Anda di halaman 1dari 88

AKUNTANSI SOSIAL

DAN LINGKUNGAN
Teori dan Implementasi
Bagian I
• Kebijakan Sosial dan Lingkungan :
1. Strategi Pengelolaan Lingkungan
2. Kelembagaan Lingkungan Hidup
3. Pengungkapan Sosial
4. Teori Pengungkapan Sosial
5. Pengungkapan Lingkungan
6. Kasus Lingkungan
Kebijakan sosial hadir sebagai cara untuk
memecahkan masalah sosial dan memenuhi
kebutuhan sosial bagi semua golongan masyarakat
yang mempermudah dan meningkatkan kemampuan
mereka dalam menanggapi perubahan sosial.
Kebijakan sosial senantiasa berorientasi kepada
pencapaian tujuan sosial. Tujuan sosial ini
mengandung dua pengertian yang saling terkait,
yakni: memecahkan masalah sosial dan memenuhi
kebutuhan sosial.
Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup:
- Pengelolaan Lingkungan Hidup Mendatang
- Pembangunan Berwawasan Lingkungan Hidup
- Pendidikan Lingkungan Hidup
- Industri Indonesia Yang Ramah Lingkungan
Kebijakan lingkungan hidup sarat dengan aspek politik karena kuatnya
keragaman mazhab para pemangku kepentingan yang tata nilainya sering
bertolak belakang.

Tipologi keputusan yang dihasilkannya akan selalu diperangkap


perdebatan etika, karena umumnya berkaitan dengan pilihan-pilihan :
mana yang harus dikorbankan-mana yang harus diselamatkan, bagaimana
mendistribusikan manfaat secara “adil”, atau bahkan memperjuangkan nasib
kelompok yang tidak akan pernah terwakili dengan baik (misalnya spesies non
manusia, atau bahkan generasi yang akan datang).

Kancah “pertempuran”-nya selalu berada di wilayah ekonomi, karena


kebijakan lingkungan hidup berhubungan langsung dengan tata kuasa,
produksi, konsumsi, dan pelestarian sumber daya alam.Syarat dasar untuk
membuat desain kelembagaan lingkungan hidup yang efektif adalah
memahami pilihan-pilihan dan konsekuensi yang harus dihadapi dalam
pembentukan dan pelaksanaan kebijakan publiknya.
berdasarkan UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Perpres RI No. 16/2015 (Pasal 2, 3, 4), Permen LHK No. P.18/MenLHK-
II/2015 (Bab I, II, III), berikut adalah lembaga-lembaga yang berkaitan dengan
pengelolaan lingkungan di Indonesia:

1. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)


2. Badan Lingkungan Hidup (BLH)
3. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
4. Badan Restorasi Gambut (BRG)
5. Badan Informasi Geospasial (BIG)
6. Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional
7. Kementerian Dalam Negeri
8. Kementerian Pertanian
9. Kementerian PU
10. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
11. Kementerian Keuangan
12. Dirjen Pajak
13. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Bagaimanapun juga tidak dapat dipungkiri bahwa perusahaan
memperoleh nilai tambah karena adanya kontribusi masyarakat sekitar
termasuk lingkungan hayati (social resources). Hal yang perlu diingat bahwa
rusaknya social resources berarti akan menimbulkan social cost yang harus
ditanggung oleh masyarakat. Sebaliknya, jika aktivitas perusahaan itu juga
bertujuan meningkatkan social resources-nya, maka social benefit lah yang
akan diperoleh.

Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan muncul dari visi


manajemen perusahaan, karena visi manajemen perusahaan ke depan
mengharuskan adanya pengungkapan informasi tambahan dalam laporan
keuangan perusahaan. Tanggung jawab sosial merupakan sesuatu yang
berwujud kesadaran untuk mengembalikan sebagian manfaat yang
diperoleh perusahaan untuk masyarakat.
Dalam pelaporan sosial secara umum, akuntansi sepertinya
belum menghasilkan pengukuran yang tepat (valid) pada
akibat sosial.
Harus diakui bahwa relatif sulit untuk melakukan
pengukuran dan pelaporan yang tepat, karena aspek yang
diukur mempunyai sifat yang tidak berwujud.
Dalam artikelnya Usmansyah (1989) menyebutkan setidaknya
terdapat 3 (tiga)pendekatan yang dapat digunakan sebagai
pedoman dalam akuntansi sosial yaitu pendekatan deskriptif,
pendekatan biaya, dan pendekatan biaya-manfaat
Dan masih banyak lagi pendekatan lainnya yang digunakan
dalam pengungkapan sosial
Pengungkapan lingkungan adalah salah satu bentuk
tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan
dan diharapkan mengundang para stakeholder untuk
berinvestasi, sehingga akan menimbulkan
keuntungan kepada perusahaan
Bagian II
• Implementasi Akuntansi Sosial dan Lingkungan:
1. Akuntansi Sosial Lingkungan
2. Akuntansi Lingkungan di Indonesia
3. Keterlibatan Akuntan dalam Penerapan Akuntansi Sosial dan
Lingkungan
• SEJARAH:
• Lingkungan akuntansi mulai menerima
perhatian selama krisis energi pada 1970-an.
Meskipun isu tersebut diberikan pertimbangan
untuk sementara waktu, krisis energi berakhir
dan 1980-an diantara di era baru kemakmuran
ekonomi. Praktek akuntansi lingkungan
memudar ke latar belakang sebelum standar
untuk mengukur dampak ekonomi
dikembangkan. Perundang-undangan dan
kesepakatan tentang bagaimana menghitung
faktor lingkungan dan faktor-faktor apa harus
dihitung sulit didapat. Pada 1990-an, suatu
kenaikan besar dalam aktivitas perlindungan
lingkungan membawa akuntansi lingkungan ke
dalam kesadaran konsumen dan bisnis.
Harahap (2005) mengemukakan beberapa alasan para
pendukung dan para penentang terhadap konsep
tanggungjawab sosial perusahaan. Adapun alasan-
alasan yang dikemukakan oleh para pendukung agar
perusahaan memiliki etika dan tanggungjawab sosial
yaitu:
• Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap • Dapat menunjukkan respon positif perusahaan
keinginan dan harapan masyarakat terhadap terhadap norma dan nilai yang berlaku dalam
• peranan perusahaan. Dalam jangka panjang, hal ini masyarakat, sehingga mendapat simpati masyarakat.
sangat menguntungkan perusahaan. • Sesuai dengan keinginan para pemegang saham, dalam
• Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi hal ini publik.
perbaikan lingkungan, masyarakat, yang mungkin • Mengurangi tensi kebencian masyarakat kepada
akan menurunkan biaya produksi. perusahaan yang kadang-kadang Suatu kegiatan yang
• Meningkatkan nama baik perusahaan, akan dibenci masyarakat tidak mungkin dihindari.
menimbulkan simpati langganan, simpati • Membantu kepentingan nasional, seperti konversi
karyawan, alam, pemeliharaan barang seni budaya, peningkatan
• investor, dan lain-lain. pendidikan rakyat, lapangan kerja, dan lainlain.
• Menghindari campur tangan pemerintah dalam
melindungi masyarakat. Campur tangan
pemerintah cenderung membatasi peran
perusahaan. Sehingga jika perusahaan memiliki
tanggungjawab sosial mungkin dapat mengindari
pembatasan kegiatan perusahaan.
Alasan-alasan pihak yang dikemukakan oleh para
penentang tanggungjawab sosial perusahaan antara
lain :
• Mengalihkan perhatian perusahaan dari tujuan
utamanya dalam mencari laba. Ini akan
menimbulkan pemborosan.
• Memungkinkan keterlibatan perusahaan terhadap
permainan kekuasaan atau politik secara
berlebihan yang sebenarnya bukan lapangannya.
• Dapat menimbulkan lingkungan perusahaan yang
monotik bukan yang bersifat pluralistik.

• Keterlibatan sosial memerlukan dana dan tenaga yang cukup


besar yang tidak dapat dipenuhi oleh dana perusahaan yang
terbatas, yang dapat menimbulkan kebangkrutan atau
menurukan tingkat pertumbuhan perusahaan.
• Keterlibatan pada kegiatan sosial yang demikan kompleks
memerlukan tenaga dan para ahli yang belum tentu dimiliki
oleh perusahaan.
Alasan Pengungkapan Sosial 2. Product differentation
Pengungkapan kinerja sosial pada laporan tahunan Manager dari perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial
perusahaan seringkali dilakukan secara sukarela oleh memiliki insentif untuk
perusahaan. Adapun alasan-alasan perusahaan untuk membedakan diri dari pesaing yang tidak bertanggung jawab
mengungkapan kinerja sosial secara sukarela sosial kepada masyarakat.
(Henderson and Peirson, 1998) antara lain: Akuntansi kontemporer tidak memisahkan pencatatn biaya dan
1. Inernational decision making manfaat aktivitas sosial
Manajemen membutuhkan informasi untuk perusahaan dalam laporan keuangan, sehingga perusahaan yang
menentukkan efektivitas dari informasi sosial tertentu tidak bertanggung jawab
dalam mencapai tujuan sosial perusahaan. Data harus akan terlihat lebih sukses daripada perusahaan yang
tersedia agar biaya dari pengungkapan bertanggung jawab. Hal ini mendorong
tersebut dapat diperbandingkan dengan manfaatnya informasi perusahaan yang bertanggung jawab untuk
bagi perusahaan. Walaupun hal ini sulit mengungkapkan informasi tersebut
diidentifikasi dan diukur, namun analisis secara sehingga masyarakat dapat membedakan mereka dari
sederhana lebih baik daripada tidak sama sekali. perusahaan lain.

3. Englightened self interst


Perusahaan adalah melakukan pengungkapan untuk menjaga
keselarasan sosialnya dengan
para stakeholder yang terdiri stockholder, kreditor, karyawan,
pemasok, pelanggan, pemerintah
dan masyarakat karena mereka dapat mempengaruhi
pendapatan penjualan dan harga saham
perusahaan.
3. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah perusahaan Indonesia
yang mengadopsi dan menerapkan Sustainability Reporting (SR),
yaitu pelaporan yang memadukan pelaporan sosial, lingkungan,
keuangan dan tatakelola secara integral, terus meningkat.
Tapi, dukungan rerangka konseptual, prinsip akuntansi dan
standar akuntansi untuk mendukung praktik pelaporan
berkelanjutan masih lemah/belum ada.

Model SR di kembangkan Global Reporting Inisiatives (GRI)


sejak tahun 2001. Kebanyakan korporasi global sudah
menerapkan SR
Pada 2020, model Sustainability Reporting yang dikembangkan
Global Reporting Inisiatives (GRI) akan menjadi mandatory bagi
korporasi global
Saat ini, sedang difinalisasi draft International Sustainability
Reporting Standards (ISRS).
4. Seiring dengan kian seriusnya krisis sosial dan
lingkungan global, Bisnis, Akuntansi dan Akuntan
dituding sebagai penyebab (pemicu dan pemacu)
terjadinya krisis tersebut.
Akuntansi dan akuntan diminta turut bertanggung
jawab memberi solusinya
 Laporan keuangan yang dihasilkan dari proses
Akuntansi dan dikerjakan oleh para Akuntan hanya
menyajikan informasi keuangan kepara para
pemakai, sedangkan informasi sosial dan lingkungan
diabaikan dalam proses akuntansi.

 Laporan Keuangan hanya menyajikan sinyal-sinyal


atau indikator “kesuksesan keuangan” sementara
dampak-dampak sosial-ekologi yang ditimbulkan
oleh aktivitas ekonomi negara atau aktivitas bisnis
korporasi diabaikan

 Dampak negatif: menyesatkan para pihak dalam


pengambilan keputusan stratejik, taktikal dan
operasional...
Peranan akuntan dalam membantu manajemen mengatasi masalah lingkungan melalui lima tahap,
yaitu (Gray 1993) :
1. Sistem akuntansi yang ada saat ini dapat dimodifikasi untuk mengidentifikasi masalah lingkungan
dalam hubungannya dengan masalah pengeluaran seperti biaya kemasan, biaya hukum, biaya sanitasi
dan biaya lain-lain yang berkenaan dengan efek lingkungan.
2. Hal-hal yang negatif dari sistem akuntansi saat ini perlu diidentifikasikan, seperti masalah penilaian
investasi yang belum mempertimbangkan masalah lingkungan.
3. Sistem akuntansi perlu memandang jauh kedepan dan lebih peka terhadap munculnya isu-isu
lingkungan yang selalu berkembang.
4. Pelaporan keuangan untuk pihak eksternal dalam proses berubah, seperti misalnya berubah ukuran
kerja perusahaan di masyarakat.
5. Akuntansi yang baru dari sistem informasi memerlukan pengembangan seperti pemikiran tentang
kemungkinan adanya “eco balance sheet”.
Bagian III
• Lanjutan Implementasi Akuntansi Sosial dan Lingkungan:
1. Tujuan Akuntansi Sosial Lingkungan
2. Pengukuran Akuntansi Sosial dan Lingkungan
3. Pelaporan, Pengungkapan, Akuntansi Sosial dan Lingkungan
4. Penyusunan Standar Akuntansi Lingkungan
Tujuan akuntansi lingkungan (Pramanik, et.al., 2007) antara lain adalah untuk:
1. Mendorong pertanggungjawaban entitas dan meningkatkan transparansi lingkungan.
2. Membantu entitas dalam menetapkan strategi untuk menanggapi isu lingkungan hidup dalam konteks
hubungan entitas dengan masyarakat dan terlebih dengan kelompok-kelompok penggiat (activist) atau penekan
(pressure group) terkait isu lingkungan.
3. Memberikan citra yang lebih positif sehingga entitas dapat memperoleh dana dari kelompok dan individu
’hijau’, seiring dengan tuntutan etis dari investor yang semakin meningkat.
4. Mendorong konsumen untuk membeli produk hijau dan dengan demikian membuat entitas memiliki
keunggulan pemasaran yang lebih kompetitif dibandingkan entitas yang tidak melakukan pengungkapan.
5. Menunjukkan komitmen entitas terhadap usaha perbaikan lingkungan hidup.
6. Mencegah opini negatif publik mengingat perusahaan yang berusaha pada area yang berisiko tidak ramah
lingkungan pada umumnya akan menerima tentangan dari masyarakat

Secara garis besar, keutamaan penggunaan konsep akuntansi lingkungan bagi


perusahaan adalah kemampuan untuk meminimalisasi persoalan-persoalan
lingkungan yang dihadapi
Dalam pertukaran yang terjadi antara perusahaan dan lingkungan c. Biaya perbaikan dan pencegahan
sosialnya terdapat dua dampak yang timbul, yaitu dampak positif Biaya biaya sosial tertentu dapat dinilai dengan
dan dampak negatif. Masalah yang timbul adalah bagaimana mengestimasi pengeluaran yang dilakukan
mengukur kedua dampak tersebut sebagai social cost dan social benefit. untuk memperbaiki dan mencegah kerusakan.
Ansry Zulfikar (1997) memberikan beberapa teknik pengukuran yang
dapat digunakan yaitu: d. Penilaian dari penilai independen
a. Penilaian pengganti Para penilai (appraiser) yang independen dapat
Jika nilai dari sesuatu tidak dapat secara langsung ditemukan, maka berguna untuk menilai barang-barang tertentu.
kita dapat mengestimasikannya dengan nilai suatu pengganti, yaitu Hal ini analog dengan penilaian pengganti yang
sesuatu yang kira-kira mempunyai kegunaan yang sama dengan yang dilakukan oleh ahli dari luar perusahaan.
sedang diukur. Kelemahan dari cara ini adalah kemungkinan besar e. Putusan pengadilan
pengukur hal yang salah, atau memilih suatu pengganti yang nilainya
tidak sesuai dengan yang sedang diukur. Putusan pengadilan, misalnya denda akibat
b. Teknik Survey suatu dampak dari kegiatan sering menunjukkan
Teknik ini mencakup cara-cara untuk mendapatkan informasi bagi nilai sosial.
mereka yang dipengaruhi, yaitu kelompok masyarakat yang
dirugikan atau yang menerima manfaat. Pengumpulan informasi
yang paling mudah adalah dengan bertanya langsung kepada
anggota kelompok masyarakat yang ada. Dalam mengumpulkan
informasi tersebut, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:
(1) responden harus mempunyai suatu pengertian yang jelas
mengenai dampak yang sedang diukur dalam dirinya, (2) responden
harus mampu menghubungkan dampak ini ke unit moneter, baik
secara langsung ataupun menggunakan nilai pengganti, dan (3)
responden harus mau memberikan jawaban jujur.
Menurut Martin Freedmen (Siegal dan Marconi, 1989), ada tiga a. Inventory approach
pendekatan dalam pelaporan kinerja sosial: Perusahaan mengompilasikan dan mengungkapkan sebuah
daftar yang komprehensif dari aktivitas-aktivitas sosial
1. Pemeriksaan sosial (social audit) perusahaan. Daftar ini harus memuat semua aktivitas sosial
Pemeriksaan sosial mengukur dan melaporkan dampak perusahaan baik yang bersifat positif maupun yang negatif.
ekonomi, sosial dan lingkungan dari program-program b. Cost approach
yang berorientasi sosial dari operasi-operasi perusahaan. Perusahaan membuat daftar aktivitas-aktivitas sosial
Pemeriksaan sosial dilakukan dengan membuat suatu daftar perusahaan dan mengungkapkan jumlah pengeluaran pada
aktivitas-aktivitas perusahaan yang memiliki konsekuensi sosial, masing-masing aktivitas tersebut.
lalu auditor sosial akan mencoba mengestimasi dan mengukur c. Program management approach
dampak-dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas Perusahaan tidak ikut hanya mengungkapkan
tersebut. aktivitasaktivitas
pertanggungjawaban sosial tetapi tujuan dari aktivitas
2. Laporan sosial (sosial report) tersebut serta hasil yang telah dicapai oleh perusahaan
Berbagai alternatif format laporan untuk menyajikan laporan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan itu.
sosial telah diajukan oleh para akademis dan praktisioner. d. Cosbenefitt Approach
Pendekatan-pendekatan yang dapat oleh perusahaan untuk Perusahaan mengungkapkan aktivitas yang memiliki
melaporkan aktivitas-aktivitas pertanggungjawaban sosialnya ini dampak sosial serta biaya dan manfaat dari aktivitas
dirangkum oleh Dilley dan Weygandt menjadi 4 kelompok tersebut. Kesulitan dalam penggunaan pendekatan ini
sebagai berikut (Henderson dan Peirson, 1998): adalah adanya kesulitan dalam mengukur biaya dan manfaat
sosial yang diakibatkan oleh perusahaan terhadap
masyarakat.
Menurut Martin Freedmen (Siegal dan Marconi, 1989),
ada tiga pendekatan dalam pelaporan kinerja sosial:
3. Pengungkapan sosial dalam laporan tahunan
(dislosures in annual)
Pengungkapan sosial adalah pengungkapan informasi
tentang aktivitas perusahaan yang berhubungan
dengan lingkungan sosial perusahaan. Pengungkapan
sosial dapat dilakukan melalui berbagai media antara
lain laporan tahunan, laporan interim, prospektus,
pengumuman kepada bursa efek, atau melalui media
massa. Contoh pengungkapan sosial dalam
prospektus untuk sebuah perusahaan yang akan
goublic
(Initial Public Offering/IPO).
Perusahaan tersebut mencantumkan analisis mengenai dampak lingkungan, misalnya
Dalam memberikan kenyaman dan keamanan kepada para pembelinya, perseroan telah
menyediakan pengelolaan sarana pemukiman yang pokok, disamping penyediaan tenaga
keamanan, jalan, trotoar, serta pelayanan pemeliharaan taman. Perseroan juga mengatur
pembuangan berbagai limbah seperti sebagai berikut:
- Limbah Pada dan Pembuangan Sampah: Perseroan mengkoordinasikan
pengumpulan sampah bagi para pemukimnya.

- Pengeloaan Air Limbah: Perseroan telah membangun sistem drainasi yang terpisah
dengan pembungan air limbah dan limbah dioleh terpusat, tidak diserapkan kedalam
tanah tetapi didaur ulang untuk keperluan lain seperti penyiraman taman dan
irigasi lapangan golf.
International Accounting Standard Board-IASB (sebelumnya bernama
International Accounting Standard Committee-IASC) dalam International
Financial Reporting Standards-IFRS (sebelumnya bernama International
Accounting Standards-IAS) belum mengatur standar akuntansi tentang
lingkungan. Meskipun sejumlah negara Uni Eropa telah mengusulkan
kepada IASC untuk memasukkan isu-isu lingkungan (environmental issues)
dalam agenda pengembangan IAS sejak 1998, namun hingga saat ini usulan
tersebut belum juga direalisasikan karena sejumlah alasan yang kompleks

Belum lagi persoalan PT. Lapindo Brantas di Sidoarjo dengan lumpur yang
tiada henti-hentinya mengakibatkan kerusakan lingkungan dan
menelantarkan ribuan masyarakat sekitar, yang sampai hari ini belum juga
terselesaikan. Contoh lainnya berkaitan dengan isu Clean Government, isu
ini bekaitan dengan perubahan sistem perundang-undangan lingkungan hidup
telah menjadi sorotan tajam di berbagai media.
Polusi dan pengelolaan limbah yang buruk membawa dampak negatif yang tinggi terhadap
perekonomian Indonesia. Menurut (Indonesia Expanding Horizon, 2003) akibat pengelolaan
limbah yang buruk dapat mengakibatkan :

Total kerugian ekonomi dari terbatasnya akses terhadap air bersih dan sanitasi,
diestimasi secara konservatif adalah sebesar 2 % dari PDB tiap tahunnya.

Biaya yang timbul dari polusi udara terhadap perekonomian Indonesia


diperkirakan sekitar 400 juta dollar setiap tahunnya.

Biaya yang timbul akibat polusi udara di wilayah Jakarta saja diperkirakan
sebanyak 700 juta dollar pertahunnya.

Produksi limbah padat naik secara signifikan selama lima tahun terakhir. Pada
tahun 2000, untuk ibu kota Jakarta saja menghasilkan 24.000 m3 sampah perhari,
yang diperkirakan akan berlipat ganda hingga tahun 2010.
Model SR di kembangkan Global Reporting Inisiatives (GRI)
sejak tahun 2001. Kebanyakan korporasi global sudah
menerapkan SR
Pada 2020, model Sustainability Reporting yang dikembangkan
Global Reporting Inisiatives (GRI) akan menjadi mandatory bagi
korporasi global
Saat ini, sedang difinalisasi draft International Sustainability
Reporting Standards (ISRS).
Guna mencapai keberhasilan dalam menerapkan akuntansi lingkungan bagi perusahaan-perusahaan. Pertama
dan utama sekali yang perlu diperhatikan manajemen perusahaan adalah adanya kesesuaian antara evaluasi yang
dibuat perusahaan terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan. Langkah kedua, yaitu menentukan apa yang
menjadi target perusahaan dengan cara mengidentifikasi faktior-faktor utama yang berdampak pada lingkungan
perusahaan serta menyusun suatu perencanaan untuk mengurangi dampak lingkungan.

Langkah ketiga, memilih alat ukur yang sesuai dalam menentukan persoalan lingkungan. Langkah keempat,
menentukan penilaian administrasi untuk menetapkan masing-masing target segmen. Langkah kelima,
menghasilkan segmen akuntansi untuk mengukur masing-masing divisi perusahaan. Langkah keenam,
melakukan pengujian masing-masing divisi. Langkah terakhir adalah melakukan telaah kerja. Pada telaah kerja
diharapkan dapat menghasilkan segmen akuntansi yang dapat mendukung prestasi manajemen lingkungan
masing-masing divisi.
Bagian IV
• Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial :
1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial
2. Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial
3. Manfaat Pelaksanaan CSR
4. Pelaksanaan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial
5. Pengukuran dan Pelaporan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial
Akuntansi sosial difokuskan pada aspek sosial atau dampak (externalities) dari
kegiatan pemerintah maupun perusahaan yang justm sering menimbulkan penyakit
sosial seperti kerusakan ekosistem, polusi, kriminal,monopoli, keterbelakangan suatu
komunitas, meningkatnya utang, diskriminasi sosial, kemiskinan, dan Iain-lain.
Kurangnya pemahaman aparat maupun manajemen perusahaan terhadap akuntansi
sosial, dan biaya penyiapan laporan pertangungjawaban sosial yang relatif besar, serta
tidak adanya tuntutan dari masyarakat adalah beberapa faktor yang dapat menunda
penerapan akuntansi sosial secara keseluruhan di negeri ini.

Bagaimanapun juga tidak dapat dipungkiri bahwa perusahaan memperoleh


nilai tambah karena adanya kontribusi masyarakat sekitar termasuk
lingkungan hayati (social resources). Hal yang perlu diingat bahwa
rusaknya social resources berarti akan menimbulkan social cost yang harus
ditanggung oleh masyarakat. Sebaliknya, jika aktivitas pemsahaan itu juga
bertujuan meningkatkan social resources-nya, maka social benefit lah yang
akan diperoleh.
Gray (1987) yang dikutip oleh Woodward (1997) adalah sebagai berikut;
Social Accounting—can have two meanings. The first mean the presentation of financial information on the
costs and benefits of an organization's social activities. The second, less common meaning is of the
regular presentation of a formal social report by the accountable organization.

Sedangkan Belkaoui (1993) menyebutkan akuntansi sosial sebagai ilmu


Socio Economic Accounting (SEA). SEA merupakan ilmu akuntansi yang
berfungsi dan mencoba mengidentifikasi, mengukur, menilai, dan melaporkan aspek-aspek
social benefit dan social cost yang ditimbulkan oleh suatu lembaga. Pengukuran ini pada
akhimya akan diupayakan sebagai informasi yang dijadikan dasar dalam proses pengambilan
keputusan untuk meningkatkan peran lembaga/organisasi/perusahaan, serta untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan.
Sosial Responsibility Accounting (SRA) berfokus untuk mencoba menunjukkan
gambaran komprehensif aktivitas dan interaksi organisasi dengan lingkungan
eksternalnya, jadi melalui SRA dapat diketahui informasi tentang sejauh mana
organisasi atau perusahaan memberikan kontribusinya baik positif maupun
negatif terhadap kualitas hidup manusia dan lingkungannya. Karena selama
ini akuntansi konvensional atau akuntansi mainstream tidak memilik perhatian
sama sekali terhadap transaksi yang bersifat non reciprocal transactions. Akuntansi
mainstream hanya mencatat yang menyangkut transaksi yang dilakukan secara
timbal balik atau reciprocal transactions, sedangkan transaksi yang bersifat tidak
timbal balik seperti populasi yang ditimbulkan, kerusakan lingkungan, atau
halhalyang negatif yang terjadi karena keberadaan perusahaan tersebut tidak
dicatat.
Harahap (2005) mengemukakan beberapa alasan
para pendukung dan para penentang terhadap
konsep tanggungjawab sosial perusahaan. Adapun
alasan-alasan yang dikemukakan oleh para
pendukung agar perusahaan memiliki etika dan
tanggungjawab sosial yaitu:
• Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap • Dapat menunjukkan respon positif perusahaan
keinginan dan harapan masyarakat terhadap terhadap norma dan nilai yang berlaku dalam
• peranan perusahaan. Dalam jangka panjang, hal masyarakat, sehingga mendapat simpati
ini sangat menguntungkan perusahaan. masyarakat.
• Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi • Sesuai dengan keinginan para pemegang saham,
perbaikan lingkungan, masyarakat, yang dalam hal ini publik.
mungkin akan menurunkan biaya produksi. • Mengurangi tensi kebencian masyarakat kepada
• Meningkatkan nama baik perusahaan, akan perusahaan yang kadang-kadang Suatu kegiatan
menimbulkan simpati langganan, simpati yang dibenci masyarakat tidak mungkin dihindari.
karyawan, • Membantu kepentingan nasional, seperti konversi
• investor, dan lain-lain. alam, pemeliharaan barang seni budaya,
• Menghindari campur tangan pemerintah dalam peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja, dan
melindungi masyarakat. Campur tangan lainlain.
pemerintah cenderung membatasi peran
perusahaan. Sehingga jika perusahaan memiliki
tanggungjawab sosial mungkin dapat
mengindari pembatasan kegiatan perusahaan.
Dalam pertukaran yang terjadi antara perusahaan dan c. Biaya perbaikan dan pencegahan
lingkungan sosialnya terdapat dua dampak yang timbul, yaitu Biaya biaya sosial tertentu dapat dinilai dengan mengestimasi
dampak positif dan dampak negatif. Masalah yang timbul pengeluaran yang dilakukan untuk memperbaiki dan mencegah
adalah bagaimana mengukur kedua dampak tersebut sebagai kerusakan.
social cost dan social benefit. Ansry Zulfikar (1997) memberikan
beberapa teknik pengukuran yang dapat digunakan yaitu: d. Penilaian dari penilai independen
a. Penilaian pengganti Para penilai (appraiser) yang independen dapat berguna untuk
Jika nilai dari sesuatu tidak dapat secara langsung ditemukan, menilai barang-barang tertentu. Hal ini analog dengan
maka kita dapat mengestimasikannya dengan nilai suatu penilaian pengganti yang dilakukan oleh ahli dari luar
pengganti, yaitu sesuatu yang kira-kira mempunyai kegunaan perusahaan.
yang sama dengan yang sedang diukur. Kelemahan dari cara
e. Putusan pengadilan
ini adalah kemungkinan besar pengukur hal yang salah, atau
memilih suatu pengganti yang nilainya tidak sesuai dengan Putusan pengadilan, misalnya denda akibat suatu dampak dari
yang sedang diukur. kegiatan sering menunjukkan nilai sosial.
b. Teknik Survey
Teknik ini mencakup cara-cara untuk mendapatkan informasi
bagi mereka yang dipengaruhi, yaitu kelompok masyarakat
yang dirugikan atau yang menerima manfaat. Pengumpulan
informasi yang paling mudah adalah dengan bertanya
langsung kepada anggota kelompok masyarakat yang ada.
Dalam mengumpulkan informasi tersebut, ada beberapa
kriteria yang harus dipenuhi yaitu: (1) responden harus
mempunyai suatu pengertian yang jelas mengenai dampak
yang sedang diukur dalam dirinya, (2) responden harus
mampu menghubungkan dampak ini ke unit moneter, baik
secara langsung ataupun menggunakan nilai pengganti, dan
(3) responden harus mau memberikan jawaban jujur.
Praktik pelaporan akuntansi sosial yang terdiri dari :
1. Praktik yang sederhana, yaitu laporan terdiri dari uraian akuntansi
sosial yang tidak disertai dengan data kuantitaif, baik satuan uang
maupun satuan yang lainnya
2. Praktik yang lebih maju, yaitu laporan terdiri dari uraian akuntansi
sosial dan disertai dengan data kuantitatif
3. Praktik yang paling maju, yaitu laporan dalam bentuk kualitatif,
perusahaan juga menyusun laporannya dalam bentuk neraca
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 1 (Revisi 1998). Paragraf 9 yang
berbunyi sebagai berikut:

“ Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai


lingkungan hidup dan laporan nilai tambah ( value added statement), khususnya bagi
industri dimana faktor – faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi
industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang
memegang peranan penting.
Bagian V
• Lanjutan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial :
1. Permasalahan Sosial dalam Dunia Bisnis Di Indonesia
2. Dampak Implementasi CSR
3. Metode Pengukuran dari CSR
4. Teknik Pelaporan Tanggungjawab Sosial
5. Pengaruh Penerapan Akuntansi Tanggungjawab Sosial
Menurut Rizal Ramli (1998), krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia
mengakibatkan timbulnya berbagai hal yang tidak pasti, sehingga indikator–
indikator ekonomi seperti tingkat suku bunga, laju inflasi, nilai tukar, indeks
harga saham gabungan, dan sebagainya sangat rentan terhadap isu–isu sosial.
Hal ini membuktikan bahwa aspek sosial dan aspek politik dapat mengundang
sentimen pasar yang bemuara pada instabilitas ekonomi. Kondisi seperti ini
tentunya berdampak sangat buruk bagi peta bisnis dan iklim investasi di
Indonesia terutama untuk mendapatkan kepercayaan investor asing yang ingin
menanamkan modalnya di Indonesia.
PHK
PHK terjadi ketika perusahaan ingin memangkas biaya secara drastis dan cepat. Beberapa
pemecatan fokus pada beberapa departemen, sementara banyak perusahaan memangkas
karyawan dari seluruh perusahaan. PHK langsung mengurangi biaya, tetapi tidak ada cara mudah
untuk menghitung biaya kehilangan pengetahuan karyawan dan memaksa karyawan yang tersisa
untuk mengambil beban kerja yang lebih berat. Produktivitas dapat menurun jika terlalu banyak
kerja yang dipaksakan pada karyawan yang masih ada.

Kepercayaan konsumen
Kepercayaan konsumen adalah indikator ekonomi yang mengukur keseluruhan optimisme konsumen
tentang keadaan ekonomi. Konsumen yang percaya diri cenderung lebih bersedia mengeluarkan uang
daripada konsumen dengan kepercayaan diri rendah, yang berarti bisnis lebih mungkin untuk makmur
ketika kepercayaan konsumen tinggi. Periode kepercayaan konsumen yang tinggi dapat menghadirkan
peluang bagi bisnis baru untuk memasuki pasar, sementara periode kepercayaan yang rendah dapat
memaksa perusahaan untuk memangkas biaya untuk mempertahankan laba.

Inflasi
Inflasi adalah tingkat di mana harga dalam perekonomian meningkat. Inflasi menyebabkan peningkatan
dalam pengeluaran bisnis seperti sewa, utilitas, dan biaya bahan yang digunakan dalam produksi.
Kenaikan biaya kemungkinan akan memaksa bisnis untuk menaikkan harga pada produk dan layanan
mereka sendiri untuk mengikuti laju inflasi dan mempertahankan keuntungan. Inflasi dapat mengurangi
daya beli konsumen kecuali pengusaha menaikkan upah berdasarkan tingkat inflasi.
Berdasarkan pada UU No 40 Tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas maka suatu perusahaan
khususnya perseroan terbatas di wajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial
kepada masyarakat.

Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga saham perusahaannya. Jika harga saham tinggi
maka dapat dikatakan bahwa nilai perusahaannya pun juga baik.

Corporate Social Responsibility atau CSR diungkapkan antara lain dalam laporan keberlanjutan
atau yang di sebut juga dengan Sustainability Reporting. Tujuan utama perusahaan yaitu
meningkatkan nilai perusahaan. Nilai pada suatu perusahaan akan terjamin berkembang secara
sustainable jika perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.

Dengan adanya praktik Corporate Social Responsibility (CSR) atau pertanggung jawaban sosial
perusahaan yang baik maka akan membuat nilai perusahaan juga akan dinilai dengan baik oleh
para pihak investor atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan juga akan
meningkat.
Saat ini, cara untuk mengukur kinerja CSR adalah melalui laporan kegiatannya,
yakni dengan metode content analysis. Metode ini mengubah informasi kualitatif
menjadi kuantitatif sehingga dapat diolah dalam perhitungan statistik. Artinya,
total angka yang didapat dari proses content analysis ini menggambarkan
banyaknya pengungkapan yang diinformasikan dalam laporan tersebut. Yang
perlu digarisbawahi adalah informasi CSR yang diungkapkan bukan jaminan
informasi yang menggambarkan semua kegiatan CSR yang telah dilakukan. Ada
gap yang mungkin terjadi.

Bisa saja informasi CSR yang diungkapkan hanya sepersekian persen dari semua
kegiatan CSR yang dilakukan. Sebaliknya, mungkin informasi yang diungkapkan
melebihi kegiatan yang dilakukan. Belum lagi sifat laporan yang berbeda. Misalnya
laporan tahunan perusahaan yang sering dipakai menjadi dasar untuk pengukuran
kinerja CSR. Dalam laporan tahunan, terlihat bahwa porsi pengungkapan informasi
CSR sangat terbatas dibandingkan dengan laporan lainnya, misalnya laporan
keberlanjutan (sustainability report). Namun karena jumlah laporan semacam ini
masih sedikit, maka untuk tujuan penelitian, laporan tahunan masih menjadi
primadona.
Program CSR bermanfaat jangka panjang yang dimaksud yaitu program-program yang memiliki dampak positif untuk
kemajuan masyarakat dan relasi antara masyarakat dengan perusahaan dalam jangka waktu yang panjang, bahkan
kalau memungkinkan dapat menciptaan sebuah hubungan psikologis seumur hidup. (Ruhliana, 2004)

Dengan demikian, CSR begitu penting bagi masyarakat dan justru bagi perusahaan itu sendiri, karena semakin mampu
perusahaan memberdayakan masyarakat melalui pelaksanaan CSR maka semakin besar perusahaan memperoleh
reputasi, citra positif, penghargaan, pengakuan positif dan perlindungan sosial sebagai bagian penting melakukan proses
produksi serta komersialisasi.
Environment Workplace

Marketplace Society
Bagian VI
• Akuntansi Manajemen Lingkungan:
1. Definisi Akuntansi Manajemen Lingkungan
2. Peran Akuntansi Manajemen Lingkungan terhadap Pengambilan
Keputusan Internal
3. Teknik Akuntansi Manajemen Lingkungan
4. Tujuan dan Manfaat Akuntansi Manajemen Lingkungan
5. Biaya Lingkungan
Akuntansi manajemen lingkungan dikembangkan untuk memberikan informasi
mengenai aspek keuangan dan fisik mengenai dampak lingkungan dan kinerja
perusahaan (Christ and Burritt, 2013).

Akuntansi manajemen lingkungan (EMA) dapat digunakan sebagai alat untuk


mencatat dan mengalokasikan biaya lingkungan agar dapat meningkatkan kinerja
lingkungan dan ekonomi (Doorasamy dan Garbharran, 2015).
IFAC (2005), mendefinisikan Enviromental Management
Accounting (EMA) sebagai “The management of environmental and
economic performance through the development and implementation of
appropriate environment-related accounting systems and practices.
While this may include reporting and auditing in some companies,
environmental management accounting typically involves life-
cycle costing, full-cost accounting, benefits assessment, and
strategic planning for environmental management.”
EMA digunakan untuk mengatasi kelemahan akuntansi manajemen
tradisional yang tidak mampu memberikan pertimbangan biaya
lingkungan yang memadai dan relevan (Xiaomei, 2004). EMA
berfokus pada pengumpulan informasi yang berhubungan dengan
biaya lingkungan atau biaya lainnya dari aktivitas internal
perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan rasional
manajemen perusahaan (Csutora dan Kerekes, 2004)
Tujuan utama praktik akuntansi lingkungan adalah menghilangkan kesenjangan
informasi karena tidak teridentifikasinya biaya dan kerusakan lingkungan
(Dourala et al., 2003). Xiaomei (2004) menjelaskan bahwa penerapan akuntansi
manajemen lingkungan, dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan
kinerja lingkungan, kinerja keuangan dan pengungkapan informasi lingkungan.
Sebagian besar perusahaan dalam industri modern menyadari sepenuhnya bahwa
isu lingkungan dan sosial juga merupakan bagian penting dari perusahaan
(Pfleiger, et al., 2005).
Strategi bisnis perusahaan harus mulai mempertimbangkan isu-isu lingkungan
(Jose, 1996). Perusahaan harus mampu untuk mengidentifikasi lingkungan
sebagai peluang bukan sebagai ancaman (Poter dan Linde, 1995). Perusahaan
harus mengintegrasikan isu-isu lingkungan ke dalam strategi perusahaan, hal
tersebut didasari pada permasalahan seperti perubahan iklim, deflasi ozon,
masalah polusi dan limbah sehingga penting bagi perusahaan untuk
mengintegrasikan isu lingkungan ke dalam perencanaan strategis perusahaan
(Genc, 2013)

Perusahaan yang telah menyatukan isu lingkungan dalam strategi bisnis


mereka akan cenderung lebih mampu bertahan dalam jangka panjang
(Banerjee, 2002a) dalam Gens (2013).
Terdapat dua pendekatan dalam merumuskan EMA :

1) Monetary Accounting (berbasis pada monetary procedure) merupakan


upaya mengidentifikasi, mengukur dan mengalokasikan biaya lingkungan
berdasarkan perilaku aliran keuangan dalam biaya tersebut.
2) Physical Accounting (berbasis pada material flow balance procedure)
adalah suatu pendekatan untuk mengidentifikasi berbagai perilaku
sumber biaya lingkungan. Hal ini akan berguna bagi manajemen untuk
dasar alokasi biaya lingkungan yang terjadi.
Biaya lingkungan adalah biaya yang ditimbulkan akibat adanya
kualitas lingkungan yang rendah, sebagai akibat dari proses
produksi yang dilakukan perusahaan. Biaya lingkungan perlu
dilaporkan secara terpisah berdasarkan klasifikasi biayanya. Hal
ini dilakukan supaya laporan biaya lingkungan dapat dijadikan
informasi yang informatif untuk mengevaluasi kinerja operasional
perusahaan terutama yang berdampak pada lingkungan.
Bagian VII
• Pelaporan Berkelanjutan (Sustainability Report):
1. Pemahaman Sustainability Report
2. Tujuan dan Prinsip Sustainability Report
3. Upaya penerapan Sustainability Reporting di Indonesia
4. Teknik penyusunan Sustainability Report
5. Green Economic
sustainability reporting pada prinsipnya ialah inisiatif
bersama dari berbagai pihak dalam membangun
kepedulian untuk peningkatan kinerja bisnis terhadap
lingkungan dan masyarakat

Di Indonesia, sustainable reporting diharapkan mempunyai peran yang cukup besar.


Hal ini karena terbuktinya ketidakmampuan negara untuk menjalankan pengawasan
dan penegakan hukum, apalagi dalam masa sekarang dimana banyak perubahan yang
mendasar baik dalam pendekatan pengelolaan negara maupun kekuatan-kekuatan yang
mempengaruhi negara
Komunikasi apa yang sudah dilakukan oleh perusahaan memegang
peranan yang sangat penting bagi pemaku kepentingan lain yang berkaitan
dengan isu lingkungan dan sosial. Pihak seperti Pemerintah, LSM dan
komunitas akademis bisa melihat bahwa perusahaan memang melakukan
langkah-langkah untuk memperbaiki kinerja lingkungan dan sosialnya.
Berbagai komitmen dari perusahaan yang sudah dilakukan kepada
masyarakat, baik dilakukan dalam pendekatan melalui program
community development maupun berbagai hal lainnya dalam bidang
ekonomi, lingkungan, ketenagakerjaan, produk dalam pemasaran sampai
penggunaannya, sampai hubungan kemasyarakatan.
Green Ekonomi adalah suatu Gagasan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kesetaraan sosial masyarakat, sekaligus mengurangi risiko kerusakan
lingkungan secara signifikan . Ekonomi Hijau ini dapat juga diartikan perekonomian yang rendah
atau tidak menghasilkan emisi karbondioksida terhadap lingkungan , hemat sumber daya alam
dan berkeadilan sosial .

Ciri ekonomi hijau yang paling membedakan dari gagasan ekonomi lainnya yaitu penilaian
langsung kepada modal alami dan jasa ekologis sebagai nilai ekonomi dan akuntansi biaya di mana
biaya yang diwujudkan ke masyarakat dapat ditelusuri kembali dan dihitung sebagai kewajiban ,
kesatuan yang tidak membahayakan atau mengabaikan aset . Untuk tinjauan umum tentang
kebijakan pembangunan lingkungan internasional yang menuju ke laporan Ekonomi Hijau Program
Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa( UNEP )
Contoh Green Ekonomi : Sudut terpenting
•Pengurangan Emisi Gas Buang Co2 1.Perekonomian Dunia
•Penganggulangan Efek rumah Kaca 2.Keseimbangan nilai tukar uang
•Program Penghijauan 3.Negara Kaya dan negara miskin
•Program Industri ramah lingkungan 4.Perebutan Pasar dan Sumber daya langka

Konsep ekonomi hijau diharapkan menjadi jalan keluar . Menjadi jembatan antara
pertumbuhan pembangunan , keadilan sosial serta ramah lingkungan dan hemat sumber
daya alam . Namun kenyataanya Green Ekonomi Hanya dianggap sebuah angan-angan
belaka. Untuk saat ini saja dunia masih berlomba-lomba untuk meningkatkan Pembangunan
Ekonomi tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan .
Proses penyajian Sustainability Reporting dilakukan melalui 5 (lima) mekanisme, yaitu :
1. Penyusunan kebijakan perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan membuat kebijakan yang berkaitan dengan
sustainability development, kemudian mempublikasikan kebijakan tersebut beserta dampaknya.

2. Tekanan pada rantai pemasok (supply chain). Harapan masyarakat pada perusahaan untuk memberikan
produk dan jasa yang ramah lingkungan juga memberikan tekanan pada perusahaan untuk menetapkan standar
kinerja dan sustainability reporting kepada para pemasok dan mata rantainya.

3. Keterlibatan stakeholders.

4. Voluntary codes. Dalam mekanisme ini, masyarakat meminta perusahaan untuk mengembangkan aspek-
aspek kinerja sustainability dan meminta perusahaan untuk membuat laporan pelaksanaan sustainability.
Apabila perusahaan belum melaksanakan, maka perusahaan harus memberikan penjelasan.

5. Mekanisme lain adalah rating dan benchmarking, pajak dan subsidi, ijin-ijin yang dapat diperdagangkan,
serta kewajiban dan larangan. Sustainability Report dapat diterbitkan secara terpisah maupun terintegrasi dalam
laporan tahunan (annual report).

Beberapa alasan perusahaan menyajikan Sustainability Report terpisah dari annual report, antara lain :
a. Sustainability Report sebagai alat komunikasi bagi manajemen dengan para stakeholder untuk menyampaikan
pesan bahwa perusahaan telah menjalankan sustainable development.
b. Memperoleh image baik (citra positif) dari stakeholder.
c. Pencarian legitimasi dari stakeholder.
Bagian VIII
• Audit Lingkungan:
1. Audit Lingkungan di Indonesia
2. Auditing sebagai komponen Manajemen Lingkungan
3. Jenis-jenis Audit Lingkungan
4. Tata cara Audit Lingkungan
5. Manfaat Audit Lingkungan
Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai ketaatan
penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan terhadap persyaratan hukum dan kebijakan
lingkungan yang ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Indonesia no 3 tahun 2013 tentang Audit Lingkungan Hidup, audit
ini dapat bersifat sukarela dan juga dapat diwajibkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.
Untuk audit yang diwajibkan oleh Menteri ditujukan kepada usaha/kegiatan tertentu yang
berisiko tinggi terhadap lingkungan hidup; dan/atau usaha/kegiatan yang menunjukkan
ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Audit Lingkungan hidup ini dilakukan oleh auditor yang
tersertifikasi.
Apabila beroperasi secara efektif, suatu sistem manajaemen lingkungan
korporat memberikan manajemen dan dewan direksi pengetahuan, yaitu:
a. Perusahaan menaati hukum dan peraturan lingkungan.
b. Kebijakan dan prosedur secara jelas didefinisikan dan diumumkan ke
seluruh organisasi.
c. Resiko korporat yang berasal dari resiko lingkungan dinyatakan dan
berada dibawah pengendalian.
d. Perusahaan mempunyai sumberdaya dan staff yang tepat untuk
pekerjaan lingkungan, menggunakan sumber daya tersebut, dan dapat
mengendalikan masa depan sumber daya tersebut.
1. Audit tanggung jawab lingkungan
• Audit kepatuhan
• Audit kewajiban resiko operasional
• Audit keselamatan dan kesehatan kerja
2. Audit manajemen lingkungan
• Audit Perusahaan
• Audit Sistem
• Audit kebijakan
3. Audit aktivitas lingkungan
• Audit lingkungan lokasi pabrik
• Audit limbah
• Audit produk
• Audit lintas batas
Tahap 1 : Pemecahan Masalah
Dalam tahap 1, usaha lingkungan suatu perusahaan dapat dikarakteristikkan oleh
keinginan untuk “menghindari gangguan”. Fokus utama adalah pemecahan masalah
lingkungan yang segera dan paling dikenal dan menghindari biaya yang tidak perlu
diakibatkaan oleh staf yang meningkat atau pengeluaran modal.
Tahap 2: Mengelola Ketaatan
Suatu perusahaan membangun suatu sistem yang lebih formal untuk mengelola
tingkat yang diinginkan atau tingkat ketaatan.
Tahap 3 : Mengelola Kepastian Lingkungan
Falsafah manajemen dasar adalah bahwa jajaran penuh dan resiko lingkungan yang
potensi terhadap perusahaan dan terhadap lingkungan
Bidang Manajemen
1. Menunjukkan komitmen nyata untuk meningkatkan kinerja lingkungan
organisasi.
2. Dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan kebijakan manajemen
lingkungan atau usaha untuk memperbaiki rencana saat ini.
3. Mengeidentifikasi resiko dan dampak lingkungan, review terhadap pengendalian
manajemen dan sistem yang berkaitan dengan kewajiban dan risiko lingkungan,
baik yang telah lalu maupun saat ini.
Bidang Keuangan
1. Mencegah kerugian finansial melalui remediasi atau penghentian aktivitas
atau penutupan perusahaan, larangan –larangan pemerintah atau publikasi
negatif yang disebabkan oeleh pemantauan dan pengelolaan ligkungan
yang buruk.
2. Penilaian impilkasi keuangan yang wajar( fair) terhadap masalah
lingkungan, tanggung jawab dan dampak dari peraturan baru.
3. Menyoroti dimana biaya-biaya bisa dihemat ( seperti melalui konservasi
atau meminimalkan penggunaan energi, memperbaiki penggunaan
material,perubahan proses, penurunan pemborosan, pemakaian atau
pengelolaan kembali.
Bidang hukum
1. Untuk mengukur dan meningkatkan kepatuhan perusahaan atau
ektivitas terhadap peraturan- peraturan bidang lingkungan seperti izin
operasional standar emisi udara dan sebaginya, kemudian menghindari
sanksi hukum terhadap aktivitas atau perusahaan atau pengelolaannya
dibawah hukum dan peraturan yang berlaku.u
2. Menunjukkan ketentuan implementasi manajemen lingkungan dalam
pengadilan jika dibutuhkan
Bidang pelatihan
1. Untuk memfasilitasi praktik lingkungan terbaik serta meningkatkan
kesadaran staf dan manajemen perusahaan mengenai kebijakan dan
tanggung jawab ligkungan.
2. Menilai pelatihan pengetahuan dan kesadaran masayarakat.

Bidang pelaporan
1. Menyajikan laporan audit lingkungan untuk digunakan oleh aktivitas atau
perusahaan, berhubungan dengan komunitas lingkungan, pemerintah dan media
massa.
2. Menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan asuransi, institusi
keuangan, pemegang saham , dan pihak –pihak berkepentingan lainnya.
Bagian IX
• Lingkungan Hidup Dalam Kerangka CSR dan Sustainability
Development:
1. Lingkungan Hidup dan Entitas Bisnis
2. Konsep CSR
3. Dimensi CSR
4. Pengaturan dan Pelaksanaan CSR di Indonesia
5. Motivasi Perusahaan Menjalankan CSR
6. CSR dan Sustainability Development
Paradigma bisnis yang menganjurkan bahwa dalam
berbisnis untuk meraup laba (profit), korporasi perlu
peduli dan bertanggung jawab melestarikan lingkungan
(planet) dan meningkatkan kesejahteraan sosial (people)
dengan mengelolanya secara baik.
Bagian X
• Lingkungan Bisnis di Era Perdagangan Bebas:
1. Perjanjian Perdagangan Bebas
2. Politik dan Hubungan Internasional Dalam Lingkungan Bisnis
Nasional
3. Peta Politik dan Kegiatan Bisnis Nasional
4. Ilustrasi Iklim Investasi di Indonesia
5. Penegakan HAM dan CSR
6. Analisa Hubungan Politik, Perdagangan Bebas, HAM dan CSR
Bagian XI

• Company Visit Tentang Implementasi Akuntansi

Sosial dan Lingkungan Pada Perusahaan Industri

Perbankan.
Bagian XII

• Penyusunan Laporan Company Visit

Anda mungkin juga menyukai