Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak
keuntungan bagi masyarakat. Menurut pendekatan toeri akuntansi tradisional, perusahaan harus
memaksimalkan labanya agar dapat memberikan sumbangan yang maksimum kepada masyarakat.
Model-model akuntansi dan ekonomi tradisional focus pada produksi dan distribusi barang dan
jasa kepada masyarakat. Akuntansi sosial memperluas model ini dengan memasukkan dampak-
dampak dari aktivitas perusahaan terhadap masyarakat .

Seiring dengan berjalannya waktu masyarakat semakin menyadari adanya dampak-dampak


sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan dalam menjalankan operasinya untuk mencapai laba yang
maksimal yang semakin lama semakin besar dan semakin sulit untuk dikendalikan. Oleh karena
itu masyarakatpun menuntut agar perusahaan senantiasa memperhatikan dampak-dampak sosial
yang ditimbulkannya dan berupaya mengatasinya. Aksi protes terhadap perusahaan sering
dilakukan oleh para karyawan dan buruh dalam rangka menuntut kebujakan upah dan pemberian
fasilitas dan kesejahteraan, karena yang berlaku sekarang dirasa kurang mencerminkan keadilan.
Aksi yang serupa juga tidak jarang dilakukan oleh pihak masyarakat, baik masyarakat sebagai
konsumen maupun masyarakat disekitar lingkuangan pabrik. Masyarakat sebagai konsumen
seringkali melakukan protes terhadap hal-hal yang berkaitan dengan mutu produk sehubungan
dengan kesehatan, keselamatan, dan kehalalan suatu produk bagi konsumennya, sedangkan protes
yang dilakukan masyarakat disekitar pabrik adalah berkaitan dengan pencemaran lingkungan yang
disebabkan limbah pabrik.

1
BAB II

PEMBAHSAN

Definisi dan scope Akuntansi Sosial.

Akuntansi sosial disefenisikan sebagai “penyusunan, pengukuran, dan analisis terhadap


konsekuensi-konsekuensi sosial dan ekonomi dari perilaku yang berkaitan dengan pemerintah dan
wirausahawan”. Dalam hal ini, akuntansi sosial berarti identifikasi, mengukur dan melaporkan
hubungan antara bisnis dan lingkungannya. Lingkungan bisnis meliputi sumber daya alam,
komunitas dimasa bisnis tersebut beroperasi, orang-orang yang dipekerjakan, pelanggan, pesaing,
dan perusahaan serta kelompok lain yang berurusan dengan bisnis tersebut. Prose pelaporan dapat
bersifat baik internal maupun eksternal.

Model akuntansi tradisional dan ilmu ekonomi tradisional berfokus pada produksi dan
distribusi barang dan jasa kepada masyarakat. Akuntansi social memperluasa model tradisional
dengan menghubungkan dampak aktivitas terhadap masayarakat. Akuntansi social dapat dilihat
sebagai pendekatan yang mengukur dan melaporkan kontribusi perusahaan terhadap komunitas.
Sebagai contoh pabrik kertas, pabrik kertas tidak hanya menghasilkan dan menjual bubur kertas
dan kertas, tetapi juga harus mengelola sisa bahan, polusi air, polusi udara dan polusi tanah dengan
baik. Pabrik kertas selain memberika peluang kerja pada masyarakat juga dapat memberikan
kontribusi sosial dalam bentuk karitas, memberikan beasiswa pada pelajar dan mahasiswa di
lingkungannya, membangun jalan, dan membangun tempat ibadah di pabrik atau lingkungannya.
Ditinjau dari contoh akuntansi soasial, akuntansi sosial dipandang sebagai pendekatan yang
bermanfaat untuk mengukur dan melaporka kontribusi sosial pada masyarakat.

Namun, akuntan sosial melihat itu sebagai fokus yang masih sempit. Akuntansi sosial
berpenda[at bahwa perhitungan yanglebih tepat untuk mengitung kontribusi sosial adalah dengan
memasukan biaya sosial dan manfaat dalam laporan keuangan, khususnya kedalam laporan laba
rugi. Laba tercapai hanya karena danya biaya sosial, sehingga biaya sosial (misalnya polusi) harus
dimasukan kedalam laporan laba rugi.

Dilema bisnis yang berkaitan dengan Akuntansi sosial.

2
Siegel Marconi mengemukakan dilema bisnis yang berhubungan dengan kasus perusahaan
kertas. Perusahaan St. Clark Company merupakan perusahaan yang bekerja dibidang produksi
kertas dan bubue kayu (pulp), memutuskan untuk menggunakan propertinya di Forest, Wiconsin,
Amerika Serikat untuk membangun pabrik kertas. Lingkungan disekitar Forest adalah danau,
suangai dan hutan semuanya relatif bebas dari polusi. Air dengan jumlah banyak dibutuhkan untuk
pabrik kertas.pabrik kertas menggunakankayu sengai salah satu bahan bakunya. Forest adalah
daerah penduduk dengan 20.000 orang yangmemeliki sifat independen dan pekerja keras, sebagian
dari mereka menolak pabrik kertas tersebut. Sebagian masyarakat daerah tersebut sebanyak 8%
adalah penganguran yang sebagian besar karena dampak PHK dari perusahaan diluar industri
kertas yang di PHK. Jika mereka dipekerjakan di pabrik kertas yang akan didirikan maka mereka
memerlukan pelatihan.

P. Bunyon, kepala daerah Forest,meminta perusahaan untuk menyampaikan rencananya


bulan depan. Angela Clark, Priseden dari St. Clark meninta Money, controller perusahaan, untuk
meneliti situasi dan menyampaikan kasus yang ada. Mr. Money diminta menyusun proposal agar
masyarakat dan pejabat didaerah tersebut percaya bahwa pembangunan pabrik akan
meguntungkan komunitas dan pemerintah di daerah tersebut. Dia ingin menyampaikan manfaat
dan biaya yang ada, tetapi tidak dapat mengidentifikasi dan mengukur semuanya.

Untuk menyelesaikan masalanya, Mr. Money membuat daftar mengenai semua kontribusi
dan kerugian mengenai rencana pembangunan pabrik kertas terlebih dahulu. Kontribusi dan
kerugian tersebut ada yang dapat dihitung atau dikuantitatifkan da nada yang tidak
dikuantitatifkan. Walaupun beresiko untuk membuat daftar kerugian yang ada, tetapi lebih berisiko
bila perusahaan tidak menyampaiakannya. Semua bisnis menimbulkan kerugian dan hal intu
merupakan keinginan setiap orang untuk mengetahui implikasi pembangunan pabrik kertas di
Forest. Karena masalah polusi dan keamanan di tempat kerja merupakan keputusan menejemen
makaMr. Money harus dapat menjelaskan filosofi menejemen mengenai hal ini. Mr.Money harus
dapat menghitung efek yang ditimbulkan, jika mungkin. Jika efek tidak dapat dihiting, minimal
dapat dijelaskan. Manusia lebih menyukai penyampaian yang fair termasuk perhitungan yang ada
menhenai manfaat dan biaya yang dapat mengarahkan pada keputusan terbaik.

Perkembangan Sejarah Akuntansi Sosial

3
Akuntansi sosial berfokus pada indentifikasi dan pengukuran dari manfaat sosial dan biaya
sosial, suatu konsep sering disebebkan oleh akuntansi tradisional. Untuk memahani perkembangan
akuntansi sosial, menejemen dan pemakai laporan akuntansi siosial harus bagaiman manfaat sosial
dan biaya sosial dipertukarkan. Untuk tujuan itu manfaat dan biaya sosial dapat diidefinisikan
sebagai efek positif dan negeatif dari dari penegmbangan ekonomi, industrialisasi, dan perubahan
teknologi yang direncanakan dan dilaksakan oleh organisasi.

Biaya dan manfaat sosial selau eksis. Pada awal 1900-an, A.C Pigou dan ahli ekonomi
lainnya telah mencoba untuk memasukan manfaat dan biaya sosial kedalam model neoclasical
dari makro-ekonomi. Namun selain usaha Pigou dan sebagian ahli ekonomi, ada sebagian besar
ahli ekonomi yang berpendapat bahwa manfaat dan biaya sosial harus anomali dan harus ditolak.
Pada akhirnya tercapai kemajuan terhadap akuntansi sosial dengan kemampuan malakukan
pemutakhiran dalam analisis, pengukuran dan penyajian dari manafaat dan biaya sosial. Namun
sekarang ekonomi lingkungan dan menejer sumber daya sosial menjadi subdisiplin dalam ilmu
ekonomi dan menejenem.

Model akuntansi dasar (yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi menejemen) menegunkan
teori mikro-ekonomi untuk menentukkan apakah memasukan atau tidak memasukan kedalam
perhitungan akuntansi. Biaya dan manfaat sosial, secara tradisional ditolak oleh ahli teori dan
paktisi akuntansi tradisional. Namun pada tahun 1960-an muncul beberapa pergerakan massa,
khususnya mereka yang mendedikasikan gagasannya untuk membuat pemerintah dan bisnis
menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan sosial, mendorong organiasai berfokus pada
tanggungjawab atas manfaat dan biaya sosial. Beberapa contoh yang ada antara lain gerakah hak-
hak sipil, gerakan emansipasi wanita, dan gerakan hak-hak konsumen.

Gerakan hak-hak sipil (the civil rights movement). Gerakan hak-hak sipil yang ada pada
wal 1960-an mempunyai oengaruh pada pemerintah dan bisnis,. Pemerintah dipengaruhi karena
jumlah para pemilih yang semakin banyak termasuk dari kaum minoritas, yang membuat ligislator
menjadi lebih sadar mengenai kebutuhan minoritas. Bisnis juga dipengaruhi karena diskriminasi
dalam promosi dan memperkerjakan karyawan merupakan tidakan ilegal.

Gerakan emansipasi wanita (the women’s movement). Gerakan emansipasi wanita


merupakn analogo dari gerakan hak-hak sipil dalam hal ini memberikan tekanan pada pemerintah
dengan cara rekrutmen dan promosi karyawan baru di tempat kerja. Pada tahun 1960-an juga

4
terlihat sebagai pertumbuhan gerakan lingkungan karena lebih banyak orang peduli terhadap efek
industrilisasi dalam kualitas udara, air,dan tanah. Negara federal dan bagian melindungi sumber
daya alam dan mengatur penutupan sampah-sampah beracun. Bisnis dituntut untuk mengendalikan
polusi dan bekerja dengan officials dari negara bagian dan federal untuk mengembangkan
implementasi rencana oengurangan polusi.

Gerakan hak-hak konsumen (consumer rights movement) menjadi lebih agresif pada
tahun 1960-an dengan mengasilkan gerakan membela hak-hak konsumen. Diprakarsai oleh Ralph
Nader dan aktivis lain, membuat bisnis menjadi responsif terhadap kebutuhan konsumen. Dengan
adanya hukum-hukum yang ada, pemerintah mamaksa individu dan bisnis menjadi lebih peduli
dan responsif terhadap kenutuhan sosial. Walaupun hal tersebut masih dinilai lemah, faktanya
bahwa ada hukum yang eksis dan membawa hukuman bagi pelanggarnya sehingga mampu
memperkuat kepatuhan. Hasil negatifnya dalah penciptaan birokrasi secara besar-besaran dan
banyaknya kertas kerja.

Permasalahan sosial di Indonesia.

Krisis yang berkepanjangan telah menempatkan bangsa ini pada posisi krisis multi dimensi
yang mencakup hampir seluruh aspek kehidupan. Jika di lihat dari sudut pandang ekonomi, sendi-
sendi perekonomian (investasi, produksi dan distribusi) lumpuh, sehingga menimbulkan
kebangkrutan dunia usaha, meningkatnya jumlah pengangguran, menurunnya pendapatan
perkapita dan daya beli masyarakat, dan pada akhirnya bermuara pada meningkatanya angka
jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia mengakibatkan timbulnya berbagai hal yang tidak
pasti, sehingga indikator-indikator ekonomi, seperti tingkat suku bunga, laju inflasi , fluktuasi nilai
tukar rupiah, indeks harga saham gabungan, dan sebagainya sangat rentan terhadap masalah-
masalah sosial. Hal ini membuktikan bahwa aspek sosial dan aspek politik dapat mengundang
sentimen pasar yang bermuara pada instabilitas ekonomi.

Tanggapan perusahaan berkaitan dengan tanggung jawab sosial

Sebelum tahun 1960-an beberapa perusahaan mempunyai reputasi menjadi ‘’menjadi


warga negara yang baik (good citizens)’’. Reputasi tersebut diperoleh katena perusahaan-
perusahaan tersebut memproduksi produk dengan mutu yang baik, memperlakukan pekerja

5
dengan horant atau respek, memberukan sumbangan kepada masyarakat atau membantu fakir
minskin. Mulai tahun 1960-an, banyak perusahaan lain yang sebelumnya terkenal akan
kepekaannya terhadap kebutuhan sosial menjadi lebih responsif lagi secara sosial. Manajemen
mungkin talah menyadari bahwa perusahaan mereka merupakan bagian dari komunitas, bahwa
agar perusahaan dapat bertahan hidup, komunitas arus menjadi tempat yang sehat untuk hidup dan
bekerja serta bahwa orang-orang membutuhkan jaminan keuangan untuk membeli barang-barang
yang di hasilkan oleh perusahaan. Perusahaan perlu responsif terhadap kebutuhan sosial untuk
memelihara hubungan baik dengan masyarakat agar dapat memperoleh laba jangka panjang.

Di pihak lain, banyak perusahaan dan asosiasi industry masih berusaha untuk
mempengaruhi regulasi pada tingkat pusat dan daerah untuk mencoba menetangnya melalui
ketidaktaatan. Menejemen perusahaan mungkin ada yang marasa bahwa regulasi yang ada,
misalnya regulasi mengenai lingkungan mempunyai dampak negatif karena biaya untuk
memenuhi regulasi tidak mendatangkan manfaat. Mereka juga merasa bahwa masalah sosial
merupakan tanggungjawab pemerintah akrena perusahaan telah membayar pajak.

Tanggapan Profesi Akuntansi terhadap tanggung jawab sosial

Walaupun akademis dan praktisi akuntansi sudah mendiskusikan profesi mereka


berkontribusi terhadap tanggungjawab sosial pada tahun 1960-an, tetapi proses utanya dibuat pada
akhir 1960-an dan pertengahan 1970-an. Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an, banyak orang
menyadari pentingnya akuntansi tanggungjawab sosial. Secara singkat literatur mengnai akuntansi
sosial pada awalnya menyatakan bahwa akuntan dibutuhkan untuk menghasilkan data dalam
tanggungjawab sosial perusahaan ( Corporate Social Responsibility (CSR)). Setelah itu timbul
literatur untuk mengembangkan kerangka toritis akuntansi sosial, termasuk skema pelaporan dan
audit sosial. Namunsebagian akademi dan praktisi akuntansi masih ada yang tidak menerima
akuntansi sosial sebagi bagian prinsip akuntansi yang berterima umum dan tidak menytujui
keharusan perusahaan untuk menghasilkan informasi akuntansi sosial.

Akuntansi untuk Manfaat dan Biaya Sosial

Menurut pigou, biaya sosial terdiri atas seluruh biaya untuk menghasilkan suatu produk,
tanpa memperdulikan siapa yang membayarnya. Biaya yang di bayarkan oleh produsen disebut
sebagai biaya pribadi, selisih antara biaya sosial dan biaya pribadi dapat disebabkan oleh banyak

6
factor. Suatu perusahaan yang menimbulkan polusi mengenakan biaya kepada masyarakat, tetapi
perusahaan tersebut tidak membayar biaya tersebut kepada masyarakat. Hal ini di sebut dengan
non-ekonomi eksternal. suatu situasi dimana seorang pekerja menderita sakit akibat pekerjaanya
dan tidak memperoleh kompensasi penuh dapat dianggap sebagai suatu eksploitasi terhadap factor
produksi.

Ketika akuntan mengukur manfaat pribadi (pendapatan) dan biaya pribadi (beban) serta
mengabaikan yang lainnya, mereka bersikap konsisten dengan teori ekonomi tradisional.Gerakan
kearah akuntansi sosial, sebagian besar, tardiri atas usaha-usaha untuk memasukkan biaya sosial
dan biaya sosial yang tidak terbagi ke dalam model akuntansi.

1. Teori Akuntansi Sosial


Berdasarkan analisis Pigou dan gagasan mengenai suatu “kontrak sosial” K.V.
Ramanathan (1976) mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi atas
biaya dan manfaat sosial. Dalam pandangan Ramanathan, perusahaan memiliki suatu
kontrak tidak tertulis untuk menyediakan manfaat sosial neto kepada masyarakat. Manfaat
neto adalah selisih antara kontribusi suatu perusahaan kepada masyarakat dengan kerugian
yang di timbulkan oleh perusahaan tersebut kepada masyarakat .meskipun ia menggunakan
bahasa yang berbeda, Ramanathan pada dasarnya mengatakan,menggunakan istilah
Pigou,bahwa manfaat sosial sebaiknya melampaui biaya sosial oleh karena itu perusahaan
sebaiknya member kontribusi neto kepada masyarakat. Ia yakin bahwa sebaiknya akuntan
mengukur konstribusihistoris neto (yang merupakan analogi dari neraca) dan kontribusi
tahunan neto dari suatu perusahaan kepada masyarakat.
2. Menentukan Biaya dan Manfaat Sosial
Pigou mendefinnisikan biaya sosial yang tidak di kompensasi sebagai non ekonomi
eksternal dan eksploitasi terhadap factor-faktor produksi. Untuk menerjamahkan definisi
ini kedalam terminology operasional, mungkin lebih mudah untuk mendefinisikan biaya
sosial yang tidak di kompensasikan sebagai seluruh kerugian yang di derita oleh manusia
sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas ekonomi untuk mana mereka tidak diberikan
kompensasi secara penuh, sebagai contoh, polusi udara dari suatu pabrik kertas yang
menimbulkan dampak berbahaya terhadap kesehatan orang-orang yang tinggal di dekat
pabrik tersebut merupakan suatu kerugian.

7
Jelaslah, system nilai masyarakat factor penentu penting dari manfaat dan biaya
sosial. Dengan mengasumsikan bahwa masalah nilai dapat diatasi dengan menggunakan
beberapa jenis standar masyarakat, masalah berikutnya adalah mengidentifikasikan
kontribusi dan kerugian secara spesifik.
Cara lain untuk mengidentifikasikan asal dari biaya dan manfaat sosial adalah
dengan memeriksa proses distribusi dan produksi perusahaan individual guna
mengidentifikasikan bagaimana kerugian dan kontribusi serta menentukan bagaimana hal
itu terjadi. Jika satu bagian dari proses produksi dan distribusi di periksa mungkin
ditemukan produk sampingan yang negatif diciptakan bersama-sama dengan produk yang
berguna. Pada titik ini dalam proses produksi biaya sosial, seperti polusi udara dan air.
Kemungkinan besar akan muncul yang mengarah pada dampak negative yang tidak
dikompensasikan terhadap umat manusia.
3. Kuantifikasi Terhadap Biaya dan Manfaat
Ketika aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan dan
kerugian serta kontribusi tertentu diidentifikasikan, maka dampak pada manusia dapat
dihitung. Dampak tersebut dapat digolongkan sebagai langsung atau tidak langsung.
Dampak langsung, misalnya penyakit paru-paru yang disebabkan oleh debu batu bara yang
terhitup oleh pekerja di tambang batu bara. Dampak tidak langsung adalah polusi air yang
mengotori dan dan mematikan ikan-ikan di dalamnya polusi tersebut dapat mengakibatkan
berupa hilangnya sumber makanan potensial (ikan), hilangnya kesempatan untuk
berekreasi (memancing, berenang, berperahu). Dan konsekuensi estetika yang negative.
Untuk mengukur kerugian yang sebenarnya, kehilangan yang dialami oleh orang-orang
sebagai akibat dari peristiwa-peristiwa itu harus dihitung.
Untuk mengukur suatu kerugian dibutuhkan informasi mengenai variable-variabel utama.
Yaitu waktu dan dampak :

a. Waktu
Beberapa peristiwa yang menghasilkan biaya sosial membutuhkan waktu beberapa tahun
untuk menimbulkan suatu akibat. Di dalam kasus pada tingkat debu yang tetap, seorang
pekerja harus bekerja sekitar 8 tahun untuk terkena asbestosis (penyakit yang menimbulkan
cacat dan kadang kala bersifat fatal) lebih lanjut lagi dibutuhkan waktu bertahun-tahun dari
paparan pertama sampai orang-orang benar-benar terpengaruh oleh kerugian tersebut. Hal

8
ini berlaku ketika membahas mengenai dampak dari polusi, salah alokasi sumber daya,
penyakit akibat pekerjaan, dan berbagai peristiwa lainnya. Periode waktu antara paparan
awal dengan peristiwa yang menimbulkan kerugian serta manifestasi dari dampak yang
buruk disebut dengan periode “persiapan”. Dalam hal pengukuran, penting untuk
menentukan lamanya waktu tersebut. Dampak jangka panjang sebaiknya diberikan bobot
yang berbeda dengan bobot jangka pendek.
b. Dampak
Orang-orang dapat dipengaruhi secara fisik, ekonomi, psikologis dan sosial oleh berbagai
kerugian. Untuk mengukur biaya sosial tersebut perlu untuk mengidentifikasikan kerugian-
kerugian tersebut.
Untuk meneruskan contoh asbes, para pekerja pabrik asbes dapat terkena satu dari tiga
penyakit yang menimbulkan cacat dan bahkan sering bersifat fatal. Dalam suatu studi , 50
persen dari seluruh pekerja pabrik asbes terkena salah satu dari penyakit penyakit tersebut.
Oleh karena itu kerugiannya adalah dampak dari biaya terkena penyakit yang terkait
dengan asbes dikurangi dengan kompensasi apapun diperoleh pekerja dari perusahaan.
Biaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai kerugian ekonomi, fisik, psikologis, atau
sosial.

 Biaya ekonomi

Biaya-biaya ini meliputi tagihan pengobatan dan rumah sakit yang tidak dikompensasi,
hilangnya produktivitas, dan hilangnya pendapatan yang diderita oleh pekerja.

 Kerugian fisik

Para pekerja yang terkena penyakit yang berkaitan dengan asbes akan menderita nafas yang
pendek dan kemungkinan kematian prematur.

 Kerugian psikologis

Para pekerja dapat merasa tidak cukup dan menjadi sedih karena kehilangan peran sebagai
penghasil pendapatan dalam keluarga, tidak mampu melakukan aktivitas-aktivitas fisik,
dan mengetahui bahwa kematian dapat terjadi segera.

9
 Kerugian social

Dalam keluarga pekerja, perubahan peran dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit
tersebut. Keluarga tersebut dapat menjadi begitu trauma, sehingga dapat terjadi
perpecahan. Berbagai konsekuensi sosial negative lainnya juga mungkin. Nilai sekarang
dari seluruh dampak ini bagaimanapun juga harus dihitung.

Pelaporan Kinerja Sosial

Kerangka akuntansi social belum secara penuh dikembangkan dan terdapat masalah serius
mengenai pengukuran biaya dan manfaat. Beberapa pendekatan pelaporan sudah didiskusikan,
antara lain auditing social, laporan social perusahaan,dan pengungkapan social di dalam laporan
tahunan.

a. Audit social
Laporan kinerja social perlu dilakukan audit social. Audit social adalah proses yang
independen untuk menghitung dan melaporkan dampak ekonomi, social, dan lingkungan
dari program-program dan kegiatan operasi regular perusahaan yang berorientasi social.
Ada beberapa cara untuk melakukan hal ini. Salah satu strategi yang berhasil dimulai
dengan mengembangkan seperangkat aktifitas yang dapat berpengaruh secara social. Salah
satu tektik yanmg disarankan adalah dengan membuat daftar dari aktifitas yang mempunyai
konsekuensi social. Manfaat audit social adalah membuat manajer menjadi lebih peka
terhadap kosekuensi social atas tindakan-tindakannya. Hal ini dapat di capai, bahkan saat
dampaknya tidak dapat dihitungkan. Audit social ini jg dapat mendorong manajer untuk
meningkatkan kinerja mereka di bidang social.

Audit social sama dengan audit keuangan yang bertujuan untuk menganalisis secara
independen suatu perusahaan dan menilai kinerjanya. Perbedaan besarnya adalah objek
yang dianalisis. Dalam audit social, auditor meneliti operasi perusahaan untuk menilai
kinerja sosialnya. Setelah audit social selesai, perusahaan harus memutuskan apakah hal
itu tersedia untuk public. Sebagian besar perusahaan memilih bahwa informasi yang
dihasilkan audit social hanya sebagai dokumen interenal yang menyembunyikannya
sebagai rahasia perusahaan. Perusahaan cenderung lebih senang mengumumkan kontribusi

10
positif kepada publik daripada berita negative. Namun, ada juga perusahaan yang ingin
menyampaikan dengan sejujurnya informasi hasil audit social yang bersifat positif dan
negative sebagai tanggungjawab sosialnya kepada public. Public banyak yang menilai
tinggi kejujuran.

b. Laporan Sosial
Pelaporan eksternal terpisah yang menggambarkan hubungan perusahaan dengan
komunitasnya sudah diterbitkan di amerika dan perusahaan luar negeri. Format pelaporan
untuk pelaporan social sudah diajukan baik oleh akademisi dan praktisi. Seksi ini akan
membahas dua teori untuk mengembangkan laporan social ( Linowes dan Estes) dan
laporan social actual dari first national bank of Minneapolis. Laporan tanggung jawab
social perusahaaan juga sudah mulai bnyak disampaikan oleh perusahaan di Indonesia
lewat laporan tahunannnya.
David linowes mengembangkan laporan kegiatan social ekonomi ( socio-economic
operating statement) sebagai dasar untuk pelaporan akuntansi social. Linowes membaginya
menjadi tiga kategori, yaitu (1) hubungan dengan manusia, (2) hubungan dengan
lingkungan, (3) hubungan dengan produk. Pada masing-masing hubungan, linowes
mengharap adanya pengungkapan sukarela dan menyampaikan kerugiaan yang disebabkan
oleh aktivitas perusahaan. Dalam laporan Linowes, semua kontribusi harus dihitung
dengan satuan jumlah uang (yang kita tahu sangat sulit untuk dilakukan).
Ralph Estes mengembangkan model menggunakan sudut pandang pigovian dalam
hal manfaat dan biaya social. Dia menghitumg semua manfaat social sebagai semua
kontribusi perusahaan kepada masyarakat dari kegiatan-kegiatannya ( misalnya
kesempatan kerja, donasi, pajak, dan pelestarian lingkungan). Biaya social termasuk semua
biaya untuk menjalankan perusahaan (misalkan pembelian bahan, utang, kerusakan
lingkungan, kecelakaan dan sakit yang berhubungan dengan kerja). Biaya social untuk
mengurangi manfaat social sehingga diketahui manfaat atau biaya social bersih. Model
Estes merupakan konsep pelaporan yang dapat digunakan secara internal oleh perusahaan
untuk menghitung manfaat bersih perusahaan. Banyak elemen dari model ini yang susah
di ukur.

11
First Minneapolis Bank menerbitkan laporan social sejak 1972 dan terdapat dua seksi
dalam laporan itu, community investment Assets dan Employee investment assets. Elemen
–elemen yang dilaporkan oleh bank ini adalah semuanya yang positif sehingga dapat
menyebabkan bias. Misalnya turnover yang tinggi di bank ini, tetapi tidak dilaporkan.
c. Pengungkapan dalam Laporan Tahunan
Banyak perusahaan menerbitkan laporan tahunan kepada pemegang saham dan
pihak berkepentingan lainnya yang mengandung informasi social. Menurut penelitian,
jumlah perusahaan yang mengungkapkan informasi sosialnyadari tahun ke tahun semakin
meningkat.
d. Perkembangan di luar negeri
Perusahaan Eropa memimpin dalam hal menyampaikan informasi social, baik
secara spesifik maupun dalam laporan tahunan. Elemen-elemen yang memuat dalam
laporan ini adalah (1) ketenagakerjaan (2) gaji dan perubahaan social, (3) kesehatakan
(kehigienisan) dan keamanan kerja, (4) kondisi pekerjaan, (5) pelatihan, (6) hubungan
industrial, dan (7) perjanjian social lainnya. Model eropa ini yang paling sering diadaptasi
oleh banyak pihak.
Shell melaporkan beberapa item yang tidak biasa. Selain laporan keuangan, ada
beberapa akun social dan laporan mengenai nilai tambah, keduanya berfokus pada
kontribusi perusahaan terhadap masyarakat. Hal ini menyebabkan annual report shell
menambahkan dimensi yang baru terhadap pelaporan keuangan.
Laporan nilai tambah (value added) bertujuan untuk menggambarkan pertambahan
value yang perusahaan kontribusikan terhadap masyarakat dengan memproduksi produk
dan jasanya. Salah satu bagian menjelaskan sumberdaya perusahaannya, termasuk
pendapatan, penjualan, perubahan dalam persediaan, dan asset yang dibangun sendiri.
Perusahaan di Eropa dengan serius menggunakan laporan tahunan sebagai kendaraan untuk
mengungkapkan aktivitas social. Namun, perusahaan Amerika relative kurang mempunyai
komitmen ini.
Arah Penelitian Berkaitan Akuntansi Penelitian

Riset dalam akuntansi social bersifat ekstentif dan focus kepada banyak subjek untuk
pengembangan kerangka teoritis. Riset yang ada sekarang berfokus pada daya guna data
akuntansi social terhadap investor. Study mengenai kegunaan informasi social terhadap

12
investor dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu mencari investor yang potelsial dan tes
empiris pada feek pasar dari pengungkapan akuntansi social. Tidak ada kesimpulan yang
pasti antara kinerja social, kinerja ekonomi dan pengungkapan social.
Kertangka teoritis dari ramanathan sebagai pioneer harus dikembangkan. Formst
pelaporan keuangan harus di tempatkan sesuai dengan praktik. Problem lain yang harus
dihadapi adalah masalah pengukuran riset teoritis dan empiris hrus menyelesaikan masalah
ini. Sepanjang akuntansi social dipandang hanya sebagai alat untuk menjelaskan fonomena
tertentu yang sebagian besar tidak di ukur, hal itu tidak dipandang secara serius sebagai
disiplin. selama laporan tanggung jawab sosial hanya bersifat opsional atau bukan
merupakan keharusan (mandatory ) maka laporan social tidak diperlakukan secara serius
oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

13
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Walaupun dimensi-dimensi akuntansi sosial masih banyak menyimpan berbagai


permasalahan, namun hal tersebut bukan merupakan alasan utama untuk tidak meneruskan
pencarian-pencarian penting untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Aspek
keprilakuan terutama oleh pihak investor, akan sangat menentukan perkembangan akuntansi sosial
dimasa akan datang. Terlepas dari itu semua, akuntansi sosial telah menjadi salah satu cabang
akuntansi yang mencoba menguraikan dampak dari berdirinya suatu entitas bisnis. Baik bagi
lingkungan internalnya maupun eksternalnya.

Selain itu, banyak pihak yang meyakini bahwa aspek-aspek keuangan belum mencukupi
untuk digunakan sebagai landasan bagi keputusan bisnis. Banyak bukti yang mengungkapkan
fenomena tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya perusahaan yang secara keuangan layak
untuk dimiliki investor, tetapi belum dilirik oleh mereka. Pihak investor masih menunggu aspek-
aspek lainnya yang melindungi entitas tersebut. Pengalaman menunjukkan bahwa aspek seperti
politik, budaya, dan kondisi ekonomi makro sangat berperan dalam mendukung entitas bisnis.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sprioyo, R.A., 2018. Akuntansi Keperilakuan, Jogyakarta: Gadja Mada University Pers. [e-book]

https://www.academia.edu/19984835/KEL_11_Akuntansi_Sosial

15

Anda mungkin juga menyukai