Anda di halaman 1dari 10

PENDEKATAN BARU

DALAM ANGGARAN BISNIS


PADA REVOLUSI INDUSTRI
4.0
MAGMA BUMI RACHMANI NIM
17/416107/SV/13845

Universitas Gadjah Mada


Makalah Perkembangan Anggaran Bisnis Terkait Revolusi Industri 4.0

DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN.......................................................................................................................................2
2. ANGGARAN KONVENSIONAL..................................................................................................................3
3. ANGGARAN KONVENSIONAL DAN KETERBATASANNYA.........................................................................3
4. PENDEKATAN BARU DALAM ANGGARAN: ACTIVITY-BASED BUDGETING..............................................6
5. KEUNGGULAN ACTIVITY-BASED BUDGETING.........................................................................................7
6. KESIMPULAN..........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................9

1
Makalah Perkembangan Anggaran Bisnis Terkait Revolusi Industri 4.0

PENDEKATAN BARU DALAM ANGGARAN BISNIS PADA


REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Magma Bumi Rachmani

Program Studi Akuntansi, Departemen Ekonomika dan Bisnis, SV, Universitas Gadjah Mada,
Jl.Notonegoro No.1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281

ABSTRAK
Dari waktu ke waktu keadaan industri di dunia semakin berubah. Dunia industri mengalami
perkembangan yang cukup signifikan seiring dengan kemajuan teknologi. Sampai saat ini
revolusi di dunia industi sudah mengalami tiga kali perubahan besar dan sekarang
memasuki perubahan yang keempat. Negara di berbagai belahan dunia semakin giat
mempersiapkan bangsanya untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Termasuk Indonesia,
pemerintah gencar memberikan arahan pada masyarakat untuk mempersiapkan diri guna
membentuk sumber daya manusia yang dapat berkembang pada era revolusi industri 4.0
sehingga Indonesia tidak menjadi negara yang tertinggal dengan negara lainnya dalam
segala bidang. Perubahan industri ini sangat berpengaruh pada berbagai aspek di
perusahaan-perusahaan. Khususnya tentang anggaran atau perencanaan bisnis
perusahaan. Makalah ini akan membahas perkembangan anggaran bisnis perusahaan di
era revolusi industri 4.0. Melalui suatu pendekatan baru dalam penyusunan anggaran yang
bernama Anggaran Berbasis Aktivitas (Activity-Based Budgeting).
Kata kunci: perkembangan, bisnis, makalah, revolusi, industri 4.0, anggaran

1. PENDAHULUAN

Kata “revolusi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan perubahan yang cukup
mendasar dalam suatu bidang. Dalam hal ini berarti revolusi industri mengalami perubahan atau
pembaharuan dalam bidang industri khususnya manufaktur dan teknologi. Revolusi industri saat
ini memasuki perubahan yang keempat kali, dan dikenal dengan istlah revolusi industri 4.0.
Menurut presentasi menteri perindustrian Republik Indonesia, revolusi industri 4.0 mengaburkan
batasan antara lingkungan fisik, digital dan biologis. Revolusi industri pertama terjadi di Inggris
dengan penemuan alat tenun mekanis pertama pada tahun 1784 (akhir abad ke-18). Pada era ini
terjadi pengenalan fasilitas produksi mekanis menggunakan tenaga air dan uap. Revolusi industri
kedua terjadi pada awal abad ke-20 berawal dari penciptaan lini produksi pertama, rumah potong
hewan di Cincinnati, Amerika Serikat tahun 1870. Industri tersebut mengenalkan produksi masal
berdasarkan pembagian kerja. Selanjutnya revolusi industri ketiga terjadi pada awal tahun 1970
berawal dari penggunaan elektronik dan TI untuk otomatisasi produksi, dan ditandai dengan
pengontrol logika terprogram pertama (PLC) modem 084-969. Pada masa ini sedang terjadi
revolusi industri keempat yang ditandai dengan sistem cyber-physical. Terjadi perubahan pada
sektor perindustrian yang mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin
dan data waktu nyata dimana-mana. Seiring dengan revolusi industri yang terjadi membawa
pengaruh besar terhadap segala aspek industri khususnya dalam system penyusunan anggaran.
Makalah ini akan menguraikan satu pendekatan baru dalam penyusunan anggaran, yang dikenal
dengan Anggaran Berbasis Aktivitas (Activity-Based Budgeting). Pendekatan ini mulai dikenal
dengan diawali oleh popularitas pendekatan Manajemen Berbasis Aktivitas (Activity-Based
Management), sebagai satu pendekatan yang mampu menunjukkan isu strategic menyangkut
2
Makalah Perkembangan Anggaran Bisnis Terkait Revolusi Industri 4.0

keuntungan dari produk, customer, dan jasa. Activity-Based Management membantu perusahaan
untuk mendefinisikan dan memilah aktivitas yang dapat menambah nilai (value added activities)
dan aktivitas bukan penambah nilai (value) bagi customer (non-value added activities). Activity-
Based Management juga membantu perusahaan untuk memahami faktor yang menjadi pemacu
biaya (cost-driver), pengukuran performance, dan peluang untuk merekayasa proses finansial.
Dampak dari kesuksesan Activity-Based Management ini adalah banyak perusahaan yang
kemudian menginginkan diperolehnya suatu tambahan dari proses berbasis aktivitas.

2. ANGGARAN KONVENSIONAL
Sistem penyusunan anggaran konvensional mulai dikenal di Indonesia pada tahin 970-an. Sistem
anggaran ini telah digunakan di US salama lebih dari 80 tahun. Sampai dengan tahun 2000, sistem
penyusunan anggaran konvensional tersebuutsampai sekarang masih tetap berlaku di US.
Demikian juga di Indonesia, sistem tersebut masih banyak dipakai hampir semua organisasi, baik
organisasi bermotif laba maupun nirlaba. Pada sistem penyusunan anggaran konvensional ini,
anggaran disusun oleh manajemen puncak dan karyawan diperintahkan untuk melaksanakan
anggaran melalui mata rantai komando dalam struktur organisasi fungsional hierarkis. Saat ini
lingkungan bisnis di era revolusi industri 4.0 telah mengalami perubahan yang sangat radikal.
Customer sekarang memiliki kesempatan hampir tidak terbatas untuk melakukan akses ke
informasi sehingga ia dapat dengan mudah dan efektif melakukan pemilihan. Sehingga sejak tahun
2000 banyak perusahaan perusahaan di US yang memulai merasakan perlunya penyesuaian
sistem penyusunan anggaran konvensional dengan karakteristik lingkungan bisnis terkini.

3. ANGGARAN KONVENSIONAL DAN KETERBATASANNYA


Beberapa factor yang dinilai sebagai keterbatasan yang melekat pada sistem penyusunan
anggaran konvensional adalah:
1. Kurang mendukung penciptaan nilai (value added)
Anggaran konvensional dinilai kehilangan informasi yang actionable (seperti persyaratan
konsumen). Selama ini anggaran konvensional lebih berfokus pada sumberdaya yang
dikonsumsi daripada upaya menciptakan nilau (value) bagi customer, atau produk apa
yang mesti dihasilkan. Permasalahan sesungguhnya terletak pada ketiadaaninformasi
tentang factor yang menjadi pemacu biaya (cost driver). Padahal informasi ini dapat
digunakan oleh manager untuk melakukan pengurangan biaya dengan didukung
kewenangan yang dimiliki. Wewenang yang tdak disertai dengan ketersediaan informasi
untuk mengurangi biaya, tidak mampu menempatkan manager pada posisi in control
terhadap biaya. Activity-Based Budgeting menjadi kunci untuk merencanakan factor-faktor
pemacu nilai (cost driver), karena Activity-Based Budgeting yang dilengkapi feature
costing (pengkondisian biaya) mampu memberikan informasi yang benar mengenai (1)
factor apa yang memacu nilai, (2) sumber penyimpangan, dan (3) biaya.
2. Memasukkan ketidakefisienan tahun lalu kedalam anggaran tahunan
Selama ini organisasi menyusun anggaran dengan cara yang dinilai kurang efektif, latihan
dalam “dunia spreadsheet.” Praktik anggaran konvensional yang menambahkan
peningkatan beban tahun lalu sebagai dasar peramalan penghasilan (revenue) ini dinilai
kurang logis dan tidak praktis.

3
Makalah Perkembangan Anggaran Bisnis Terkait Revolusi Industri 4.0

3. Berfokus pada input bukan output


Anggaran konvensional lebih berfokus pada sumberdaya yang dikonsumsi (input) daripada
layanan yang diberikan, atau terpenuhi tidaknya kebutuhan customer (output). Secara
umum anggaran ini lebih dipersiapkan dari sisi finansial daripada sisi operasional.
4. Membutuhkan biaya persiapan yang tinggi, mengkonsumsi banyak waktu, dan melibatkan
banyak tenaga kerja
Fungsi anggaran semestinya dapat menyajikan ramalan beban secara akurat, untuk
mendukung pengambilan keputusan secara efektif dan mampu mengendalikan serta
mempekerjakan proses laporan dan pengembangansecara efektif dan mampu
mengendalikan serta mempekerjakan proses laporan dan pengembangan secara efektif.
Namun faktanya dengan system konvensional ini banyk perusahaan gagal melakukan hal
ini. Penganggaran konvensional dinilai gagal mencegah tumbuhnya struktur biaya yang
tidak bersaing.
5. Kurang memotivasi perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) terhadap proses
yang digunakan untuk melayani customer
Sistem anggaran konvensinal didesain pada organisasi yang bersifat fungsional, yakni
organisasi yang menyatukan angotanya dengan keahlian tertentu. Dengan demikian
masalah dan peluang yang dapat diselesaikan oleh fungsi biasanya hanya berkaitan
dengan bidang keahlian tertentu tersebut.
6. Lebih didominasi aspek perencanaan keuangan, bukan perencanaan aktivitas
Berfokus pada aspek perencanaan keuangan dan dimaksudkan sebagai alat pengendalian
keuangan, maka informasi yang lebih penting yang menjadi penyebab kinerja keuangn
justru terabaikan. Hal ini karena adanya anggapan bahwa penyusunan anggaran
merupakan tanggung jawab fungsi keuangan. Partisipasi dari seluruh anggota organisasi
(contoh bidang produksi) dalam penyusunan anggaran sangat diperlukan, karena di
tangan merekalah sumberdaya dikonsumsi untuk menghasilkan produk/jasa. Sistem
konvensional lebih focus untuk mengestimasi beberapa target biaya yang harus
dikeluarkan oleh bagian tertentu selama tahun anggaran, untuk mencapai target
pendapatan yang direncanakan dalam periode tersebut. Para manager tidak memiliki
gambaran yang komprehensif tentang keseluruhan aktivitas yang digunakan oleh
perusahaan untuk mewujudkan target pendapatan perusahaan.
7. Tidak menyajikan hubungan yang jelas antara strategi organisasi dengan aktivitas
karyawan
Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif dan dinamis, sistem penyusunan anggaran
haruslah mampu membangun hubungan sebab-akibat antara visi, tujuan, strategi, dengan
anggara. Hal ini karena visi organisasi dapat tercapai, apabila manajemen mewujudkan
melalui kegiatan rinci yang direncanakan sebelumnya.
8. Memerlukan waktu lama untuk menyusun anggaran
Proses penyusunan anggaran konvensional secara umum membutuhkan waktu yang
relatif lama, mencakup waktu empat sampai lima bulan. Jangka waktu yang relative lama
ini kerap mengakibatkan keengganan personel untuk melakukan perubahan anggaran,
sementara di sisi lain kondisi bisnis menuntut melakukan perubahan anggaran.

4
Makalah Perkembangan Anggaran Bisnis Terkait Revolusi Industri 4.0

9. Cenderung mengelompokkan pengeluaran (expense) kedalam fixed dan variable daripada


kapasitas yang digunakan dan tak digunakan
Dalam penyusunan anggaran seharusnya tidak terlalu berfokus pada masalah apakah
suatu biaya tergolong fixed atau variable. Focus pada kapasitas yang dapat atau tidak
dapat digunakan, dinilai lebih bermakna. Pada kapasitas yang tidak dapat digunakan,
memberi peluang personel untuk menentukan tindakan tepat. Contoh mereka dapat
mengisentidikasi cara untuk menjualnya, mengkonsolidasi, atau menyimpan untuk
pertumbuhan yang akan datang. Pemahaman kapasitas yang tidak digunakan lebih
actionable disbanding memandang biaya sebagai fixed atau variable.

PERBANDINGAN ANGGARAN KONVENSIONAL VS ACTIVITY-BASED BUDGETING


Conventional Budgeting Activity-Based Budgeting
 Berfokus pada perencanaan  Men-sinkronkan aktivitas elalui proses
sumberdaya untuk pusat biaya bisnis dan kemudian melakukan
(departemen) perbaikan
 Para manager mendasarkan pada  Mensyaratkan «permintaan
pengeluaran tahun lalu dan customer» sebagai persyaratannya
meningkatkan anggaran dengan
 Berfokus pada hasil (output) bukan
berbasis pada inflasi dan peningkatan
pada input (sumberdaya)
pendapatan (revenue)
 Berfokus beban kerja, pada apa dan
 Memasukkan ketidakefisienan tahun
bagaimana aktivitas dilakukan,
lalu kedalam anggaran tahunan
menjadikan sumberdaya sebagai
 Biasanya tidak menyoroti peluang konsekuensi dari aktivitas
pengurangn biaya atay berfokus pada
 Memberdayakan setiap orang untuk
eliminasi aktivitas dan tugas yang sia-
me-manage aktivitasnya
sia
 Berupaya pada konsistensi output dan
 Para senior manager kerap sewenang-
konsistensi performance dari aktivitas
wenang memotong initial budget
dan tugas
dengan prosentase yang tetap
 Menetapkan target aktivitas dan
 Kerap dibatasi oleh taun, meskipun
proses bisnis, dibanding sumberdaya
volume-volume beban kerja
mengalami perubahan pada beberapa
departemen
 Cenderung mengelompkkan biaya
kedalam fixed dan variable daripada
kapasitas yang digunakan dan tak
digunakan
 Menetapkan tujuan untuk
«mengurangi beban,» namun tidak
memberikan wawasan tentang
bagaimana mencapai target tersebut
 Tidak melibatkan supplier dan
5
Makalah Perkembangan Anggaran Bisnis Terkait Revolusi Industri 4.0

customer internal dan eksternal


secara formal
 Fokus pada dampak daripada akar
permasalahan (pengendalian hasil
daripada proses)
 Para manager merasa «setiap
departemen hanyalah untuk dirinya
sendiri»

4. PENDEKATAN BARU DALAM ANGGARAN: ACTIVITY-BASED BUDGETING


Activity-Based Budgeting merupakan proses perencanaan dan pengendalian dari aktivitas yang
diperkirakan untuk menghasilkan efektifitas biaya pada anggaran dan pengendalian dari aktivitas
yang diperkirakan unutk menghasilkan efektifitas biaya pada anggaran, yang sesuai dengan
ramalan beban kerja dan tujuan strategik yang ditetapkan. Hasil akhir dari Activity-Based
Budgeting adalah Anggaran Aktivits, yakni satu pernyataan kuantitatif tentang aktivitas yang
diperkirakan organisasi, yang merefleksikan peramalan manajemen tentang beban kerja dan
persyaratan-persyaratan finansial maupun non finansial, agar sesuai dengan tujuan strategik yang
telah disetujui dan perubahan yang direncanakan untuk meningkatkan performance.
Activity-Based Budgeting merupakan pendekatan baru dalam proses penyusunan anggaran.
Dalam proses penyusunan anggaran ini, strategi yang telah ditetapkan harus dapat dicerminkan
dengan perubahan aktivitas yang digunakan untuk mewujudkan sasaran strategik tersebut.
Dengan menggunakan Activity-Based Budgeting keterkaitan antara strategik dengan anggaran
menjadi lebih jelas dengan cara mencerminkan perubahan strategik ke dalam perubahan aktivitas
yang direncanakan dalam Activity-Based Budgeting.
Activity-Based Budgeting memungkinkan manajemen mengarahkan seluruh usaha anggota
organisasi ke penciptaan nilai (value creation) melalui pemuasan kebutuhan customer dan
perbaikan (improvement) berkelanjutan terhadap proses. Pendekatan baru dalam anggaran ini
berguna untuk mengatasi keterbatasan anggaran konvensional yang kurang berfokus ke customer
dan kurang memotivasi anggota organisasi untuk melakukan perbaikan pada proses yang
digunakan untuk melayani customer.
Pendekatan Activity-Based Budgeting ini dinilai lebih actionable dan mudah dipahami disbanding
anggaran konvensional yang berbasis sumberdaya. Secara formal Activity-Based Budgeting
membuat proses penyusunan anggaran lebih mudah. Activity-Based Budgeting tidak hanya
membantu manager memahami kemana sebaiknya dana dibelanjakan, namun juga membantu
manager untuk memahami pekerjaan yang diperkirakan akan dilakukan.
Activity-Based Budgeting merefleksikan aktivitas dan proses bisnis, bukan sekedar sumberdaya.
Dalam metode ini sumberdaya yang diperlukan harus bersumber dari perkiraan aktivitas, proses
bisnis, dan beban kerja. Beban kerja secara sederhana adalah sejumlah unit aktivitas yang
diperlukan. Dengan demikian anggaran seharusnya berbasis pada beban kerja yang akan datang,
sehingga dapat memenuhi:
a. Persyaratan customer
b. Strategi dan tujuan organisasi/departemen

6
Makalah Perkembangan Anggaran Bisnis Terkait Revolusi Industri 4.0

c. Perubahan produk (produk baru) dan bauran produk (product mix)


d. Perubahan dalam proses bisnis
e. Peningkatan dalam efisiensi dan efektifitas
f. Keluwesan kualitas dan tujuan cycle-time
g. Perubahan pada tingkat layanan (service)
Focus penyusunan Activity-Based Budgeting adalah menyusun rencana aktivitad yang berguna
untuk menyajikan nilai (value) bagi customer. Sehingga penyusunannya perlu menerapkan tiga
prinsip dasar Activity-Based Budgeting.
1. Activity-Based Budgeting berfokus pada pemahaman tentang aktivitas dan hubungannya
untuk mencapai tujuan strategik
2. Activity-Based Budgeting berfokus ke penciptaan nilai
3. Activity-Based Budgeting merupakan proses yang mengarahkan seluruh aktivitas
perusahaan untuk menciptakan nilai
Mindset Yang Melandasi Activity-Based Budgeting
Activithy-Based Brudgeting dilandasi oleh tiga mindset: (Mulyadi, 2007)
1. Customer Value
Mindset ini mengarahkan proses penyusunan anggaran yang menjadikan organisasi
mampu menghasilkan produk dan jasa yang menghasilkan value bagi customer melalui
berbagai value-added activity bagi customer.
2. Continuous Improvement
Mindset ini mendorong seluruh personel untuk merencanakan improvement
berkelanjutan terhadap sistem dan proses yang digunakan oleh organisasi untuk
menghasilkan value bagi customer.
3. Organizational System
Mindset ini menghasilkan aktivitas pemberdayaan karyawan dan pengembangan
organisasi tanpa batas (boundaryless organization) yang menciptakan lingkungan kerja
yang nyaman bagi personel untuk secara optimum memanfaatkan kompetensi dan
komitmen mereka.

5. KEUNGGULAN ACTIVITY-BASED BUDGETING


1. Mencapai Keunggulan Dengan Menghilangkan Pemborosan
Oleh karena biaya timbul sebagai akibat dari adanya aktivitas, maka cara efektif untuk
mengatasi pemborosan adalah dengan mengelola penyebab timbulnya biaya tersebut,
yakni aktivitas. Anggaran menjadi langkah strategik untuk melaksanakan pengurangan
biaya (cost reduction) atau pemborosan melalui perencanaan aktivitas yang
mengkonsumsi biaya. Penyusun anggaran dapat memanfarkan informasi berimpah
tentang aktivitas untuk menyusun anggaran biaya. Informasi tentang pemacu akivitas
(activity driver) dan pemacu sumberdaya (resource driver) yang berkaitan dengan setiap
aktivitas memperjelas sebab akibat antara cost object, aktivitas, dan biaya. Kejelasan
sebab akibat inlah yang menyebabkan personel mempunyai target yang jelas yang harus
7
Makalah Perkembangan Anggaran Bisnis Terkait Revolusi Industri 4.0

dicapai selama tahun anggaran. Kejelasan target, seperti target non-value-added activities
yang akan dikurangi dan dieliminasi, cost reduction target, serta target peningkatan
peughasilan (revenue enhancement target), akan meningkatkan kejelasan peran yang
disandang oleh personel sehingga kondisi seperti ini akan membangkitkan semangat
dalam diri personel di dalam mewujudkannya.
2. Mencapai Keunggulan Dengan Mengurangi Beban Kerja
Upaya memacu nilai (driving value) memerlukan cara menentukan pengurangan biaya tanpa harus
mengurangi kualitas output. Ini dapat dikejakan dengan menyesuaikan tingkat layanan atau
mengurangi unit output. Sebagai contoh organisasi dapat mengurangi jumiah skedul yang
dihasilkan untuk setiap proses closing, atau mengurangi jumlah closing seliap tahun, untuk
menghasilkan laporan keuangan.
Sama halnya dengan mengurang jumlah anggaran yang disusun setiap tahun. Sebagai gantinya,
perusahaan dapat membuat anggaran strategik setiap 5 tahun, anggaran operasi tahunan, dan
meng-update anggaran semesteran menjadi anggaran tahunan. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi waktu karyawan dan biaya yang keterlibatannya dalam proses persiapan anggaran
Untuk mengurangi waktu karyawan dan biaya yang keterlibatannya dalam proses persiapan
anggaran dan pendistribusian angaran lain. Cara lain adalah dengan mengurangi persyaratan
anggaran untuk memperbaiki (improve) proses sehingga usaha yang diperlukan untuk pen
ganggaran relatif kecil.
Kunci kesuksesan untuk mengurangi beban kerja adalah dengan memperoleh pemahaman
mendalam tentang outpul yang dinginkan customer. Tujuannya selain untuk mengetahui keinginan
customer (eksternal dan internal), juga untuk memahami kebutuhan atas output dan bagaimana
hal tersebut dapat dimanfaatkan perusahaan.

6. KESIMPULAN
Sistem penyusunan anggaran konvensional mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1970-an. Pada
saat sistem tersebut didesain, kondisi lingkungan bisnis belum memiliki karakteristik yang begitu
dinamis dan kompleks. Lingkungan bisnis sekarang telah mengalami perubahan yang sangat
radikal. Memasuki revolusi industri 4.0 customer sekarang memilki kesempatan hampir tidak
terbatas untuk melakukan akses ke informasi sehingga ia dapat dengan mudah dan efektif
melakukan pemilihan. Oleh karenanya diperlukan penyesuaian sistem penyusunan anggaran
konvensional dengan karakteristik lingkungan bisnis terkini untuk mengatasi keterbatasan-
keterbatasan tersebut dengan pendekatan penyusunan anggaran berbasis aktivitas (Activity-Based
Budgeling).
Activity-Based Budgeting merupakan proses perencanaan dan pengendalian dari aktivitas yang
diperkirakan untuk menghasilkan efektifitas biaya pada anggaran, yang sesuai dengan ramalan
beban keja dan tujuan strategik yang ditetapkan. Hasi akhir dari Activity-Based Budgeting adalah
anggaran akivitas (Activity of Budget), yakni satu pemyataan kuantitaif tentang aktivitas yang
diperkirakan organisasi, yang merefleksikan peramalan manajemen tentang beban kerja dan
persyaratan-persyaratan finansial maupun non finansial, agar sesuai dengan tujuan strategjik yang
telah disetujui dan perubahan yang direncanakan untuk meningkatkan perfomance.
Activity-Based Budgeting merupakan pendekatan baru dalam proses penyusunan anggaran. Dalam
proses penyusunan anggaran ini, strategi yang telah diterapkan harus dapat diceminkan dengan
perubahan aktivitas yang digunakan untuk mewujudkan sasaran strategik tersebut. Dengan
menggunakan Activity-Based Budgeting, keterkaitan antara strategi dengan anggaran menjadi
8
Makalah Perkembangan Anggaran Bisnis Terkait Revolusi Industri 4.0

lebih jelas dengan cara mencerminkan perubahan strategi ke dalam perubahan aktivitas yang
direncanakan dalam Activity-Based budget.
DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, Gunawan and Yunita Anggraini. Anggaran Bisnis Analisis, Perencanaan, dan Pengendalian
Laba. Vol. Pertama. Yogyakarta: UPP STIM YKPN YOGYAKARTA, 2011.
Perindustrian, Kementrian. Making Indonesia 4.0. 2018.
Prasetyo, Hoedi and Wahyudi Sutopo. "INDUSTRI 4.0: TELAAH KLASIFIKASI ASPEK DAN ARAH
PERKEMBANGAN RISET." Jurnal Teknik Industri (2018): 17-18.
Schwab, Klaus. The Fourth Industrial Revolution. Switzerland, 2016.
Taru, Andi. https://www.gamelab.id/news/41-mengenal-industri-40. 25 September 2018. 16 November 2018.

Anda mungkin juga menyukai