PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara yang kaya dan subur. Kekayaan alam dan laut
melimpah ruah dari Sabang sampai Merauke. Keragaman dan keunikannya serta
kekayaan dan keragaman budaya berperan sebagai sumber devisa negara, selain
itu juga mempunyai daya tarik dalam sektor pariwisata alam (ecotourism). Salah
satu sektor potensi yang dapat dikembangkan adalah pariwisata, karena hampir
setiap desa di Indonesia memliki potensi pariwisata yang bisa dikelola baik dari
kebudayaan hingga wisata alam yang bisa dijadikan sebuah konsep bisnis yang
bisa dijalankan oleh masyarakat desa. Pariwisata akan menjadi sumber daya yang
potensial yang dapat mendatangkan penghasilan, dan juga sebagai industry yang
bersih yang tidak menimbulkan polusi serta dapat mendukung terbukanya tenaga
kerja1. Setiap wilayah atau desa memiliki potensi yang berbeda-beda, dimana
masyarakat dan akses sarana prasarana yang dibutuhkan. Desa yang maju dan
1
Janianton Damanik, Membangun Pariwisata dari Bawah, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2015, Hal 148.
2
Gunawan Sumodiningrat, Membangun Indonesia dari Desa, Yogyakarta: Media Pressindo, 2016,
Hal 1.
1
Sehubungan dengan diterapkannya Otonomi daerah yang mana berlandaskan
pada Undang- Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, bahwa
desa diberikan peluang dalam mengembangkan potensi yang ada didesa dengan
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
kegiatan wisata, pengusahaan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait.
3
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
4
Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
5
Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan
2
Pembangunan kepariwisataan pada dasarnya merupakan upaya pemanfaatan dan
pengembangan daya tarik wisata, yang terbentuk dalam bentuk, antara lain
kekayaan alam yang indah, keragamanan flora dan fauna, kemajemukan tradisi
dan seni budaya serta peninggalan sejarah dan purbakala. Pengembangan daya
wisata, usaha makanan dan minuman diharapkan akan dapat meningkatkan daya
adanya pengembangan daya tarik wisata yang baru. Hasil yang optimal dapat
mengerakkan system. Aktor tersebut adalah insan-insan pariwisata yang ada pada
berbagai sektor. Secara umum, insane pariwisata dikelompokkan dalam tiga pilar
utama, yaitu: (1) masyarakat, (2) swasta, dan (3) pemerintah. Yang termasuk
masyarakat adalah masyarakat umum yang ada pada destinasi, sebagai pemilik
swasta adalah asosiasi usaha pariwisata dan para pengusaha, sedangkan kelompok
6
A.j Muljadi, Kepariwisataan dan Perjalanan, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, hal 47-48.
3
pemerintah adalah pada berbagai wilayah administrasi, mulai dari pemerintah
mengelola beragam objek wisata yang kaya dan berpotensi bagi perkembangan
7
I Gde Pitana, Sosiologi Pariwisata (Kajian sosiologis terhadap struktur, system, dan dampak-
dampak pariwisata), Yogyakarta: ANDI, 2015, Hal 96-97.
4
4. Pembangunan Kawasan Transit dan Petropolitan di kawasan Mandau dan
Pinggir dengan locus pengembangan kawasan utama di Kecamatan
Desa Sungai Cingam Salah Satu desa di pulau Rupat yang Memiliki Potensi
Alam yang sangat Strategis yang langsung berbatasan dengan selat Melaka (
merupakan Tempat Wisata yang selalu di kunjungi oleh masayarakat sekitar dan
masyarakat luar. Pantai di desa Sungai Cingam salah satu pantai yang menjadi
harapan penduduk desa untuk dijadikan tempat wisata karena memiliki potensi
yang sangat besar. Pantai yang terbentang luas tersebut merupakan objek wisata
tempat dan dapat dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata (tourist attraction)
aspek- aspek lainnya. Menurut Cooper potensi obyek wisata terdiri dari attraction,
berikut:
Atraksi wisata diartikan yang mencakup daya tarik alam, budaya, maupun
buatan/ artificial, seperti event atau yang sering disebut sebagai minat khusus
5
(special interest)8. Adapun potensi wisata yang terdapat di Desa Sungai Cingam
Tabel 1
Potensi Wisata yang dimiliki Desa Sungai Cingam Tahun 2017-2018
8
Dyanita Nawangsari, Jurnal Pengembangan Wisata Pantai Desa Watu Karung dan Desa
Sendang Kabupaten Pacitan Tahun 2017, Vol. 4 No. 1 Tahun 2018, Hal 32.
6
bagi wisatawan dalam menikmati kegiatan wisata, misalnya restoran, tempat
kesehatan, dan fasilitas keamanan9. Fasilitas yang ada di Pantai ketapang adalah
sebagai berikut:
Tabel 2
Fasilitas dan Kondisi Pantai Ketapang Tahun 2018
No Fasilitas Kondisi
Buruk Baik
1 Jalan
2 Pos Jaga
4 Kamar mandi/WC
5 Spot Foto
6 Mushola
9
Dyanita Nawangsari, Jurnal Pengembangan Wisata Pantai Desa Watu Karung dan Desa
Sendang Kabupaten Pacitan Tahun 2017, Vol. 4 No. 1 Tahun 2018, Hal 32.
7
7 Gazebo
8 Rumah Makan
9 Toko Souvenir
10 Pukesmas
bandara, transportasi darat, waktu yang dibutuhkan untuk sampai ketempat wisata,
Objek wisata yang berada di Desa Sungai Cingam untuk menuju Pantai
ketapang memakan waktu sekitar 7 jam jika bergerak dari Pekanbaru. Di awali
dengan perjalanan darat menuju kota Dumai selama kurang lebih 5 jam lalu
Ketika sudah berada di Pulau Rupat maka ada petunjuk jalan yang akan
Sungai Cingam, banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan untuk dapat
lebih maju dan dikenal oleh seluruh masyarakat baik yang berada di desa tersebut
maupun dari luar desa bahkan luar daerah, salah satunya adalah Pantai Ketapang.
10
Dyanita Nawangsari, Jurnal Pengembangan Wisata Pantai Desa Watu Karung dan Desa
Sendang Kabupaten Pacitan Tahun 2017, Vol. 4 No. 1 Tahun 2018, Hal 32.
8
Pemerintah haruslah melakukan pengelolaan yang benar-benar dapat menggali
potensi tersebut agar potensi tersebut bisa dinikmati oleh para wisatawan dan
masyarakat sekitar. Tidak hanya mengali potensi saja, tetapi pemerintah juga
di Desa Sungai Cingam. Sehingga Pantai Ketapang yang berada di Desa Sungai
Cingam bisa menjadi destinasi wisata terbaik yang bisa dikunjungi oleh para
wisatawan.
potensi alam local dalam pembangunan desa, pengelolaan sumber daya alam
Tahun 2017 maka dibentuklah Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Cingam
Jaya, yang mana BUM Desa Cingam Jaya ini diberi wewenang langsung oleh
Pantai Ketapang, dalam hal ini Masyarakat setempat juga dilibatkan dalam
Ketapang.
membawa tatanan ekonomi di wilayah perdesaan menjadi lebih baik. BUM Desa
adalah usaha kolektif antara pemerintah desa dan masyarakat yang bersifat unik
11
Nata Irawan, Tata Kelola Pemerintahan Desa Era UU Desa, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2017, Hal 164.
9
yang mengandung bisnis sosial12. BUM Desa merupakan satu pilar kesejahteraan
bangsa yang didirikan atas dasar komitemen bersama masyarakat desa untuk
ekonomi desa serta alat pendayagunaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam
jenis potensi yang ada di desa. Lebih dari itu BUM Desa menjadi tulang
kesejahteraan warganya13.
pasal 10 BUM Desa Cingam Jaya terdiri dari unit usaha yang mengelola jenis
usaha sesuai hasil pembahasan dan kesepakatan dalam Musyawarah desa dalam
tata kelola potensi wisata dalam menjalankan usaha ekonomi desa secara
a. Kantin Wisata
d. Souvenir
e. Laptop
g. Manajemen operasional
12
Herry Kamaroesid, tata cara pendirian dan pengelolaan badan usaha milik desa, Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2016, hal 10
13
Gusman Zakaria, Revolusi Mental, Jakarta : Gramedia.2017, hal 110.
10
Pada tahun 2017 Pemerintah Desa Sungai Cingam bersama dengan
BUM Desa Cingam Jaya berkerja sama dengan KKN TEMATIK di Desa
Sungai Cingam dalam merenovasi pantai ketapang. Dalam hal ini KKN
Sungai Cingam dikelola oleh BUM Desa Cingam Jaya juga berkerjasama
karang taruna yang dibentuk oleh pemerintah desa Sungai Cingam untuk
pemungutan retribusi karcis masuk objek wisata, mengatur area parkir dan
layanan informasi objek wisata serta promosi melalui media sosial untuk
menarik pengujung objek wisata. Selain itu, untuk menarik pengujung objek
wisata juga dilakukan atraksi wisata seperti acara pesta pantai tahunan yang
banana boat serta istana balon untuk anak-anak. Acara musik tersebut
oleh BUM Desa Cingam Jaya. Berikut adalah data pengujung objek wisata
Pantai Ketapang :
Tabel 3
Jumlah Pengunjung Pantai Ketapang Tahun 2017-2018
2. 2017 1986
11
Jumlah 3438
pantai ketapang sebagai daya tarik yang ada di Desa Sungai Cingam ini perlu
datang.
pertumbuhan produk dan pasar wisatanya, Beberapa masalah yaitu antara lain:
Cingam Jaya sebagai Badan pengelola yang ditunjuk oleh pemerintah desa
sebagai acuan kerja jangka menengah dan jangka panjang. Hal ini terjadi
12
3. Belum optimalnya keterlibatan dari seluruh Stakeholders, seperti keterlibatan
penelitian tersebut dapat terfokus dan terencana. Mengingat pentingnya tata kelola
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tata kelola objek wisata di Desa
3. Kemitraan
8. Akuntabilitas Lingkungan
13
9. Pelatihan pada Masyarakat
terutama bagi kalangan akademis dan berguna untuk kepentingan yang bersifat
1. Teoritis
2. Praktis
2 Tabel 4
Matriks Penelitian Terdahulu
Nama, Tahun, Judul Hasil Penelitian Perbedaan
Penelitian
Kartini, 2016, Pemerintah Kabupaten Siak Penelitian Kartini tentang
Pengelolaan Kawasan melalui Dinas Pariwisata Pengelolaan kawasan wisata
Wisata Hutan Zamrud Pemuda dan Olahraga dalam Hutan Zamrud di kelola
oleh Pemerintah melaksanakan tugas dan
langsung oleh Dinas
Daerah Kabupaten fungsinya untuk
Siak Tahun 2013- mengembangkan dan pariwisata pemuda dan
2015. mengelola wisata alam Olahraga sedangkan
kawasan hutan zamrud belum penelitian sekarang actor
14
maksimal. Hal ini dapat pemerintah yang terlibat
terlihat dari 4 variabel hanya pemerintah desa pada
penghambat, yaitu anggaran, wisata pantai ketapang.
sarana dan prasarana,
kemitraan dan sumber daya
manusia.
Ildha N. Maiwa, 2016, Pengelolaan yang dilakukan Penelitian Ildha
Pengelolaan destinasi oleh Pemerintah Kabupaten menggunakan teori
wisata oleh Solok dalam mengelola objek manajemen untuk mengetahui
pemerintah Kabupaten wisata Danau Singkarak
pengelolaan yang dilakukan
Solok tahun 2014- terdiri dari tahapan
2015 (studi objek perencanaan yang oleh Pemerintah kabupaten
wisata danau perencanaan objek wisata solok pada studi wisata danau
singkarak) Danau Singkarak memiliki singkarak, sedangkan
banyak hambatan dikarenakan penelitian sekarang
perencanaan terhadap Danau menggunakan teori
Singkarak yang telah disusun kepariwisataan untuk
tidak terealisasikan. Tidak
mengetahui tata kelola wisata
adanya investor, tidak adanya
pembebasan lahan oleh oleh pemerintah desa,
masyarakat setempat, SDM masyarakat, dan pengusaha
yang kurang professional, pada studi objek wisata pantai
masyarakat yang kurang sadar ketapang.
wisata dan tidak adanya
kesepakatan bersama antara
pemerintah dengan
masyarakat.
3 Sumber Tabel : Olahan Penulis 2018
sasaran”. Objek dan daya tarik wisata umumnya terdiri atas sumber daya atau
objek yang bersifat hayati dan non hayati, dimana masing-masing memerlukan
pengelolaan sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya pengelolaan objek dan daya
15
tarik wisata harus memperhitungkan berbagai sumber daya wisatanya saya
masyarakat yang ada pada wilayah tersebut. Pencapaian tujuan dari misi
dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisata Nya
16
2. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang
lingkungan lokal.
2. Transportasi yaitu bagaimana fasilitas angkutan baik udara, laut dan darat
15
I.Gde Pitana & I Ketut Surya Diarta, Pengantar Ilmu Pariwisata, Yogyakarta: ANDI OFFSET,
2009, Hal 81-82.
17
3. Daya tarik wisata yaitu suatu aspek utama dalam pariwisata yang akan
hasil pengrajin masyarakat berupa souvenir dan fasilitas umum yang baik
professional16.
program antar pemangku kepentingan yang ada serta pelibatan partisipasi aktif
yang sinergis (terpadu dan saling menguatkan) antara pihak pemerintah, swasta/
sehingga terciptanya good tourism governance akan dapat dengan mudah dikenali
16
A.j Muljadi, Kepariwisataan dan Perjalanan, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, hal 79-80
18
melalui berbagai ciri penyelenggaraan yang berbasis pada prinsip-prinsip prinsip-
sebelumnya.
3. Kemitraan
19
Kepemilikan lokal pembangunan kepariwisataan harus mampu
menjamin bahwa sumber daya alam dan buatan dapat dipelihara dan
20
kultural tourism Partnership dapat dilakukan mulai dari tahap
8. Akuntabilitas Lingkungan
yang tercermin dengan jenis dalam kegiatan yang tercermin dengan jelas
21
dalam kegiatan dalam kebijakan, program dan strategi pembangunan
lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter lanskap (sense of place) dan
22
Umumnya perencanaan strategis dalam pariwisata terdiri dari beberapa
oleh misi organisasi yang tergantung pada jenis usaha yang dimasuki. Misi
organisasi mungkin dapat dilihat dan diketahui dengan mudah tetapi misi
hotel tidak dengan tegas mengatakan kata ‘hotel’ dalam misi perusahaan
23
organisasi juga memerlukan informasi eksternal yang cukup sebagai dasar
yang didapat harus diolah secara sistematis berdasarkan Tujuan yang akan
informasi yang berkaitan dengan kondisi dan keadaan masa kini, baik
8. Mengimplementasikan rencana
diperlukan17.
17
I.Gde Pitana & I Ketut Surya Diarta, Pengantar Ilmu Pariwisata, Yogyakarta: ANDI OFFSET,
2009, hal 109-110.
24
3.5 Kerangka Berpikir
Masyarakat Pengusaha
25
1.7 Definisi Konseptual
memiliki sumber daya wisata yang bisa dikembangkan yang mempunyai daya
5) Objek wisata pantai Ketapang adalah objek wisata yang terdapat di Desa
26
Dalam penelitian mengenai tata kelola objek wisata di Desa Sungai Cingam
bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Metode penelitian kualitatif
adalah metode (jalan) penelitian yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji
atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi didalamnya dan
tanpa ada pengujian hipotesis, dengan metode-metode yang alamiah ketika hasil
yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian
Cingam memiliki potensi wisata pantai Ketapang yang bisa dikelola dan
27
oleh masyarakat sekitar objek wisata yang seharusnya membuka peluang
Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
28
lampiran data-data lain yang dipublikasikan yang mana dapat mendukung
1.8.5.1 Informan
setempat.
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar (lokasi atau tempat)
Tabel 5
Informan Penelitian
No Informan
29
2 Direktur BUM Desa Cingam Jaya
4 Pengusaha
5 Pihak lain yang berkaitan dengan tata kelola objek wisata Pantai
Ketapang
sebagai berikut:
a. Wawancara
b. Observasi
yang terfokus pada kejadian, gejala, atau sesuatu dengan maksud menafsirkan,
30
c. Dokumentasi
undangan, arsip-arsip, dokumen, gambar atau foto dan laporan lainnya yang
maupun tertulis. Teknik analisis data pada penelitian ini mengacu pada
Milles & Huberman dalam Sugiyono yang terbagi dalam tiga langkah, yaitu :
lapangan.
dalam bentuk narasi atau uraian yang lebih mudah dipahami dan lebih
komunikatif.
31
Setelah data diverifikasi berdasarkan bukti-bukti yang kuat dan
32
BAB II
deskripsi lokasi penelitian agar dapat mengetahui gambaran secara umum latar
2°30! Lintang Utara (LU), -0°17 Lintang Utara atau 100°52 Bujur Timur (BT), -
102°52 Bujur Timur (BT), -102° Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten
diantaranya meliputi wilayah di Pulau Sumatera seperti Duri, Dumai. Jarak antara
33
Barat: Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Rokan Hulu, dan Kota Dumai.
17 pulau besar dan beberapa pulau kecil termasuk dalam wilayah Kabupaten
merupakan pulau terbesar. Pada Pada tahun 2017, Kabupaten Bengkalis terdiri
dari 11 Kecamatan yang terletak di daratan dan kepulauan, yaitu: untuk wilayah
Bantan.
34
2.1.2 Pemerintahan
berpendidikan setingkat SMA 26,10 persen, Diploma 18,99 persen dan SLTP ke
bawah 1,49 persen. Ditinjau dari segi golongan kepangkatan, golongan III
dengan jumlah anggota yang setara pada tahun ini yaitu Fraksi Partai Amanat
Nasional dan Partai Golongan Karya masing-masing 8 orang, disusul Fraksi PDIP
35
dan Gerakan Indonesia Raya masing-masing sebanyak 5 orang. Selanjutnya
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera 6 orang, dan yang paling sedikit adalah dari
559.081 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,59 persen atau lebih
Sementara itu, dengan luas wilayah sekitar 7.773,93 km2, secara rata-rata setiap
Bengkalis, hal ini terjadi karena jumlah penduduk selalu mengalami peningkatan
penduduk perempuan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin yang
nilainya lebih besar dari 100. Pada tahun 2017, untuk setiap 100 penduduk
(RPJMD) yang merupakan telaahan atas penjabatan visi dan misi Bupati dan
36
Misi Kabupaten Bengkalis adalah :
kesejahteraan rakyat.
dan Perkebunan.
37
Gerbang Pesisir. Fokus untuk menjadikan Pulau Rupat sebagai pusat
perikanan.
Rupat berada di pesisir pantai, hanya Desa Parit Kebumen dan Desa
Pangkalan Pinang yang terletak di daratan serta Desa Pangkalan Nyirih, Desa
Hutan Panjang, Desa Dungun Baru, dan Desa Pancur Jaya yang berada di
daerah aliran sungai. Luas wilayah Kecamatan Rupat adalah 894,35 km2 Desa
terluas adalah Desa Makeruh dengan luas 151 km2 dan desa terkecil adalah
Desa Pangkalan Pinang dengan luas 11 km2. Desa dengan jarak lurus terjauh
dari ibukota Kecamatan Rupat adalah Desa Makeruh dengan jarak lurus 78
km. Dan jarak terdekat adalah Desa Batu Panjang sebagai ibukota Kecamatan
Rupat.
38
No Desa/Kelurahan Luas Wilayah(km2)
39
1.1.3 Pemerintahan
dari status hukumnya. Dimana Tanjung Kapal, Batu Panjang, Terkul dan
Parit Kebumen, Darul Alam, Sri Tanjung, Pancur Jaya, Dungun Baru dan
Rupat. Sampai akhir tahun 2018, kecamatan Rupat memiliki 91 RW dan 239
Jumlah penduduk kecamatan Rupat pada tahun 2015 berjumlah 33.063 jiwa,
yang terdiri dari 16.982 jiwa laki-laki dan 16.081 jiwa perempuan. Dengan sex
40
rasio sebesar 106, menunjukkan tidak adanya perbedaan yang sangat besar untuk
komposisi jumlah penduduk laki-laki dan perempuan, karena dalam 100 orang
perempuan terdapat 106 orang laki-laki. Dengan luas wilayah kecamatan Rupat
penduduk sebesar 37, yang artinya dalam setiap 1 km² dihuni oleh sekitar 37
orang.
Rupat dan Kecamatan Rupat Utara sekaligus sebagai jalur penghubung kedua
Kecamatan membuat Desa Sungai Cingam sebagai salah satu desa yang
Desa Sungai Cingam merupakan salah satu dari 16 (Enam Belas) desa
Selat Melaka, Sebelah Barat dengan Desa Pangkalan Nyirih dan Desa Pancur
Jaya, Sebelah Utara Desa Makruh dan Sebelah Selatan Desa Teluk Lecah dan
Desa Parit Kebumen. Dengan luas wilayah adalah +75,35 Ha dengan batas
wilayah.
41
3. Dusun Pangkalan Buah
5. Dusun Alohong
2.3.2. Pemerintahan
SEKARANG)
jumlah penduduk Sungai Cingam berjumlah +2.368 jiwa, yang terdiri dari
42
Yang terdiri dalam 18 RT, 6 RW dan 5 Dusun. Mayoritas penduduk di
Desa Sungai Cingam adalah Suku Jawa disamping suku-suku lainya yang
2.3.4 Gambaran Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Cingam Jaya
Desa;
Untuk mencapai tujuan dan pemanfaatan modal secara tepat sasaran, BUM Desa
pertanian;
43
b. jasa produksi pertanian meliputi:
1. olah lahan;
2. pembibitan;
3. tanam;
4. panen;
pariwisata;
skala desa.
KOMISARIS
AZMAN
44
DIREKTUR
SETIA IRAWAN
SEKRETARIS
AS’ARI
ANGGOTA
RAJISMAN
3 SUBANDI BENDAHARA S1
4 SAPIRAH SEKRETARIS D3
45
46
BAB III
Hasil penelitian dan pembahasan mengenai Tata Kelola Objek Wisata di Desa
3.1 Kondisi Badan Objek Wisata Pantai Ketapang di Desa Sungai Cingam
Desa Sungai Cingam Salah Satu desa yang Memiliki Potensi Alam Yang
sangat Strategis yang langsung berbatasan dengan selat Melaka ( Malaysia )
yaitu pantai yang di jadikan Sebagai salah satu IKON kecamatan Rupat dan
masyarakat desa Sungai cingam yaitu pantai Teluk ketapang yang
panjangnya Mencapai ± 5.000 M dan merupakan tempat Wisata yang selalu
di kunjungi oleh masyarakat sekitar dan masyarakat luar.
1. lokasi parkir
47
3. Tempat untuk sholat
48
5. Penyewaan pelampung untuk berenang di pantai
6. Banana Boat
49
1.1 Identifikasi Tata Kelola Objek Wisata di Desa Sungai Cingam
diperoleh. Data yang dimaksud dalam hal ini yaitu wawancara yang dilakukan
focus penelitian. Dalam hal ini tata kelola objek wisata Pantai Ketapang di Desa
Sungai Cingam yang terfokus terhadap kerja sama antara pemerintah, masyarakat,
dan swasta.
50
Hasil penelitian yang dilakukan penulis akan dibagi berdasarkan focus
masalah yang dibahas terkait dengan teori yang digunakan yaitu tata kelola
1.2 Partisipasi Masyarakat Terkait dalam Tata Kelola Objek Wisata di Desa
Sungai Cingam
Secara umum partisipasi dapat dimaknai sebagai hak warga masyarakat untuk
bukanlah sekadar penerima manfaat atau objek belaka, melainkan sebagai subjek
pembangunan.
partisipasi dalam mengelola sumber daya. Oleh karena itu, perlu dirumuskan
51
program. Sebagai sebuah pendekatan, model yang dirumuskan harus
ada. Keikutsertaan dapat meliputi keterlibatannya dalam penentuan visi, misi atau
pengelola yang di tunjuk langsung oleh pemerintah desa untuk mengelola pantai
c. Turut serta dalam program atau kegiatan yang dilakukan oleh BUMDesa.
52
masyarakat yang terkait dalam tata kelola objek wisata Pantai Ketapang di Desa
Sungai Cingam dalam menjalankan kerja sama, di Kantor Desa pada tanggal 22
hari ini desa sudah membentuk suatu badan usaha yaitu BUMDesa yang
di bentuk pada tanggal 15 Mei tahun 2017 bercerita tentang peran serta
yang didalamnya itu terdiri dari beberapa unit salah satunya yaitu unit
Sungai Cingam yang paling utama dan tidak lari dari pemerintah desa. Seluruh
masukan terutama pada setiap acara yang akan diadakan dan mengundang
kampong wisata di kawasan Kotagede juga sesuai dengan Perwal Yogyakarta No.
53
115 tahun 2015, dimana pada pasal 5 dijelaskan salah satu persyaratan teknis
pada masyarakat.
kampung wisata yang hanya diikuti anggota masyarakat tertentu, komunitas lokal
pasif dalam berpartisipasi, generasi muda yang juga tidak terlalu dilibatkan,
masyarakat.
Kepala Desa sekaligus Komisaris BUM Desa Taiba Smart Tarai Bangun
Secara umum partisipasi dapat dimaknai sebagai hak warga masyarakat untuk
bukanlah sekadar penerima manfaat atau objek belaka, melainkan sebagai subjek
pembangunan.
54
mengalokasikan sumber-sumber pendanaan, mengoperasikan program, serta
partisipasi dalam mengelola sumber daya. Oleh karena itu, perlu dirumuskan
ada. Keikutsertaan dapat meliputi keterlibatannya dalam penentuan visi, misi atau
pengelola yang di tunjuk langsung oleh pemerintah desa untuk mengelola pantai
55
d. Ikut serta memajukan unit usaha yang dikelola BUMDesa;
f. Turut serta dalam program atau kegiatan yang dilakukan oleh BUMDesa.
masyarakat yang terkait dalam tata kelola objek wisata Pantai Ketapang di Desa
Sungai Cingam dalam menjalankan kerja sama, di Kantor Desa pada tanggal 22
hari ini desa sudah membentuk suatu badan usaha yaitu BUMDesa yang
di bentuk pada tanggal 15 Mei tahun 2017 bercerita tentang peran serta
yang didalamnya itu terdiri dari beberapa unit salah satunya yaitu unit
Sungai Cingam yang paling utama dan tidak lari dari pemerintah desa. Seluruh
masukan terutama pada setiap acara yang akan diadakan dan mengundang
56
pembentukan kampung wisata, perencanaan program, pelaksanaan, hingga
kampong wisata di kawasan Kotagede juga sesuai dengan Perwal Yogyakarta No.
115 tahun 2015, dimana pada pasal 5 dijelaskan salah satu persyaratan teknis
pada masyarakat.
kampung wisata yang hanya diikuti anggota masyarakat tertentu, komunitas lokal
pasif dalam berpartisipasi, generasi muda yang juga tidak terlalu dilibatkan,
masyarakat.
Kepala Desa sekaligus Komisaris BUM Desa Taiba Smart Tarai Bangun
57
Sunaryo (2013:78) menilai bahwa para pelaku dan pemangku kepentingan
paparan teoritis dari Sunaryo tersebut, sehingga dalam tata kelola objek wisata di
kepentingan tentu harus terlibat dalam seluruh proses demi tercapainya tujuan
tersebut sejauh ini terhambat oleh beberapa faktor, seperti terkait minimnya
lainnya hingga terkait masalah keaktifan BUMDesa Cingam jaya itu sendiri.
1.4 Kemitraan
58
pariwisata dengan masyarakat setempat harus diupayakan dalam menunjang
Kotagede terlihat jelas dari berbagai kemitraan dan kerjasama yang dilakukan
oleh kampung wisata bersama sejumlah pihak swasta atau pelaku usaha
Kotagede.
59
kepariwisataan seharusnya dapat menggunakan sumber daya yang dibutuhkan
Program
bahwa sumber daya yang dipergunakan dapat dipelihara dan diperbaiki (Sunaryo,
2013:79).
manusia, sumber daya alam, sumber daya budaya, sumber daya minat khusus dan
ditambah dengan sumber daya modal. Hal tersebut sejalan dengan pemaparan dari
Pitana dan Diarta (2009:68), yang menjelaskan bahwa sumber daya dalam
pariwisata diartikan sebagai segala sesuatu yang secara langsung maupun tidak
Lebih lanjut Pitana dan Diarta (2009:68) menyampaikan bahwa sumber daya yang
sumber daya budaya, sumber daya manusia, dan sumber daya minat khusus.
memenuhi prinsip pemanfaatan sumber daya secara berlanjut. Hal tersebut terlihat
mulai dari pemanfaatan sumber daya alam, manusia, budaya dan minat khusus,
hingga sumber daya modal. sejalan dengan penelitian Ardianto (2016:70) yang
60
menyebutkan bahwa pemanfaatan sumber daya di Kabupaten Natuna cukup baik
dimana pemerintah memanfaatkan sumber daya alam yang tidak berlebihan serta
alam yang tercipta. Hambatan yang dihadapi lebih terkait dengan masalah internal
sumber daya manusia organisasi kampung wisata, terkait keterbatasan modal yang
dimiliki oleh
kampung wisata itu sendiri, dan terkait pemanfaatan sumber daya budaya yang
masih terkotak-kotak.
komponen pariwisata yang terlibat dapat diwujudkan dengan baik, mulai dari
aspirasi masyarakat dapat dinilai dari ada atau tidaknya upaya menampung,
dilakukan oleh dua aktor yakni dari pengelola atau pengurus kampung wisata itu
61
sendiri serta dari pemerintah. Swasta belum aktif terlibat dalam kegiatan tersebut
umum dan keduanya pun masih berdiri sendiri-sendiri diluar kemitraan yang
dilakukan. Sejalan
banyak terhenti pada akar rumput dan belum tersalurkan sepenuhnya sampai pada
berbagai fasilitas dan kegiatan kepariwisataan meliputi daya dukung fisik, biotik,
kapasitas lokal dan daya dukung lingkungan yang ada. Prinsip daya dukung
62
lingkungan pada kampung wisata di kawasan Kotagede telah sesuai dan
wisata dan melibatkan peran serta pemerintah, swasta, dan masyarakat setempat.
Selain itu dalam kegiatan wisata yang diselenggarakan pun tidak melampaui
ambang batas dari kapasitas lokal serta daya dukung lingkungan kampung wisata
Monitoring dan evaluasi program merupakan dua kegiatan terpadu dalam rangka
kegiatan monitoring dan evaluasi dalam program tata kelola kepariwisataan yang
pengawasan dan evaluasi program, serta adanya batasan atau indikator untuk
63
disesuaikan dengan teori Good Tourism Governance dinilai masih belum
optimal.
terdapat upaya evaluasi dan monitor program kegiatan wisata yang dilakukan oleh
pemerintah.
(2013:80) harus selalu memberi perhatian yang besar pada kesempatan untuk
64
pemanfaatan sumber daya alam seperti tanah, air, dan udara harus menjamin
dan budaya) serta ada atau tidaknya pemanfaatan sumber daya yang menjamin
Ketercapaian prinsip tersebut secara keseluruhan masih belum optimal. Hal ini
memberikan pengaruh yang besar dan luas untuk masyarakat sekitar. Hal
tersebut terhambat oleh belum adanya pondasi yang kokoh dan jaringan
aktivitas wisata yang dilakukan oleh kampung wisata sendiri masih sangat
Hal serupa juga disebutkan oleh Dorojati dan Astuti (2016:84) dalam
65
1.10 Pelatihan pada Masyarakat
diukur dengan melihat ada atau tidaknya program pendidikan dan pelatihan
(2016:74) yang memaparkan bahwa pemerintah daerah yang dalam hal ini
workshop.
diselenggarakan baik itu oleh pemerintah maupun pihak swasta. Walaupun dalam
66
tersebut, meliputi: kegiatan dari pemerintah yang cenderung digeneralisasikan,
berkelanjutan.
place) dan identitas budaya masyarakat setempat secara baik. Prinsip promosi dan
advokasi budaya lokal dapat diukur dengan melihat ada atau tidaknya promosi
wisata, yang mana promosi mengedepankan karakter tempat, nilai masyarakat dan
Yogyakarta, penerapan prinsip masih terhambat oleh upaya promosi yang ada
wisata lokal dalam kaitannya dengan upaya melakukan promosi bersama. Hasil
67
menyatakan bahwa sejauh ini Dinas Pariwisata telah melakukan upaya promosi
H. Sistemetika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
68
Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang penelitian. Kemudian juga
berisikan tentang rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan dan disertakan
Dalam Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yaitu di Desa
Dalam bab ini berisikan tentang pembahasan mengenai tata kelola objek wisata di
dengan:
3. Kemitraan
8. Akuntabilitas Lingkungan
69
BAB IV PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari peneliti yang diperoleh dari hasil
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Paradigma.
70
Kamaroesid ,Herry. 2016. Tata Cara Pendirian Dan Pengelolaan Badan Usaha
Pitana , I Gde & Diarta, I Ketut Surya. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Indonesia Press.
Media Pressindo.
Irawan, Nata. 2017. Tata Kelola Pemerintahan Desa Era UU Desa. Jakarta:
Peraturan Perundang-Undangan
71
Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan
Peraturan Desa Nomor 2 tahun 2017 tentang Peraturan Badan Usaha Milik Desa
Cingam jaya.
Skripsi
Universitas Riau.
Jurnal
Wulan, Tunjung. 2013. Identifikasi Potensi dan Masalah Desa Wonosoco dalam
Nomor 1.
Karung Dan Desa Sendang Kabupaten Pacitan Tahun 2017, Vol. 4 No. 1.
72
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Tarai Bangun dan Parit Baru dilakukan secara baik.Adanya berbagai unit
usaha yang di kelola oleh BUM Desa Tarai Bangun dan Parit Baru
2. Kemudian untuk anggota pemanfaat unit usaha simpan pinjam BUM Desa
Tarai Bangun dan Parit Baru masih terdapat masyarakat yang tidak tepat
73
1.2 Saran
1. Disarankan untuk kedepan Badan Usaha Milik Desa Tarai Bangun dan
Parit Baru semakin banyak unit usaha yang sudah direncanakan akan
keterpurukan.
Badan Usaha Milik Desa Tarai Bangun dan Parit Baru seperti denda
tepat waktu sehingga Badan Usaha yang ada di desa dapat terus berlanjut
74
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdullah, Rozali. 2005. Pelaksanaan Otonomi Luas. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Ishak, 2010. Posisi Politik Masyarakat Dalam Otonomi Daerah. Jakarta: Penaku.
Kaelan, 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta:
Paradigma.
Kamaroesid, Hery. 2016. Tata Cara Pendirian Dan Pengelolaan Badan Usaha
Milik Desa. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Koentjaraningrat.1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT
Gramedia.
Pambudi, Himawan, Dkk. 2001.Politik Pemberdayaan Jalan Mewujudkan
Otonomi Desa.Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama.
Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Rauf, Rahyunir dan Yusri Munaf. 2014. Lembaga Kemasyarakat Di Indonesia.
Pekanbaru: Zanafa Publishing.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bandung (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sujianto dan Syofian. 2017. Transformasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan
Pemerintah Desa.Pekanbaru: UR Press.
Sumodiningrat, Gunawan dan Ari Wulandari. 2016. Membangun Indonesia Dari
Desa. Yogyakarta: Media Pressindo.
Wasistiono, Sadu dan Irwan Tahir. 2006. Prospek Pengembangan Desa.
Bandung: Fokusmedia.
Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
75
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 tahun 2010 tentang BUMDes
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan
dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa
Peraturan Daerah Kampar Nomor 14 Tahun 2007 tentang Badan
Usaha Milik Desa
Peraturan Bupati Kampar Nomor 37 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Badan Usaha Milik Desa
Peraturan Desa Tarai Bangun Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pembentukan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDesa) TAIBA SMART
Peraturan Desa Parit Baru Nomor 001 Tahun 2014 tentang Pembentukan Badan
Usaha Milik Desa (BUM Desa) Matahari Harapan Desa Parit Baru
Skripsi:
Algi Fajri. 2017. ‘’Peranan Pemimpin Informal Dalam Pembangunan Desa (Studi
di Desa Pulau Terap Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar)” Skripsi.
FISIP, Ilmu Pemerintahan, Universitas Riau. Pekanbaru.
NoviyantiNurhasanah. 2015. “Rekruitmen Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
dari Jalur Tenaga Honorer Kabupaten Kampar Tahun 2012” Skripsi.
FISIP, Ilmu Pemerintahan, Universitas Riau. Pekanbaru.
Jurnal:
Ridlwan, Zulkarnain. 2014. Jurnal Urgensi Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)
Dalam Pembangunan Perekonomian Desa. Volume 8. Nomor 3. Edisi
September.
Suwarsono. 2014. Jurnal Posisi Politik Komisi Pemberantasan Korupsi Analisis
Pemangku Kepentingan Pada Organisasi Publik. Volume 3. Nomor 1.
Edisi Januari.
Semuel Batlajery, jurnal Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Pada Aparatur
Pemerintahan Kampung Tambat Kabupaten Merauke, Volume 7 Nomor 2
Edisi Oktober
Website:
http://mbem-ntuw-aqoe.blogspot.com/2012/04/posisi-peran-sosial-norma
control.htmlDiunggah Tanggal 11 September 2018
http://www.riaudailyphoto.com/2012/04/visi-dan-misi-kabupaten-
kampar.htmlDiunggah Tanggal 29 Oktober 2018
76
Dokumen:
Laporan Pertanggungjawaban Pengelola BUM Desa Taiba Smart Tahun 2016-
2017.
Laporan Pertanggungjawaban Pengelola BUM Desa Matahari Harapan Tahun
2016-2017.
77