Disusun Oleh :
Kelompok 8
Anggia Nurhandini (165221095)
Nur Hiqmawati (165221122)
Mei Ade Kurniati (165221176)
AKS 6C
A. Teori Motivasi
Kata motivasi berasal dari Bahasa latin “movere” yang artinya
menimbulkan pergerakan. Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan
psikologis yang menggerakkan seseorang kearah beberapa jenis tindakan
(Haggard, 1989). Menurut penulis, motivasi adalah proses yang dimulai
dengan definisi fisiologis atau psikologis yang menggerakkan perilaku
atau dorongan yang ditujukan untung tujuan insentif. Motivasi juga
berkaitan dengan reaksi subjektif yang terjadi sepanjang proses ini.
Motivasi adalah suatu konsep penting untuk perilaku akuntan karena
efektivitas organisasi bergantung pada orang yang membentuk
sebagaimana karyawan mengharapkan untuk dibentuk. Manajer dan
akuntan keperilakuan harus memotivasi orang ke arah kinerja yang
diharapkan dalam rangka mmenuhi tujuan organisasi.
Teori Motivasi Dan Aplikasinya
Mengarahkan dan memotivasi orang lain adalah pekerjaan para
manajer. Hal ini sangat penting karena arti manajer, sebagaimana sering
didefinisikan oleh banyak buku manajemen, adalah menyelesaikan sesuatu
melalui orang lain (getting things done through other people). Manajer
akan selalu berusaha agar bawahannya selalu rajin bekerja, dan mau
bekerja dengan giat. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika masalah
motivasi menjadi salah satu pokok pembahasan yang penting dalam
manajemen.
Buku-buku manajemen banyak menguraikan motivasi. Terdapat
keyakinan bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh motivasi. Dengan
demikian, ada sesuatu yang mendorong (memotivasi) seseorang untuk
berbuat sesuatu. Dalam memberikan motivasi, terkadang terdapat banyak
kendala yang dihadapi seorang manajer.
System pengendalian akuntansi mensyaratkan adanya suatu
pemahaman tentang bagaimana individu dapat termotivasi oleh teori
akuntansi. Kebanyakan dari teori-teori ini telah dibenarkan secara empiris
dan berperan penting dalam mengakhiri pernyataan bahwa motivasi adalah
masalah lengkap yang dapat diatasi oleh satu teori saja. Terdapat beberapa
teori umum yang digunakan dalam kelompok teori yang ada pada saat ini.
Kelompok teori tersebut masing-masing telah banyak ditulis dalam
literator; tetapi pada dasarnya masih bersifat umum dan setiap unit
dimasukkan kesebuah kelompok.
Teori Motivasi Awal
Motivasi adalah proses yang dimulai dengan definisi fisiologis atau
psikologis yang menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditujukan
untuk tujuan insentif. Motivasi juga berkaitan dengan reaksi subjektif yang
terjadi sepanjang prosese ini. Menurut definisi, motivasi adalah suatu
konsep penting untuk perilaku karena efektifitas organisasi tergantung
pada orang yang membentuk sebagaimana karyawan mengharapkan untuk
dibentuk. Manajer dan supervisor harus memotivasi orang kearah kinerja
yang diharapkan dalam rangka memenuhi tujuan organisasi.
Pada dasawarsa tahun 1950-an merupakan kurun waktu yang
berhasil dalam pengembangan konsep motivasi. Tiga teori spesifik
dirumuskan selama waktu ini meskipun diserang keras dan sekarang dapat
dipertanyakan faliditasnya. Ketiga teori ini merupakan teori hierarki (anak
tangga) kebutuhan, teori X dan Y, dan teori motivasi hygiene. Anda
mengethaui bahwa teori ini secara diri sekurangnya untuk alasan: 1) teori
ini mewakili suatu fondasi yang dari situ berkembang teori kontemporer,
dan 2) para manajer mempraktikkan secara teratur menggunakan teori ini
dan terminology mereka dalam menjelaskan motivasi karyawan.
Toeri Kebutuhan Dan Kepuasan
Maslow (1954) mengembangkan suatu bentuk teori kelas. Teorinya
menjelaskan bahwa setiap individu mempunyai beraneka ragam kebutuhan
yang dapat memengaruhi perilaku mereka. Maslow membagi kebutuhan
ini ke dalam beberapa kelompok yang pengaruhnya berbeda. Pada
kenyataannya, terdapat suatu hierarki kebutuhan yang didominasi oleh
kebutuhan lain yang tidak mempunyai pengaruh motivasi yang lebih. Pada
praktiknya, teori kebutuhan ini merupakan bagian dari kebutuhan
psikologis yang akan didominasi oleh kebutuhan lain jika tidak dipenuhi.
Secara psikologis, kebutuhan merupakan syarat dasar memenuhi
kebutuhan fisik, seperti makan, minum, perlindungan, dan sebagainya
yang disebut kebutuhan dasar utama (primary basic need). Secara ringkas,
kelima hierarki kebutuhan manusia oleh Maslow dijabarkan sebagai
berikut:
1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs), yaitu kebutuhan fisik,
seperti kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar dan haus, kebutuhan
akan perumahan, pakaian, dan sebagainya.
2. Kebutuhan akan keamanan (safety needs), yaitu kebutuhan akan
keselamatan dan perlindungan dari bahaya, ancaman, perampasan atau
pemecatan.
3. Kebutuhan social (social needs), yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan
kepuasan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, kebutuhan
akan kepuasan dan perasaan memiliki serta diterima dalam suatu
kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan, dan kasih sayang.
4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), yaitu kebutuhan akan
status atau kedudukan, kehormatan diri, reputasi, dan prestasi.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs), yaitu
kebutuhan pemenuhan diri untuk menggunakan potensi ekspresi diri
dan melakukan apa yang paling sesuai dnegan dirinya.
Teori tentang kebutuhan dan kepuasan ini mempunyai banyak
pengaruh terhadap pengendalian akuntansi.
1. Pertanyaan yang berhubungan dengan konsep motivasi umum yang
digunakan dalam buku-buku teks.
2. Seringnya istilah motivasi menjadi catatan mendasar yang menjadi
bahan perhitungan dalam pembayaran bonus akibat kemungkinan
adanya motivasi.
Teori kebutuhan dan kepuasan telah menjadi subjek yang banyak
dikritik. Beberapa orang telah mengkritik bahwa hal itu adalah sesuatu
yang logis dan mendasar dari suatu alat ukur, yaitu berupa variable.
Percobaan terhadap teori lainnya telah diuji secara empiris dengan tingkat
keberhasilan yang dibatasi, sekalipun hal itu tidak menjelaskan apakah
hasilnya merupakan cerminan dari suatu teori atau pengujian. Namun,
demikian penggunaan teori ini masih umum jika dihubungkan secara
perlahan dengan pengajaran akuntansi.
Teori X dan Teori Y
Douglas McGregor tahun 1960 seorang psikolog sosial Amerika,
mengajukan teori XY yang terkenal pada tahun 1960 dalam bukunya The
Human Side of Interprice. McGregor teori XY adalah pengingat
bermanfaat sederhana dari aturan alam untuk mengelola alam, yang berada
di bawah tekanan sehari-hari dan terlalu mudah dilupakan. Teori X dan
teori Y masih disebut umum di bidang manajemen dan motivasi, sementara
penelitian yang lebih baru telah mempertanyakan model, McGregor
tersebut.
Pandangannya mengenai manusia menyimpulkan bahwa manusia
memiliki dasar negatif yang diberi tanda sebagai teori X. Dan yang lain
positif ditandai dengan teori Y. Setelah memandang manajer menangani
karyawan, McGregor menyimpulkan bahwa pandangan seorang manajer
mengenai kodrat manusia didasarkan pada suatu pengelompokan
pengandaian tertentu dan manajer cenderung membentuk perilakunya
terhadap bahwa hanya menurut pengandaian tersebut.
Ide McGregor menyarankan bahwa ada 2 pendekatan dasar untuk
mengelola orang. Banyak manajer cenderung ke arah teori X, dan
umumnya mendapatkan hasil yang buruk. Manajer tercerahkan
menggunakan teori Y, yang menghasilkan kinerja yang lebih, dan
memungkinkan orang untuk tumbuh dan berkembang. Ide McGregor
secara signifikan berhubungan dengan pemahaman modern kontrak
fisiologis yang menyediakan banyak cara untuk menghargai alam tidak
membantu X teori kepemimpinan, dan sifat menguntungkan yang berguna
konstruktif Y teori kepemimpinan. Secara umum McGregor lebih
mempercayai teori Y dengan alasan bahwa para manajer penganut teori Y
lebih merasa puas dan mampu memotivasi para karyawannya.
Teori Kebutuhan Mcclelland
Teori ini yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang
berhubungan dengan teori yang kebutuhan dan kepuasan, yang awalnya
dikembangkan oleh McGregor (1961). Teori McClelland juga mempunyai
faktor hierarki yang memotivasi perilaku. Dalam kasus ini, terdapat 3
faktor, yaitu prestasi, kekuatan, dan afiliasi. Dalam teori prestasi, terdapat
banyak kekakuan. Orang-orang yang berbeda dan orang-orang yang sama
pada waktu yang berbeda mempunyai perbedaan perintah dalam suatu
hierarki. Riset yang dilakukan oleh McClelland memberikan hasil bahwa
terdapat tiga karakterisitik berikut dari orang yang memiliki kebutuhan
prestasi yang tinggi.
1. Orang yang memiliki kebutuhan prestaasi yang tinggi memiliki
tanggung jawab yang tinggi terhadap pelaksanaan suatu tugas atau
pencarian solusi atas suatu permasalahan. Akibatnya, mereka lebih suka
bekerja sendiri daripada dengan orang lain. Apabila pekerjaan
membutuhkan orang lain maka mereka lebih suka memilih orang yang
kompeten daripada sahabatnya.
2. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung
menetapkan tingkat kesulitan tugas yang moderat dan menghitung
risikonya.
3. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki
keinginan yang kuat untuk memperoleh umpan balik (feedback) atau
tanggapan atas pelaksanaan tugas.
Dalam riset tersebut, McClelland menemukan bahwa uang tidak begitu
penting peranannya dalam meningkatkan prestasi kerja bagi mereka yang
memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi. Orang yang memiliki kebutuhan
prestasi yang rendah tidak akan berprestasi baik dengan maupun tanpa
insentif keuangan.
Teori Dua Faktor
Pada pertengahan tahu 1960-an, Herzberg (1966) mengajukan suatu
teori motivasi yang dibagi ke dalam beberapa faktor. Teori ini berpengaruh
pada 2 jenis perilaku. Asumsi terpenting dari bentuk teori Herzberg, adalah
faktor yang mempunyai pengaruh positif dalam motivasi dan menjadi
bahan perbandingan yang menyenangkan terhadap seluruh pengaruh
negatif. Herzberg mengusulkan signifikansi hubungan antara kepuasan
kerja dan motivasi adalah tinggi. Faktor-faktor ini meliputi: kebijakan
perusahaan, kondisi pekerjaan, hubungan perseorangan, keamanan kerja,
dan gaji. Faktor motivasi meliputi prestasi, pengakuan, tantangan
pekerjaan, promosi, dan tanggung jawab. Semuanya ini bertujuan
meningkatkan kepuasan kerja dan kepuasan motivasi. Bagian teori ini
bergerak kea rah negatif jika terdapat keterbatasan pengaruh terhadap
motivasi sebagai pengaruh kekuatan yang dibangun dari faktor motivasi itu
sendiri. Bagaimanapun, keamanan yang dipaksakan merupakan
ketidakleluasaan pekerjaan yang ditunjukkan dari tindakan yang tidak
efektif dari faktor-faktor motivasi tersebut.
Selain itu, Herzberg menjelaskan bahwa hasil riset yang dilakukannya
terhadap 200 responden yang terdiri atas akuntan dan insinyur
menunjukkan bahwa terdapat 2 hal yang terkait dengan kepuasan dan
motivasi. Berikut kedua faktor tersebut:
1. Sejumlah kondisi kerja ekstrinsik (extrinsic job conditions), yang
apabila tidak ada menyebabkan terjadinya ketidakpuasan di antara para
karyawan. Kondisi ini disebut faktor tidak kepuasan (dissatisfiers
factors) atau faktor higiene (hygiene factors) karena kondisi atau faktor-
faktor tersebut minimal dibutuhkan untuk menjaga agar ketidakpuasan
tidak terjadi.
2. Sejumlah kerja intrinsic (intrinsic job conditions) yang apabila ada
berfungsi sebagai motivator dan dapat menghasilkan prestasi kerja yang
baik. Namun, jika kondisi atau faktor tersebut tidak ada maka tidak
akan menyebabkan terjadinya ketidakpuasan. Faktor-faktor tersebut
berkaitan dengan isi pekerjaan, yang disebut dengan istilah faktor
pemuas (satisfiers factors).
Ringkasan Teori-Teori Kebutuhan
Semua teori dari kebutuhan motivasi, mencakup hierarki kebutuhan
Maslow, teori ERG Alderfer, teori kebutuhan McClelland, dan teori
motivasi hygiene Herzberg (teori dua faktor), mengusulkan ide yang sama:
individu memiliki kebutuhan bahwa, ketika tidak puas, akan menghasilkan
motivasi. Misalnya, jika Anda butuh untuk dipuji, Anda akan bekerja keras
atas tugas Anda dalam rangka untuk menerima pengakuan dari manajer
Anda atau co-workers lainnya. Sama halnya jika Anda butuh uang dan Anda
meminta untuk melakukan sesuatu, dengan alasan bahwa menawarkan uang
sebagai suatu imbalan, Anda akan dimotivasi untuk melengkapi tugas dalam
rangka untuk memperoleh uang. Dimana teori kebutuhan berbeda dalam
jenis kebutuhan yang mereka pertimbangkan, dan apakah mereka
mengusulkan hierarki kebutuhan (dimana beberapa kebutuhan telah
dipuaskan sebelum yang lainnya) atau daftar sederhana dari kebutuhan.
Teori-Teori Kebutuhan Di Tempat Kerja
Apa yang dapat disimpulkan dari teori kebutuhan? Kita dapat
dengan aman mengatakan individu memiliki kebutuhan dan bahwa mereka
dapat termotivasi dengan tinggi untuk mencapai kebutuhan. Jenis
kebutuhan, dan kepentingan mereka, dibedakan oleh individu, dan mungkin
berbeda sepanjang waktu untuk individu sama yang baiknya. Ketika
memberikan penghargaan individu, sesuatu harus mempertimbanagkan
secara spesifik keebutuhan mereka. Beberapa karyawan mungkin bergelut
untuk membuat pertemuan akhir, sementara yang lain mencari kesempatan
lagi untuk mencapai aktualisasi diri. Kebutuhan individu yang berubah
sepanjang waktu, bergantung kepada langkah seseorang dalam hidup.
Seyogyanya, pada suatu tempat kerja akan sulit untuk mendesain satu
struktur reward yang dapat dengan sepenuhnya mempertimbangkan
kebutuhan spesifik dari masing-masing karyawan.
Proses Teori-Teori Motivasi
Motivasi adalah proses yang dimulai dengan kebutuhan fisiologis
atau psikologis yang mengaktifkan perilaku atau pemicu yang ditujukan
untuk tujuan. Setiap karyawan diharapkan mampu manunjukkan
peningkatan dan produktivitas kualitatif kepada manajer. Untuk mencapai
hal ini, perilaku karyawan sangat penting. Perilaku karyawan dipengaruhi
oleh lingkungan dimana mereka menemukan diri mereka sendiri. Perilaku
karyawan akan menjadi fungsi yang memicu karyawan merasa akan
kebutuhan dan kesempatan bahwa dia harus memenuhi kebutuhan mereka di
tempat kerja. Jika karawan tidak pernah diberikan kesempatan untuk
memanfaatkan semua kemampuan mereka maka pengusaha mungkin tidak
pernah mendapatkan manfaat dari total kinerja mereka. Untuk kerja yang
bergantung pada kemampuan karyawan. Jika karyawan kurang memiliki
keterampilan yang dipelajari atau bakat bawaan untuk melakukan tugas
tertentu maka kinerja akan kurang optimal. Kinerja adalah motivasi.
Motivasi adalah tindakan merangsang seseorang atau diri sendiri untuk
mendapatkan tindakan yang diinginkan.
Teori Erg
Teori dari Clayton Arderfer (1969) ini juga menganggap kebutuhan
manusia tersusun dalam suatu hierarki. Maslow mengatakan orang
cenderung meningkat hierarki kebutuhannya sejalan dengan terpuaskannya
kebutuhan sebelumnya. Namun, Alderfer tidak sependapat dengan Maslow.
Alderfer menegaskan suatu kebutuhan tidak harus terpuaskan terlebih
dahulu sebelum kebutuhan pada tingkat diatasnya muncul.
Teori ERG (existence, relatedness, growth) menganggap kebutuhan
manusia memiliki tiga hierarki kebutuhan, yaitu kebutuhan akan eksistensi
(existence needs), kebutuhan akan keterikatan (relatedness needs), dan
kebutuhan akan pertumbuhan (growth needs). Teori ERG mengandung
suatu dimensi frustasi regresi. Ingat kembali bahwa Maslow berargumen
seorang individu akan tetap suatu tingkat kebutuhan tertentu sampai
kebutuhan tersebut dipenuhi. Teori ERG menyangkalnya dengan
mengatakan bahwa bila suatu tingkat kebutuhan dari yang lebih tinggi
terhalang, maka timbul hasrat dalam individu itu untuk meningkatkan
kebutuhannya di tingkat lebih rendah. Ketidakmampuan untuk memuaskan
suatu kebutuhan akan interaksi sosial mungkin meningkatkan hasrat untuk
memiliki lebih banyak uang atau kondisi kerja yang lebih baik jadi, frustrasi
(halangan) dapat mendorong ke suatu kemunduran yang lebih baik.
Ringkasnya, teori ERG sependapat dengan teori Maslow bahwa
kebutuhan tingkat rendah yang terpuaskan menghantar ke hasrat untuk
memenuhi kebutuhan dengan tingkatan yang lebih tinggi. Namun,
kebutuhan ganda dapat beroperasi sebagai motivator sekaligus halangan
dimana mencoba memuaskan kebutuhan dengan tingkat yang lebih tinggi
dihasilkan pengaruh terhadap pemuasan akan kebutuhan dengan tingkat
lebih rendah.
Teori ERG konsisten dengan pengetahuan kita mengenai perbedaan
individual di antara orang-orang. Variabel seperti pendidikan, latar
belakang, dan lingkungan budaya dapat dapat mengubah arti penting atau
kekuatan dorong yang dimiliki sekelompok kebutuhan terhadap seorang
individu tertentu. Bukti memperlihatkan bahwa orang-orang dalam budaya
lain memeringkat kategori dengan cara berbeda. Namun, secara keseluruhan
teori ERG menyatakan suatu versi yang lebih valid dibandingkan dengan
kebutuhan.
Teori Harapan
Teori harapan mungkin telah banyak digunakan oleh para peneliti
akuntansi. Teori ini dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurt Levin dan
Edward Tolman. Dasar teori ini memiliki sejarah yang panjang, tetapi
menjadi dikenal dalam akuntansi setelah diperkenalkan oleh Ronen dan
Livingstone (1975), kemudian secara komprehensif dan sistematik
dirumuskan oleh Victor Vroom (1964). Teori harapan disebut juga teori
valensi atau instrumentalis. Ide dasar dari teori ini adalah motivasi
ditentukan oleh hasil yang diharapkan akan diperoleh seseorang sebagai
akibat dari tindakannya. Variabel kunci dalam teori harapan adalah usaha
(effort) hasil (income), harapan (expectancy), instrument yang berkaitan
dengan hubungan antara hasil tingkat pertama dengan hasil tingkat kedua,
hubungan antara prestasi dan imbalan atas pencapaian prestasi, serta valensi
yang berkaitan dengan kadar kekuatan dan keinginan seseorang terhadap
hasil tertentu.
Usaha-hubungan kinerja. Usaha –hubungan kinerja biasanya
disebut ekspektasi ini mengacu pada persepsi individu tentang bagaimana
mungkin menggunakan sejumlah usaha tertentu akan memimpin kinerja
yang baik. Misalnya, karyawan sering meminta untuk melaksanakan tugas
bagi mereka yang tidak mempunyai keterampilan atau pelatihan yang
pantas. Ketika ini merupakan kasus, mereka akan kurang termotivasi untuk
mencoba lebih keras karena mereka telah meyakini bahwa mereka tidak
akan mampu untuk memenuhi apa yang mereka minta untuk dilakukan.
Ekspektasi dapat diekspresikan sebagai satu kemungkinan, dan terbentang
dari angka 0-1. Secara umum, ekspektasi karyawan dipengaruhi oleh hal-hal
sebagai berikut:
1. Harga diri.
2. Keberhasilan sebelumnya.
3. Pertolongan dari pengawas dan bawahan.
4. Informasi.
5. Materi yang sesuai dan perlengkapan.
Teori Penguatan
Teori ini mengemukakan perilaku merupakan fungsi dari akibat
yang berkaitan dengan perilaku tersebut. Teori penguatan memiliki konsep
dasar sebagai berikut:
1. Pusat perhatian adalah pada perilaku yang dapat diukur, seperti jumlah
yang dapat diproduksi, kualitas produksi, ketepatan pelaksanaan, jadwal
produksi, dsb.
2. Kontinjensi penguatan (contingencies of re-inforcement) berkaitan
dengan urutan antara stimulus, tanggapan, dan konsekuensi dari
perilaku yang ditimbulkan. Kondisi kerja tertentu dibentuk oleh
organisasi (stimulus), kemudian karyawan bertindak sebagaimana
diinginkan oleh organisasi (tanggapan) selanjutnya organisasi
memberikan imbalan yang sesuai dengan tindakan atau perilaku
karyawan tersebut (konsekuensi dari perilaku). Dari sudut pandang
motivasi, melalui penggunaan stimulus dan konsekuensi atau imbalan,
karyawan termotivasi untuk melakukan perilaku yang diinginkan oleh
organisasi. Dalam hal ini perilaku termotivasi melalui proses belajar.
3. Semakin pendek interval waktu antara tanggapan atau respon karyawan
(misalnya, prestasi kerja) dengan memberikan penguatan (imbalan),
maka semakin besar pengaruhnya terhadap perilaku. Terdapat 3 jenis
penguatan yang dapat digunakan oleh manajer untuk memodifikasi
karyawan, yaitu penguatan positif, penguatan negatif, dan hukuman.
Teori Agensi
Teori ini didasarkan pada teori ekonomi. Dari sudut pandang teori
agensi, principal (pemilik atau manajemen puncak) membawahi agen (
karyawan atu manajer yang lebih rendah) untuk melaksab]nakan kinerja
yang efisisen. Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan kinerja
organisasi yang ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi lingkungan.
Secara umum, teori ini mengasumsikan bahwa principal bersikapnetral
terhadap risiko sementara agen bersikap menolak usaha dan risiko. Agen
dan principal diasumsikan termotivasi oleh kepentingannya sendiri, dan
sering kali kepentingan antara keduanya berbenturan. Menurut pandangan
principal, kompensasi yang diberikan kepada agen tersebut didasarkan pada
hasil. Sementara menurut pandangan agen, ia lebih suka jika system
kompensasi tersebut tidak semata-mata melihat hasil tetapi juga tingkat
usahanya.
Pendekatan Dyanic
Kesatuan Kelompok
Salah satu alasan yang sering kali dikemukakan untuk kinerja yang
buruk adalah waktu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika seseorang
harus berjuang untuk memastikan bagaimana individu, kelompok dan
organisasi merespon tekanan waktu dan bagaimana hal itu memengaruhi
akurasi dan efisiensi dari keputusan. Penemuan eksperimental dapat
dikelompokkan ke dalam dampak tekanan waktu terhadap proses dan
efisiensi kelompok.
Pengujian Informasi
Studi itu membuktikan bahwa para ahli juga para pakar maupun
para pendatang baru menerjemahkan informasi keuangan ke dalam
istilah- istilah kualitatif dan menggunakan metode- metode yang serupa
(misalnya, perhitungan rasio, pengembangan tren, dan laporan arus). Apa
yang berbeda adalah bauran dari metode yang digunakan. Para pakar lebih
banyak mengandalkan aturan- aturan yang diperoleh berdasarkan
pengalaman dibandingkan dengan para pendatang baru dan mereka
dipandu oleh suatu “perasaan terhadap perusahaan”, yang menyediakan
bagj mereka suatu kerangka kerja untuk menyusun daftar pertanyaan yang
terstruktur sebagai panduan untuk pencarian data secara diskriminatif.
Pertimbangan
Selama lebih dari dua dekade yang lalu, para peneliti telah
membuat hipotesis mengenai kondisi informasi akuntansi memengaruhi
pengambilan keputusan.
Fiksasi Fungsional