Anda di halaman 1dari 6

1.

Pengertian Akuntansi Sosial dan Lingkungan


Akuntansi sosial, dikenal juga sebagai akuntansi sosial dan lingkungan, pelaporan
sosial perusahaan, pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan, pelaporan nonkeuangan, atau akuntansi keberlanjutan, adalah proses mengkomunikasikan dampak
sosial dan lingkungan dari tindakan ekonomi organisasi untuk kepentingan kelompok
tertentu dalam masyarakat dan untuk masyarakat luas.
Dengan lahirnya akuntansi sosial, produk akuntansi juga dapat digunakan oleh
manajemen sebagai sarana untuk mempertanggungjawabkan kinerja sosial perusahaan
dan memberikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan bagi
stakeholders. Dalam lingkup wilayah Indonesia, standar akuntansi keuangan Indonesia
belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial, yang berakibat
pada dalam praktik. Perusahaan hanya dengan sukarela mengungkapkannya. Akuntansi
sosial tidak hanya digunakan oleh manajemen saja namun umumnya digunakan dalam
konteks bisnis atau tanggungjawab sosial perusahaan (CSR), meskipun setiap organisasi
termasuk lembaga swadaya masyarakat, lembaga amal, dan lembaga pemerintah dapat
terlibat dalam akuntansi sosial.
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Tanggung jawab sosial ini erat kaitannya dengan munculnya konsep coorporate
social responsibility (CSR). Secara singkat CSR merupakan suatu upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup dari stakeholder. Stakeholder yang dimaksudkan disini
diantaranya adalah karyawan, pembeli, pemilik, pemasok, dan komunitas lokal,
organisasi nirlaba, aktivis, pemerintah, dan media, yang pada dasarnya mempunyai
tujuan yang sama, yakni kemakmuran. Dengan demikian perusahaan sebagai entitas
bisnis hendaknya peduli terhadap akibat sosial dan berusaha mengatasi kerugian
lingkungan sebagai akibat dari aktivitas usaha perusahaan.
Kita ketahui bersama Prinsip perusahaan yang profit ini ingin mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memikirkan lingkungan sekitarnya. Sehingga
seringkali menyebabkan tindakan yang menjurus menghalalkan segala cara. Polusi air
dan udara, kebisingan suara, keracunan, radiasi, kemacetan lalu lintas, produksi
makanan haram, serta limbah kimia yang bisa mengancam masyarakat dan ekosistem

adalah suatu contoh bentuk dampak negatif (negative externalities) yang dapat timbul
dari keberadaan dan aktivitas perusahaan.
Dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi sering kali
mengakibatkan perusakan lingkungan, berupa pencemaran air, penggundulan hutan,
pencemaran udara, dan lainnya. Perusahaan menganggap semua yang dilakukannya
sebagai eksternalitas dari usaha meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan.
Tapi tindakan perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi tersebut, di
satu sisi hanya akan meningkatkan produktivitas perusahaan, tetapi di sisi lain juga
mungkin akan merugikan pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain karyawan,
konsumen, dan tentu saja masyarakat.
Keberadaan perusahaan tidak terlepas dari kepentingan berbagai pihak. Investor
berkepentingan terhadap sumber daya yang diinvestasikan di perusahaan. Kreditor
berkepentingan terhadap pengembalian pokok dan bunga pinjaman. Pemerintah
berkepentingan terhadap kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku agar
kepentingan masyarakat secara umum tidak terganggu. Namun, yang tak kalah
pentingnya adalah pihak-pihak yang selama ini kurang mendapat perhatian, yaitu
karyawan, pemasok, pelanggan, dan masyarakat di sekitar perusahaan. Karyawan perlu
mendapatkan penghasilan dan jaminan sosial yang layak. Bila memungkinkan,
karyawan memerlukan pendidikan dan pelatihan teknis untuk meningkatkan keahlian
sehingga dapat meningkatkan karier di perusahaan. Pemasok berkepentingan terhadap
pelunasan utang dagang. Pelanggan berkepentingan terhadap kualitas produk
perusahaan. Terakhir, masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan berkepentingan
terhadap dampak sosial dan lingkungan yang berasal dari aktivitas perusahaan.
Dengan berbagai dampak dari keberadaan perusahaan ditengah-tengah
masyarakat, menyadarkan masyarakat di dunia bahwa sumber daya alam adalah terbatas
dan oleh karenanya pembangunan ekonomi harus dilaksanakan secara berkelanjutan,
dengan

konsekuensi

bahwa

perusahaan

dalam

menjalankan

usahanya

perlu

menggunakan sumberdaya dengan efisien dan memastikan bahwa sumber daya tersebut
tidak habis, sehingga tetap dapat dimanfaatkan oleh generasi di masa datang.
3. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial dan Lingkungan

Akuntansi pertanggungjawaban sosial merupakan penerapan akuntansi dalam


ilmu sosial, yang dimana hal ini menyangkut pengaturan, pengukuran, analisis dan
pengungkapan pengaruh kegiatan ekonomi dan sosial dari kegiatan yang bersifat mikro
dan makro pada kegiatan pemerintahan maupun perusahaan.
Kegiatan pada tingkat makro bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan
kegiatan ekonomi dan sosial suatu negara, mencakup akuntansi sosial dan pelaporan
akuntansi dalam pembangunan ekonomi. Pada tingkat mikro bertujuan untuk mengukur
dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungan yang mencakup
financial, managerial social accounting dan social auditing.
Akuntansi pertanggungjawaban sosial juga merupakan alat yang sangat berguna
bagi perusahaan dalam mengungkapan aktivitas sosialnya di dalam laporan keuangan.
Pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan keuangan penting karena
melalui social reporting disclosure, pemakai laporan keuangan akan dapat menganalisis
sejauh mana perhatian dan tanggung jawab sosial perusahaan dalam menjalankan bisnis.
Adapun tujuan akuntansi pertanggungjawaban sosial yaitu :
a. Untuk meningkatkan citra perusahaan dan untuk mempertahankan biasanya secara
implisit, asumsi bahwa perilaku perusahaan secara fundamental adalah baik.
b. Untuk membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya kotrak
sosial diantara organnisasi dan masyarakat. Keberadaan kontrak sosial ini menuntut
dibebaskannya akuntabilitas sosial.
c. Sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya
memberikan informasi kepada investor.
4. Teori yang Mendukung Laporan Pertanggungjawaban Sosial dan Lingkungan
Teori-teori yang Mendukung Laporan Pertanggungjawaban Sosial dan
Lingkungan yaitu Legitimacy theory dan Stakeholder Theory. Legitimacy theory
menjelaskan bahwa organisasi secara kontinu akan beroperasi sesuai dengan batas-batas
dan nilai yang diterima oleh masyarakat di sekitar perusahaan dalam usaha untuk
mendapatkan legitimasi. Proses untuk mendapatkan legitimasi berkaitan dengan kontrak
sosial antara yang dibuat oleh perusahaan dengan berbagai pihak dalam masyarakat.
Kinerja perusahaan tidak hanya diukur dengan laba yang dihasilkan oleh perusahaan,
tetapi ukuran kinerja lainnya yang berkaitan dengan berbagai pihak yang
berkepentingan. Untuk mendapatkan legitimasi perusahaan harus memiliki insentif
untuk melakukan kegiatan sosial yang diharapkan oleh masyarakat di sekitar kegiatan

operasional perusahaan. Sedangkan Stakeholder merupakan individu, sekelompok


manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial
yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Individu, kelompok,
maupun komunitas dan masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki
karakteristik seperti mempunyai kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan terhadap
perusahaan.
Dengan menggunakan definisi diatas, pemerintah bisa saja dikatakan sebagai
stakeholder bagi perusahaan karena pemerintah mempunyai kepentingan atas aktivitas
perusahaan dan keberadaan perusahaan sebagai salah satu elemen sistem sosial dalam
sebuah negara oleh karena itu, perusahaan tidak bisa mengabaikan eksistensi
pemerintah dalam melakukan operasinya. Hal tersebut berlaku sama bagi komunitas
lokal, karyawan, pemasok, pelanggan, investor dan kreditor yang masing-masing
elemen stakeholder tersebut memiliki kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan sehingga
masing-masing elemen tersebut membuat sebuah hubungan fungsional dengan
perusahaan

untuk

bisa

memenuhi

kebutuhannya

masing-masing.

Stakeholder sendiri memiliki bermacam-macam definisi yang kesemuanya memiliki


kesamaan. Hanya saja, fokus dan penekanan yang berbeda memberikan ruang
perdebatan mengenai apa itu stakeholder.
Definisi stakeholder dalam beberapa literatur adalah sebagai berikut,Segenap
pihak yang terkait dengan isu dan permasalahan yang sedang diangkat, semua yang
melandasi suatu pihak menjadi stakeholder adalah ada atau tidaknya kepentingan
darinya yang terkait. Stakeholder bermacam-macam,tergantung situasi dan kondisi.
Menurut Gaffikin (2008 : 201), ide pertanggungjawaban sosial perusahaan bisnis
sudah ada pada zaman Yunani Klasik. Perusahaan bisnis diharapkan untuk menerapkan
standar yang tinggi mengenai moralitas dalam perdagangan. Pada zaman pertengahan di
Eropa, Gereja mewajibkan industri dan perusahaan bisnis berperilaku sesuai dengan
kode moral Gereja. Isu ini kemudian menjadi hangat di Amerika Serikat pada tahun
1960. Pada tahun 2000 perhatian serupa diberikan oleh Global Reporting Initiative
(GRI), sebagai bagian dari program lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang
memberikan pedoman SR yang meliputi tiga elemen, yaitu ekonomi, lingkungan, dan
sosial

yang

selanjutnya

direvisi

pada

tahun

2002.

Hal lain yang memicu timbulnya pemikiran akuntansi pertanggungjawaban sosial ini

adalah perubahan pandangan manajemen dalam pengelolaan perusahaan. Pandangan


manajemen klasik mengungkapkan bahwa ada satu dan hanya ada satu tanggung jawab
perusahaan, yaitu untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya guna menambah nilai
suatu perusahaan. Sebaliknya, pandangan manajemen modern mengungkapkan bahwa
kebijakan perusahaan dibuat dengan mempertimbangkan tanggung jawab sosial
mengingat ketergantungan perusahaan pada lingkungannya yang turut mempunyai andil
dalam pencapaian tujuan perusahaan.Tanggung jawab sosial ini erat kaitannya dengan
munculnya konsep corporate social responsibility (SCR).
Dengan demikian, perusahaan sebagai entitas bisnis hendaknya peduli terhadap
akibat sosial dan berusaha mengatasi kerugian lingkungan sebagai akibat dari aktivitas
usaha perusahaan. Izin sosial dan legitimasi dari masyarakat menjadi bagian kecil dari
usaha untuk meningkatkan kualitas hidup tersebut. Perusahaan tidak hanya mempunyai
kewajiban-kewajiban ekonomis dan legal kepada pemegang saham atau shareholder ,
tapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan
(stakeholders) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban di atas.

RINGKASAN MATERI KULIAH


Social and Environmental Accounting
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi CA yang dibimbing oleh Bapak
Prof. Dr. Sutrisno T, SE, M.Si, Ak, CA

Disusun oleh:
Emir Faishal Baihaqi 125020300111114

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

Anda mungkin juga menyukai