Anda di halaman 1dari 21

ANGGARAN BAHAN BAKU

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Penganggaran

Yang Dibina Oleh

Ibu Sulastri, S.Pd.,M.SA.

Oleh :

Tioryta Grasella Sijabat (180422623064)

Vira Zuliantika (170422620661)

Yuniar Cysearlika Sudiro (180422623146)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Oktober 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya yang
hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami
diberi kesempatan yang luar biasa yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas
penulisan makalah tentang “Anggaran Bahan Baku” yang dibina oleh Ibu Sulastri
dengan tepat waktu.

Kami juga menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Kami berharap semoga makalah tentang Anggaran Bahan Baku ini dapat
memberikan bermanfaat dan menambah pengetahuan terhadap pembaca.

Malang, 22 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahan Baku .............................................................. 2

2.2 Tujuan Penyusunan Anggaran Bahan Baku ............................... 2

2.3 Anggaran Kebutuhan Bahan Baku ............................................. 2

2.4 Anggaran Pembelian Bahan Baku .............................................. 4

2.5 Anggaran Persediaan Bahan Baku ............................................. 9

2.6 Anggaran Biaya Bahan Baku Yang Habis Digunakan ............... 13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... ........... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin banyaknya masalah menyebabkan banyak kegiatan harus
dilakukan berdasarkan perencanaan yang cermat. Anggaran salah satu
bentuk dari berbagai rencana yang mungkin disusun, meskipun tidak
setiap rencana dapat disebut sebagai anggaran. Anggaran perusahaan
mencakup berbagai kegiatan operasional yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Perusahaan sebagai salah satu unit
ekonomi perlu memiliki program yang tepat. Perusahaan sebagai lembaga
ekonomi umumnya mengejar keuntungan, dan karenannya menggunakan
kriteria efisiensi sebagai alat pengukurnya. Karena itulah perusahaan
membutuhkan alat perencana dan pengendali keuntungan. Dalam hal ini
anggaran perusahaan berfungsi sebagaimana RAPBN bagi pemerintah
dalam merencanakan dan mengendalikan program pembangunan ekonomi.

Dalam suatu perusahaan, bahan baku merupakan salah satu elemen yang
penting karena bahan baku menjadi dasar berlangsungnya suatu produksi.
Perusahaan harus selalu mempertimbangkan secara masak tentang berapa
besarnya jumlah bahan baku yang harus ada sebelum memulai suatu
kegiatan produksi. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan
pengendalian terhadap bahan baku maupun biaya yang ditimbulkan. Untuk
menjaga kelancaran produksi harus dipertimbangkan secara matang
mengenai tersediannya bahan baku agar dapat memenuhi keperluan
produksi jangka pendek maupun jangka panjang.

Dalam pengendalian bahan baku, salah satu cara yang dapat dilakukan
oleh perusahaan adalah dengan membuat anggaran pembelian bahan baku.
Bahan baku dapat dianggarkan dalam satuan (unit) uang. Anggaran
pembelian bahan baku berisi rencana kuantitas bahan baku yang harus
dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang. Ini harus
dilakukan secara hati-hati terutama dalam hal jumlah dan waktu
pembelian.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dikelompokkan
menjadi bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Bahan baku
langsung merupakan semua bahan baku yang merupakan bagian barang
jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku
langsung ini mempunyai hubungan yang erat dan sebanding dengan
dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan. Sehingga biaya bahan baku
langsung merupakan biaya variabek bagi perusahaan. Sedangkan bahan
baku tidak langsung merupakan bahan baku yang ikut berperan dalam
proses produksi, tetapi tidak secara langsung tampak pada barang jadi
yang dihasilkan. Seandainya barang jadi yang dihasilkan adalah meja dan
kursi maka kayu merupakan bahan baku langsung, sedangkan paku dan cat
merupakan bahan baku tidak langsung.
Anggaran bahan baku hanya merencanakan kebutuhan dan
penggunaan bahan baku langsung. Bahan baku tidak langsung akan
direncanakan dalam anggaran biaya overhead pabrik.

2.2 Tujuan Penyusunan Anggaran Bahan Baku


Secara ringkas tujuan penyusunan anggaran bahan baku dapat
dikatakan sebagai berikut :
a) Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku
b) Memperkirakan jumlah pembelian bahan baku yang diperlukan
c) Sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang
diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan baku
d) Sebagai dasar penyusunan product costing, yakni memperkirakan
komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan baku
dalam proses produksi
e) Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan baku

2.3 Anggaran Kebutuhan Bahan Baku


Anggaran kebutuhan baku baku disusun untuk merencanakan jumlah
fisik bahan baku langsung yang diperlukan, bukan nilainya dalam rupiah.
Secara terperinci pada anggaran ini harus dicantumkan :
- Jenis barang jadi yang dihasilkan
- Jenis bahan baku yang digunakan
- Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi
- Standar penggunaan bahan baku
- Waktu penggunaan bahan baku

2
 Standar Penggunaan Bahan (SP) adalah bilangan yang menunjukkan
berapa satuan bahan baku yang diperlukan untuk menghasilkan 1
(satu) satuan barang jadi.
Umpamanya :
Standar Penggunaan = 2, untuk barang jadi A dan bahan baku X
Artinya :
Untuk menghasilkan 1 unit barang A, diperlukan 2 unit bahan baku X
 Selain itu dicantumkan pula :
- Jumlah masing-masing jenis barang jadi
- Waktu penggunaan bahan baku (dinyatakan dalam bulan atau
kuartal)
 Sehingga secara sederhana dapat digambarkan bentuk dasar anggaran
kebutuhan bahan baku sebagai berikut :

PT SUMBER WANGI
Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Tahun 2016

Bahan Baku X Bahan Baku Y


Produksi SP Kebutuhan Produksi SP Kebutuhan
Kuartal I
Barang A
Barang B
Jumlah
Kuartal II
Barang A
Barang B
Jumlah
Kuartal III
Barang A
Barang B
Jumlah
Kuartal IV
Barang A
Barang B
Jumlah

2.3.1 Menentukan Kebutuhan Bahan Baku


Jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi dalam
satu periode waktu tertentu dapat ditentukan dengan berbagai cara,
yaitu :

3
1) Perkiraan Langsung
Cara ini mengandung banyak risiko, antara lain berupa terlalu
besar atau terlalu kecilnya perkiraan. Karena itu cara ini lebih
baik diserahkan pada pihak-pihak yang berpengalaman dalam
memproduksi barang yang sama pada waktu sebelumnya. Bagi
mereka cara ini lebih menguntungkan karena :
- Lebih mudah
- Lebih cepat
- Lebih ringkas biayanya
2) Berdasarkan Perhitungan Standar Penggunaan Bahan
Standar penggunaan dihitung dengan berbagai cara, seperti :
dengan melakukan percobaan-percobaan di laboratorium
dengan melakukan percobaan percobaan khusus di dalam
pabrik, dengan mendasarkan diri pada pemakaian nyata waktu
yang lalu yang tercatat pada bill of material, dan dengan
melihat angka penggunaan rata-rata yang ditentukan secara
statis.

2.4 Anggaran Pembelian Bahan Baku


Anggaran Pembelian bahan baku berisi rencana kuantitas bahan
baku yang harus dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang.
Ini harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam hal jumlah dan waktu
pembelian.
Apabila jumlah bahan baku yang dibeli terlalu besar akan
mengakibatkan berbagai risiko seperti : bertumpuknya bahan baku di
gudang, yang mungkin mengakibatkan penurunan kualitas, terlalu
lamanya bahan baku “menunggu” giliran diproses, atau biaya
penyimpanan yang menjadi lebih besar.
Apabila jumlah bahan baku yang dibeli terlalu sedikit juga akan
mendatangkan risiko berupa terhambatnya kelancaran proses produksi
akibat kehabisan bahan baku, serta timbulnya biaya tambahan untuk
mencari bahan baku pengganti secepatnya.

2.4.1 Faktor-Faktor Pembelian Bahan Baku


1. Jumlah bahan baku yang diperlukan untuk kegiatan
produksi.Informasi ini diperoleh dari anggaran pemakaian
bahan baku.
2. Jumlah bahan baku yang ingin disimpan oleh perusahaan
diakhir periode (persediaan bahan baku akhir).Kebijakan
manajemen akan menentukan jumlah persediaan yang ingin
disimpan di akhir periode anggaran.

4
3. Jumalah bahan baku yang tersedia di awal periode
(persediaan bahan baku awal).

2.4.2 Jumlah Pembelian yang Paling Ekonomis (Economical Order


Quantity)
Hal yang perlu selalu dipikirkan oleh perusahaan selain
besarnya kebutuhan juga besarnya (jumlah) bahan baku setiap kali
dilakukan pembelian, yang menimbulkan biaya paling rendah
tetapi tidak mengakibatkan kekurangan bahan baku. Jumlah
pembelian yang paling ekonomis ini disebut sebagai Economical
Order Quantity (EOQ). Dalam menghitung EOQ dipertimbangkan
2 jenis biaya yang bersifat variabel, yaitu :
a. Biaya Pemesanan
Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
kegiatan pemesanan bahan baku. Biaya ini berubah-ubah sesuai
dengan frekuensi pemesanan, semakin tinggi frekuensi
pemesanannya semakin tinggi pula biaya pemesanannya.
Sebaliknya biaya ini berbanding terbalik dengan jumlah
(kuantitas) bahan baku setiap kali pemesanan. Hal ini disebabkan
karena semakin besarnya jumlah setiap kali pemesanan dilakukan,
berarti frekuensi pemesanan menjadi semakin rendah.
Contohnya :
- Biaya-biaya persiapan pemesanan
- Biaya administrasi
- Biaya pengiriman pesanan
- Biaya mencocokkan pesanan yang masuk
- Biaya mempersiapkan order pembayaran

b. Biaya Penyimpanan
Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
kegiatan penyimpanan bahan baku yang telah dibeli. Biaya ini
berubah-ubah sesuai dengan jumlah bahan baku yang disimpan.
Semakin besar jumlah bahan baku setiap kali pemesanan maka
biaya penyimpanan akan semakin besar pula. Jelaslah bahwa
biaya penyimpanan mempunyai sifat yang berlawanan dengan
biaya pemesanan.
Contohnya :
- Biaya pemeliharaan
- Biaya asuransi
- Biaya perbaikan kerusakan

5
Dengan memperhatikan kedua jenis biaya diatas, maka jumlah
pembelian yang paling ekonomis dapat dihitung dengan rumus :

2𝑅.𝑆
EOQ = √
𝑃.𝐼

Di mana :

R = jumlah bahan baku yang akan dibeli dalam suatu jangka waktu
tertentu

S = biaya pemesanan

P = harga per unit bahan baku

I = biaya penyimpanan yang dinyatakan dalam persentase dari


persediaan rata-rata

Selain dengan rumus di atas, jumlah pembelian yang paling


ekonomiss dapat pula dihitung dengan rumus :

2𝑅.𝑆
EOQ = √
𝐶/𝑈𝑛𝑖𝑡

Dimana :

R = Jumlah bahan baku yang akan dibeli dalam suatu jjangka


waktu tertentu

S = Biaya pemesanan

C/Unit = Biaya penyimpanan setiap unit bahan baku

2.4.3 Waktu Pembelian Bahan Baku


Untuk menjaga kelancaran proses produksi tidak cukup hanya
ditentukan jumlah bahan baku yang dibeli. Harus ditentukan pula
kapan pemesanan bahan baku harus dilakukan agar bahan baku itu
dapat datang tepat pada waktu dibutuhkan. Bahan baku yang datang
terlambat akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses
produksi. Kadang-kadang perlu dicari bahan baku pengganti agar
proses produksi tidak terhenti. Biaya-biaya yang terpaksa dikeluarkan
karena keterlambatan datangnya bahan baku disebut STOCK OUT
COST.

6
Sebaliknya bahan baku yang datangnya terlalu awal (terlalu cepat)
akan menimbulkan masalah pula. Harus disediakan tempat
penyimpanan, dan harus ditanggung pula biaya pemeliharaan ekstra.
Biaya-biaya yang terpaksa dikeluarkan karena bahan baku datang
terlalu awal disebut EXTRA CARRYIG COST.
Karena itu dalam menentukan waktu pemesanan bahan baku perlu
diperhatikan faktor LEAD TIME. LEAD TIME adalah jangka waktu
sejak dilakukannya pemesanan sampai saat datangnya bahan baku
yang dipesan dan siap untuk digunakan dalam proses produksi.
Setelah diperhitungkan faktor lead time, maka dapat ditentukan
REORDER POINT. Reorder Point adalah saat di mana harus
dilakukan pemesan kembali bahan baku yang diperlukan.
Untuk merencanakan saat pemesanan bahan baku pada periode
mendatang, perlu diperhatikan faktor-faktor :
- Lead time yang terjadi pada pemesanan-pemesanan sebelumnya
(data historis)
- Extra carrying cost, contohnya bahan baku datangnya lebih awal
(lebih cepat) maka perusahaan harus menyediakan tempat
penyimpanan ekstra, biaya pemeliharaan ekstra, dan kemungkinan
lain yang berhubungan dengan adanya penyimpanan ekstra tersebut
- Stock out cost, contohnya bila perusahaan membeli dengan cara
biasa, harga per unit bahan baku adalah Rp50, tetapi bila membeli
dengan cara mendadak harganya Rp53, maka selisih biaya Rp3
dapat dimasukkan sebagai biaya kekurangan bahan baku
Dalam melakukan pengamatan data historis, harus dilakukan terhadap
beberapa data, untuk kemudian dihitung probabilitasnya dari total
pengamatan.

2.4.4 Bentuk Dasar Anggaran Pembelian Bahan Baku


Telah diuraikan di muka bahwa anggaran Pembelian Bahan Baku
dapat disusun apabila total kebutuhan bahan baku untuk suatu periode
telah ditentuka, dengan perhitungan sebagai berikut :

Persediaan Akhir ........................................................ xx


Kebutuhan bahan baku untuk produksi ...................... xx +
Jumlah kebutuhan ...................................................... xx
Persediaan Awal ........................................................ xx -
Pembelian bahan baku

Dalam anggaran pembelian bahan baku dicantumkan :


1. Jenis bahan baku yang digunakan dalam proses produksi
2. Jumlah yang harus dibeli

7
3. Harga per satuan bahan baku

Dengan dicantumkan harga per satuan bahan baku, maka dapat


dihitung jumlah uang yang akan dikeluarkan oleh perusahaan untuk
pembelian bahan baku. Secara sederhana, bentuk dasarnya adalah
sebagai berikut :

PT SUMBER WANGI

Anggaran Pembelian Bahan Baku

Tahun 2016

Jenis Bahan Kebutuha Persedia Jumlah Persediaa


Baku dan n Bahan an Kebutuh n Awal
Pembelian
Waktu Baku Akhir an
Untuk
Produksi
Unit Harga(Jumlah)
Bahan Baku A
-Januari
-Februari
-Maret
-Kuatal II
-Kuartal III
-Kuartal IV

Jumlah (1
Tahun)
Bahan Baku B
-Januari
-Februari
-Maret
-Kuartal II
-Kuartal III
-Kuartal IV
Jumlah (1
Tahun)
Bahan Baku C
-Januari
-Februari
-Maret
-Kuartal II
-Kuartal III
-Kuartal IV
Jumlah (1
Tahun)

8
2.5 Anggaran Persediaan Bahan Baku
Dalam penyusunan Anggaran Kebutuhan Bahan Baku dan
Anggaran Pembelian Bahan Baku di muka, tampak bahwa masalah nilai
persediaan awal dan persediaan akhir bahan baku selalu diperhitungkan.
Setiap perusahaan dapat mempunyai kebijaksanaan dalam menilai
persediaan yang berbeda. Tetapi pada dasarnya kebijaksanaan tentang
penilaian persediaan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Kebijaksanaan FIFO (First In First Out)
2. Kebijaksanaan LIFO (Last In First Out)

Dalam kebijaksanaan FIFO, bahan baku yang lebih dahulu


digunakan untuk produksi adalah bahan baku yang lebih dahulu masuk di
gudang, sehingga sering pula diterjemahkan “Pertama Masuk Pertama
Keluar”. Dengan kata lain, penilaian bahan baku di gudang nilainya
diurutkan menurut urutan waktu pembeliannya. Sebaliknya dalam
kebijaksanaan LIFO, harga bahan baku yang masuk ke gudang lebih akhir
justru dipakai untuk menentukan nilai bahan baku yang digunakan dalam
produksi, meskipun pemakaian fisik tetap diurutkan menurut urutan
pemasukannya.

Perlu ditetapkan terlebih dahulu oleh perusahaan, kebijaksanaan


mana yang dipilih. Hal ini penting dalam rangka penyusunan Anggaran
Persediaan Bahan Baku dan Anggaran Biaya Bahan Baku yang habis
digunakan, karena adanya faktor perbedaan harga dari waktu ke waktu.
Harga bahan baku mungkin berbeda dari waktu ke waktu, dan ini perlu
diperhatikan karena nilai bahan baku yang ada di dalam gudang dan
dipakai untuk produksi juga berbeda-beda dari waktu ke waktu. Karena itu
harus diperhitungkan, apakah bahan baku digunakan secara FIFO atau
LIFO.

Salah satu tujuan penyusunan Anggaran Perusahaan Bahan Baku


adalan untuk pengawasan, tingkat persediaan bahan baku di gudang yang
tidak terkontrol akan sangat membahayakan perusahaan sendiri. Dengan
mendasarkan diri pada Anggaran Persediaan Bahan Baku, maka dapat
dilihat apakah penggunaan bahan baku dan bahan baku yang tersisa
sebagai persediaan sesuai dengan rencana semula ataukah terjadi
penyimpangan.

2.5.1 Faktor-Faktor Persediaan Bahan Baku Untuk Kelancaran Proses


Produksi

Besarnya bahan baku yang harus tersedia untuk kelancaran


proses produksi tergantung pada beberapa faktor, seperti :

9
1. Volume produksi selama satu periode waktu tertentu (ini
dapat dilihat pada Anggaran Produksi), semakin besar
produksi yang dianggarkan semakin besar bahan baku yang
disediakan. Sebaliknya, semakin kecil produksi yang
dianggarkan semakin kecil juga bahan baku yang
disediakan
2. Volume bahan baku minimal, yang disebut safety stock
(persediaan besi)
3. Besarnya pembelian yang ekonomis
4. Estimasi tentang naik turunnya harga bahan baku pada
waktu-waktu mendatang, semakin tinggi harga beli bahan
baku, semakin tinggi persediaan bahan baku yang
direncanaka. Sebaliknya, semakin rendah harga bahan baku
yang dibeli, semakin rendah persediaan bahan baku yang
direncanakan
5. Biaya-biaya penyimpanan bahan baku di gudang (carrying
cost) dalam hubungan dengan biaya ekstra yang dikeluarkan
sebagai akibat kehabisan persediaan (stock out cost),
apabila biaya penyimpanan bahan baku digudang lebih kecil
dibdanding dengan biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai
akibat kehabisan persediaan, maka perlu persediaan bahan
baku yang besar. Sebaliknya bila biaya penyimpanan bahan
baku digudang lebih besar dibanding dengan biaya ekstra
yang dikeluarkan sebagai akibat kehabisan persediaan,
maka persediaan bahan baku yang direncanakan kecil.
Biaya kehabisan persediaan seperti biaya pesanan darurat,
kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan, karena
tidak terpenuhinya pesanan, kemungkinan kerugian karena
adanya stagnasi produksi
6. Tingkat kecepatan bahan baku menjadi rusak
7. Ketepatan pembuatan standar penggunaan bahan baku,
semakin tepat standar bahan baku dipakai yang dibuat,
semakin kecil persediaan bahan baku yang direncanakan.
Sebaliknya bila standar bahan baku dipakai yang dibuat
sulit untuk mendekati ketepatan, maka persediaan bahan
baku yang direncanakan akan besar
8. Ketepatan pemasok (penjual bahan baku) dalam
menyerahkan bahan baku yang dipesan, apabila pemasok
biasanya tidak tepat dalam menyerahkan bahan baku yang
dipesan, maka persediaan bahan baku yang direncanakan
jumlahnya besar. Sebaliknya bila pemasok biasanya tepat

10
dalam menyerahkan bahan baku maka bahan baku yang
direncanakan jumlahnya kecil
9. Jumlah bahan baku setiap kali pesan, bila bahan baku tiap
kali pesan jumlahnya besar, maka persediaan yang
direncanakan juga besar. Sebaliknya bila bahan baku setiap
kali pesan jumlahnya kecil, maka persediaan yang
direncanakan juga kecil. Besarnya pembelian bahan baku
tiap kali pesan untuk mendapatkan biaya pembelian
minimal dapat di tentukan dengan kuantitas pesanan
ekonomis (economical order quantity, EOQ) dan saat
pemesanan kembali (reorder point)

2.5.2 Persediaan Besi


Persediaan Besi adalah persediaan minimal bahan baku yang harus
dipertahankan untuk menjamin kelangsungan proses produksi.
Sebelumnya telah dijelaskan sedikit bahwa persediaan besi merupakan
salah satu faktor yang harus di pertimbangkan dalam menentukan saat
dilakukannya pemesanan bahan baku (Re Order Point).
Besarnya persediaan besi ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu :
1. Kebiasaan leveransir menyerahkan bahan baku yang dipesan,
apakah selalu tepat pada waktunya atau tidak. Apabila
leveransir selalu tepat waktunya menyerahkan pesanan kita
maka risiko kehabisan bahan baku relatif kecil, sehingga
persediaan besi tidak perlu terlalu besar. Sebalikya bila
leveransir biasanya terlambat menyerahkan bahan baku yang
dipesan, maka risiko kehabisan bahan baku relatif besar,
sehingga perlu adanya persediaan besi yang cukup besar pula.
2. Jumlah bahan baku yang dibeli setiap kali pemesanan. Apabila
jumlah bahan baku yang dibeli besar berarti persediaan rata-
rata di atas persediaan besi besar pula, sehingga risiko
kehabisan bahan baku relatif kecil. Dalam hal ini tidak perlu
persediaan besi yang besar, sebaliknya bila jumlah bahan baku
yang dipesan setiap kali kecil, maka persediaan rata-rata di atas
persediaan besi kecil pula, sehingga risiko kehabisan bahan
baku relatif besar. Dalam hal ini perlu persediaan besi yang
besar.
3. Dapat diperkirakan atau tidaknya kebutuhan bahan baku secara
tepat. Bagi perusahaan yang dapat memperkirakan jumlah
kebutuhan bahan baku secara tepat, maka risiko kehabisan
bahan baku kecil karena bahan baku yang dibutuhkan sudah
disediakan sepenunya. Sebaliknya bila jumlah kebutuhan baku

11
baku tidak dapat diduga secara tepat, maka risiko kehabisan
bahan baku menjadi besar, sehingga perlu persediaan besi yang
besar pula.
4. Perbandingan antara biaya penyimpanan bahan baku dan biaya
ekstra karena kehabisan bahan baku. Apabila biaya
penyimpanan tampak lebih besar daripada biaya ekstra akibat
kehabisan bahan baku, maka tidak perlu adanya persediaan besi
yang terlalu besar. Sebaliknya bila kehabisan bahan baku akan
menimbulkan biaya ekstra yang lebih besar daripada biaya
penyimpanan, maka perlu persediaan besi yang cukup besar

2.5.3 Bentuk Dasar Anggaran Persediaan Bahan Baku


Dalam Anggaran Persediaan bahan baku perlu diperinci hal-hal
sebagai berikut :
1. Jenis bahan baku yang digunakan
2. Jumlah masing-masing jenis bahan baku yang tersisa sebagai
persediaan
3. Harga per unit masing-masing jenis bahan baku
4. Nilai bahan baku yang disimpan sebagai persediaan

Secara sederhana bentuk dasar Anggaran Persediaan Bahan Baku


adalah sebagai berikut :

PT SUMBER WANGI

Anggaran Persediaan Bahan aku

Tahun 2016

Bulan/Kuartal Bahan Baku X Bahan Baku Y Jumlah


Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah (Rp)
Persediaan
Awal :
Januari
Februari
Maret
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
Persediian
Akhir Tahun

12
2.6 Anggaran Biaya Bahan Baku Yang Habis Digunakan
Tentu saja tidak semua bahan baku yang tersedia akan habis
digunakan untuk produksi. Hal ini disebabkan karena 2 hal, yaitu :
1. Perlu adanya persediaan akhir, yang akan menjadi persediaan
awal periode berikutnya
2. Perlu adanya persediaan besi agar kelangsungan produksi tidak
terganggu akibat kehabisan bahan baku

Bahan baku yang telah habis digunakan dalam proses produkssi


harus dihitung nilainya. Rencana besarnya nilai bahan baku yang habis
digunakan dalam proses produksi dituangkan dalam suatu anggaran
tersendiri disebut Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis Digunakan.

Manfaat disusunnya Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis


Digunakan antara lain yaitu :

1. Untuk keperluan Product Costing, yaitu penghitungan harga


pokok barang yang dihasilkan perusahaan
2. Untuk keperluan pengawasan penggunaan bahan baku

2.6.1 Bentuk Dasar Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis


Digunakan
Dalam anggaran ini, standar penggunaan bahan baku masih
diperhatikan, tetapi tidak dicantumkan lagi karena sudah dicantumkan
pada Anggaran Kebutuhan Bahan Baku.
Anggaran Biaya Bahan Baku yang habis digunakan perlu
memperinci hal-hal sebagai berikut :
1. Jenis bahan baku yang digunakan
2. Jumlah masing-masing jenis bahan baku yang habis digunakan
untuk produksi
3. Harga per unit masing-masing jenis bahan baku
4. Nilai masing-masing bahan baku yang habis digunakan untuk
produksi
5. Jenis barang yang dihasilkan dan menggunakanbahan baku
6. Waktu penggunaan bahan baku

Secara sederhana Anggaran ini disusun dengan bentuk dasar


sebagai berikut :

13
SUMBER WANGI

Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis Digunakan

Tahun 2016

Bahan Baku Barang A Barang B Jumlah


dan Waktu Kebutuh Harga Jumlah Kebutuh Harga Jumlah Unit Rp
an Bahan (Rp) (Rp) an Bahan (Rp) (Rp)
Baku Baku
(Unit) (Unit)
Bahan Baku
X
Januari
Februari
Maret
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
Jumlah
Bahan Baku
Y
Januari
Februari
Maret
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
Jumlah
Bahan Baku
Z
Januari
Februari
Maret
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
Jumlah

2.6.2 Fungsi Perencanaan, Koordinasi, dan Pengawasan Pada


Anggaran Bahan Baku
Seperti halnya anggaran produksi, anggaran kebutuhan bahan
baku, persediaan bahan baku dan pembelian bahan baku merupakan
alat perencanaan bagi perusahaan. Dalam anggaran-anggaran tersebut

14
secara terperinci dibuat rencana tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan penggunaan bahan baku pada waktu mendatang.
Di lain pihak Anggaran Bahan Baku berfungsi sebagai alat
pengkoordinasian kebutuhan bahan baku dengan tingkat persediaan
dan kebutuhan bahan baku. Koordinasi antara ketiga faktor ini sangat
perlu diperhatikan agar tidak menghambat kelancaran produksi. Selain
kedua fungsi di atas, tentu saja anggaran bahan baku berfungsi pula
sebagai alat pengawasan. Sebagai pelengkap fungsi pengawasan,
maka disebut Laporan pelaksana, yang menunjukkan perbandingan
antara rencana dengan realisasi daripada pembelian bahan baku.
1. Laporan Pelaksanaan
Laporan ini berguna sebagai alat untuk mengetahui
perbandingan dan penyimpangan yang terjadi. Contohnya dari
Anggaran Pembelian Bahan Baku diperoleh data tentang
pembelian bulan Januari sebagai berikut :
Unit yang dibeli 12.000
Harga per unit Rp1,20
Sedangkan realisasinya adalah sebagai berikut :
Unit yang dibeli 11.500
Harga per unit Rp1,26

Laporan Pelaksanaan

Januari 2016

Rencana Realisasi Penyimpangan


Jumlah Persentase
Unit yang dibeli 12.000 11.500 500 4,2%
Harga per unit Rp1,2 Rp1,26 Rp0,06 5%
2. L
Jumlah Rp 14.400 Rp 14.490 Rp 90 0,625
a

2. Laporan Pelaksanaan tentang Pemakaian Bahan Baku


Di sini dilihat perbandingan antara rencana dan realisasi
penggunaan bahan baku. Contohnya dari Anggaran Kebutuhan
Bahan Baku diperoleh data bulan Januari sebagai berikut :
Unit barang yang akan diprodusir 2.200
Standar Penggunaan Kebutuhan Bahan Baku 2
Harga per unit bahan baku Rp 1,2
Sedangkan realisasinya adalah sebagai berikut :

15
Unit barang yang akan diprodusir 2.000
Bahan baku yang digunakan 4.300
Harga per unit bahan baku Rp 1,26

Laporan Pelaksanaan

Januari 2016

Rencana Realisasi Penyimpangan


Jumlah Persentase
Unit produksi 2.200 2.000 200 9%
Unit bahan baku 4.400 4.300 100 2,2%
Harga bahan baku Rp 1,2 Rp 1,26 Rp 0,06 5%
Jumlah Rp 5.280 Rp 5.418 138 2,6

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anggaran Bahan Baku adalah semua anggaran yang berhubungan
dan merencanakan secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan baku
untuk proses produksi selama periode yang akan datang.
Secara ringkas tujuan penyusunan anggaran bahan baku, antara
lain, memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku, memperkirakan
jumlah pembelian bahan baku yang diperlukan, sebagai dasar untuk
memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk melaksanakan
pembelian bahan baku, sebagai dasar penyusunan biaya produksi, yakni
memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan
baku dalam proses produksi, sebagai dasar melaksanakan fungsi
pengawasan bahan baku.
Jenis-jenis anggaran bahan baku ada empat yaitu anggaran
kebutuhan bahan baku, anggaran pembelian bahan baku, anggaran
persediaan bahan baku dan anggaran biaya bahan baku yang habis
digunakan dalam produksi. (Adisaputro & Asri, 2013) (Adisaputro &
Anggarini, 2007)

17
DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, G., & Anggarini, Y. (2007). Anggaran Bisnis (Edisi Pertama).


Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Adisaputro, G., & Asri, M. (2013). Anggaran Perusahaan (Edisi Kedua).
Yogyakarta: BPFE.

18

Anda mungkin juga menyukai