian sertifikasi kehalalan produk.
Biaya ini hanya dikeluarkan sekali saja dan baru diperbarui lima
tahun kemudian. Biaya sertifikasi halal sebesar Rp 3.500.000,00.
c. Sewa Gedung
Usaha puding buah Ny. Kartika sudah tidak lagi di lakukan
dirumahnya. Ny Kartika menyewa sebuah ruangan untuk
mengoperasikan usaha puding buah. Biaya sewa ruangnya sebesar
Rp 4.800.000,00 selama satu tahun. Dapat disimpulkan, biaya sewa
gedung yang harus di bayar Ny Kartika adalah sebesar Rp
400.000,00.
d. Pemeliharaan Gedung
Agar ruangan yang digunakan sebagai tempat operasional
produksi puding buah nyaman digunakan, Ny Kartika
membutuhkan biaya untuk memelihara gedung. Biaya
pemeliharaan gedung untuk membeli perlengkapan dan peralatan
kebersihan ruangan. Besarnya biaya pemeliharaan gedung setiap
bulan adalah Rp 100.000,00.
e. Alat Tulis Kantor
Untuk keperluan administrasi usaha seprti mencatat, menulis,
dan mengarsipkan, Ny Kartika membutuhkan alat tulis kantor.
Besarnya biaya alat tulis kantor adalah Rp 50.000,00.
f. Listrik
Ny. Kartika harus membayar listrik setiap bulan sebagai
konsekuensi dari kegiatan produksi usaha puding buahnya.
Besarnya biaya listrik yang dianggarkan oleh Ny. Kartika adalah
Rp 80.000,00.

Tabel 15.7 Anggaran Biaya Administrasi

Kebutuhan Biaya Anggaran (Rp)


Perizinan usaha 500.000,00
Sertifikasi usaha 3.500.000,00
Sewa gedung 400.000,00
Pemeliharaan gedung 100.000,00
Alat tulis kantor 50.000,00
Listrik 80.000,00
Jumlah 4.630.000,00
b. Anggaran Pemasaran

Anggaran pemasaran puding buah Ny. Kartika adalah sebagai berikut.

1) Transportasi
Ny. Kartika membutuhkan transportasi untuk mengantarkan
dagangannya ke bebera tempat berkumpulnya konsumen potensial.
Biaya transportasi yang dibutuhkan sebesar Rp200.000,00 per
bulan.
2) Iklan Usaha
Ny. Kartika juga membuat iklan usaha di berbagai media yang
dapat dijangkau oleh dan diakses oleh konsumen potensialnya.
Biaya iklan usahanya sebesar Rp150.000,00 per bulan.
3) Promosi penjualan
Untuk memperluas pasar konsumennya, Ny. Kartika juga
melakukan promosi penjualan. Cara yang dilakukan Ny. Kartika
biasanya berupa sampel, penawaran harga, dan pemberian kupon.
Blaya untuk promosi penjualan sebesar Rp200.000,00 setiap bulan.
4) Peralatan
Ny. Kartika juga memerlukan peralatan penunjang untuk
melakukan pemasaran, Peralata yang dibutuhkan Ny. Kartika
adalah gawai. Biaya yang dikeluarkan sebesar Rp1.500.000,00.
5) Pemeliharaan Peralatan
Biaya pemeliharaan peralatan tidak hanya untuk peralatan
produksi saja, tetapi juga peralatan pemasaran. Bedanya, biaya
pemeliharaan peralatan pemasaran yang dialokasi tidak sebesar
biaya pemeliharaan produksi. Biaya pemeliharaan peralatan
pemasaran yang dialokasikan Ny. Kartika sebesar Rp10.000,00.
6) Depresiasi Peralatan
Agar peralatan yang dimiliki dapat diperbarui kembali, Ny.
Kartika harus memiliki aloka untuk penyusutan peralatan. Biaya
yang dialokasikan sebesar Rp50.000,00 setiap bulan.

Tabel 15.8 Anggaran Biaya Pemasaran

Kebutuhan Biaya Anggaran (Rp)

Transportasi 200.000,00
Iklan usaha 150.000,00
Promosi penjualan 200.000,00
Peralatan 1.500.000,00
Pemeliharaan peralatan 10.000,00
Depresiasi peralaatan 50.000,00
Jumlah 2.110.000,00

3. Anggaran Persediaan
Biaya persediaan bahan baku terdiri atas biaya pembelian dan
penyimpanan bahan baku. Simaklah uraian berikut ini!

a. Biaya pembelian
Biaya pembelian merupakan biaya yang di keluarkan setiap kali
melakukan pemesanan atau pembelian bahan baku. Biaya pembelian
setiap pelaku usaha berbeda-beda, tergantung dari jenis usaha yang
diproduksinya. Biaya pembelian antara lain sebagai berikut.
1) Biaya transportasi, yaitu biaya perjalanan yang harus di tanggung
oleh pelaku UMKM untuk mendapatkan bahan baku.

2) Biaya telepon, yaitu biaya yang di keluarkan untuk kebutuhan


komunikasi dengan pihak lain.

3) Biaya administrasi, yaitu biaya yang di keluarkan untuk kebutuhan


surat-menyurat, administrasi kantor, dan sebagainya.
4) Biaya pemeriksaan, yaitu biaya yang di butuhkan untuk melakukan
pengecekan bahan baku sebelum bahan baku di terima dan di
gunakan.

b. Penyimpanan
Biaya penyimpanan (holding cost) adalah biaya yang di keluarkan
untuk keperluan menyimpan persediaan bahan baku, barang dalam proses,
ataupun barang jadi. Biaya penyimpanan terdiri atas biaya-biaya yang
bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya-biaya
penyimpanan untuk pelaku UMKM meliputi hal-hal berikut.
1) Biaya gudang, yaitu biaya yang di keluarkan untuk menyimpan
bahan baku. Biaya gudang diperlukan apabila bahan baku
membutuhkan ruangan tersendiri. Biaya gudang umumnya
termasuk biaya sewa gedung. Apabila gudang bahan baku dimiliki
sendiri oleh pelaku usaha maka biaya gudang merupakan biaya
depresi.
2) Biaya kerusakan dan penyusutan, yaitu biaya yang harus di
tanggung oleh pelaku usaha terhadap barang yang di simpan bila
mengalami kerusakan atau penyusutan volume atau berkurangnya
jumlah.
3) Biaya kadaluwarsa, biaya ini umumnya di ukur berdasarkan
besarnya penurunan nilai jual barang tersebut.
4) Biaya asuransi, yaitu biaya yang di keluarkan untuk kebutuhan
asuransi, seperti kebakaran.

C. Mengontrol Mutu dan Kualitas Produk

1. Konsep Pengendalian Mutu


Ada tiga pendekatan untuk mengendalikan mutu produksi, yaitu market-
in, quality first, dan pendekatan sains. Simaklah uraian berikut ini!

a. Market-in (Customer Oriented Action)


Pengendalian mutu berdasarkan orientasi pelanggan, adalah
produsen atau penjual membuat standar mutu sesuai dengan keinginan
pelanggan. Diperlukan kedekatan yang erat dengan pelanggan apabila
produsen ingin mengetahui standar mutu seperti yang diasumsikan
pelanggan.

b. Quality First (Customer Full Satisfaction)


Mutu atau kualitas produk merupakan prioritas tertinggi dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelanggan. Untuk meningkatkan mutu dan
kualitas produk, produsen atau penjual dapat saja meningkatkan biaya-
biaya tertentu, kemudian dibebankan kepada pelanggan.

c. Pendekatan Sains (Scientific Approach)


Perlu dilakukan pengawasan yang tepat dan juga membuat
indicator kegagalan untuk mencegah kesalahan atau kegagalan. Jika
terjadi kegagalan, periksa bukti (kegagalan, cacat, klaim, atau keluhan),
kemudian ambil tindakan dengan data yang ada.

2. Dimensi Kualitas
Ada dua jenis usaha yang akan dijelaskan standar mutunya, yaitu usaha
manufaktur dan jasa.

a. Industri Manufaktur
Menurut Russel dan Taylor (2003), dimensi kualitas pada industri
manufaktur terdiri atas berikut ini
1) Performa (performance), yaitu karakteristik operasi utama dari
produk tersebut.
2) Fitur (features), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.
3) Keandalan (reliability), yaitu ketahanan atau hasil uji dari kerusakan
atau gagal dipakai.
4) Kesesuaian (conformance), yaitu sejauh mana karakteristik desain
dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
5) Durability, berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat
terus digunakan.
6) Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah
direparasi, dan juga penanganan keluhan yang memuaskan.
7) Aesthetics, yaitu kemampuan produk dalam menarik perhatian
pancaindra konsumen.
8) Keamanan (safety), yaitu jaminan bahwa produk tersebut aman
untuk digunakan,
9) Persepsi lainnya, yaitu persepsi yang bersifat subjektif berdasarkan
merek, iklan, dan sejenisnya.

b. Industri Jasa
Sementara itu, dimensi kualitas pada industri jasa (Garvin dalam Ariani,
2002) terdiri atas berikut ini.

1) Komunikasi (communication), yaitu komunikasi atau hubungan


antara penerima jasa dengan pemberi jasa.
2) Kepercayaan (credibility), yaitu kepercayaan yang dimiliki pihak
penerima jasa terhadap pemberi jasa.
3) Keamanan (security), yaitu keamanan yang diperoleh pengguna jasa
terhadap jasa yang ditawarkan oleh pemberi jasa
4) Mengetahui pelanggan (knowing the customer), yaitu pengertian dari
pihak pemberi jasa atau pemahaman pemberi jasa terhadap keluhan
dan harapan pemakai jasa.
5) Tangibles, yaitu bahwa dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan harus dapat diukur atau dibuat standarnya.
6) Reliability, yaitu konsistensi kerja pemberi jasa dan kemampuan
pemberi jasa dalam memenuhi janji para penerima jasa.
7) Daya tanggap (responsiveness), yaitu tanggapan pemberi jasa
terhadap kebutuhan dan harapan
8) Kompetensi, yaitu kemampuan atau keterampilan pemberi jasa yang
dibutuhkan setiap orang penerima jasa. dalam perusahaan untuk
memberikan jasanya kepada penerima jasa.
9) Akses, yaitu kemudahan pemberi jasa untuk dihubungi oleh pihak
pelanggan atau penerima jasa.
10) Courtesy, yaitu kesopanan, respek, perhatian, dan kesamaan dalam
hubungan personel.

Anda mungkin juga menyukai