Anda di halaman 1dari 72

UNTUK

KALANGAN SENDIRI

MATERI KULIAH
MANAJEMEN AGRIBISNIS
(LANJUTAN)

oleh:

Ir. HENIK PRAYUGININGSIH, MP

PROGRAM STUDI AGRIBIANIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
JEMBER, 2017

0
PRAKATA

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt,


karena dengan karunia-Nya diktat kuliah MANAJEMEN AGRIBISNIS (lanjutan) ini
dapat diselesaikan. Diktat ini merupakan kelanjutan bagi mahasiswa Program
Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian , UM Jember dalam mempelajari manajemen
agribisnis. Bidang manajemen agribisnis sangat luas karena meliputi manajemen
pemasaran, produksi, keuangan dan sumberdaya manusia, oleh karenanya mata
kuliah ini diberikan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah mengenalkan dan
membahas manajemen agribisnis secara umum. Tahap ke dua merupakan kelanjutan
dengan fokus pada pengambilan keputusan berdasarkan analisis data pada
keuangan dan produksi.
Diktat ini hanyalah pedoman bagi mahasiswa untuk mengetahui point-point
yang diharapkan dapat dikuasai oleh mahasiswa, karena uraiannya sangat singkat
dan sederhana sesuai dengan ketersediaan waktu tatap muka. Mahasiswa diharap-
kan dapat melengkapi pengetahuannya dengan membaca buku-buku lain yang
lebih rinci dan luas pembahasannya
Penulis sangat menyadari bahwa diktat ini masih jauh dari sempurna untuk
menguasai manajemen agribisnis bidang keuangan dan produksi. Oleh karena itu
untuk memahami seluruh aspek manajemen agribisnis perlu ditunjang oleh buku
lain, terutama buku manajemen keuangan dan manajemen produksi. Selain itu saran
dan masukan sangat diharapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan diktat di masa
mendatang .

Jember, 20 Pebruari 2017

Penulis

[Type text] [Type text] [Type text]


DAFTAR ISI

HALAMAN
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
PRAKATA ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
I ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA ......................... 1
1.1 Arti Penting Analisis Dan Penggunaan Dana ......... ...................... 1
Langkah-Langkah Penyusunan Laporan Sumber Dan
1.2 2
Penggunaan Dana .........................................................................
II PENGENDALIAN MODAL ................................................................... 5
2.1 Pengendalian Modal ...................................................................... 5
2.2 Analisis Laporan Keuangan .......................................................... 5
2.3 Ratio Keuangan ............................................................................. 7
2.4 Analisis Break Even Point sebagai Alat Pengendalian Keuangan 10
2.5 Manfaat Analisis BEP dalam Pengendalian Keuangan.................. 12
2.6 Efek Perubahan Sales Mix terhadap BEP ...................................... 14
2.7 Pengelolaan Risiko dan Ketidakpastian ......................................... 16
III INVESTASI DALAM AKTIVA LANCAR SELAIN EFEK ............... 19
3.1 Investasi dalam Modal Kerja ........................................................ 19
3.2 Investasi dalam Inventory ............................................................. 21
3.3 Investasi dalam Piutang ................................................................ 23
3.4 Investasi dalam Kas ...................................................................... 25
IV INVESTASI DALAM AKTIVA TETAP ............................................. 31
4.1 Perputaran Investasi dalam Aktiva Tetap ...................................... 31
4.2 Nilai Waktu dari Uang .................................................................. 32
4.3 Penganggaran Investasi ................................................................. 34
4.4 Penilaian Investasi ......................................................................... 35
V PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI 39
AGRIBISNIS ...........................................................................................
5.1 Pengertian ..................................................................................... 39
5.2 Peramalan ...................................................................................... 40
5.3 Perencanaan Produksi/Operasi ....................................................... 43
5.4 Kapasitas Produksi ......................................................................... 53

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - ii


5.5 Kapasitas Produksi dan Analisis BEP ............................................ 55
5.6 Program of Evaluation and Review Tecknique ............................. 56
5.7 Pengukuran Effisiensi Kerja .......................................................... 59
5.8 Pengendalian Kualitas ................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 64

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - iii


daftar tabel

No Halaman
1.1 Elemen-Elemen Penambah dan Pengurang Dana Perusahaan ............ 3
1.2 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana.............................................. 4
2.1 Ratio Keuangan Perusahaan pada Beberapa Kriteria.......................... 7
2.2 Posisi Ratio Keuangan Perusahaan terhadap Industri Tahun 2011 – 7
2012 ....................................................................................................
2.3 Macam-Macam Ratio Keuangan......................................................... 9
2.4 Penjualan dan Biaya Usahatani Tumpangsari Jagung Kedelai ........... 14
3.1 Budget Penjualan Kredit Tri Wulan ke-3 Tahun 20xx ....................... 25
3.2 Budget Pengumpulan Piutang Tri Wulan ke-3 Tahun 20xx ............. 25
3.3 Budget Penerimaan dan Pengeluaran Operating Transaction ........... 28
3.4 Skedul Penerimaan dan Pembayaran Pinjaman beserta Bunga 29
(Rp 000) ..............................................................................................
4.1 Net Present Value ............................................................................... 37
4.2 Pay Back Period ................................................................................. 38
5.1 Perkiraan Penjualan Berdasar Data Penjualan 5 Tahun Terakhir ..... 41
5.2 Perkiraan Biaya Produksi pada Berbagai Altrenatif Lokasi ............. 44
5.3 Perhitungan Penentuan Lokasi Pabrik Berdasar Biaya ..................... 44
5.4 Hasil Pengamatan Penggunaan Bahan dalam 1 Tahun ....................... 51
5.5 Biaya Bahan Baku dan Tenaga Kerja Pada Proses Produksi Tertentu 60
5.6 Biaya dan Penggunaan per Unit Bahan Baku Dan Tenaga Kerja ...... 60
5.7 Effisiensi Penggunaan Bahan Baku ................................................... 60
5.8 Effisiensi Penggunaan Tenaga Kerja ................................................. 61

DAFTAR GAMBAR

No Halaman
4.1 Hubungan tahun penggunaan dana dan dana yang diinvestasikan 32
pada aktiva tetap .................................................................................
5.1 Proses perencanaan kegiatan produksi .............................................. 39
5.2 Grafik free hand metode forecasting ................................................. 41

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - iv


5.3 Skema macam-macam perencanaan produksi ................................... 43
5.4 Fungsi linear biaya pada berbagai alternatif lokasi ..... ....................... 44
5.5 Diagram alir dan lay out pabrik pengolahan kopi metode basah........ 46
5.6 Dagram aliran kegiatan dalam proses produksi .................................. 47
5.7 Biaya Pemesanan, penyimpanan dan biaya persediaan ..................... 48
5.8 Tingkat persediaan dan waktu EOQ.................................................... 49
5.9 Hubungan EOQ, ROP dan Safety stock .............................................. 50
5.10 Sistem perencanaan serta pengawasan [rpduksi dan persediaan ...... 53
5.11 Diagran BEP dengan rencana kapasitas tambahan ............................ 55
5.12 Diagram jaringan kerja PERT ............................................................ 56
5.13 Diagram bagan balok jadual kegiatan ( Gantt 57
Chart) .........................
5.14 Diagram waktu yang diperlukan pada jaringan kerja PERT ............. 58

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - v


I. ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA

1.1 Arti Penting Analisis Sumber dan Penggunaan Dana


Ada tiga kegiatan utama dalam manajemen keuangan, yaitu pengadaan,
penggunaan dan pengendalian modal/dana. Suatu perusahaan selalu membutuhkan
dana untuk keperluan operasional sehari-hari maupun untuk perluasan usaha.
Seringkali dana yang dimiliki tidak cukup membiayai kegiatan perusahaan, sehingga
diperlukan tambahan dana. Pada prinsipnya tambahan dana yang diperlukan
merupakan selisih antara jumlah kebutuhan dan jumlah dana yang sudah dimiliki.
Untuk mengetahui tambahan dana yang benar-benar diperlukan dan dari mana
tambahan tersebut diperoleh pengusaha dapat melakukan analisa sumber dan
penggunaan dana. Hasil analisis ini merupakan Laporan Sumber dan Penggunaan
dana. laporan sumber dan penggunaan dana adalah laporan yang menggambarkan
bagaimana/untuk apa dana digunakan dalam perusahaan dan bagaimana kebutuhan
akan dana tersebut dipenuhi. Disamping itu laporan ini juga merupakan
anggaran/rencana mengenai perubahan-perubahan dalam periode yang dianggarkan.
Laporan sumber dan penggunaan modal ini penting, tidak saja bagi
perusahaan tetapi juga bagi fihak eksternal , dengan manfaat .antara lain:
1. Bank/kreditur ; untuk menilai permintaan kredit yang diajukan dan
mengetahui bagaimana perusahaan menggunaankan dana yang dimilikinya
2. Perusahaan ; untuk mengetahui besarnya dana yang diperlukan beserta
sumbernya dan juga sebagai alat pengendali keuangan dalam hal penggunaan
dana.
Dana perusahaan mempunyai dua pengertian yaitu:
 Berarti Cash adalah persediaan kas (uang) yang dapat digunakan untuk
membiayai seluruh operasi perusahaan dan menyelesaikan kewajiban
jangka pendek
 Berarti Modal kerja yaitu dana yang benar-benar tersedia hanya untuk
penbiayaan operasi perusahaan, tidak untuk menyelesaikan kewajiban
jangka pendek. Jadi modal kerja = aktiva lancar – hutang lancar
Hingga kini para ahli belum menemukan kata sepakat dalam mendifinisikan modal.
Berbagai pengertian tentang modal dikemukan oleh para ekonom, diantaranya
adalah:
 Hasil produksi yang digunakan memproduksi lebih lanjut (definisi klasik)

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 1


 Sama dengan uang (Lutge dalam Riyanto, 1990)
 Kekuasaan menggunakan barang (J.B Clark dalam Riyanto, 1990)
 Dapat berupa modal aktif, yaitu kekayaan rumah tangga perusahaan yang
tercatat dalam kolom debet pada neraca, atau modal pasif merupakan
sumber modal aktif yang tercatat dalam kolom kredit ( Prof Bakker).
Meskipum definisi modal sangat beragam, namun para ahli sepakat dalam satu
hal bahwa modal adalah sumberdaya yang terbatas ketersediaannya dalam
perusahaan dan oleh karena itu harus dikelola dengan baik agar tujuan perusahaan
dapat dicapai secara efektif dan efisien.

1.2 Langkah-langkah Penyusunan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana


1. Menyusun laporan perubahan neraca
PT PURI
Laporan Perubahan Neraca 31 Des 20xx – 31 Des 20xx+1
31 Des 20xx 31 Des 20xx+1 Perubahan
Debit Kredit
AKTIVA
Kas Rp 600.000 Rp 700.000 100.000
Efek 700.000 500.000 0 200.000
Piutang 1.200.000 1.000.000 0 200.000
Inventory 2.200.000 2.600.000 400.000
Mesin 4.000.000 5.000.000 1.000.000
Akum. Depresiasi (400.000) (600.000) (200.00)
Bangunan 4.000.000 4.000.000
Akum. Depresiasi (600.000) (900.000) (300.000)
Tanah 2.300.000 3.700.000 1.400.000
Rp 14.000.000 Rp 16.000.000
PASIVA
Hutang dagang Rp 1.500.000 Rp 1.000.000 500.000
Hutang wesel 1.000.000 1.100.000 100.000
Bunga akrual 0 100.000 100.000
10 % obligasi 4.500.000 6.000.000 1.500.000
Modal saham 5.000.000 5.000.000 0
Surplus modal 1.000.000 1.000.000 0
Laba ditahan 1.000.000 1.800.000 800.000
Rp 14.000.000 Rp 16.000.000 Rp 2.900.000 Rp 2.900.000
2. Mengelompokkan elemen penambah (sumber pendanaan) dan pengurang
(penggunaan dana). Karena dana mempunyai 2 pengertian, maka ada sedikit
perbedaan tentang elemen penambah dan pengurang dana seperti Tabel 1.

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 2


Tabel 1. 1 Elemen-Elemen Penambah dan Pengurang Dana Perusahaan
Sumber dan Penggunaan Dana Bentuk Dana
Kas Modal Kerja
Sumber Pendanaan/elemen penambah

1. Saldo kas awal √ 600.000 √


2. Penurunan aktiva lancar selain kas √ 400.000 -
3. Penurunan aktiva tetap √ 0 √
4. Penyusutan √ 500.000 √
5. Pertambahan modal/laba ditahan √ 800.000 √
6. Pertambahan hutang jangka pendek √ 100.000 -
7. Pertambahan bunga akrual √ 100.000 -
8. Pertambahan hutang jangka panjang √ 1.500.000 √
JUMLAH 4.000.000
Penggunaan Dana

1. Saldo kas akhir √ 700.000 √


2. Penurunan hutang jangka pendek √ 500.000 -
3. Penurunan hutang jangka panjang √ 0 √
4. Pertambahan aktiva lancar selain kas √ 400.000 -
5. Pertambahan aktiva tetap √ 2.400.000 √
6. Berkurangnya modal √ 0 √
7. Pembayaran cash deviden √ 0 √
8. Kerugian √ 0 √
JUMLAH 4.000.000

Keterangan: √ berarti “ya”

3. Membuat perkiraan sumber dan penggunaan dana


Total Keperluan tambahan dana = Rp 4.000.000
Sumber dana yang ada tanpa pinjaman baru = 2.300.000
Jumlah tambahan pinjaman yang diperlukan = 1.700.000

Perkiraan pinjaman baru ini merupakan jumlah minimum karena belum


diperhitungkannya:
 biaya hidup keluarga sehari-hari
 dana cadangan untuk kejadian tak terduga sehubungan dengan makin
besarnya usaha
 angsuran pertama pinjaman baru jangka panjang pada akhir periode
 Cash deviden (pembagian laba kepada para penyerta modal secara
proporsional sesuai dengan modal yang disertakan dalam kegiatan usaha)

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 3


3. Membuat laporan Sumber dan penggunaan dana
Tabel 1.2 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Sumber dana Jumlah Penggunaan dana Jumlah

1. Saldo kas awal 600.000 1. Saldo kas akhir 700.000


2. Penjualan efek 200.000 2. Penurunan hutang j. pendek 500.000
3. Penurunan piutang 200.000 3. Pertambahan inventory 400.000
4. Penyusutan mesin 200.000 4. Pertambahan mesin 1.000.000
5. Penyusutan bangunan 300.000 5. Pertambahan tanah 2.400.000
6. Tambahan modal/laba ditahan 800.000
7. Tambahan hutang j. pendek 100.000
8. Pertambahan bunga akrual 100.000
9. Tambahan hutang j. panjang 1.500.000
JUMLAH 4.000.000 JUMLAH 4.000.000

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 4


II. PENGENDALIAN MODAL

2.1 Pengendalian Modal


Pengendalian merupakan salah satu bentuk fungsi “controlling” dalam mana-
jemen yang didefinisikan sebagai tindakan untuk mengetahui apakah suatu pekerjaan
sudah berjalan/dikerjakan sesuai dengan tujuan atau rencana yang telah dicanangkan
serta melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan bila terjadi penyimpangan.
Dalam hubungannya dengan manajemen keuangan maka pengendalian
difokus-kan pada bidang keuangan, baik dalam penentuan sumber dan jumlah modal
maupun dalam hal penggunaan modal apakah sudah sesuai dengan rencana dan
tujuan perusahaan. Agar pengendalian berjalan efektif perlu disusun program khusus
pengendalian yang pada umumnya terdiri dari 3 tindakan pokok yaitu:
1. Penentuan tujuan, standard, kriteria atau target yang hendak dicapai
Tujuan ini akan menjadi arahan bagi setiap fihak yang terkait agar bekerja
sesuai dengan rencana dan tujuan
2. Pengumpulan sistim informasi.
Sistem informasi yang dimaksud adalah cara-cara yang dapat dipertanggung-
jawabkan untuk menentukan tujuan dan menilai prestasi kerja. Contoh
informasi bidang keuangan antara lain: bermacam-macam ratio keuangan,
laporan sumber dan penggunaan modal, analisis Break even point, persyaratan
kredit, sistem penjualan kredit dll
3. Antisipasi tindakan perbaikan dan penanganan jika terjadi penyimpangan.

2.2 Analisis Laporan Keuangan


Laporan Keuangan merupakan salah satu alat pengendalian karena
memberikan informasi dan menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Bagi
fihak manajemen perusahaan, informasi ini dapat dianalisis lebih lanjut dengan
beragam cara, konsep dan alat analisa untuk kemudian diinterpretasikan, dan
ditindaklanjuti dengan suatu kegiatan (action) sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Ada tiga bentuk laporan keuangan yaitu:
1. Laporan rugi-laba (Income statement); menggambarkan hasil-hasil yang
dicapai selama satu periode tertentu
2. Laporan perubahan modal (Statement of changes in financial report);
menggambarkan perubahan modal sendiri setelah perusahaan melaksanakan
kegiatannya selama periode tertentu, disusun berdasarkan laporan rugi-laba

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 5


3. Neraca keuangan (Balance sheet); mencerminkan keseimbangan antara
aktiva (Kekayaan ) dan pasiva (hutang dan modal ) suatu perusahaan.

Contoh Laporan keuangan:

Perusahaan “Harum” PT
Laporan Rugi& Laba
Periode Tahun 2015

Hasil penjualan ………………………………………….. Rp 4.000.000,-


Harga pokok penjualan ………………………………….. 3.000.000,-
Laba bruto………………………………………. Rp 1.000.000,-
Biaya administrasi dan umum ………………………….. 570.000,-
Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) ………… Rp 430.000,-
Bunga modal …………………… Rp 30.000,-
Pajak penghasilan ……………… 160.000
Bunga modal dan pajak ………………………………… Rp 190.000,-
Laba setelah Pajak (EAT) ……………………… Rp 240.000,-

Perusahaan “Harum” PT
Laporan Perubahan Modal
Periode Tahun 2015

Saldo laba yang ditahan per Desember 20xx .………………Rp 2.920.000,-


Laba usaha sesudah bunga dan pajak …. Rp 240.000,-
Pembayaran deviden ………………….. 160.000,-
Rp 80.000,-
Sisa laba yang ditahan tahun 2015………………………… Rp 3.000.000,-

Perusahaan “Harum” PT
Neraca Keuangan
Periode Tahun 2015
AKTIVA PASIVA
Aktiva Lancar Hutang Lancar
Kas Rp 200.000,- Hutang perniagaan Rp 300.000,-
Efek 200.000,- Hutang wesel 100.000,-
Piutang 160.000,- Hutang pajak 160.000,-
Inventory 840.000,- Jumlah H.L Rp 560.000,-
Jumlah Aktiva lancar Rp 1.400.000,-

Aktiva Tetap Hutang jangka panjang


Mesin Rp 700.000,- 5% Obligasi Rp 600.000,-
Ak. Depresiasi (100.000)
Rp 600.000,- Modal
Bangunan Rp 1.000.000,- Modal sendiri Rp 1.400.000,-
Ak. Depresiasi (200.000),- Laba ditahan 440.000,-
Rp 800.000
Tanah 100.000,- Jumlah modal sendiri Rp 1.840.000,-
Intangibles 100.000,-
Jumlah A.T Rp 1.600.000,-

Jumlah Aktiva Rp 3.000.000,- Jumlah Pasiva Rp 3.000.000,-

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 6


Mengadakan interpretasi dan analisa terhadap laporan keuangan akan
sangat bermanfaat. Bagi fihak manajemen, hasil analisis dan interpretasi laporan
keuangan akan menjadi dasar pertimbangan dan informasi yang dibutuhkan dalam
hal:
a. menentukan sumber dan penggunaan modal
b. membuat anggaran/rencana kegiatan periode mendatang
c. menentukan standar/tujuan yang hendak dicapai
d. menilai kesehatan dan aktivitas perusahaan dalam rangka pengendalian
modal
e. mengevaluasi kegiatan dan aktivitas perusahaan

2. 3 Ratio Keuangan
Dalam menganalisa dan menginterpetasi laporan keuangan, fihak manajemen
memerlukan ukuran tertentu sebagai standar. Salah satu ukuran yang sering
digunakan adalah ratio. Pengertian ratio sebenarnya hanya istilah aritmatik biasa
yang menggambarkan bahwa analisa ini menggunakan metode perbandingan antara 2
macam data keuangan.
Kegunaan Ratio Keuangan sebagai Alat Pengendalian Keuangan
1. Menilai kemampuan perusahaan dalam berbagai hal sebagaimana tercantum
pada Tabel 2.3
2. Memantau perkembangan perusahaan
Tabel 2.1 Ratio keuangan perusahaan pada beberapa kriteria
Kriteria Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Likuiditas 150 % 160% 170%
Inventory turn over 3,6 X 3,7 X 3,4 X
Collection Period 85 hari 59 hari 52 hari
Rentabilitas 25% 33 % 34 %

3. Membandingkan posisi perusahaan terhadap rata-rata industri*)


Tabel 2.2 Posisi Ratio Keuangan Perusahaan Terhadap Industri Tahun
2011- 2012
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Kriteria Perush. Indust. Perush. Indust. Perush. Indust.
Likuiditas 150 % 160 % 160% 170 % 165% 170 %
Inven. T.O 3.6 X 3.5 X 3.7 X 4X 3.4 X 4X
Collec. Period 85 hari 90 hari 59 hari 85 hari 59hari 60 hari
Rentabilitas 25% 26 % 33 % 35 % 34 % 35 %

Keterangan:
*) Industri dapat mempunyai dua arti, yaitu:

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 7


1. Suatu usaha yang dikelola sedemikian rupa untuk selalu berproduksi
secara efektivitas dan effisien.
2. Sekelompok perusahaan sejenis

Dengan memantau perkembangan ratio keuangan perusahaan pada


beberapa criteria dan atau membandingkan dengan perusahaan lain atau rata-
rata industri maka dapat ditentukan sejumlah kebijakan di masa mendatang,
misalnya
a. apakah tetap mempertahankan kinerja seperti kondisi terakhir, atau
b. perlukah berbenah diri memperbaiki kekurangan dan mengejar
ketinggalan
c. Apakah mungkin meningkatkan prestasi yang sudah dicapai sekarang
4. Menentukan tujuan pada periode yang akan datang dengan membuat proyeksi
laporan keuangan di masa mendatang (pro forma financial statement). Misalnya
diproyeksikan suatu kondisi berikut:
- peningkatan likuiditas dari 120 % menjadi 150%
- penurunan collection period dari 10 bulan menjadi 8 bulan
- peningkatan inventory turn over dari 100 x per tahun menjadi 110 x per tahun
Berdasar tujuan tersebut maka perusahaan dapat memikirkan dan melakukan
tindakan tertentu untuk mencapai tujuan tersebut.
Terdapat berbagai jenis analisis ratio keuangan yang dapat dikelompokkan berdasar
kriteria tertentu, antara lain:
1. Berdasar laporan sumber data dibedakan atas:
a. Ratio Neraca, adalah ratio data yang ada pada neraca keuangan
Contoh ratio: likuiditas, solvabilitas, total debt to total capital assets dll
b. Ratio laporan rugi laba adalah ratio data yang ada pada laporan rugi laba
Contoh ratio: net operating margin, gross profit margin dll
c. Ratio antar laporan adalah ratio antara data yang berasal dari berbagai
laporan. Contoh: neraca dengan laporan rugi-laba atau antar laporan rugi
laba pada dua periode yang berlainan
2. Berdasar kemampuan perusahaan, dapat dibedakan atas (Tabel 2.3):

Tabel 2.3 : Macam-macam Ratio Keuangan

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 8


RATIO KEUANGAN METODE PERHITUNGAN INTERPRETASI
Ratio Likuiditas
a. Current ratio Aktiva lancar Besarnya aktiva lancar yang
Hutang lancar menjamin tiap Rp hutang lancar
b. Cash ratio Kas + efek Besarnya kas dan efek yang
Hutang lancar menjamin tiap Rp hutang lancar
Kas + Efek +piutang Besarnya, kas, efek dan piutang
c. Quick (acid test )ratio
Hutang lancar yang menjamin Rp1hutang lancar
d. Working capital to total asset ratio Aktiva lancar-hutang lancar Ratio modal kerja terhadap total
Jumlah aktiva aktiva
Ratio Leverage/Solvabilitas
a. Total debt to equity ratio Total hutang Total hutang yang dijamin oleh
Jumlah modal sendiri tiap Rp modal sendiri
b. Total debt to total capital assets Total hutang Total hutang yang dijamin oleh
Total Aktiva tiap Rp total aktiva
c. Long term debt to equity ratio Hutang jangka panjang Hutang j. panjang yang dijamin
Jumlah modal sendiri oleh tiap Rp modal sendiri
d. Tangible assets to debt coverage Aktiva-intangibles-htg lancar Besarnya aktiva tangible yang
Hutang jangka panjang menjamin 1rp hutang J.panjang
e. Times interest earned ratio EBIT Besarnya EBIT yang menjamin
Bunga hutang jangka panjang tiap 1 rp hutang j. panjang
Ratio Aktivitas
a. Total assets turn over Penjualan Neto Besarnya penjualan yang
Jumlah aktiva dihasilkan oleh tiap Rp aktiva
b. Receivables trun over Penjualan Kredit Banyaknya dana yang tertanam
Piutang rata-rata dalam piutang berputar dlm 1 th
c. Average coolection period Piutang rata-rata x 360 Rata-rata waktu pengumpulan
Penjualan Kredit piutang
d. Inventory turn over Harga Pokok Penjualan Banyaknya dana yang tertanam
Inventory rata-rata dlm. inventory berputar dlm 1 th
e. Average day’s inventory Inventory rata-rata x 360 Rata-rata waktu inventory berada
Harga Pokok Penjualan di gudang
f. Working capital turn over Penjualan Neto Banyaknya dana dalam modal
Aktiva lancar-Hutang lancar kerja berputar dlm 1 th
Ratio Keuntungan/Rentabilitas
a. Gross profit margin Penjualan bruto-HPP Besarnya laba bruto yang
Penjualan dihasilkan dari Rp 1 penjualan
b. Operating profit margin Laba sebelum bunga dan pajak Besarnya laba ............... yang
Penjualan Neto dihasilkan dari Rp 1 penjualan
c. Operating ratio . HPP + Biaya lain2 Besarnya biaya operasi dari setiap
Penjualan Neto Rp 1 penjualan
d. Net profit margin Keuntungan Neto setelah pajak Besarnya keuntungan .........dari
Penjualan Neto setiap Rp 1 penjualan
e. Rate of return on total assets .EBIT Besarnya EBIT dari setiap Rp 1
Jumlah Aktiva aktiva
f. Rate of return on investment (ROI) Keuntungan Neto setelah pajak Besarnya .............. dari setiap Rp
Jumlah Aktiva yang terlibat 1 aktiva yang digunakan
g. Rate of return on net worth Keuntungan Neto setelah pajak Besarnya keuntungan .........dari
Modal sendiri setiap Rp 1 modal sendiri

1. Ratio likuditas, mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka


pendeknya.

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 9


2. Ratio leverage, mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahan dibiayai dengan
hutang
3. Ratio Aktivitas, mengukur efektivitas perusahaan dalam mengerjakan
sumber dananya
4. Ratio Keuntungan, menunjukkan kemampuan perusahan dalam memberikan
hasil akhir (dalam bentuk laba dan hasil penjualan) dari kebijakannya

2.3 Analisis Break Even Point sebagai Alat Pengendalian Keuangan


Titik impas adalah titik dimana pada tingkat produksi tersebut perusahaan
menerima Revenue yang sama besar dengan jumlah biaya yang telah dikeluarkan.
Secara matematis hubungan tersebut adalah:
TR = TC
Q . P = FC + VC
Oleh karena VC merupakan variable cost yang berubah secara proporsional
dengan banyaknya produk maka persamaan di atas dapat diubah menjadi

TR = FC + Qa QP = FC +Pa

Keterangan:
TR : Total Revenue (Penerimaan total/hasil penjualan produk)
TC : Total Cost (Biaya total)
Q : Quantity (jumlah produksi)
P : Price per unit (harga jual produk per unit)
FC : Fixed Cost (Biaya tetap)
VC : Variable Cost (Biaya variabel)
a : Biaya variabel per unit
Secara grafis hubungan biaya, penerimaan dan titik impas terlihat pada Gambar 2.1
Biaya dan Penerimaan Penerimaan
margin
KeuntunganBE
BEP
P
Biaya Total

Biaya variabel

Biaya tetap

Qe Jumlah Produk
Gambar 2.1a. Diagram BEP dengan kurva biaya tetap digambarkan horizontal

Biaya dan Penerimaan Penerimaan


margin

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 10


KeuntunganBE
BEP
P Contribution
Biaya Total margin

Biaya variabel

Qe Jumlah Produk
Gambar 2.1b Diagram BEP dengan kurva biaya tetap sejajar kurva biaya variable
Keterangan:
 Pada saat produksi masih rendah hasil penjualan tentu saja rendah, lebih rendah
dari biaya produksi total yang telah dikeluarkan.
 Seiring dengan kenaikan jumlah produksi hasil penjualan juga meningkat,
demikian juga dengan biaya produksi, khususnya biaya variabel
 Pada tingkat produksi Qe tercapailah titik impas (Break Even Point) dimana hasil
penjualan = biaya produksi total
 Setelah titik impas tercapai, peningkatan produksi menyebabkan hasil penjualan
yang lebih tinggi dari biaya produksi sehingga perusahaan mulai mendapat
laba/keuntungan dari usahanya
Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis BEP merupakan
salah satu sistem informasi yang dapat digunakan untuk pengendalian keuangan
perusahaan melalui :
a. penentuan tingkat produksi yang dapat memberikan keuntungan
b. perkiraan biaya produksi menyusun anggaran biaya produksi
c. perkiraan keuntungan/kerugian yang mungkin akan diterima
Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat titik impas adalah:
1. Tingkat produksi yang menyebabkan titik impas =
FC Q = jumlah produk yang harus terjual
BEP (Q) = FC = Biaya tetap total
P–V P = harga jual/unit
V = biaya variabel per unit

2. Hasil penjualan (penerimaan ) yang menyebabkan titik impas


FC FC = Biaya tetap total
BEP (Rp) = VC = Biaya variabel total
VC S = hasil penjualan (penerimaan) bila
1- semua produk laku terjual
S

2.3 Manfaat Analisa BEP dalam Pengendalian Keuangan

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 11


Bagi fihak Manajemen analisia BEP merupakan salah satu sistem informasi
yang dapat digunakan menjalankan fungsi pengendalian keuangan dalam bentuk:
1. Berdasar harga input dan output menentukan volume penjualan dan tingkat
produksi minimal yang dihasilkan. Dengan demikian perusahaan tidak boleh
berproduksi dibawah batas tersebut karena menyebabkan kerugian.
2. Apabila batas minimal produksi yang tidak menyebabkan kerugian
diketahui maka perusahaan akan dapat merencanakan tingkat produksi yang
menguntungkan sekaligus dapat merencanakan keuntungan yang mungkin dapat
diraih, dengan menggunakan rumus berikut:
a. Tingkat produksi yang seseuai dengan perencanaan laba
FC + rencana laba
BEP (Q) =
Contrubution margin per unit

b. Hasil penjualan (penerimaan ) yang sesuai dengan perencanaan laba

FC + rencana laba
BEP (Rp) =
Contrubution margin ratio

Selisih antara harga jual dan biaya variable dikenal dengan istilah margin
kontribusi atau contribution margin. Apabila margin kontribusi dibagi dengan
hasil penjualan maka akan didapatkan contribution margin ratio.

Contoh:
Tahun ini suatu perusahaan berada pada kondisi BEP, dengan biaya tetap sebesar Rp
120.000,- dan hasil penjualan Rp 200.000. Kondisi tahun mendatang diperkirakan
lebih baik sehingga pimpinan perusahaan berani mentargetkan/merencanakan
keuntungan sebesar Rp 30.000. Berapa penjualan minimal agar target keuntungan
dapat tercapai?
Jawab:
 Pada kondisi BEP  BEP = Sales/penjualan = Biaya Total
Sales = FC + VC
VC = Sales – FC = Rp 200.000 – Rp 120.000 = Rp 80.000
Contribution margin = 1 - VC/S
= 1 - Rp 80.000/Rp200.000 = 1 – 0.4 = 0.6
 sales minimal pada tingkat keuntungan tertentu = BEP + keuntungan
FC
Karena BEP =
VC
1-
S

FC + keuntungan
 sales minimal pada keuntungan tertentu =

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 12


Contribution margin
= Rp 120.000 + Rp 30.000 = Rp 250.000
0,6
Jadi agar dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 30.000 harus dilakukan
penjualan sebesar Rp 250.000
Pembuktian:
Penjualan ………………………………… Rp 250.000,-
VC 40 % S (ingat contribution margin 60 %) Rp 100.000
FC ………………………………………….. 120.000
Total biaya ……………………………………………. Rp 220.000,-
Keuntungan ……………………………………………. Rp 30.000,-

3.
Menentukan Margin of safety.
Margin of safety diterapkan misalnya pada kasus berikut: karena sesuatu dan lain
hal, rencana penjualan tidak dapat dipenuhi devisi produksi. Sampai tingkat
berapakan penurunan dapat ditolerensi supaya perusahaan tidak merugi?

Penjualan direncanakan - penjualan BEP


Margin of safety = X 100 %
Penjualan direncanakan

Bila didapat margin of safety = 50% artinya, penurunan penjualan hingga 50 %


dari yang direncanakan menyebabkan perusahaan berada dalam kondisi BEP. Jadi
penurunan penjualan yang masih dapat ditoleransi adalah kurang dari 50 % dari
anggaran penjualan, karena bila lebih dari 50 % perusahaan akan mengalami
kerugian
Contoh:
Kondisi pasar saat ini sedang tidak menguntungkan perusahaan karena banyaknya
pesaing baru, oleh karena itu fihak manajemen memberikan toleransi kepada para
sales dengan meningkatkan margin of safety menjadi 25%. Data keuangan adalah:
1. Harga jual produk = Rp 30.000/unit
2. Biaya tetap = Rp 15.000.000,-
3. Biaya variabel total = Rp 15.000.000,- untuk produksi sebanyak 1.000 unit
4. Target keuntungan total = Rp 7.500.000,-
Tentukan:
1. Jumlah produk dan penjualan pada tingkat BEP
2. Jumlah produk dan penjualan yang sesuai dengan target keuntungan
3. Tingkat penjualan yang dapat diterima perusahaan sesuai dengan margin of
safety

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 13


2.4. Efek Perubahan Sales Mix terhadap BEP 1000 unit x Rp 30.000/unit
Sales mix adalah perimbangan sales revenue beberapa macam produk yang
dihasilkan suatu perusahaan yang memproduksi lebih dari satu macam produk.
Biasanya BEP perusahaan diasumsikan pada kondisi sales mix yang tetap, dengan
demikian apabila terjadi perubahan sales mix maka BEP secara total juga berubah .
Contoh:
Tabel 2.4 Penjualan dan Biaya Usahatani Tumpangsari Jagung Kedelai
Uraian Jagung Kedelai Total
Penjualan 20.000 unit @ Rp 10 8.000 unit @ Rp 25
Rp 200.000 Rp 200.000 Rp400.000
Rp 120.000 (60%) Rp 80.000 (40%) 200.000
VC
Rp 40.000 Rp 80.000 120.000
FC
Rp 160.000 Rp 160.000 Rp 320.000
Biaya total
Rp 40.000 Rp 40.000 Rp 80.000
π Netto

BEP pada usahatani MAJU dapat dicari sebagai berikut:


Sales mix (A : B) = Rp 200.000 : Rp 200.000 = 1 : 1
Product mix (A : B) = 20.000 : 8.000 = 2,5 : 1

BEP Totalitas (dalam Rp)

FC Rp 120.000 Rp 120.000
= = = Rp 240.000
VC Rp 200.000
1- 1- 1- ½
S Rp 400.000

 Sales mix A : B = 1:1  BEP masing-masing produk (dalam Rp dan unit)


Sales produk A = ½ X Rp 240.000 = Rp 120.000 atau = 12.000 unit
Sales Produk B = ½ X Rp 240.000 = Rp 120.000 atau = 4.800 unit
 Product mix A : B = 2.5 : 1  BEP masing-masing produk (dalam unit)
A : B = 12.000 : 4.800 = 2.5 : 1
BEP dalam multiple product tidak berarti bahwa masing-masing produk harus dalam
kondisi BEP. Dapat terjadi bahwa pada BEP total, suatu produk menderita kerugian
tapi produk lain memberikan keuntungan sehingga secara total perusahaan impas.

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 14


Perhatikan kondisi Usahatani maju bila berproduksi pada kondisi BEP
Uraian Jagung Kedelai Total
Sales 12.000 unit Rp 120.000 4.800 unit Rp 120.000 Rp 240.000
VC 60 % = 72.000 40 % = 48.000 120.000
FC 40.000 80.000 120.000
Biaya Total 112.000 128.000 Rp 240.000
Laba bersih Rp 8.000 ( Rp 8.000) 0

Bagaimana bila ada perubahan sales mix ? Perhatikan contoh berikut:

a. Bila produksi jagung bertambah 50 % sedangkan kedelai tetap, maka


diperoleh:
Uraian Jagung Kedelai Total
Sales 30.000 unit Rp 300.000 8.000 unit Rp 200.000 Rp 500.000
VC 60% 180.000 (40 %) 80.000 260.000
FC 40.000 80.000 120.000
Biaya Total 220.000 160.000 Rp 380.000
Laba bersih Rp 80.000 Rp 40.000 Rp 120.000
Rp 120.000,-
Pada sales mix = 1,5 : 1  BEP = = Rp 250.000,-
1- 26/50
b. Bila produksi kedelai meningkat 50 % sedangkan jagung tetap maka
diperoleh :
Uraian Jagung Kedelai Total
Sales 20.000 unit Rp 200.000 12.000 unit Rp 300.000 Rp 500.000
VC VC (60 %) 120.000 (40 %) 120.000 240.000
FC FC 40.000 80.000 120.000
Biaya Total Biaya Total 160.000 200.000 Rp 360.000
Laba bersih Laba Bersih Rp 40.000 Rp100.000 Rp 140.000

Rp 120.000,-
Pada sales mix = 1 : 1,5 atau 0,67 : 1  BEP = = Rp 230.769,-
1- 24/50
Tabel 2.5 Ikhtisar Keadaan Sebelum Dan Sesudah Sales Mix Dapat

Uraian Mula-mula Jagung bertambah Kedelai bertambah


a. Sales mix A:B 1:1 1.5 : 1 0.67 : 1
b. Laba bersih Rp 80.000 Rp 120.000 Rp 140.000
c. perub. Laba - 50 % 75 %
d. BEP Rp 240.000 Rp 250.000 Rp 230.000

Berdasar Tabel 2.4 maka fihak manajemen memperbanyak jumlah Kedelai karena
pertimbangan berikut: (a) keuntungan lebih besar (b) nilai BEP lebih rendah.
Kelemahan Analisa BEP

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 15


Pada beberapa kasus analisa BEP dapat dimanfaatkan, namun demikian untuk
kasus yang lain analisa ini tak dapat digunakan. Hal ini dikarenakan beberapa
kelemahan yang dimiliki analisa BEP, antara lain:
1. Hanya dapat digunakan untuk keperluan jangka waktu yang sangat pendek
2. Banyaknya asumsi-asumsi yang digunakan (sebagian besar adalah tentang tidak
adanya perubahan kondisi in put dan out put)
3. Mengabaikan opportunity cost dan nilai waktu dari uang
4. Biaya tetap, seperti depresiasi aktiva tetap, yang perhitungannya di mulai tahun-
tahun yang lalu tetap dihubungkan dengan biaya variabel yang aliran kasnya
terjadi pada tahun sekarang
5. Tetapnya proporsi variable cost terhadap penjualan , padahal dalam kenyataannya
ada kecenderungan perilaku produksi yang lebih efisien, tenaga kerja yang lebih
produktif dsb dengan semakin banyaknya jumlah yang diproduksi

2.5 Pengelolaan Risiko dan ketidakpastian


 Risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian yang dapat diperkirakan
akan terjadi, baik dalam hal besarnya kerugian, waktu terjadinya dll
 .Ketidakpastian adalah kemungkinan kerugian/keadaan yang tidak dapat
diperki-rakan sebelumnya kapan dan berapa besar kerugiannya.
Sekurang-kurangnya ada 5 penyebab utama terjadinya risiko dalam agribisnis
yaitu: (a) ketidakpastian kualitas dan kuantitas produksi (b) tingkat harga,(c)
perkembangan teknologi (d) tindakan fihak lain seperti pesaing atau Pemerintah (e)
bencana alam dan musibah lainnya.
Risiko dan ketidakpastian akan selalu ada dalam setiap kegiatan usaha,
khususnya di bidang agribisnis, karena usaha di bidang ini sangat dipengaruhi oleh
kondisi alam. Oleh karenanya kedua hal tersebut harus dikelola dengan baik dalam
arti disiapkan kebijakan khusus untuk mengantisipasinya. Risiko dan
ketidakpastian sebaiknya diantisipasi dari 2 sisi yaitu : (1) pencegahan (2) Usaha
perbaikan/pemulihan jika kerugian benar-benar terjadi. Bentuk dan tindakan
antisipasi yang dapat dilakukan antara lain:

a. Penguasaan teknologi, baik teknologi untuk mencegah ataupun tindakan


perbaikan

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 16


b. Diversifikasi usaha, sehingga apabila salah satu usaha merugi ada usaha lain
yang masih memberikan keuntungan
c. Kemitraan yang menjamin pasar/kestabilan harga dan penyediaan bahan
baku
d. Kontrak di muka, yaitu proses persetujuan pengiriman produk pada masa
mendatang dengan harga yang ditetapkan sekarang. Cara ini digunakan
untuk menjaga kemungkinan terjadinya turunnya harga jual
e. Asuransi (jaminan) keuangan, baik yang berasal dari simpanan sendiri,
pendapatan lain yang stabil maupun yang diurus oleh lembaga formal
asuransi.
Faktor-faktor yang dapat dipakai untuk menentukan untung tidaknya
menggunakan lembaga asuransi formal:
 Jumlah premi asuransi per tahun (P)
 Persediaan uang tunai yang diperlukan untuk mengatasi risiko (S)
 Tingkat kemungkinan penghasilan dari persediaan uang tunai bila digunakan
untuk usaha /opportunity Cost (b)
 Tingkat penghasilan dari persediaan uang tunai jika ditabungkan (e)
Hubungan keempat faktor tersebut dirumuskan sebagai berikut:

I = S (b – e) - P

Kriteria pengambilan keputusan


I> 0 , asuransi lebih menguntungkan, sisa persediaan uang untuk usaha *)
I= 0 tak ada bedanya menyimpan persediaan uang tunai atau ikut asuransi
I< 0 asuransi tidak menguntungkan karena preminya terlalu besar
Keterangan:
*) I = S (1 – e) - P ; bila I > 0  artinya S (b-e) > P
Premi relatif murah, sementara iklim usaha sedang menguntungkan
sehingga dapat memberikan laba yang besar, dalam kondisi ini
pengusaha dapat memperoleh manfaat ganda (a) kesempatan memperoleh
laba (b) memperoleh perlindungan keuangan dari lembaga asuransi

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 17


Contoh soal:
Sebuah usaha agribisnis memerlukan persediaan uang tunai Rp 50.000.000
untuk mengatasi risiko yang mungkin terjadi. Pemilik usaha menerima tawaran
asuransi keamanan usaha sebesar Rp 85.000.000 dengan nilai premi Rp
100.000/bulan selama 7 tahun.
 Jika pengusaha tidak memiliki persediaan untuk mengatasi risiko dan risiko
usaha sangat tinggi sebaiknya tawaran asuransi diterima, asal lembaga
asuransinya dapat dipercaya

 Jika pengusaha memiliki kemampuan finansial untuk mengatasi risiko,


apakah tawaran asuransi tetap diterima? Opportunity cost yang dimiliki dalam
kasus ini antara lain:
a. Jika ditanamkan pada usaha lain mempunai rentabilitas 5%/4 bulan
b. Jika ditabungkan berkesempatan menerima bunga sebesar Rp
0,8%/bulan

Jawab:
I = S (b – e) – P
= 50.000.000 ( 0,05 – 0,032) – 400.000
= 50.000.000 (0,018) – 400.000
=900.000 – 400.000
= 500.000
Hasil perhitungan menunjukkan hasil I > 1, artinya jika uang tunai digunakan
untuk usaha dan ditabungkan maka dapat memberikan keuntungan sebesar Rp
900.000/4 bulan, berarti masih ada dana untuk membayar premi. Pengusaha
sebaiknya menerima tawaran asuransi karena ada yang menanggung risiko usaha
dengan premi relatif murah, sedangkan dana yang dimiliki dapat digunakan untuk
memperoleh pendapatan lain.

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 18


III. INVESTASI DALAM AKTIVA LANCAR SELAIN EFEK

Investasi adalah penanaman uang atau aktiva lain ke dalam barang-barang,


yang memerlukan pengeluaran uang atau sejenisnya pada saat ini untuk dirasakan
manfaatnya beberapa periode akuntansi atau beberapa tahun dimasa mendatang.
Kebanyakan investasi diartikan sebagai penanaman modal dalam aktiva tetap, tetapi
harus diingat bahwa pada beberapa perusahaan, aktiva tetap baru dapat menghasilkan
pendapatan bila didukung oleh adanya aktiva lancar. Meskipun investasi dalam
aktiva lancar tidak sebesar aktiva tetap, namun tetap harus disediakan agar kegiatan
perusahaan dapat dilaksanakan.
Investasi, baik pada aktiva lancar maupun tetap, memerlukan sejumlah dana
sehingga juga diperlukan manajemen keuangan dalam mengelolanya, baik dalam hal
pengadaan, penggunaan dan pengendalian. Aktiva lancar yang diperlukan oleh
aktiva tetap agar dapat menghasilkan pendapatan adalah : modal kerja, kas,
inventory, piutang. Sedangkan efek secara mandiri dapat memberikan penghasilan
berupa penghasilan lain-lain pada perusahaan.

3.1 Investasi dalam Modal Kerja


Modal kerja adalah dana yang diperlukan perusahaan untuk membiayai
kegiatan operasional sehari-hari seperti: persekot pembelian bahan mentah,
pembelian barang dagangan, membayar gaji dan sebagainya. Dana yang telah
dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali lagi dalam bentuk penjualan produk
atau jasa dan selanjutnya dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi periode
selanjutnya. Dalam praktek, modal kerja ternyata mempunyai beberapa konsep,
yaitu:
1. Modal kerja konsep kuantitatif adalah modal kerja yang merupakan
jumlah keseluruhan aktiva lancar
2. Modal keja konsep kualitatif adalah modal kerja yang benar-benar
dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, merupakan selisih
antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
3. Modal kerja konsep fungsional adalah modal kerja yang berfungsi
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, baik pada periode dikeluarkannya
modal kerja maupun pada periode yang akan datang, melalui kegiatan utama
perusahaan

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 19


4. Modal kerja potensial adalah modal kerja yang berpotensi
memberikan keuntungan pada perusahaan melalui kegiatan sampingan.

Depresiasi + Kas
Modal Kerja Inventory
Harga Pokok - Hutang Lancar
Piutang
Keuntungan
MK. Fungsional Efek
Bunga/Deviden

MK. Konsep Kuantitatif

MK. Konsep Potensial MK. Konsep Kualitatif

Gambar 3.1. Diagram Berbagai Konsep Modal Kerja

Penentuan Besarnya Investasi dalam Modal Kerja


Modal kerja yang diperlukan perusahaan untuk menjaga keberlanjutan usaha
ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Perputaran Modal Kerja, yaitu waktu yang diperlukan untuk merubah
kas/dana yang diinvetasikan dalam modal kerja berubah kembali dalam
bentuk kas. Semakin lama perputaran semakin banyak modal kerja yang
diperlukan. Kas yang diinvestsaikan dalam modal kerja akan berubah
menjadi kas kembali dengan tahapan sebagai berikut:

Kas 1 Upah TK Barang/jasa Piutang Kas 2

Material Proses produksi Barang Penjualan dan Penerimaan uang

b. Tingkat Perputaran Modal Kerja (Current Asset Turn Over), yaitu satuan yang
menunjukkan berapa kali modal kerja berputar dalam satu tahun/periode
Hasil Penjualan dlm 1 tahun
CATO =
Jumlah Aktiva lancar

Semakin besar nilai CATO  semakin cepat modal kerja berputar  semakin
sedikit waktu perputaran modal kerja  semakin sedikit keperluan dana yang
diinvestasikan dalam modal kerja

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 20


Contoh Soal:
Perusahaan Wisantoko (bekerja 25 hari/ bulan) memproduksi barang X sebanyak
20 unit/hari. Hitung keperluan modal kerja bila biaya yang dibebankan/unit adalah:
Bahan mentah A Rp 100,- dan bahan mentah B Rp 25,-
a. TK langsung Rp 75,-, gaji pimpinan Rp 25.000,- dan administrasi Rp
12.500/bulan
b. Persediaan kas besi untuk pengeluaran tak terduga Rp 25.000

Jawab:
a. Waktu terikatnya dana :
Pada bahan A = persekot bahan + proses produksi + barang jadi + pihutang
5 hari + 3 hari + 2 hari + 5 hari = 15 hr

Pada bahan B = proses produksi + barang jadi + pihutang


3 hari + 2 hari + 5 hari = 10 hr

b. Dana yang harus diinvestasikan:


- Biaya bahan mentah A = 20 unit X 15 hari X Rp 100 = Rp 30.000
- Biaya bahan mentah B = 20 unit X 10 hari X Rp 25 = Rp 5.000
- TK langsung = 20 unit X 10 hari X Rp 75 = Rp 15.000
- Adm dan gaji pimpinan /bulan = Rp 12.500 + Rp 25 000
= Rp 37.500  biaya/hari = Rp 37.500 : 25 = Rp 1.500
Dana yang diperlukan utk 1 periode perputaran = 10 X Rp 1.500= 15.000
- Persediaan kas minimal 25.000
c. Jumlah Modal Kerja yang diperlukan Rp 90.000

3.2 Investasi dalam Inventory


Inventory atau persediaan mempunyai tiga macam bentuk, yaitu : (a) Bahan
mentah/ bahan baku dan bahan pembantu lainnya (b) Barang dalam proses (barang ½
jadi) dan (c) Barang jadi. Jumlah persediaan di dalam gudang dipengaruhi beberapa
faktor antara lain:
a. Volume minimal yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko kekurangan
persediaan
b. Safety stock, yaitu persediaan minimal yang harus ada untuk menjaga
kelancaran usaha. Safety stock harus dipertahankan, dan menjadi bahan
pertimbangan dalam melakukan pemesanan ulang (Reorder point), sehingga
kedatangan pesanan tepat pada saat persediaan berada pada titik safety stock

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 21


c. Rencanan produksi dan rencana penjualan
d. Estimasi fluktuasi harga dan peraturan /perundangan tentang persediaan
e. Kemudahan memperoleh inventory
f. Risiko dan Biaya penyimpanan (yang terdiri atas biaya tetap dan variabel)
g. Tingkat kecepatan persediaan menjadi rusak
Keputusan untuk menanamkan aktiva lancar pada persediaan akan
menimbulkan konsekuensi lain yaitu adanya biaya persediaan, terdiri atas:
1. Berbagai macam biaya penyimpanan seperti: fasilitas penyimpanan,
opportunity cost of capital, keusangan, penghitungan fisik, asuransi, pajak,
keamanan dll
2. Biaya pemesanan; berupa biaya administrasi, uang muka dll
3. Biaya penyiapan apabila perusahaan memproduksi sendiri persediaan

Penentuan Besarnya Investasi dalam Inventory Barang Jadi


Besarnya investasi yang diperlukan dalam Inventory ditentukan waktu
perputaran Inventory per periode waktu tertentu. Semakin sedikit waktu perputaran,
semakin sering Inventory berputar berarti semakin sedikit investasi yang diperlukan.
Angka yang menunjukkan berapa kali dalam 1 tahun inventory berputar dikenal
sebagai Inventory Turn Over.

Hasil Penjualan dalam 1 th Harga Pokok Pernjualan dlm 1 th


ITO = atau
Harga pokok persediaan rata-2/ th Harga pokok persediaan rata-2/th

Rumus tentang persediaan berlaku, baik pada persediaan Bahan mentah/


pembantu, Barang dalam proses (barang ½ jadi) maupun pada Barang jadi. Rata-rata
persediaan ditentukan berdasar:
 Pengalaman
 (Persediaan awal tahun + persediaan akhir tahun) : 2
Manfaat mengetahui ITO adalah untuk menentukan :
 Lamanya inventory tersimpan dalam gudang sebelum digunakan atau
terjual
 Jumlah dana yang diperlukan untuk investasi dalam inventory

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 22


Contoh:
Persediaan awal …………………………………. Rp 20.000
Pembelian selama 1 tahun ………………………… 380.000 +
Persediaan untuk dijual 400.000
Persediaan akhir ………………………………… 40.000 -
Harga pokok penjualan 360.000
Pertanyaan
a. Tentukan dana yang perlu dinvestasikan dalam Inventory
b. Jika HPP berkurang 16,66 %, tentukan investasi untuk Inventory yang diperlukan
Jawab:
a. Rata-rata persediaan = Rp (20.000 + 40.000) : 2 = Rp 30.000
ITO = Rp 360.000 : Rp 30.000 = 12 X
Rerata lamanya inventory di simpan dalam gudang 360 hari : 12 = 30 hari
Dana yang perlu diinvestasikan dalam inventory = 30 x rerata inventory / hari
= 30 x Rp 30.000 = Rp 900.000

b. ITO yang baru = Rp 300.000 : Rp 30.000 = 10X


Rerata lamanya inventory di simpan dalam gudang 360 hari : 10 = 36 hari
Dana yang perlu diinvestasikan dalam inventory = 36 x rerata inventory / hari
= 36 x Rp 30.000 = Rp 1.080.000

Persediaan bahan baku akan dibahas pada perencanaan dan pengendalian produksi.

3.3 Investasi dalam Piutang


Kebijakan piutang diberlakukan dengan tujuan meningkatkan penjualan
namun di sisi lain berhadapan dengan risiko tidak terbayarnya piutang. Untuk
memperkecil risiko tertunda atau tidak terkumpulnya piutang dapat dilakukan
langkah berikut:
1. Seleksi debitur dengan pedoman 5 C
a. Character (sifat) debitur,
b. Capasity (kemampuan membayar) debitur,
c. Capital (modal/kekayaan) debitur,
d. Colleteral (jaminan keamanan kredit) dan
e. Conditions (kondisi) yang mempengaruhi debitur memenuhi
kewajibannya.
2. Pengklasifikasian terhadap debitur berdasar risiko pembayaran piutang
3. Penentuan besarnya risiko dan tambahan keuntungan yang kemungkinan
diterima

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 23


Contoh:
Hasil tambahan penjualan kredit ………………… Rp 100.000
Risiko tidak terkumpulnya piutang 10 % .……….. 10.000 -
Hasil penjualan yang dapat diharapkan .………… 90.000
Tambahan biaya karena penjualan kredit ………… 50.000 -
Tambahan keuntungan ………………………… Rp 40.000

Penentuan Besarnya Investasi dalam Piutang


Besarnya investasi dalam piutang ditentukan oleh Tingkat Perputaran
Piutang Receivables Turnover (RT). Semakin besar nilai RT  semakin cepat
perputaran semakin kecil modal terikat pada piutang . Nilai RT ditentukan
dengan rumus
Penjualan kredit per th.
Receiveables Turnover (RT) = = a kali dalam 1 tahun,
Piutang rata-rata per th.
Waktu (hari) yang diperlukan untuk pengumpulan piutang = 360 : Receiv. Turnover

Apabila rata-rata hari pengumpulan piutang selalu lebih besar dari pada waktu
yang ditetapkan perusahaan sebagai syarat pengumpulan piutang maka terdapat dua
kemungkinan yaitu:
a. cara pengumpulan piutang tidak effisien atau
b. debitur yang tidak disiplin.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Investasi dalam Piutang
a. Volume penjualan kredit yang semakin besar membutuhkan investasi yang lebih
besar
b. Syarat pembayaran kredit, semakin lunak semakin besar investasi
c. Plafon kredit, semakin tinggi plafonnya semakin besar investasi
d. Kebijakan pengumpulan piutang, semakin lunak syaratnya (tingkat bunga,
jumlah angsuran, waktu pengembalian) semakin besar investasi karena
berhubungan dengan biaya yang diperlukan
e. Kebiasaan membayar para debitur
Berdasar faktor-faktor tersebut maka perusahaan yang mengambil kebijakan
kredit dalam penjualan produknya harus berpedoman pada 5 C. Khusus pada faktor
kebiasaan membayar para debitur maka perusahaan sebaiknya membuat perkiraan/
rencana/anggaran/ Budget Pengumpulan Piutang ( Receivables Collectoin
Budget) yang dapat disusun berdasar budget penjualan, syarat-syarat piutang dan

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 24


data lainnya. Pengumpulan piutang merupakan Cash inflows yang merupakan
sumber pendanaan bagi perusahan untuk kegiatan operasional, sehingga perusahaan
dapat membuat rencana keuangan berikutnya.

Contoh: Suatu perusahaan mempunyai rencana penjualan atas dasar estimasi


berikut:
Tabel 3.1 Budget Penjualan Kredit Tri Wulan ke-3 tahun 20xx
Bulan penjualan 1 Juli 1 Agustus 20 September Tri Wulan-3
Jumlah penjualan Rp 28.000 Rp 35.000 Rp 42.000 Rp 105.000

Berdasar pengalaman, cara pembayaran pelanggan adalah sbb:


a. 30 % dari penjualan setiap bulan terkumpul 20 hari sesudah penjualan
b. 60 % terkumpul dalam waktu 1 bulan setelah penjualan
c. 10 % terkumpul dalam bulan ke dua setelah bulan penjualan
Maka perkiraan cash in flows pengumpulan piutang adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Budget Pengumpulan Piutang Tri Wulan ke-3 tahun 20xx
Bulan Cash in flows pengumpulan piutang
Penjualan Juli Agustus September Oktober November Jumlah
Juli 8.400 16.800 2.800 - - 28.000
Agustus - 10.500 21.000 3.500 - 35.000
September - - - 37.800 4.200 42.000
Jumlah 8.400 27.300 23.800 41.300 4.200 105.000

3.4 Investasi dalam Kas


Kas merupakan aktiva lancar yang paling likuid. Kas bagi perusahaan ibarat
darah bagi tubuh, karena dengan kas perusahaan dapat melakukan aktivitas usaha
sehari-hari secara lancar. Sebagaimana aliran darah ada dua macam aliran kas, yaitu:
a. Aliran kas keluar (Cash outflows), meliputi pengeluaran kontinue dan tidak
kontinue
b. Aliran kas masuk (Cash inflows), meliputi penerimaan kontinue dan tidak
kontinue
Guna menjamin kelancaran usaha, perusahaan sebaiknya mempunyai
persediaan kas yang “cukup” agar kegiatan usaha berjalan lancar. Cukup dapat
diartikan tidak terlalu besar atau terlalu sedikit .

 Persediaan kas yang terlalu besar akan membawa konsekuensi antara lain:

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 25


a. Besarnya beban bunga modal
b. Tidak berputarnya modal perusahaan sehingga memperkecil
profitabilitas
 Persediaan kas yang terlalu kecil akan berisiko tidak dapatnya perusahaan
memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek (kondisi illikuid)
Oleh karena alasan tersebut setiap perusahaan harus mempunyai perkiraan tentang
persediaan kas minimal. Persediaan kas minimal disebut juga persedian besi atau
tingkat persediaan kas yang aman (safety cash balance), yaitu jumlah kas minimal
yang harus dipertahankan perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban finansiilnya.
Jumlah kas minimal tidak sama pada setiap perusahaan, tergantung pada faktor
berikut:
a. Perimbangan aliran kas masuk dan keluar, baik dalam hal jumlah maupun
waktunya. Apabila perimbangannya cukup baik , maka persedian kas
perusahaan tidak perlu terlalu besar karena cash outflows akan segera
diimbangi dengan cash inflows
b. Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan.
pabila sering terjadi penyimpangan terhadap perkiraan aliran kas maka
perusahaan harus menyediakan persediaan yang lebih banyak.
c. Adanya hubungan yang baik dengan kreditur. Apabila perusahaan
mempunyai hubungan dan mitra yang baik, yang selalu siap menyediaan
dana bagi perusahaan maka perusahaan tidak perlu menyediaakn persediaan
kas yang terlalu besar.
Budget Kas
Budget kas adalah perkiraan terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu
yang akan datang. Penyusunan budget kas penting bagi perusahaan untuk penjagaan
likuiditas-nya, karena perusahaan dapat mengetahui kapan mengalami surplus dan
defisit keuangan.
 Dengan mengetahui defisit jauh sebelumnya dapat direncanakan penentuan
sumber dana yang akan digunakan untuk menutup defisit tersebut. Selain
itu juga masih sempat dilakukan pemilihan sumber dana yang memerlukan
pembiayaan paling murah.
 Dengan mengetahui surplus jauh sebelumnya dapat direncanakan
bagaimana menggunakan kelebihan dana tersebut secara effisien dan
menguntungkan.

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 26


Manfaat Budget kas adalah untuk mengetahui:
1. kemungkinan posisi kas pada periode tertentu sebagai hasil rencana
operasi perusahaan
2. kemungkinan defisit atau surplus sebagai hasil rencana operasi
perusahaan
3. besarnya dana dan kapan dana diperlukan untuk menutup defisit kas
4. waktu-waktu pengembalian kredit
Tahap-tahap penyusunan budget kas:
1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran kas menurut rencana
operasional perusahaan, sehingga dapat diketahui kondisi kas surplus atau
defisit
2. Menyusun estimasi kebutuhan kredit yang diperlukan untuk menutup defisit
serta estimasi waktu dan besarnya pembayaran kembali kredit tersebut.
Transaksi yang terjadi merupakan transaksi financial.
3. Menyusun Budget Kas dengan cara menyusun kembali estimasi keseluruhan
penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansial

Contoh: Perusahaan Widi hendak menyusun Budget kas pada 6 bulan pertama

1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran operasional perusahaan


Estimasi Penerimaan, terdiri dari:
1. Hasil penjualan tunai tiap bulan
Januari…………. Rp 400.000 April…………. Rp 960.000
Pebruari………… 500.000 Mei…………… 800.000
Maret…………… 730.000 Juni…………... 900.000
2. Piutang terkumpul setiap bulan
Januari…………. Rp 400.000 April…………. Rp 760.000
Pebruari………… 500.000 Mei…………… 660.000
Maret…………… 650.000 Juni…………... 670.000
3. Penerimaan lainnya
Januari…………. Rp 200.000 April…………. Rp 180.000
Pebruari………… 200.000 Mei…………… 140.000
Maret…………… 220.000 Juni…………... 124.000

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 27


Estimasi Pengeluaran
1. Pembelian tunai bahan mentah tiap bulan
Januari…………. Rp 600.000 April…………. Rp 550.000
Pebruari………… 600.000 Mei…………… 600.000
Maret…………… 500.000 Juni…………... 600.000
2. Pembayaran upah buruh tiap bulan
Januari…………. Rp 250.000 April…………. Rp 250.000
Pebruari………… 250.000 Mei…………… 250.000
Maret…………… 200.000 Juni…………... 300.000
3. Biaya penjualan tiap bulan
Januari…………. Rp 200.000 April…………. Rp 200.000
Pebruari………… 300.000 Mei…………… 250.000
Maret…………… 200.000 Juni…………... 230.000
4. Biaya administrasi dan umum tiap bulan
Januari…………. Rp 350.000 April…………. Rp 400.000
Pebruari………… 350.000 Mei…………… 400.000
Maret…………… 400.000 Juni…………... 420.000

5. Pembayaran pajak penghasilan pada bulan Maret sebesar Rp 100.000

Estimasi diatas kemudian disusun dalam budget penerimaan dan pengeluaran


operating transaction dengan format sebagai berikut (dalam ribuan rupiah):

Tabel 3.3 Budget Penerimaan dan Pengeluaran Operating Transaction


Uraian Jan Peb Mar Apr Mei Juni
Est. Penerimaan
a. Hsl. Penjualan tunai
b.Penagihan piutang
c. Penerimaan lain
Jumlah Penerimaan 1.000 1.200 1.600 1.900 1.600 1.694
Est. Pengeluaran
a. Pembelian bhn mentah
b. Pembayaran upah
c. Biaya penjualan
d. Biaya adm. & umum
e. Pembayaran pajak
Juml. Pengeluaran 1.400 1.500 1.400 1.400 1.500 1.550
Surplus (defisit) (400) (300) 200 500 100 144

2. Menyusun estimasi transaksi finansial


Oleh karena perkiraan terjadinya defisit pada dua bulan pertama perusahaan
bermaksud menutup dengan pengajuan pinjaman dari bank dengan informasi

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 28


pendukung antara lain:
a. Saldo kas akhir Desember 2002 Rp 100.000
b. Persediaan kas besi Rp 50.000
c. Pinjaman diperlukan awal bulan, pembayaran dilakukan pada akhir bulan
dengan bunga 2 % /bulan. Besarnya pinjaman yang diperlukan dihitung
dengan persamaan berikut:
Defisit + kas besi – uang kas akhir tahun + bunga pinjaman bulanan =
pinjaman diperlukan
Rp 400.000 + Rp 50.000 – Rp 100.000 + 2/100 X = X ,
dimana X = besarnya pinjaman
Rp 350.000 = 98/100 X  X = 100/98 x Rp 350.000 = Rp 357.143,-

Berdasar data tersebut maka dapat dibuat skedul penerimaan dan pembayaran
pinjaman sebagaimana Tabel 3.4
Tabel 3.4 Skedul penerimaan dan pembayaran pinjaman beserta bunga (Rp 000)
Uraian Jan Peb Mar Apr Mei Juni
Saldo kas PB 100 52,8 69 255,2 545,4 155,4
Terima kredit PB 360 330 - - - -
Bayar kredit AB - - - (200) (490) -
Kas PB 460 382,8 69 55,2 55,4 155,4
Surplus (defisit) (400) (300) 200 500 100 144
Bayar bunga AB (7,2) (13,8) (13,8) (9,8) - -
Saldo kas AB 52,8 69 255,2 545,4 155,4 299,4
Pinjaman kum PB 360 690 690 490 0 -
Keterangan : PB = Permulaan bulan ; AB Akhir
bulan

3. Meyusun budget kas


Dengan menggabungkan transaksi operasional dan finansial akan didapatkan
budget kas sebagai berikut:

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 29


Perusahaan WIDI
Budget Kas periode Januari s/d Juni 20xx (dalam ribuan Rp)
Uraian Januari Pebruari Maret April Mei Juni

I. Saldo Kas PB 100 52,8 69 255,2 545,4 155,4

II. Penerimaan Kas


1. Hsl. Penj. Tunai 400 500 730 960 800 900
2. Penagihan piutang 400 500 650 760 660 670
3. Penerimaan kredit 360 330 - - - -
4. Penerimaan lain 200 200 220 180 140 124

Jumlah Penerimaan 1.360 1.530 1.600 1.900 1.600 1.694

Jumlah Kas keseluruhan 1.460 1.582,8 1.669 2.155,2 2.145,4 1.849,4

III. Pengeluaran kas


1. Pembeli. Bhn. Mentah 600 600 500 550 600 600
2. Pembayaran upah 250 350 300 350 350 300
3. Biaya penjualan 200 300 200 200 250 230
4. Biaya adm. & umum 350 350 400 400 400 420
5. Pembayaran bunga 7,2 13,8 13,8 9,8 - -
6. Pembayaran pajak - - 100 - - -
7. Pembayaran hutang - - - 200 490 -

Jumlah pengeluaran 1.407,2 1.513,8 1.413,8 1.609,8 1.990 1.550

IV. Saldo kas AB 52,8 69 255,2 545,4 155,4 299,4

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 30


IV. INVESTASI DALAM AKTIVA TETAP

4.1 Perputaran Investasi dalam Aktiva Tetap


Aktiva tetap adalah kekayaaan perusahaan yang tidak habis dalam sekali pakai,
seperti tanah, bangunan, peralatan dan instalasi pabrik. Ciri khusus aktiva tetap
adalah:
a. Besarnya dana yang diinvestasikan
b. Lamanya waktu yang diperlukan (lebih dari satu periode) dan berangsur-
angsur untuk mengembalikan seluruh dana yang dinvestasikan.
Investasi dalam aktiva tetap dikategorikan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti:
a. pembelian aktiva tetap baru
b. penggantian aktiva tetap lama
c. penambahan kapasitas
d. investasi lain-lain yang tidak secara langsung digunakan dalam proses
produksi tetapi diperkirakan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Perputaran dana dalam aktiva tetap berbeda dengan aktiva lancar, seperti

digambarkan berikut ini:


 Kas  Aktiva Lancar  Kas

depresiasi
 Kas  Aktiva Tetap depresiasi Kas
depresiasi

Dengan adanya depresiasi berarti jumlah dana yang diinvestasikan dalam


aktiva tetap tidak sama selama periode penggunaan aktiva tetap, artinya dana yang
diinvestasikan akan berkurang sebanyak nilai depresiasi setiap tahunnya.
Ada berbagai metode penentuan besarnya depresiasi, salah satu yang banyak
digunakan adalah metode garis lurus. Dalam metode ini depresiasi diasumsikan
sama besarnya setiap tahun selama penggunaan aktiva tetap, dengan gambaran grafis
terdapat pada Gambar 5. Gambar 5 mengasumsikan bahwa aktiva tetap mempunyai

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 31


umur ekonomis selama 10 tahun. Artinya, pada tahun ke-10 nilai aktiva tetap
dianggap nol (tidak mempunyai nilai ekonomis) meskipun secara teknis masih dapat
diigunakan. Juga nampak bahwa nilai aktiva tetap berkurang secara proporsional.
Pengurangan nilai ekonomis aktiva tetap dikenal sebagai depresiasi, yang berdasar
metode garis lurus ditentukan nilainya sebesar :

Nilai perolehan aktiva tetap


Depresiasi = umur ekonomis

Nilai Aktiva tetap (Rp)


100.000

50.000

0 5 10 Tahun penggunaan
Gambar 4.1. Hubungan tahun penggunaan dan dana yang diinvestasikan pada aktiva tetap

Penggunaan aktiva tetap selama umur ekonomis bagi perusahaan berarti ada
penanaman dana pada aktiva tetap tersebut. Pada contoh Gambar 5 di atas berarti
ada penenaman dana sebesar Rp 100.000 pada tahun ke – 0, Rp 90.000 pada tahun ke
– 1, dan seterusnya hingga Rp 0,- pada tahun ke – 10. Nilai rata-rata dana yang
ditanamkan pada aktiva tetap setiap tahun dapat dicari dengan cara berikut:

a. Cara 1 : Nilai awal + nilai akhir = Rp100. 000 + Rp 0 = Rp 50.000


2 2
b. cara 2 : (100 + 90 + 80 + 70 + 60 + 50 + 40 +30 + 20 + 10 + 0) x 1.000 = Rp50.000
11

4.2 Nilai Waktu dari Uang (Time Value of Money)


Investasi selalu berhubungan jangka waktu yang panjang. Dalam rentang
waktu tersebut nilai riil uang tidak sama lagi. Semakin lama nilai uang semakin
turun, dalam arti lebih sedikit jumlah barang yang dapat diperoleh dengan jumlah
uang yang sama. Sebaliknya nilai uang saat ini lebih tinggi nilainya dibandingkan
jumlah yang sama tetapi pada waktu yang akan datang. Perubahan nilai uang dari

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 32


waktu ke waktu terjadi dalam rate tertentu, biasanya diukur/ disamakan dengan suku
bunga pinjaman di bank.
 Uang saat ini (present value) bila dinilai pada waktu yang akan datang
(Future) akan semakin besar, seperti ditunjukkan persamaan berikut:

F = nilai uang setelah “n” tahun


n
F = P (1 + i ) P = nilai uang saat ini
I = besarnya bunga (dalam nilai desimal)
 Uang yang akan diterima di masa mendatang, bila dinilai saat ini akan
menyusut, seperti diperlihatkan persamaan berikut:
F
n
P= (1 + i )
Depresiasi yang terjadi setiap tahun dapat disamakan dengan “annuity”, yaitu
deretan (series) pembayaran dengan jumlah yang tetap selama sejumlah tahun
tertentu.
 Jumlah majemuk annuity pada waktu Future (misalnya n tahun ) adalah:
0 1 2 3 4(Future value)
Rp 1.000 Rp 1.000
Rp 1.000 1.060
Rp 1.000 1.124
Rp 1.000 1.191 +
Jumlah majemuk (Compound sum) Rp 4.375
Atau dapat diformulasikan sebagai :
n-1 n-2 n-3 n-n
Sn = A { (1+i) + (1+i) + (1+i) + … + (1+i) }
Perusahan yang berhati-hati dalam menyisihkan biaya depresiasi tiap tahun
akan menggunakan metode ini, artinya biaya depresiasi yang dikumpulkan per tahun
tidak sama besarnya tetapi memperhitungkan Future value dari uang. Dengan
demikian, apabila umur ekonomis aktiva tetap habis telah terkumpul dana yang
cukup untuk membeli aktiva tetap yang baru. Tanpa perhitungan model ini
akumulasi depresiasi kemungkinan besar tidak akan cukup karena turunnya nilai riil
uang.
Kebalikan Future Present adalah Nilai Present dari suatu annuity :
Present value 0 1 2 3 4
Rp 1.000 Rp 1.000 Rp 1.000 Rp 1.000
Rp 943

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 33


Rp 890
Rp 840
Rp 792 +
Rp 3.465 (Jumlah Present value)

Atau dapat diformulasikan sebagai :


1 1 1 1
Pn = A { (1+i) + (1+i) + (1+i) + … + (1+i) n }
1 2 3

Dengan prinsip kehati-hatian, perhitungan ini dapat diterapkan jika perusahaan ingin
mengambil akumulasi depresiasi sebelum periode pembayaran setiap tahun
dilakukan.

4.3 Penganggaran Investasi (Capital budgeting)


Sehubungan dengan umur investasi yang panjang, maka berbagai konsekuensi
harus diperhitungkan sebelum perusahaan menanamkan dana dalam aktiva tetap.
Agar harapan perusahaan untuk memperoleh kembali dana yang dinvestasikan
dapat tercapai maka haruslah dibuat capital budgeting . Capital budgeting adalah
keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran
dana untuk keperluan investasi jangka panjang.
Capital budgeting harus dibuat secara rinci , hati-hati dan teliti. Hal ini
penting bagi perusahaan mengingat hal berikut:
1. Investasi memerlukan jumlah dana yang sangat besar, tetapi pengembaliannya
tidak dapat sekaligus dan memerlukan waktu yang panjang. Oleh karenanya
harus diper-hitungkan penyediaan dana bagi keperluan lain, khusunya keperluan
jangka pendek
2. Investasi menyangkut peramalan/forecast dan harapan di waktu yang akan
datang, maka segala kemungkinan selama waktu tersebut harus diperhitungkan.
Kesalahan dalam mengadakan peramalan dapat menyebabkan over atau under
investment. Over investment memberikan beban bunga yang lebih berat pada
perusahaan. Under investment dapat mengakibatkan kekurangan peralatan
sehingga tidak dapat bekerja pada skala ekonomis, akibat berikutnya adalah
tingginya harga pokok yang berpengaruh pada menurunnya daya saing.

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 34


3. Kesalahan dalam pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana untuk
aktiva tetap akan mempunyai akibat yang berat dan panjang, yang tidak dapat
diperbaiki tanpa adanya kerugian.
Capital budgeting hampir mirip dengan Cash budgeting, dimana akan terdapat
perkiraan aliran uang keluar (cash-outflows) dan aliran uang masuk (cash-inflows)
dalam jangka waktu yang lebih panjang. Perbedaan terletak pada adanya
perhitungan time value of money, baik pada arus kas masuk maupun keluar, karena
penanaman modal biasanya berhubungan dengan jangka waktu panjang. Dari
perkiraan tersebut diharapkan dapat dibuat-langkah antisipasi selanjutnya agar
perusahaan tidak merugi.
Contoh:
Perusahaan WIDI
Budget Investasi Kas periode Januari 2010 s/d Januari 2015 (dalam jutaan Rp)
Uraian Januari Januari Januari Januari Januari Januari
2010 2011 2012 2013 2014 2015

I. Saldo Kas awal tahun 100 52,8 69 255,2 545,4 155,4

II. Budget Penerimaan Kas


1. Hsl. Penj. Tunai 400 500 730 960 800 900
2. Penagihan piutang 400 500 650 760 660 670
3. Penerimaan kredit 360 330 - - - -
4. Penerimaan lain 200 200 220 180 140 124

Jumlah Penerimaan 1.360 1.530 1.600 1.900 1.600 1.694

Jumlah Kas keseluruhan 1.460 1.582,8 1.669 2.155,2 2.145,4 1.849,4

III. Budget Pengeluaran kas


8. Pembeli. Bhn. Mentah 600 600 500 550 600 600
9. Pembayaran upah 250 350 300 350 350 300
10. Biaya penjualan 200 300 200 200 250 230
11. Biaya adm. & umum 350 350 400 400 400 420
12. Pembayaran bunga 7,2 13,8 13,8 9,8 - -
13. Pembayaran pajak - - 100 - - -
14. Pembayaran hutang - - - 200 490 -

Jumlah pengeluaran 1.407,2 1.513,8 1.413,8 1.609,8 1.990 1.550

IV. Saldo kas akhir tahun 52,8 69 255,2 545,4 155,4 299,4

4. 4. Penilaian investasi

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 35


Untuk menilai apakah investasi yang memerlukan dana besar tersebut layak
atau tidak untuk dijalankan maka perlu dilakukan suatu penilaian terhadapnya.
Penilaian terhadap investasi jangka panjang dapat dilakukan pada:
a. Awal sebelum investasi dilakukan, disebut studi kelayakan
b. Saat investasi tengah dilakukan, dimaksudkan sebagai tindakan pengendalian
c. Saat investasi telah selesai dilakukan dimaksudkan untuk mengevaluasi.
Ada dua dasar yang digunakan dalam menilai investasi, yaitu:
a. Dasar data akuntansi ; kelayakan investasi diukur dari keuntungan
perusahaan sebagaimana yang dilaporkan dalam laporan keuangan
b. Dasar cash-flows ; hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa untuk dapat
menghasilkan keuntungan tambahan diperlukan kas untuk ditanamkan
kembali, sementara keuntungan yang terdapat pada laporan keuangan belum
tentu berbentuk kas.

4. 5 Metode Penilaian Investasi


a. Berdasar data akuntansi : Accounting Rate of Return
Penilaian terhadap penggunaan dana untuk investasi berdasar data akuntansi
mempunyai kelemahan dalam hal tidak diperhitungkannya nilai waktu dari uang
EAT
Accounting Rate Of Return = X 100 %
Investasi

Keterangan :
EAT = Earning After Interest and Tax (laba setelah bunga dan pajak)
Kriteria penilaian : semakin tinggi nilai Acc. Rate of Return semakin baik
investasi

b. Berdasar Cash Flows (Aliran uang )


Net Present value : Nilai uang yang dinilai saat kini
Prinsip metode ini adalah: menilai setiap cash-inflows yang diterima dan cash-
outflows dengan present value (nilai sekarang = tahun ke-0)
Contoh:

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 36


Tabel 4.1 Net Present Value
Cash inflow (+)/ Discount factor
Th ke- Uraian Present value Jumlah
Cash outflow (-) (i=10%)
0 Investasi awal - 34.000.000 1,000 - 34.000.000 -34.000.000
1 Laba bersih + 10.000.000 0,,909 + 9.090.000
2 Laba bersih + 10.000.000 0,826 + 8.260.000
3 Laba bersih + 10.000.000 0,751 + 7.510.000
4 Laba bersih + 10.000.000 0,683 + 6.830.000
5 Laba bersih + 10.000.000 0,621 + 6.210.000 +37.900.000
Total cash flow in present value (= NPV) + 3.900.000

Kriteria Penilaian: NPV harus positif ; semakin tinggi nilai NPV semakin baik

c. Internal Rate of return (IRR):


IRR adalah satuan yang menunjukkan besarnya Rate/tingkat bunga yang
menyebabkan NPV perusahaan = 0. Perusahaan yang memiliki NPV = 0 berarti
hanya mampu membayar bunga saja, namun tidak dapat memperoleh keuntungan
(dinilai dengan present value). Dengan demikian semakin tinggi nilai IRR
perusahaan berarti semakin tinggi kemampuannya menghasilkan laba (yang dinilai
dengan present value)
Rate/tingkat pengembalian (bunga) bank biasanya dijadikan ukuran bagi
perusahaan sebagai keuntungan minimal yang harus dicapai perusahaan. Asumsinya
adalah bila rate perusahaan sama dengan rate bunga Bank maka perusahaan akan
berada pada posisi impas, dimana keuntungan yang diperoleh akan persis sama
dengan bunga modal yang harus dibayarkan.
Bila diketahui cash-flows perusahaan maka cara penentuan IRR adalah :
 Menentukan rate terbesar yang menyebabkan NPV benilai positif (+)
 Menaikkan rate sehingga NPV benilai negatif (-)
 Dengan metode interpolasi menentukan rate penyebab NPV = 0 (IRR)
Contoh : NPV (+) adalah Rp 330.810 pada rate 14 %
NPV (-) adalah - Rp (478.449) pada rate 15 %

NPV = 0 akan terletak antara rate 14 % dan 15 %


rate 2 - rate 1
IRR = rate 1 + NPV (+){ }
Selisih mutlak nilai NPV
15 % - 14 %
IRR = 14 % + Rp 330.810 { }
Rp 478.4490 + Rp 330.810

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 37


=14 % + Rp 330.810 {1%/Rp 809.259}
= 14 % + Rp 330.810 {0,000000012} = 14 % + 0,3 % = 14,3 %
Kriteria penilaian : IRR harus lebih besar daripada rate Bank yang berlaku,
semakin besar nilai IRR semakin baik kinerja perusahaan

d. Pay back Period


Pay period adalah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh dana
investasi. Prinsip metode ini adalah mengurangi cash-out flows dengan cash-in
flows terus menerus hingga hasilnya = 0, tanpa memperhitungkan nilai waktu dari
uang. Metode Pay back Period adalah satu-satunya metode penilain nvestasi yang
didasarkan atas cash flow, namun tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang.
Contoh:
Tabel 4.2 Pay Back Period
Th Uraian Sisa investasi yang
Cash outflow (-) Cash inflow (+)
ke- belum terhanti
0 Investasi awal - 34.000.000 -34.000.000
1 Laba bersih + 10.000.000 -24.000.000
2 Laba bersih + 10.000.000 -14.000.000
3 Laba bersih + 10.000.000 -4.000.000
4 Laba bersih + 10.000.000
5 Laba bersih + 10.000.000

Waktu pengembalian investasi dapat dicari dengan 2 cara, yaitu


Rp 4.000.000
1. Waktu pengembalian investasi = 3 tahun + tahun = 3,4 tahun
Rp 10.000.000
Nilai cash out flows
2. Waktu pengembalian investasi = = 3,4 tahun
rata-rata cash in flows
Cara 1 dan 2 mungkin menghasilkan nilai yang berbeda apabila laba yang
diterima per tahun berfluktuasi. Bila pada tahun-tahun awal investasi diperoleh laba
yang besar maka investasi segera terganti sehingga pay back period lebih singkat.
Sebaliknya bila laba pada tahun-tahun awal kecil maka pay back period lebih lama.
Dengan demikian kriteria penilaian pay back period adalah semakin cepat periode
pengembalian semakin baik. Laba besar pada tahun-tahun awal sangat diharapkan
perusahaan karena dapat menghasilkan NPV yang besar.

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 38


V. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI AGRIBISNIS

5.1 Pengertian
Unsur-unsur umum bidang pembahasan manajemen produksi meliputi
seluruh kegiatan pengaturan terhadap interaksi berbagai factor produksi agar tercapai
efektifitas dan effisiensi produksi. Perencanaan dan pengendalian (planning and
controlling) merupakan bagian dari unsur manajemen selain pengorganisasian dan
pelaksanaan (organizing and actuating). Dalam kegiatan produksi perencanaan dan
pengendalian merupakan dua unsur manajemen yang saling berkaitan. Pengendalian
dilaksanakan untuk mengetahui apakah produksi sudah dilaksanakan sesuai dengan
rencana, oleh karenanya pembahasan tentang rencana produksi berarti menyiapkan
ukuran/standard yang harus dicapai dalam tindakan pengendalian. Oleh karena itu
perencanaan harus realistik, tidak boleh teralalu tinggi sehingga tidak dapat
dilaksanakan namun juga tidak boleh terlalu rendah karena akan menyia-nyiakan
potensi sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

PERAMALAN

PERENCANAAN

TARGET/SASARAN

F. INTERNAL PENYUSUNAN STRATEGI DGN F. EKSTERNAL


Strengths, ANALISIS SWOT Opportunity,
Weaknesses Ttreaths

RENCANA STRATEGIS

RENCANA PRODUKSI/OPERASI RENCANA KEUANGAN

PENGENDALIAN EFEKTIFITAS PENGENDALIAN EFFISIENSI

RENCANA PRODUKSI/OPERASI

Gambar 5.1 Proses Perencanaan Kegiatan Produksi


Gambar 5.1 melukiskan proses pembuatan perencanaan produksi yang diawali
dengan peramalan. Perencanaan dibuat untuk dilaksanakan pada masa yang akan

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 39


datang sehingga perlu untuk mengetahui kondisi di masa mendatang melalui
peramalan

5.2 Peramalan
Peramalan (forecasting), adalah perkiraan terhadap kondisi/apa yang akan
terjadi di masa yang akan datang. Ramalan di bidang produksi meliputi:
a. jenis dan jumlah permintaan konsumen akan barang jasa;
b. jumlah dan harga penawaran bahan baku;
c. teknologi;
d. kondisi alam (khususnya untuk produksi pertanian) ; dan lain-lain
Hasil peramalan menjadi dasar pembuatan rencana produksi. Rencana
dibuat untuk dikerjakan di masa yang akan datang, sehingga peramalan sangat
diperlukan agar rencana sesuai dengan kondisi di masa mendatang. Di dalam
rencana juga terkandung tujuan dan target/sasaran yang hendak dicapai
Dalam hubungannya dengan rencana produksi, peramalan dapat berupa
ramalan terhadap perubahan permintaan, perkembangan teknologi, perkembangan
harga input dan lain-lain. Gambaran terhadap kondisi masa depan dapat dilakukan
berdasar penelitian dan analisa pasar dengan menggunakan sumber data dari :
Pendapat dari konsumen, langganan dan distributor serta catatan penjualan sendiri.
Ada berbagai cara/metode/teknik untuk membuat perkiraan, berdasar asal
informasi dibedakan atas:
a. top down forecasting; yaitu perkiraan yang didasarkan atas perkiraan kondisi
bisnis pada umumnya yang dibuat oleh lembaga terpercaya, (lembaga
penelitian, perguruan tinggi dll) dan pemerintah
b. bottom up forecasting, yaitu perkiraan yang didasarkan atas kondisi pengguna
akhir barang/jasa. Informasi diperoleh dari bagian penjualan, distributor/agen,
penelitian pasar dsb
c. campuran dari cara a dan b
sedangkan berdasar cara memperoleh perkiraan dibedakan atas :
a. teknik kualitatif ; perkiraan diperoleh dari/didasarkan atas pendapat
subyektif atau judgmental para pakar dan pelaku bisnis
a. teknik kuantitatif; perkiraan diperoleh dengan menggunakan prosedur
matematik dan statistik berdasar data runtun waktu (time series)

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 40


Perkiraan kuantitatif kondisi masa mendatang berdasar data runtun waktu disebut
juga trend. Macam-macam teknik analisis trend antara lain:
 Freehand, bila garis trend dibuat secara bebas berdasar
pendapat subyektif seseorang tanpa menggunakan rumus matematik.
 Analisis kuadrat terkecil, persamaan garis trend dibuat
berdasar perhitungan matematik dengan kelebihan sebagai berikut: (a)
jumlah seluruh deviasi vertical titik-titik data = 0; (b) jumlah seluruh kuadrat
deviasi vertical data histories dengan garis = minimum; (c) garis melalui X
dan Y.
 Rata-rata bergerak (moving average), rata-rata diperoleh
melalui penjumlahan dan pencarian nilai rata-rata baru dari sejumlah periode
tetentu, setiap kali menghilangkan nilai perlama dan menambah nilai baru
 Exponential smooting merupakan teknik rata-rata bergerak
yang diperhalus
 Regresi adalah teknik statistik yang digunakan untuk
menentukan hubungan antara satu variable bergantung dengan ≥ 1 variabel
bebas. Variabel bergantung adalah sesuatu yang ingin diketahui/diperkirakan
sedangkan variable bebas adalah variable-variabel yang mempengaruhi
variabel bergantung . Teknik regresi lebih popular digunakan, karena selain
lebih akurat juga dapat melihat pengaruh dari perubahan variable bebas.

Contoh :
Tabel 5.1 Perkiraan Penjualan Berdasar Data Penjualan 5 Tahun Terakhir
Tahun Penjualan (unit) Moving Average
Y
1997 140 -
1998 148 -
1999 157 -
2000 160 148,33
2001 169 155
2002 175 162
2003 163,66
2004 164,86
2005 163,51
Jumlah 774

a. dengan metode free hand maka dibuatlah ramalan berikut:


Penjualan

Tahun

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 41


Gambar 5.2. Grafik free hand methode forecasting
b. dengan metode least square akan ditentukan persamaan
Y=a+bX

dimana :
Y = perkiraan penjualan tahun ke X
X = tahun ke –I dari tahun dasar yang ditetapkan

Σ Y ΣXY
a= ; b =
n Σ X2
a = konstanta ; b = koefisen regresi

Penyelesaian
Unit Penjualan Score
Tahun (Y) (X*)) X2 XY
2007 140 -2 4 -280
2008 148 -1 1 -148
2009 157 0 0 0
2010 160 1 1 160
2011 169 2 4 338
X2Jumlah 774 0 10 70
Keterangan:
*) Score ; jumlah score harus = 0 sehingga data berjumlah genap akan
Mempunyai score .... -3, -2, .–1, 1, 2, 3, ...
774 70
a= = 154,8 ; b = =7
n 10
Hasil perhitungan menghasilkan persamaan Y = 154,8 + 7. X
Perkiraan penjualan tahun 2012 ( X = 3)  Y= 154,8 + 7(3) = 175,8
Perkiraan penjualan tahun 2013 ( X = 4)  Y= 154,8 + 7(4) = 182,8

c. dengan metode regresi


metode regresi sangat berguna apabila tersedia data variable bebas lain yang
mempengaruhi penjualan, misalnya pendapaan rata-rata konsumen, jumlah
penduduk, jumlah pesaing, harga produk dll. Teknik regresi memungkinkan
terbentuknya suatu persamaan yang menggambarkan bagaimana pengaruh
masing-masing factor tersebut terhadap penjualan.
Contoh persamaan regresi:
1. Y = 140,800+7X
Y = 2 X1 + 0,5 X2 + 0,75 X3
Y = X12 . X2 0,5. X30,75

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 42


Setelah perkiraan penjualan ditentukan maka dibuat rencana poduksi berikut:
Rencana penjualan (dari anggaran penjualan) …… xxxxx
Persediaan akhiryang diinginkan.………………….. xxx +
Barang yang harus tersedia ………………… xxxxxxxx
Persediaan awal …………………...……… xx -
Jumlah yang direncanakan akan diproduksi ........... xxxxxx

5.3 Perencanaan Produksi/Operasi


Gambar 5.1 menunjukkan bahwa berdasar analisis SWOT dibuatlah
strategi. Selanjutnya strategi dijabarkan dalam bentuk rencana strategis. Berdasar
rencana strategis tersebut maka dibuat rencana produksi/operasi. Rencana produksi
terdiri atas 3 macam rencana, yaitu rencana pabrik, proses dan operasi ( Gambar 5.3 )

FORECASTING PLANNING ACTUATING CONTROLLING

FACTORY PLANNING: MANUFACTURING PLANNING: PRODUCTION PLANNNG


1. (Rencana pabrik) (Rencana Proses) (Rencana Produksi/Operasi)
1. Routimg 1. Design baru
2.
1. Lokasi pabrik 2. Metode Kerja 2. Perencanaan kapasitas
2.3. Lay out pabrik 3. Alat-alat pembantu 3. Persediaan bahan dan
3. Luas pabrik 4. Antrian barang
4.4. Bentuk pabrik 5. Waktu standard 4. Pola produksi
5. Jenis mesin 6. Spesifikasi kualitas 5. Skedul produksi
6.5. Lingkungan (Grading & Standarisasi) 6. Penjadwalan
7. dll 7. Komunikasi
6. keja dll 8. Manajemen Kualitas
7. 9. Biaya/keuangan
10. Operation research dll
Gambar 5.3. Skema Macam-Macam Perencanaan Produksi
5.3.1 Perencanaan Pabrik
Perencanaan pabrik meliputi berbagai hal tentang keberadaan dan kondisi
pabrik yang dapat mendukung upaya effisiensi dan efektivitas seperti lokasi, tata
letak berbagai fasilitas yang harus diadakan, luas dan bentuk pabrik serta bangunan
pendukung lainnya, jenis mesin, lingkungan sosial dll.
1. Perencanaan Lokasi
Lokasi pabrik harus direncanakan dengan tepat karena ketidaktepatan akan
mengakibatkan pengeluaran biaya yang sangat besar. Hal-hal yang harus
dipertimbangkan antara lain: (a) kedekatan dengan bahan baku, pasar, dan
tenaga kerja; (b) kemudahan memperoleh sarana penunjang; (c) kemudahan
membuang limbah; (d) kelayakan teknis untuk pendirian pabrik; (e) kesiapan
dan penerimaan masyarakat akan keberadaan pabrik pada masa mendatang;
(f) iklim dan cuaca; (g) peraturan baik tertulis maupun tidak; (h) keamanan dan

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 43


lain-lain. Seluruh pertimbangan tersebut akan bermuara pada pembiayaan, baik
pada saat pendirian pabrik hingga kegiatan produksi.
Contoh pertimbangan biaya dalam penentuan lokasi pabrik berdasar data dari 4
lokasi:
Tabel 5.2. Perkiraan Biaya Produksi pada Berbagai Alternatif Lokasi
BIAYA ALTERNATIF LOKASI PABRIK
(ribuan Rp) A B C D
Biaya Tetap
a. 10% investasi Rp 460.000 Rp 390.000 Rp 400.000 Rp 490.000
b. Listrik 30.000 26.000 30.000 28.000
c. Air 7.000 6.000 7.000 7.000
d. Pajak 33.000 28.000 63.000 35.000
Jumlah Rp 530.000 Rp 450.000 Rp 500.000 Rp 550.000
Biaya Variabel*)
a. Tenaga Kerja Rp 0.75 Rp 1,10 Rp 0,60 Rp 0,90
b. Bahan & alat 0.43 0,60 0,40 0,55
c. Transportasi 0,02 0,10 0,10 0,05
Jumlah Rp 1,20 Rp 1,80 Rp 1,30 Rp 1,50
Keterangan : *) = biaya variable per unit yang diproduksi

Total biaya produksi pada berbagai alternatif lokasi pabrik dapat dirumuskan dalam
bentuk persamaan persamaan berikut:
1. Biaya total pada lokasi A = Rp 530.000.000 + (Rp 1.200. X)
2. Biaya total pada lokasi B = Rp 450.000.000 + (Rp 1.800. X)
3. Biaya total pada lokasi C = Rp 500.000.000 + (Rp 1.300. X)
4. Biaya total pada lokasi D = Rp 550.000.000 + (Rp 1.500. X)
Berdasar persamaan total biaya produksi, maka dapat dibuat tabel dan grafik sebagai
berikut:

Tabel 5. 3 Perhitungan Penentuan Lokasi Pabrik Berdasar Biaya

Biaya Total

Kapasitas
Gambar 5.4. Fungsi Linear Biaya pada berbagai Alternatif Lokasi

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 44


Berdasar kedua data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa:
a. bila kapasitas < 100.000 unit, pabrik sebaiknya didirikan di lokasi B
b. bila kapasitas > 100.000 unit, pabrik sebaiknya didirikan di lokasi C
c. pada kapasitas I = 100.000, B dan C mempunyai biaya total sama
Contoh metode di atas merupakan salah satu cara untuk memecahkan masalah
break even (titik impas). Metoda lain yang sering digunakan dalam penentuan
lokasi pabrik adalah metode transportasi (merupakan salah satu materi pada
mata kuliah Operasional Riset).

2. Perencanaan Fasilitas dan Lay Out (Tata letak), Luas dan Bentuk
Pabrik , Jenis Mesin serta Lingkungan kerja
Fasilitas yang direncanakan meliputi fasilitas yang berhubungan langsung
dengan produksi, fasilitas pendukung produksi maupun fasilitas lain yang tidak
berhubungan langsung dengan produksi namun diperlukan untuk meningkatkan
kinerja, seperti kantin, taman, toilet, smoking area, tempat parkir dan lain-lain.
Tata letak yang tepat dapat meningkatkan effisiensi ruang, waktu, biaya,
dan tenaga yang pada akhirnya dapat meningkatkan effisiensi usaha secara
umum. Luas dan bentuk pabrik serta jenis mesin harus disesuaikan dengan
banyak hal seperti kapasitas produksi, sifat produk, ketrampilan karyawan,
selera pasar, peraturan, keselamatan dan kesehatan kerja dan lain-lain agar
perusahaan dapat mencapai efektivitas dan effisiensi yang diinginkan.
Lingkungan kerja yang nyaman akan sangat mendukung produktivitas dan
kinerja karyawan sehingga harus diupayakan. Lingkungan kerja terdiri atas:
a. Lingkungan psikologis: hubungan dengan rekan sekerja, adanya keadilan,
aturan yang jelas, keamanan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
ketenangan dan kenyamanan batin selama berkerja
b. lingkungan fisik : sarana, prasarana, peralatan dan fasilitas lain di sekitar
karyawan dan pabrik. Contoh: lay out pabrik pengolahan kopi metode basah
yang disesuaikan denagn proses produksi

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 45


Panen Buah Masak
Sortasi Buah masak
di
lahan usahatani kopi

Sortasi Buah Transportasi ke pabrik

Mesin pengupas
Pengupasan Pengupasan

Fermentas Bak Fermentasi


i
Pencucian
Mesn Pencuci

Penjemuran

Pengeringan Mekanis Penjemuran Mesin Pengering mekanis

Pengupasan
Mesin Pengupas

Sortasi Buah
Sortasi Buah

Penggudangan Penggudangan

a. Tahap pengolahan kopi metode basah b. Layout pabrik pengolahan kopi metode basah

Gambar 5.5. Diagram alir dan lay out pabrik pengolahan kopi metode basah

5.3.2 Perencanaan Proses (Manufacturing Planning)


Perencanaan proses pada dasarnya menyangkut berbagai hal yang berhubungan
dengan upaya untuk mengatur proses produksi agar tercapai effisiensi dan efektivitas yang
tinggi. Termasuk dalam perencanaan jenis ini antara lain:
1. Routing , yaitu urutan/aliran pekerjaan/kegiatan yang seharusnya dilakukan dalam
menghasilkan barang/jasa
2. Perencanaan persediaan bahan yang disesuaikan dengan routing
3. Metode kerja: tata cara/kerja dalam menghasilkan barang/jasa
4. Pemilihan alat-alat pembantu/mesin untuk mendukung proses produksi dalam
menghasilkan barang/jasa sesuai standard

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 46


5. Standarisasi, yaitu penetapan criteria/standard tertentu sebagai acuan dalam
menghasikan barang/jasa sekaligus sebagai acuan pengendalian. Acuan yang
dimaksud dapat berupa acuan mutu, kapasitas, waktu penyelesaian, biaya dll
6. Grading, yaitu proses untuk mengklasifikasikan barang/jasa berdasarkan standard
mutu tertentu

1. Aliran Kegiatan (Routing)


Aliran kegiatan yang ditentukan perusahaan dipengaruhi oleh jenis produk
dan sifat proses produksi. Ada proses produksi yang terjadi terus menerus, terputus-
putus, ada pula yang campuran keduanya.
a. Routing yang terputus-putus dicirikan oleh awal dan akhir proses yang jelas,
termasuk didalamnya produksi yang dikerjakan menurut pesanan.
Contoh: usahatani, pengolahan tape, tempe, tahu
b. Routing yang terus menerus dicirikan oleh awal dan akhir proses yang tidak jelas
termasuk didalamnya produksi yang dikerjakan menurut metode proses.
Contoh: Pabrik gula, kertas, kopi olah basah
c. Routing campuran adalah aliran kegiatan yang dapat dilakukan secara
terus menerus atau terputus-putus atau dapat juga kombinasi antara
keduanya

Contoh: pengolahan tembakau, kopi olah kering

a. 1 2 3 4

b. 4
2

6
1
3 5

c. A B C

1 2 3 4

Keterangan:
: aliran proses terus menerus
: aliran proses terputus-putus
: kegiatan

Gambar 5.6. Diagram Aliran Kegiatan dalam Proses Produksi

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 47


Perbedaan ini akan berpengaruh terhadap rencana persediaan bahan. Aliran kegiatan
harus dijamin dengan persediaan bahan yang terus menerus pula, sedangkan
persediaan aliran yang terputus-putus akan disesuaikan dengan kebutuhan. Berikut
ini beberapa contoh aliran kegiatan dalam proses produksi.

2. Persediaan Bahan Baku


Dalam praktek, persediaan bahan baku sulit ditentukan secara tepat karena
harus disesuaikan dengan banyak hal.
a. Dalam hubungannya dengan routing, harus tepat waktu ketersediaannyA.
Routing yang terus menerus memerlukan ketersediaan bahan baku yang terus
menerus pula agar proses produksi tidak terputus
b. Dalam hubungannya dengan kapasitas, bahan baku harus tepat dalam hal jumlah
agar tidak kekurangan yang menyebabkan perusahaan tidak dapat memenuhi
kapasitas yang direncanakan. Meski demikian persediaan tidak boleh terlalu
banyak karena banyak konsekuensi yang harus ditanggung perusahaan antara
lain risiko kerusakan, biaya penyimpanan, tidak berputarnya modal kerja dll.
Persediaan harus diupayakan agar tidak memerlukan investasi yang terlalu
banyak. Suatu metode yang lazim digunakan untuk merencanakan
persediaan yang memerlukan biaya penyimpanan dan pemesanan paling
minimum adalah metode EOQ ( Economic Order Quantity). Metode ini
pada dasarnya adalah menentukan jumlah pesanan persediaan dengan
tetap mempertahankan safety stock . Gambar 5.7 menunjukkan hubungan
kedua macam biaya tersebut, sedangkan Gambar 5.8 menunjukkan
hubungan antara tingkat persediaan dengan waktu dilakukannya
pemesanan ulang (Reorder Point/ROP). Waktu yang diperlukan antara
ROP dengan diterimanya pesanan disebut Lead Time.
Biaya

Biaya total (TC = C . R/2 + S R/q)

Biaya penyimpanan (C . R/2)

Biaya pemesanan (S . R/q)

Kuantitas
EOQ
Gambar 5.7. Biaya pemesanan, penyimpanan dan biaya persediaan

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 48


Tingkat Pesediaan

Pesanan diterima

Reorder point

Safety stock

Lead time Waktu


Gambar 5.8. Tingkat Persediaan dan waktu EOQ
Model EOQ dapat diterapkan apabila terpenuhi asumsi – asumsi berikut:
1. permintaan produk konstan, seragam dan diketahui (determinsitik)
2. harga/unit (P) konstan
3. biaya penyimpanan/unit/tahun (C) konstan
4. biaya pemesanan/penyiapan (S) konstan
5. waktu antara penerimaan barang dan pemesanan konstan
6. tidak terjadi kekurangan bahan atau back order
Rumus EOQ yang digunakan apabila terpenuhi 6 asumsi di atas adalah
2 rumus berikut:

EOQ =√2RS /PL atau EOQ = √2RS /C


Keterangan:
R = Jumlah inventory dalam 1 periode
S = Biaya/unit setiap kali pemesanan
P = Harga/unit inventory
L = Biaya penyimpanan (% nilai inventory/unit)
C = Biaya penyimpanan /unit/tahun
Q = jumlah inventory /pemesanan

Apabila 6 asumsi/kondisi tersebut tidak terpenuhi maka perusahaan harus


melakukan penghitungan ulang atau menggunakan metode perhitungan lain
yang lebih cocok dengan kondisi yang ada.
Contoh Soal:
Suatu perusahaan selama 1 tahun (320 hari kerja efektif) menggunakan bahan
mentah sebanyak 6.400 unit dengan harga Rp 50/unit. Adapun biaya yang
dibutuhkan:
a. biaya pengiriman pesanan Rp 10/unit  Rp 20/unit
b. biaya administrasi Rp 20/unit  Rp 25/unit
c. biaya penyelesaian pesanan Rp 20/unit  Rp 20/unit

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 49


d. biaya penyimpanan di gudang Rp1/unit/tahun  10% dari inventory /unit
Berdasar data tersebut maka dapat dibuat perhitungan:
a. EOQ = √(2 x 6.400 x50)/1 = √ 640.000/1 = 800 unit
b. Reorder Point jika lead time 6 hari dan safety stock 500 unit
Penggunaan 1 tahun = 6.400 unit  penggunaan 1 hari = 6.400: 320 = 20
unit
Penggunaan selama lead time = 20 unit x 6 hari = 120 unit
ROP = safety stock + penggunaan selama lead time = 500 unit + 120 unit
= 620 unit
c. Kekerapan (frekuensi) pembelian selama 1 tahun = 6.400 : 800 = 8 kali
320 : 8 = 40 hari sekali
d. Gambar yang dapat dibuat dari perhitungan tersebut adalah:

Tingkat Pesediaan
1300

Pesanan diterima

Reorder point
620

500 Safety stock

0 6 hari waktu (hari)


40 hari
Gambar 5.9. Hubungan EOQ, ROP dan Safety stock
Safety stock, yaitu persediaan minimal yang harus ada untuk menjaga
kelancaran usaha dan mengatasi risiko kekurangan bahan. Besarnya Safety stock
bervariasi antar perusahaan, tergantung pada:
a. Kemudahan memperoleh persediaan
b. Biaya penyimpanan
c. Biaya kekurangan persediaan (stock out cost)
d. Frekuensi penggunaan persediaan
e. Mudah tidaknya persediaan rusak
f. Pengalaman dan kebiasaan
Ada berbagai metode menentukan Safety stock, salah satunya adalah menggunakan
analisis statistik sebagai berikut :

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 50


Safety stock (SS) = Sd x Z
Keterangan:
Sd = standard deviasi = √ Ʃ (X - X)2/ N

Z = nilai yang dicari dalam tabel kurva normal standar


X = penggunaan riil pada periode tertentu
X = penggunaan yang direncanakan pada periode tertentu
N = jumlah pengamatan
Contoh soal:
Tabel 5.4 Hasil pengamatan penggunaan bahan dalam 1 tahun

Bulan Penggunaan riil Rencana Penggunaan Selisih (X - X)2


1 450 500 -50 2.500
2 510 500 10 100
3 470 500 -30 900
4 475 500 -25 625
5 500 500 0 0
6 560 500 60 3.600
7 425 500 -75 5.625
8 550 500 50 2.500
9 505 500 5 25
10 480 500 -20 400
11 490 500 -10 100
12 530 500 30 900
Ʃ 16.915

Sd = √ 16.915/12 = 37,54
Jika perusahaan menginginkan kecukupan bahan sebesar 95% (dengan tidak
menutup kemungkinan untuk tingkat kecukupan lain), berarti nilai Z yang dicari
pada tabel kurva normal adalah luas kurva normal standar sisi kanan sebesar 45%
atau 0,45 = 1,64 atau 1,65
Maka besarnya Safety stock = 37,54 x 1,64 = 61,57 atau dibulatkan menjadi 62 unit.

5.3.3 Perencanaan Produksi (Production Planning)


Apabila pabrik sudah tersedia/dibangun dengan rancangan yang di sesuaikan
dengan rencana proses maka rencana produksi akan merupakan suatu sistem
perencanaan serta pengawasan produksi dan persediaan (Production dan Inventory
Planning and Control) yang terdiri atas 3 kegiatan pokok (Gambar 12) , yaitu:
1. Perencanaan agregat:
Perkiraan produksi secara agregat merupakan penjumlahan dari pesanan
pelanggan, peramalan permintaan untuk menentukan jumlah persediaan dan
permintaan khusus bagian pelayanan (jika ada). keseluruhan akan mendorong

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 51


dibuatmya skedul produksi induk agar semua pesanan dan permintaan dapat
dipenuhi secara tepat, baik dalam hal waktu, jumlah dan mutu. Oleh karena itu
langkah selanjutnya adalah membuat perencanaan yang lebih terperinci.
2. Perencanaan Terperinci
Agar skedul terpenuhi maka harus didukung oleh persediaan bahan yang cukup
sehingga diperlukan rencana dan pemenuhan kebutuhan bahan serta kapasitas
mesin.
a. Bills of materials (BOM) merupakan daftar detil semua komponen yang
diperlukan untuk membuat suatu produk. Selain itu BOM juga merumuskan
urutan operasi-operasi yang harus dilakukan untuk menyusun komponen.

b. Rencana kebutuhan bahan (material requeriments planning/MRP) dibuat


berdasar BOM . Di dalam MRP juga dicantumkan kapan pesanan bahan dan
komponen perlu disampaikan dan kepada bagian apa.

c. Keluaran MRP adalah perintah pengerjaan produksi dan pesanan yang


direncanakan sebagai dasar scheduling mesin, tenaga kerja dan
pemberitahuan secara terperinci kepada bagian pembelian agar dilakukan
transaksi bahan sesuai keperluan dan rencana produksi.

d. Perkiraan produksi selanjutnya ditindak lanjuti dengan penentuan kapasitas


produksi pabrik. Apabila kapasitas saat ini tidak dapat memenuhi
permintaan perlu dilakukan rescheduling atau penambahan kapasitas.

3. Implementasi dan Pengawasan


Apabila kapasitas memenuhi maka dilakukan scheduling terperinci berupa order-
order kepada tiap bagian (dispatching) untuk beroperasi sesuai dengan tugas
dan wewenang yang diberikan. Pemenuhan bahan diperoleh dari transaksi.
Dispatching selanjutnya ditindaklanjui (follow up) dengan operasi dan
monitoring agar dapat dihasilkan produk dalam waktu, jumlah, mutu, biaya yang
tepat.

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 52


Pesanan Peramalan Permintaan Bagian
Langgganan permintaan Pelayanan
Perencanaan
agregat

Skedul Produksi Induk

Perencanaan Transaksi persediaan,


Bills of material persediaan besi dan
Kebutuhan Bahan
sedang dipesan

Perencanaan kebutuhan disesuaikan


Routing mesin: dengan Kapasitas:
Jam, kapasitas, dan Pembebanan terbatas
standard kebutuhan TK Pembebanan tak terbatas

Tida
k
Perencanaan Apakah
terperinci kapasitas
seimbang?

Ya
ing
dul
per
inc

ter

he
Sc
i
menge

bagian

bagian

Dispat
tching
tertent

(pemb
rjakan

berwe
order)

untuk

erian
nang
ke
u

Implementasi &
Pengawasan
rjaan )

kemaj
enang

penge

toring
(moni
)wew

Follo
w up
dan
uan
)

tinda

balik

Ump
kore
kan

dan
ktif

an
Gambar 5.10. Sistem perencanaan serta pengawasan produksi dan persediaan

Dari uraian dan Gambar 5.9 tentang sistem perencanaan serta pengawasan
produksi dan persediaan dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan target yang
harus dicapai sedangkan kontroling adalah seluruh tindakan untuk menilai dan mengarahkan
setiap kegiatan agar sesuai rencana.

5. 4 Kapasitas Produksi
Kapasitas adalah jumlah produksi maksimal yang dapat dihasilkan pada
periode waktu tertentu. Ada 5 macam kapasitas menurut Handoko, (1984), yaitu:
1. Design capacity: kapasitas yang mungkin dicapai sesuai dengan rancangan
pabrik/ alat
2. Rated capacity : kapasitas yang secara teoritis dapat dicapai, biasanya lebih
besar daripada design capacity karena perbaikan periodik yang dilakukan

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 53


3. Standard capacity: kapasitas yang ditetapkan sebagai sasaran/ target
produksi. Kapasitas standard biasanya juga dapat disebut kapasitas normal,
yang besarnya diperkirakan = Rated capacity – berhenti untuk pemeliharaan
– berhenti untuk pengawasan kualitas standard – berhenti untuk hal-hal lain
yang biasa terjadi
4. Actual capacity : kapasitas yang secara nyata telah berhasil dicapai, yang
besarnya diperkirakan = Standard capacity ± cadangan, penundaan,
persediaan akhir dll
5. Peak capacity : kapasitas yang dicapai melalui kerja lembur, penambahan
tenaga kerja, menghapus penundaan, mengurangi waktu berhenti sehingga
menghasilkan kapasitas yang lebih besar daripada standard tetapi lebih
rendah dari rated
(standard < peak < rated).
Pengetahuan tentang kapasitas diperlukan untuk tindakan pengendalian, seperti:
a. apakah rencana produksi dapat dipenuhi secara teknis oleh kapasitas yang ada
b. apakah kapasitas perlu dikurangi atau ditambah berdasar pertimbangan
decreasing atau increasing return to scale .
c. apakah perlu penambahan sumberdaya tenaga kerja dan mesin untuk
memenuhi rencana produksi dan berapa banyak?
d. apakah kapasitas yang ada dapat melampui BEP?

Contoh soal:
1. Sebuah perusahaan mempunyai menerima pesanan 200 unit produk/bulan
a. kapasitas mesin = 20 unit  diperlukan 10 shift untuk mengerjakan pesanan
b. waktu pengoperasian standard 8 jam/unit dan waktu penyiapan selama 0.5 jam
c. setiap selesai mengerjakan per 10 unit, mesin harus diistirahatkan dan disesuaikan
kembali yang memerlukan waktu 4 jam sebelum digunakan kembali
Jam kerja standard yang dibutuhkan = 200 (8 + 0,5) + 4 (10) = 1.740 jam standard
d. Jika efisiensi organisasi diperkirakan 95% , efisiensi mesin 90%, dan produktivitas
operator mesin hanya 90% karena ada yang sedang dalam masa pemulihan
Jam kerja nyata yang diperlukan = 1.740/(0,95 x 0,90x 0,90) = 2.261,209 jam nyata
e. Jika hari kerja 22hari/bulan dan kapasitas mesin 10 jam/hari ,
Jumlah mesin yang dibutuhkan = 2.261,209/(22 x 10) = 10,278 mesin
f. Apakah mesin dibulatkan menjadi 11 unit dengan risiko ada kapasitas menganggur
atau dibulatkan 10 unit dengan menambah jam lembur tergantung dari perhitungan
biaya setiap alternatif.

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 54


5.5 Kapasitas Produksi dan Analisis BEP
BEP adalah tingkat produksi dan atau penjualan yang menyebabkan perusahaan
berada pada titik impas karena penerimaan = biaya yang dikeluarkan. Kondisi yang
menguntungkan akan dicapai apabila perusahaan menjual di atas titik impas, oleh karena itu
kapasitas perusahaan harus berada di atas titik impas agar tidak mengalami kerugian.
Pada kondisi tertentu pesanan/permintaan pasar sangat besar, melebihi kapasitas
dan mengharuskan perusahaan membuat keputusan yang paling menguntungkan dari kondisi
tersebut. Salah satu alternatif pemecahan adalah dengan menggunakan diagram BEP
(Gambar 13)
Penerimaan

Biaya dan Penerimaan


Biaya dengan + lembur
margin
Biaya dengan + kapasitas

Tambahan
kapasitas dari kerja
lembur

BEP kapasitas Permintaan


Jumlah Produk
perusahaan pasar

Gambar 5.11. Diagram BEP dengan rencana kapasitas tambahan


Gambar 5.11 menunjukkan ada dua cara yang dapat ditempuh perusahaan
untuk memenuhi pesanan/permintan pasar, yaitu:
a. Menambah kapasitas dengan kerja lembur yang berakibat pada naiknnya
biaya total secara drastis karena kenaikan biaya variable lembur yang
biasanya lebih tinggi dibanding biaya variabel biasa
b. Menambah kapasitas dengan menambah investasi aktiva tetap yang berakibat
pada naiknya biaya total sebesar investasi pada aktiva tetap.
Selanjutnya manajer yang menentukan alternatif terbaik dan sesuai bagi perusahaan

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 55


5.6 Program Of Evaluation And Review Technique (PERT)
PERT adalah metoda analitik yang dirancang untuk membantu penjadualan
dan pengawasan proyek secara kompleks yang memerlukan kegiatan-kegiatan
tertentu yang harus dijalankan dalam urutan tertentu, dimana kegiatan-kegiatan
tersebut mungkin tergantung pada kegiatan lainnya yang merupakan suatu jaringan
kerja (network) . Metoda ini terkenal karena sering digunakan secara meluas
meskipun hanya merupakan satu diantara banyak alternatif metode penjadualan dan
pengawasan. Analisis network secara umum sangat berguna dalam hal:
1. perencanaan suatu proyek yang biasanya sangat kompleks;
2. kegiatan sedemikian rupa dalam urutan yang praktis dan effisien;
3. pembagian kerja atas SDM/tenaga dan dana yang tersedia;
4. penjadualan ulang untuk mengatasi hambatan/keterlambatan;
5. menentukan pertukaran (trade off) antara waktu dan biaya; dan
6. menetukan probabilitas penyelesaian suatu proyek
Jaringan kerja dan komponen penyusunnya dalam metodologi PERT digambarkan
sebagai berikut:

1 2 5

4 7 8

Gambar 5.12. Diagram Jaringan Kerja PERT


Keterangan:
Kegiatan (activity), adalah bagian dari keseluruhan pekerjaan, yang meng-
konsumsi waktu dan sumberdaya serta mempunyai waktu mulai dan akhir

Kegiatan semu (dummy activity) adalah kegiatan yang boleh dilakukan


bila tidak tergantung secara langsung pada kegiatan lain, atau bila dapat
memperbaiki kinerja dan jalur kritis.
Peristiwa (event) adalah permulaan atau akhir suatu kegiatan. Urutan peristi
wa ditandai dengan nomor, dimana nomor kecil menunjukkan peristiwa yang
terlebih dahulu terjadi/dikerjakan

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 56


Metoda lain yang juga terkenal karena kesederhanaannya dalam menyusun
Jadual kegiatan suatu proyek adalah bagan balok yang pertama kali diciptakan
Hanry Gantt pada tahun 1900

Semester I Semester II
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
2
3
4
5
6
7
Gambar 5.13 Diagram Bagan Balok Jadual Kegiatan (Gantt Chart)

Setiap metoda pasti mempunyai kelemahan dan kelebihan, metode rumit


tidak selalu paling baik dan yang sederhana belum tentu jelek sehingga pemilihan
metoda harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan .
Salah satu kelebihan PERT dibandingkan bagan balok adalah adanya metoda
untuk menentukan estimasi penyelesaian suatu proyek secara “lebih halus”. Waktu
kegiatan (activity time) dalam metode PERT ditentukan berdasarkan 3 estimasi waktu
dari pengalaman orang-orang yang mempunyai kemampuan dalam pekerjaannya.
Tiga estimasi waktu tersebut adalah:
1. Waktu optimistic (a): adalah waktu kegiatan tanpa adanya gangguan dan
penundaan sama sekali
2. Waktu realistis (m) :adalah waktu kegiatan yang dapat terjadi dalam kondisi
normal dengan adanya hambatan dan penundaan tertentu yang dapat diterima
3. Waktu pesimistis (b) :adalah waktu kegiatan bila terjadi gamgguan dan
penendaan yang lebih dari biasanya
Berdasar pertimbangan ketiga waktu tersebut maka PERT membuat rumusan waktu
yang diharapkan (expected time) penyelesaian kegiatan sebesar

Waktu yang diharapkan(expected time) = a + 4(m) + b


6

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 57


Jalur Kritis adalah jalur terpanjang pada jaringan kerja, yang waktu
kegiatannya menjadi waktu penyelesaian minimum yang diharapkan untuk masing-
masing alternatif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan jalur kritis adalah:
1. penundaan kegatan dalam jalur kritis akan menyebabkan kelambatan
penyeleaian pekerjaan secara keseluruhan
2. penyeleaian pekerjaan secara keseluruhan akan dapat dipercepat apabila
dapat mempercepat penyelesaian kegiatan yang merupakan bagian dari jalur
kritis
3. kelonggaran waktu pada kegiatan yang tidak temasuk pada jalur kritis dapat
dimanfaatkan untuk realokasi tenaga kerja dari bagian tersebut kepada
kegiatan dalam jalur kritis

Contoh soal
Estimasi waktu penyelesaian berbagai alternatif peristiwa dicatat pada suatu Tabel.
Tentukan jalur kritis dan waktu penyelesaian jalur kritis berdasar metoda PERT.

3 6,5jam
3 jam
3 jam
1 2 5 4 jam
4 jam
6 jam
4 7 8
6 jam
4 jam
6

Gambar 5.14 Diagram Waktu yang diperlukan pada Jaringan Kerja PERT

Jawab : Berdasar data pada Gambar 12 dapat dibuat jaringan kerja serta ditentukan jalur
dan waktu kritisnya sebagai berikut

Tabel.... Perkiraan Waktu Yang Diharapkan Dari Berbagai Alternatif Jalur Peristiwa
Jalur peristiwa alternative Expected time total (jam)
a. 1. 2, 3, 5, 7, 8 ……… 3 + 5 + 6,5 + 4 + 4 = 22,5
b. 1, 2, 4, 5, 7, 8 ……… 3 + 6 + 0 + 4 + 4 = 17
c. 1, 2, 4, 6, 7, 8, ……… 3 + 6 + 6 + 4 + 4 = 23
Berdasar analisis waktu yang diharapkan, fihak pengambil keputusan dapat
menentukan alternatif terbaik

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 58


5.7 Pengukuran Effisiensi Kerja
Effisiensi adalah ukuran tentang penggunaan/pengorbanan sumberdaya dalam
menghasilkan hasil (output) tertentu pada suatu proses produksi. Effisiensi sering
beriringan dengan produktivitas. Produktivitas adalah outnput yang diperoleh dari
pengorbanan satu satuan sumberdaya (input). Berdasar definisi tersebut, effisiensi
dan produktivitas diukur dengan cara yang sama, yaitu ratio antara output dan input,
sehingga semakin tinggi effisiensi semakin tinggui pula produktivitasnya.
Perbedaan antara effisiensi dan produktivitas terletak pada aspek yang
ditekankan. Effisiensi ditekankan pada penggunaan input, sehingga proses produksi
yang memerlukan semakin sedikit input untuk menghasilkan output tertentu
dikatakan semakin effisien. Produktivitas menekankan pada output yang dihasilkan,
sehingga proses produksi yang menghasilkan output lebih banyak dari penggunaan
input tertentu dikatakan semakin produktif.
Usaha untuk mengukur/meningkatkan effisiensi dapat ditempuh dengan teknik
analisa, antara lain penelitian kerja (work study). Penelitian kerja merupakan usaha
untuk mempelajari cara/metode kerja secara ilmiah ditinjau dari segi effisiensi dan
ekonomi/produktivitas untuk mencapai perbaikan cara kerja atau kinerja. Penelitian
kerja biasanya melalui langkah-langkah berikut:
1. Menyusun metode kerja (methode design)
Adalah usaha untuk menetapkan metode kerja yang paling ekonomis. Salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun jaringan dengan
metode PERT untuk menentukan alternatif metode/cara yang paling baik.
2. Standarisasi proses
Setelah metode yang paling baik ditemukan, maka dibuatlah standarisasi
metode tersebut. Standarisasi adalah proses penyusunan, pelaksanaan dan
pemantapan pemakaian ukuran/patokan tertentu (dalam pembahasan ini
adalah standarisasi metode/cara kerja).
3. Menghitung standard beberapa komponen, seperti waktu, biaya,
tenaga kerja dan lain-lain. Contoh cara penentuan waktu standard
a. Menentukan sellected operating time (SOT). Yaitu waktu yang secara
teori diperlukan untuk melakukan kegiatan sesuai metode standard
b. Menentukan normal time (N) = SOT x rating factor
c. Menentukan allownces (A), yaitu tambahan waktu yang biasanya terjadi
d. Waktu standard = N + A

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 59


Berdasar standar yang sudah dibuat maka dapat dihitung effisiensi kerja sebagaimana
contoh berikut:

Contoh Perhitungan :
Sebuah perusahaan hendak menilai effisiensi kerja, melalui penilaian effisiensi
penggunaan biaya bahan baku dan tenaga kerja untuk menghasilkan 570 unit produk,
berdasar data sbb. :
Tabel 5.5. Biaya Bahan Baku Dan Tenaga Kerja Pada Proses Produksi Tertentu
Uraian Biaya riil total (Rp) Biaya standard total (Rp)
Bahan baku 20.300 22.800
Tenaga kerja 16.800 14.250

Sekilas nampak bahwa penggunaan bahan baku lebih efisien karena biaya riil
lebih murah dibanding biaya standard, sebaliknya tenaga kerja terlihat tidak effisien.
Kesimpulan ini belum bisa dikatakan benar sebelum dilakukan analisis lebih lanjut
kenapa terjadi perbedaan antara biaya riil dan standard. Ada beberapa faktor yang
menjadi penyebab perbedaan tersebut, antara lain:
a. Perbedaan harga (price variant)
b. Perbedaan dan ada tidaknya waktu menganggur
c. Perbedaan effisiensi (efficiency variant)
Untuk membuat yang benar tentang effisiensi penggunaan biaya dan tenaga
kerja maka diperlukan data tambahan berikut:
Tabel 5.6 Biaya dan Penggunaan per unit Bahan Baku Dan Tenaga Kerja
Uraian Penggunaan (Rp) Harga
Standard Riil Standard Riil
Bahan baku 1 kg/unit 580 kg Rp 40/kg Rp 35/kg
Tenaga kerja 0,5 jam/unit 280 jam Rp 50/jam Rp 60/jam

Berdasar data yang ada maka dapat dibuat analisis lebih lanjut tentang effisiensi kerja
Tabel 5.7.Effisiensi Penggunaan Bahan Baku
Uraian Jumlah Harga Total Biaya
(kg) (Rp/unit) (Rp)
Biaya riil (Penggunaan riil x harga riil) 580 35 20.300
Perbedaan harga 580 5 2.900 (+)
Penggunaan riil dgn harga standard 580 40 23.200
Penggunaan standard x harga standard 1 kg /unit x 570 unit = 570 40 22.800
Perbedaan effisiensi 580 - 570 = 10 40 400 (-)
Total penghematan 2.500 (+)
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa penggunaan bahan baku tidak effisien
karena menghasilkan nilai negatif Rp 400.000 karena adanya pemborosan
penggunaan material. Penghematan total biaya sebesar Rp 2.500 disebabkan oleh:

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 60


penurunan harga Rp 2.900 namun ada pemborosan penggunaan material sebesar Rp
400.000
Hasil perhitungan pada penggunaan tenaga kerja (Tabel 5.8) menunjukkan
adanya effisiensi karena adanya penghematan tenaga kerja senilai Rp 250.
Perbedaan harga bernilai negatif diakibatkan oleh kenaikan ongkos tenaga kerja
senilai Rp 2.800, sehingga secara total ada kenaikan biaya tenaga kerja sebesar Rp
2.550 akibat kenaikan ongkos per unit.

Tabel 5.8 Effisiensi Penggunaan Tenaga Kerja


Uraian Jumlah Harga Total Biaya
(kg) (Rp/unit) (Rp)
Biaya riil (Penggunaan riil x harga riil) 280 60 16.800
Perbedaan harga 280 10 2.800 (-)
Penggunaan riil dgn harga standard 280 50 14.000
Penggunaan standard x harga standard ½jam/unit x 570unit = 285 50 14.250
Perbedaan effisiensi 285 - 280 = 5 50 250 (+)
Total penghematan 2.550 (-)

5.8 Pengendalian Kualitas


Kualitas/mutu adalah ukuran terpenuhi atau tidaknya standard tertentu.
Kualitas barang yang diproduksi ditentukan kualitasnya berdasarkan standard
tertentu. Semakin banyak standard yang terpenuhi semakin tinggi kualitas suatu
produk. Kualitas produk yang dihasilkan dari proses produksi merupakan suatu hal
yang penting, oleh karenanya perlu direncanakan dan dikendalikan. Pengendalian
kualitas dimaksudkan untuk: (a) mengetahui apakah kualitas barang hasil proses
produksi sudah sesuai standar atau tidak; dan (b) memeriksa letak kesalahan yang
menyebabkan tidak terpenuhinya standard kualitas dan melakukan perbaikan apabila
memungkinkan.
Ada dua aspek dalam pengendalian, yaitu pengawasan dan tindakan
perbaikan jika ada penyimpangan/kesalahan. Ada berbagai macam pengawasan.
Berdasar waktu pelaksanaannya pengawasan dibedakan atas:
a. Pengawasaan di akhir proses, dilakukan untuk mengetahui apakah produk
akhir sudah memenuhi standard yang ditetapkan (management by obyek),.
b. Pengawasan selama proses (management by process), dilakukan untuk
memastikan bahwa proses produksi sudah dilaksanakan sesuai standard
sehingga dapat mengurangi risiko produk rusak, cacat atau tidak berkualitas.

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 61


Berdasar obyeknya pengawasan dibedakan atas:
a. Pengawasan Teknis
Merupakan pengawasan terhadap dengan teknik proses produksi, seperti:
standard bahan baku, tenaga kerja, mutu produk dan lain-lain
c. Pengawasan Manajerial
Merupakan pengawasan terhadap administrasi perusahaan, seperti: prosedur
personalia, sistem akuntansi dan lain-lain.
Pengawasan teknis terhadap produk akhir diperlukan untuk memastikan bahwa
produk yang akan disampaikan kepada konsumen sudah memenuhi standard.
sehingga tujuan memuaskan kebutuhan konsumen dapat terpenuhi. Pengawasan
dapat dilakukan pada seluruh produk (populasi) yang dihasilkan atau pada sebagian
produk yang homogen (sampel) yang dapat mewakili produk secara keseluruhan.
Tidak ada patokan khusus tentang jumlah sampel yang tepat, namun secara kualitatif
dapat dikatakan bahwa sampel yang baik adalah sampel yang mewakili sifat
populasi. Rumus yang digunakan” KODAK” untuk menentukan besarnya sampel:

Jumlah sampel (n) = √ 2 N dimana N adalah jumlah populasi

Pengawasan sampel dilakukan untuk beberapa alasan, antara lain:


a. Uji kualitas sering menyebabkan kerusakan dan atau cacat pada produk,
sehingga tidak mungkin dilakukan pada populasi
b. Jumlah populasi produk terlalu banyak
c. Effsiensi waktu, tenaga dan biaya
Agar pengawasan kualitas dapat dilakukan dengan baik, maka perlu dipenuhi syarat:
a. Valid (tepat)
b. Reliabel (dapat dipercaya sehingga dapat diulang untuk memperoleh hasil
yang sama)
c. Standard, ukuran dan ketentuan yang jelas dan pasti
d. Fleksibel, mudah diterapkan
e. Mempunyai unsur pembeda yang jelas antara yang berkualitas dan tidak
Ada banyak teknik pengawasan kualitas, namun tidak semua cocok untuk
digunakan. Teknik yang dipilih harus sesuai dengan kondisi produk. Pemilihan
teknik yang tidak tepat akan menghasilkan informasi pengendalian yang tidak tepat
pula. Analisis statistik sering digunakan sebagai alat pengendalian kualitas. Contoh:

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 62


a. Standard kualitas kopi, coklat, padi dan kebanyakan produk pertanian berada
pada kisaran tertentu. Misalnya kandungan air gabah kering giling yang
memenuhi standarad kualitas berkisar antara 13 % - 14 %. Standard ini
ditetapkan berdasar kriteria fisiologis
b. Standard atas dan bawah kadang ditetapkan secara statistik menggunakan
teknik simpangan baku. Simpangan baku dapat dirumuskan sebagai berikut:
(X – X rata2)2 (X – X rata2)2
s=√ ( sampel)  s=√ (populasi)
n– 1 n

Keterangan:
s = simpangan baku
X = hasil pengukuran/pengamatan
n = jumlah sampel atau populasi
c. Produk industri massal diharapkan hanya sedikit mengalami rusak/cacat,
sehingga teknik yang digunakan adalah teknik probabilitas (kemungkian)
dengan rumus: P = banyak barang yang rusak/jumlah sampel
Perusahaan tinggal menentukan standard sampai seberapa besar kerusakan
dapat diterima.

Beberapa macam produk terkadang sulit untuk mencapai keseragaman


100%, maka mutu didasarkan pada kriteria kisaran tertentu yang masih dapat
diterima sehingga ada batas bawah dan batas atas. Penentuan batas atas dan bawah
dapat ditetapkan dengan metode simpangan baku. Berdasar batas atas dan bawah
maka dapat dibuat grading pada suatu produk .

Contoh kasus:
1. Sebuah usahatani peekebunan mangga ekspor hendak membuat grading atas
produksi yang dihasilkan pada musim panen tahun ini. grading ditentukan
berdasar metode simpangan baku terhadap 20 sampel yang diambil secara acak.

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 63


Hasil pengukuran pada sampel tercantum pada Tabel 5.9. Rata-rata berat buah
adalah 403,75 g atau dan simpangan baku =19, 926 . Oleh karena yang diukur
adalah mangga, maka perbedaan 1 -5 g tidak terlalu bermasalah. Berdasar hal
tersebut maka berat rata-rata per buah dibulatkan menjadi 405 g dan simpangan baku
menjadi 20 g sehingga grading dapat dibuat sebagai berikut:

375 395 405 415 435 455

A B C D

Interpretasi:
Bergantung kebutuhan responden, kriteria manakah yang dianggap kualitas tertinggi,
namun yang jelas beda setiap kriteria adalah sebesar simpangan baku.

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 64


DAFTAR PUSTAKA

Abas K. 1983. Edisi 1. Analisa Belanja, Dasar-dasar perhitungan dalam


Keputusan Keuangan. Bina Aksara. Jakarta.

Adisaputra, G. dan M., Asri. 1981. Anggaran Perusahaan, Prinsip, Meka-nisme


dan Teknik Penyusunannya. BPFE Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

As’ad, M. 2003. Psikologi Industri. Edisi ke-empat. Liberty. Yogyakarta.

Boediono. 1992. Ekonomi Mikro. LP3ES. Jakarta

Christina, E. dkk. 2001. Anggaran Perusahaan , Suatu Pendekatan Praktis.


Edisi 1. Gramedia. Jakarta.

Djarwanto. 1982. Analisa Laporan Finansiil, Kumpulan Soal dan Jawaban.


BPFE. Yogyakarta.

Gitosudarmo, I. 1983. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi. BPFE.


Yogyakarta.

Handoko, T. H. 1984. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE.


Yogyakarta.
Munawir, S. 1986. Analisa Laporan Keuangan. Edisi ke-2. Liberty. Yogyakarta.

Ogawa, E. Penterjemah Ravianto, J. 1986. Manajemen Produksi Modern


(Pengalaman Jepang). Lembaga Penerbit UI dan Lembaga SIUP. Jakarta.

Riyanto, B. 1990. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 3. Yayasan


Badan Penerbit Gadjah Mada. Yogyakarta.

Subroto, B. 1985. Analisis Laporan Keuangan. Edisi ke-1. Liberty. Yogyakarta.

Qodri, Z.M.E. 1984. Alat-alat Analis Perencanaan dan Pengawasan Produksi.


BPFE UII – Andi Offset. Yogyakarta

TUGAS II. MANAJEMEN AGRIBISNIS LANJUTAN


DIKUMPULKAN per mahasiswa : HARI SELASA, 17 OKTOBER 2017

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 65


1. Analisis RatioKeuangan
Dari tugas kelompok masing-masing tentang laporan keuangan perusahaan
agribisnis yang sudah dibuat, saudara diminta untuk membuat informasi keuangan
tentang:
a. Ratio likuiditas: Working capital to total Aset Ratio
b. Ratio leverage : Total debt to total capital aset
c. Ratio Aktivitas: Workimg capital turn over
d. Ratio rentabilitas: Rate of return on total asset
e. interpretasi atas masing-masing hasil perhitungan ratio
f. Jika perusahaan ingin meningkatkan rato likuiditas (point a) sebesar 25% apa
yang harus dilakukan?

2. Break Even Point


Dari tugas kelompok Akuntansi Biaya yang sudah dibuat, saudara diminta untuk:
a. mengelompokkan biaya berdasar klasifikasi biaya tetap dan variabel
b. menentukan biaya variabel/unit
c. jumlah produk dan volume penjualan jika ratio kontribusi margin = ¼

Manajemen Agribisnis Lanjutan (2017) - 66

Anda mungkin juga menyukai