MAKALAH
Penganggaran
Oleh :
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Oktober 2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya yang
hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami
diberi kesempatan yang luar biasa yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas
penulisan makalah tentang “Anggaran Bahan Baku” yang dibina oleh Ibu Sulastri
dengan tepat waktu.
Kami juga menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami berharap semoga makalah tentang Anggaran Bahan Baku ini dapat
memberikan bermanfaat dan menambah pengetahuan terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam suatu perusahaan, bahan baku merupakan salah satu elemen yang
penting karena bahan baku menjadi dasar berlangsungnya suatu produksi.
Perusahaan harus selalu mempertimbangkan secara masak tentang berapa
besarnya jumlah bahan baku yang harus ada sebelum memulai suatu
kegiatan produksi. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan
pengendalian terhadap bahan baku maupun biaya yang ditimbulkan. Untuk
menjaga kelancaran produksi harus dipertimbangkan secara matang
mengenai tersediannya bahan baku agar dapat memenuhi keperluan
produksi jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam pengendalian bahan baku, salah satu cara yang dapat dilakukan
oleh perusahaan adalah dengan membuat anggaran pembelian bahan baku.
Bahan baku dapat dianggarkan dalam satuan (unit) uang. Anggaran
pembelian bahan baku berisi rencana kuantitas bahan baku yang harus
dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang. Ini harus
dilakukan secara hati-hati terutama dalam hal jumlah dan waktu
pembelian.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Standar Penggunaan Bahan (SP) adalah bilangan yang menunjukkan
berapa satuan bahan baku yang diperlukan untuk menghasilkan 1
(satu) satuan barang jadi.
Umpamanya :
Standar Penggunaan = 2, untuk barang jadi A dan bahan baku X
Artinya :
Untuk menghasilkan 1 unit barang A, diperlukan 2 unit bahan baku X
Selain itu dicantumkan pula :
- Jumlah masing-masing jenis barang jadi
- Waktu penggunaan bahan baku (dinyatakan dalam bulan atau
kuartal)
Sehingga secara sederhana dapat digambarkan bentuk dasar anggaran
kebutuhan bahan baku sebagai berikut :
PT SUMBER WANGI
Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Tahun 2016
3
1) Perkiraan Langsung
Cara ini mengandung banyak risiko, antara lain berupa terlalu
besar atau terlalu kecilnya perkiraan. Karena itu cara ini lebih
baik diserahkan pada pihak-pihak yang berpengalaman dalam
memproduksi barang yang sama pada waktu sebelumnya. Bagi
mereka cara ini lebih menguntungkan karena :
- Lebih mudah
- Lebih cepat
- Lebih ringkas biayanya
2) Berdasarkan Perhitungan Standar Penggunaan Bahan
Standar penggunaan dihitung dengan berbagai cara, seperti :
dengan melakukan percobaan-percobaan di laboratorium
dengan melakukan percobaan percobaan khusus di dalam
pabrik, dengan mendasarkan diri pada pemakaian nyata waktu
yang lalu yang tercatat pada bill of material, dan dengan
melihat angka penggunaan rata-rata yang ditentukan secara
statis.
4
3. Jumalah bahan baku yang tersedia di awal periode
(persediaan bahan baku awal).
b. Biaya Penyimpanan
Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
kegiatan penyimpanan bahan baku yang telah dibeli. Biaya ini
berubah-ubah sesuai dengan jumlah bahan baku yang disimpan.
Semakin besar jumlah bahan baku setiap kali pemesanan maka
biaya penyimpanan akan semakin besar pula. Jelaslah bahwa
biaya penyimpanan mempunyai sifat yang berlawanan dengan
biaya pemesanan.
Contohnya :
- Biaya pemeliharaan
- Biaya asuransi
- Biaya perbaikan kerusakan
5
Dengan memperhatikan kedua jenis biaya diatas, maka jumlah
pembelian yang paling ekonomis dapat dihitung dengan rumus :
2𝑅.𝑆
EOQ = √
𝑃.𝐼
Di mana :
R = jumlah bahan baku yang akan dibeli dalam suatu jangka waktu
tertentu
S = biaya pemesanan
2𝑅.𝑆
EOQ = √
𝐶/𝑈𝑛𝑖𝑡
Dimana :
S = Biaya pemesanan
6
Sebaliknya bahan baku yang datangnya terlalu awal (terlalu cepat)
akan menimbulkan masalah pula. Harus disediakan tempat
penyimpanan, dan harus ditanggung pula biaya pemeliharaan ekstra.
Biaya-biaya yang terpaksa dikeluarkan karena bahan baku datang
terlalu awal disebut EXTRA CARRYIG COST.
Karena itu dalam menentukan waktu pemesanan bahan baku perlu
diperhatikan faktor LEAD TIME. LEAD TIME adalah jangka waktu
sejak dilakukannya pemesanan sampai saat datangnya bahan baku
yang dipesan dan siap untuk digunakan dalam proses produksi.
Setelah diperhitungkan faktor lead time, maka dapat ditentukan
REORDER POINT. Reorder Point adalah saat di mana harus
dilakukan pemesan kembali bahan baku yang diperlukan.
Untuk merencanakan saat pemesanan bahan baku pada periode
mendatang, perlu diperhatikan faktor-faktor :
- Lead time yang terjadi pada pemesanan-pemesanan sebelumnya
(data historis)
- Extra carrying cost, contohnya bahan baku datangnya lebih awal
(lebih cepat) maka perusahaan harus menyediakan tempat
penyimpanan ekstra, biaya pemeliharaan ekstra, dan kemungkinan
lain yang berhubungan dengan adanya penyimpanan ekstra tersebut
- Stock out cost, contohnya bila perusahaan membeli dengan cara
biasa, harga per unit bahan baku adalah Rp50, tetapi bila membeli
dengan cara mendadak harganya Rp53, maka selisih biaya Rp3
dapat dimasukkan sebagai biaya kekurangan bahan baku
Dalam melakukan pengamatan data historis, harus dilakukan terhadap
beberapa data, untuk kemudian dihitung probabilitasnya dari total
pengamatan.
7
3. Harga per satuan bahan baku
PT SUMBER WANGI
Tahun 2016
Jumlah (1
Tahun)
Bahan Baku B
-Januari
-Februari
-Maret
-Kuartal II
-Kuartal III
-Kuartal IV
Jumlah (1
Tahun)
Bahan Baku C
-Januari
-Februari
-Maret
-Kuartal II
-Kuartal III
-Kuartal IV
Jumlah (1
Tahun)
8
2.5 Anggaran Persediaan Bahan Baku
Dalam penyusunan Anggaran Kebutuhan Bahan Baku dan
Anggaran Pembelian Bahan Baku di muka, tampak bahwa masalah nilai
persediaan awal dan persediaan akhir bahan baku selalu diperhitungkan.
Setiap perusahaan dapat mempunyai kebijaksanaan dalam menilai
persediaan yang berbeda. Tetapi pada dasarnya kebijaksanaan tentang
penilaian persediaan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Kebijaksanaan FIFO (First In First Out)
2. Kebijaksanaan LIFO (Last In First Out)
9
1. Volume produksi selama satu periode waktu tertentu (ini
dapat dilihat pada Anggaran Produksi), semakin besar
produksi yang dianggarkan semakin besar bahan baku yang
disediakan. Sebaliknya, semakin kecil produksi yang
dianggarkan semakin kecil juga bahan baku yang
disediakan
2. Volume bahan baku minimal, yang disebut safety stock
(persediaan besi)
3. Besarnya pembelian yang ekonomis
4. Estimasi tentang naik turunnya harga bahan baku pada
waktu-waktu mendatang, semakin tinggi harga beli bahan
baku, semakin tinggi persediaan bahan baku yang
direncanaka. Sebaliknya, semakin rendah harga bahan baku
yang dibeli, semakin rendah persediaan bahan baku yang
direncanakan
5. Biaya-biaya penyimpanan bahan baku di gudang (carrying
cost) dalam hubungan dengan biaya ekstra yang dikeluarkan
sebagai akibat kehabisan persediaan (stock out cost),
apabila biaya penyimpanan bahan baku digudang lebih kecil
dibdanding dengan biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai
akibat kehabisan persediaan, maka perlu persediaan bahan
baku yang besar. Sebaliknya bila biaya penyimpanan bahan
baku digudang lebih besar dibanding dengan biaya ekstra
yang dikeluarkan sebagai akibat kehabisan persediaan,
maka persediaan bahan baku yang direncanakan kecil.
Biaya kehabisan persediaan seperti biaya pesanan darurat,
kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan, karena
tidak terpenuhinya pesanan, kemungkinan kerugian karena
adanya stagnasi produksi
6. Tingkat kecepatan bahan baku menjadi rusak
7. Ketepatan pembuatan standar penggunaan bahan baku,
semakin tepat standar bahan baku dipakai yang dibuat,
semakin kecil persediaan bahan baku yang direncanakan.
Sebaliknya bila standar bahan baku dipakai yang dibuat
sulit untuk mendekati ketepatan, maka persediaan bahan
baku yang direncanakan akan besar
8. Ketepatan pemasok (penjual bahan baku) dalam
menyerahkan bahan baku yang dipesan, apabila pemasok
biasanya tidak tepat dalam menyerahkan bahan baku yang
dipesan, maka persediaan bahan baku yang direncanakan
jumlahnya besar. Sebaliknya bila pemasok biasanya tepat
10
dalam menyerahkan bahan baku maka bahan baku yang
direncanakan jumlahnya kecil
9. Jumlah bahan baku setiap kali pesan, bila bahan baku tiap
kali pesan jumlahnya besar, maka persediaan yang
direncanakan juga besar. Sebaliknya bila bahan baku setiap
kali pesan jumlahnya kecil, maka persediaan yang
direncanakan juga kecil. Besarnya pembelian bahan baku
tiap kali pesan untuk mendapatkan biaya pembelian
minimal dapat di tentukan dengan kuantitas pesanan
ekonomis (economical order quantity, EOQ) dan saat
pemesanan kembali (reorder point)
11
baku tidak dapat diduga secara tepat, maka risiko kehabisan
bahan baku menjadi besar, sehingga perlu persediaan besi yang
besar pula.
4. Perbandingan antara biaya penyimpanan bahan baku dan biaya
ekstra karena kehabisan bahan baku. Apabila biaya
penyimpanan tampak lebih besar daripada biaya ekstra akibat
kehabisan bahan baku, maka tidak perlu adanya persediaan besi
yang terlalu besar. Sebaliknya bila kehabisan bahan baku akan
menimbulkan biaya ekstra yang lebih besar daripada biaya
penyimpanan, maka perlu persediaan besi yang cukup besar
PT SUMBER WANGI
Tahun 2016
12
2.6 Anggaran Biaya Bahan Baku Yang Habis Digunakan
Tentu saja tidak semua bahan baku yang tersedia akan habis
digunakan untuk produksi. Hal ini disebabkan karena 2 hal, yaitu :
1. Perlu adanya persediaan akhir, yang akan menjadi persediaan
awal periode berikutnya
2. Perlu adanya persediaan besi agar kelangsungan produksi tidak
terganggu akibat kehabisan bahan baku
13
SUMBER WANGI
Tahun 2016
14
secara terperinci dibuat rencana tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan penggunaan bahan baku pada waktu mendatang.
Di lain pihak Anggaran Bahan Baku berfungsi sebagai alat
pengkoordinasian kebutuhan bahan baku dengan tingkat persediaan
dan kebutuhan bahan baku. Koordinasi antara ketiga faktor ini sangat
perlu diperhatikan agar tidak menghambat kelancaran produksi. Selain
kedua fungsi di atas, tentu saja anggaran bahan baku berfungsi pula
sebagai alat pengawasan. Sebagai pelengkap fungsi pengawasan,
maka disebut Laporan pelaksana, yang menunjukkan perbandingan
antara rencana dengan realisasi daripada pembelian bahan baku.
1. Laporan Pelaksanaan
Laporan ini berguna sebagai alat untuk mengetahui
perbandingan dan penyimpangan yang terjadi. Contohnya dari
Anggaran Pembelian Bahan Baku diperoleh data tentang
pembelian bulan Januari sebagai berikut :
Unit yang dibeli 12.000
Harga per unit Rp1,20
Sedangkan realisasinya adalah sebagai berikut :
Unit yang dibeli 11.500
Harga per unit Rp1,26
Laporan Pelaksanaan
Januari 2016
15
Unit barang yang akan diprodusir 2.000
Bahan baku yang digunakan 4.300
Harga per unit bahan baku Rp 1,26
Laporan Pelaksanaan
Januari 2016
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anggaran Bahan Baku adalah semua anggaran yang berhubungan
dan merencanakan secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan baku
untuk proses produksi selama periode yang akan datang.
Secara ringkas tujuan penyusunan anggaran bahan baku, antara
lain, memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku, memperkirakan
jumlah pembelian bahan baku yang diperlukan, sebagai dasar untuk
memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk melaksanakan
pembelian bahan baku, sebagai dasar penyusunan biaya produksi, yakni
memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan
baku dalam proses produksi, sebagai dasar melaksanakan fungsi
pengawasan bahan baku.
Jenis-jenis anggaran bahan baku ada empat yaitu anggaran
kebutuhan bahan baku, anggaran pembelian bahan baku, anggaran
persediaan bahan baku dan anggaran biaya bahan baku yang habis
digunakan dalam produksi. (Adisaputro & Asri, 2013) (Adisaputro &
Anggarini, 2007)
17
DAFTAR PUSTAKA
18