Anda di halaman 1dari 17

Anggota:

1. Ahmad Farhan Fathian (3)


2. Chandra Siahaan (9)
3. Dwi Handoko (12)
4. Fitri Nisya Anwar Tinumbang (14)
5. Rahmat (33)
TANGGUNG JAWAB DAN TUJUAN AUDIT

Tujuan Pelaksanaan Audit atas Laporan Keuangan


Tujuan audit atas laporan keuangan pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang
kewajaran, di semua hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi, serta arus kas sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).

Auditor mengumpulkan bukti untuk membuat kesimpulan tentang apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar dan untuk menentukan keefektifan pengendalian internal, sesudah itu baru
menerbitkan laporan audit yang tepat. Di dalam audit terdapat beberapa langkah untuk
mengembangkan tujuan audit yaitu:

1. Memahami tujuan dan tanggung jawab audit


2. Membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus
3. Mengetahui asersi manajemen tentang laporan keuangan
4. Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan
5. Mengetahui tujuan audit khusus untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan

Tanggung Jawab Manajemen


Tanggung jawab manajemen untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik, menyelenggarakan
pengendalian internal yang memadai, dan menyajikan laporan keuangan yang wajar berada di pundak
manajemen, bukan di pundak auditor. Karena menjalankan bisnis sehari-hari, manajemen perusahaan
mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam tentang transaksi perusahaan serta aktiva, kewajiban,
dan kuitas terkait ketimbang auditor.

Sebaliknya, pengetahuan auditor akan masalah ini serta pengendalian internal hanya terbatas pada
pengetahuan yang diperolehnya selama audit. Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian
(asersi) laporan keuangan berkaitan dengan privilege untuk menentukan penyajian dan
pengungkapan apa yang dianggap perlu.

Di dalam Sarbanes-Okley Act tanggung jawab terhadap pelaporan tersebut semakin


diperketat salah satunya adalah kewajiban terhadap CEO dan CFO perusahaan publik untuk
memberikan statement atau pernyataan untuk menyatakan bahwa laporan keuangan telah
sesuai dengan persyaratan Security Exchange Act tahun 1934dan informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material serta
menandatangani laporan keuangan.

Tanggung Jawab Auditor


Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh
kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material,
apakah itu disebabkan oleh kekeliruan ataupun kecurangan.
Auditor tidak bertanggung jawab untuk mendeteksi salah saji yang tidak material.
1. Salah Saji yang Material vs Tidak Material
Tingkat materialitas diukur dari kemungkinan salah saji atas laporan keuangan untuk
mempengaruhi atau bahkan mengubah keputusan pengguna laporan keuangan. Auditor
bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian yang layak bahwa ambang batas
materialitas telah dipenuhi. Sedangkan untuk menemukan semua salah saji yang tidak
material memerlukan biaya yang sangat besar, tidak sejalan dengan prinsip cost-benefit.
2. Kepastian yang Layak
Kepastian yang layak adalah tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa laporan
keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Konsep ini menunjukkan bahwa auditor
bukanlah penjamin atau pemberi garansi atas kebenaran laporan keuangan. Jadi
kemungkinan salah saji yang material tidak ditemukan dapat terjadi.
Alasan auditor bertanggung jawab atas kepastian yang layak:
Bukti audit diperoleh dengan cara sampling
Auditor mengandalkan bukti audit yang persuasif, tetapi tidak meyakinkan. Hal ini
disebabkan karena penyajian akuntansi mengandung estimasi yang kompleks, yang
melibatkan sejumlah ketidakpastian serta dapat dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa
di masa depan.
Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali tidak mungkin
untuk dideteksi oleh auditor.
Pembelaan auditor jika salah saji yang material tidak terungkap adalah melaksanakan
audit sesuai dengan standar auditing.
3. Kekeliruan (Error) vs Kecurangan (Fraud)
Kekeliruan adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja, sementara
kecurangan adalah salah saji yang disengaja. Keduanya dapat bersifat material maupun tidak
material.
Kecurangan dapat dibedakan menjadi misaprosiasi aktiva (penyalahgunaan/kecurangan
karyawan) dan pelaporan keuangan yang curang (kecurangan manajemen).
4. Skeptisme Profesional
Agar auditing dapat memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi kekeliruan ataupun
kecurangan, maka auditing harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skeptisme
profesional, yaitu sikap yang penuh dengan keingintahuan serta penilaian kritis atas bukti
audit.
5. Kecurangan yang Berasal dari Pelaporan Keuangan yang Curang vs Misapropriasi Aset
Pelaporan keuangan yang curang akan merugikan pemakai karena menyediakan informasi
laporan keuangan yang tidak benar untuk membuat keputusan sedangkan misapropriasi
aktiva akan mengakibatkan pemegang saham, kreditor, serta pihak lainnya mengalami
kerugian karena aktiva tersebut tidak lagi menjadi milik pemiliknya yang sah.

MENETAPKAN TUJUAN AUDIT

Auditor-auditor melaksanakan audit atas lamporan keuangan dengan menggunakan


pendekatan siklus. Pendekatan siklus adalah melakukan pengujian audit atas transaksi-
transaksi yang menghasilkan saldo akhir dan juga melaksanakan pengujian audit atas saldo
akun serta pengungkapan yang terkait.Untuk setiap kelas transaksi, beberapa tujuan audit
harus dipenuhi sebelum auditor menyimpulkan bahwa:
1. Transaksi-transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat, tujuan ini disebut sebagai tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi.
2. Beberapa tujuan audit harus dipenuhi untuk setiap saldo akun yang disebut sebagai
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
3. Tujuan audit berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan informasi dalam laporan
keuangan yang disebut tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan

ASERSI MANAJEMEN

Asersi manajemen adalah representasi pernyataan yang tersirat atau diekspresikan oleh
manajemen tentang kelas transaksi akun dana kun serta pengungkapan yang terkait dalam
laporan keuangan. Asersi manajemen berkaitan langsung dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum (GAAP/PSAK), karena asersi ini merupakan bagian dari kriteria yang
digunakan manajemen untuk mencatat dan mengungkapkan informasu akuntansi dalam
laporan keuangan.

Beberapa macam asersi tentang transaksi:

1. Keterjadian
Asersi keterjadian bersangkutan dengan apakah transaksi yang dicatat dalam laporan
keuangan benar-benar terjadi selama periode akuntansi itu. Sebagai contoh, manajemen
menegaskan bahwa transaksi penjualan yang dicatat merupakan pertukaran barang atau
jasa yang benar-benar terjadi.
2. Kelengkapan
Asersi ini menyatakan apakah semua transaksi yang harus dimasukkan dalam laporan
keuangan sudah dimasukkan seluruhnya. Sebagai contoh, manajemen menegaskan
bahwa semua penjualan barang dan jasa telah dicatat dan dimasukkan dalam laporan
keuangan.
3. Keakuratan
Asersi keakuratan menyatakan apakah transaksi telah dicatat pada jumlah yang benar.
Penggunaan harga yang salah untuk mencatat transaksi penjualan dan kekeliruan atau
kesalahan dalam menghitung perkalian harga dengan kuantitas merupakan contoh
pelanggaran atas asersi keakuratan.
4. Klasifikasi
Asersi klasifikasi menyatakan apakah transaksi telah dicatat pada akun yang tepat.
Pencatatan gaji bagian administrasi pada harga pokok penjualan merupakan satu contoh
pelanggaran atas asersi klasifikasi.
5. Cutoff
Asersi cutoff menyatakan apakah transaksi telah dicatat pada periode akuntansi yang
benar. Mencatat transaksi penjualan pada bulan Desember sementara barang belum
dikirimkan sampai bulan januari melanggar asersi cutoff.
6. Eksistensi
Asersi eksistensi bersangkutan dengan apakah aktiva, kewajiban, dan kepentingan ekuitas
yang dicantumkan dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca.
7. Penilaian atau Alokasi
Asersi ini berkaitan dengan apakah akun aktiva, kewajiban, dan kepentingan ekuitas telah
dimasukkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat, termasuk setiap
penyesuaian penilaian untuk mencerminkan jumlah aktiva pada nilai realisasi bersih.
8. Hak dan Kewajiban
Asersi ini membahas tentang apakah aktiva merupakan hak entitas dan apakah kewajiban
merupakan kewajiban entitas pada tanggal tertentu.
9. Keakuratan dan Penilaian
Asersi ini bersangkutan dengan apakah informasi keuangan diungkapkan secara wajar dan
pada jumlah yang tepat.
10. Klasifikasi dan Dapat Dipahami
Asersi ini berkaitan dengn apakah jumlah-jumlah telah diklasifikasikan secara tepa dalam
laporan keuangan dan catatan kaki, serta apakah uraian saldo dan pengungkapan yang
bertalian dapat dipahami.

TUJUAN AUDIT BERKAITAN DENGAN TRANSAKSI

Tujuan audit berkaitan dengan transaksi dimaksud untuk memberikan kerangka kerja guna
membantu auditor mengumpulkan bukti audit yang cukup.Tujuan audit umum yang
berkaitan dengan transaksi:
Kelengkapan transaksi yang terjadi telah dicatat
Keakuratan transaksi yang dicatat dinyatakan pada jumlah yang benar
Posting dan pengikhtisaran transaksi yang dicatat dimasukkan ke dalam file induk dan
pengikhtisaran dengan benar
Klasifikasi yang dicatat dalam jurnal klien telah diklasifikasikan secara tepat
Penetapan waktu transaksi dicatat pada tanggal yang benar.

Tujuan khusus audit yang berkaitan dengan transaksi dapat dikembangkan setelah audit
umum ditentukan,sehingga untuk kelas transaksi yang material dapat ditentukan,mencakup
penjualan,penerimaan kas,akuisisi barang jasa,pengganjian dan sebagainya.

TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN SALDO

Dua perbedaan antara tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan transaksi:
1. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo diterapkan pada saldo akun seperti persediaan
dan utang usaha, sedangkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi diterapkan
pada kelas transaksi seperti pembelian dan penjualan persediaan
2. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo ada delapan, sedangkan tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi ada enam.
Delapan tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo:

Eksistensi---jumlah yang tercantum memang ada


Tujuan ini bersangkutan dengan apakah jumlah yang tercatat dalam laporan keuangan
memang harus dicantumkan.
Kelengkapan---jumlah yang ada telah dicantumkan
Tujuan ini bersangkutan dengan apakah semua jumlah yang harus tercatat pada suatu
akun benar-benar telah dicatat.
Keakuratan---jumlah yang tercantum telah dinyatakan dengan benar
Tujuan keakuratan mengacu pada jumlah yang tercantum secara aritmetika sudah benar.
Klasifikasi---jumlah yang tercantum dalam daftar klien telah diklasifikasikan dengan tepat
Klasifikasi melibatkan penentuan apakah pos-pos yang ada dalam daftar klien telah
dicantumkan dalam akun-akun buku besar yang tepat.
Cutoff---transaksi yang mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang tepat
Dalam menguji cutoff, tujuan auditor adalah menentukan apakah transaksi-transaksi
telah dicatat dalam saldo akun pada periode yang tepat.
Hubungan yang rinci (Detail Tie-In)---rincian saldo akun sesuai dengan jumlah pada file
induk yang berkaitan, sesuai dengan total saldo akun, dan sesuai dengan total buku besar
Saldo akun dalam laporan keuangan didukung oleh rincian pada file induk dan skedul yang
dibuat klien.
Nilai yang dapat direalisasi---Aktiva telah dicantumkan dalam jumlah yang diestimasi akan
direalisasi
Terkait dengan apakah saldo akun telah dikurangi untuk memperhitungkan penurunan
biaya historis ke nilai realisasi bersih.
Hak dan kewajiban
Tujuan ini adalah padanan auditor terhadap representasi pernyataan manajemen tentang
hak dan kewajiban untuk saldo akun.

Tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo untuk setiap saldo akun dalam laporan
keuangan dapat dikembangkan. Sedikitnya satu tujuan audit spesifik yang berkaitan dengan
saldo harus disertakan untuk masing-masing tujuan audit umum. Sebagai contoh:
Eksistensi---semua persediaan yang dicatat ada pada tanggal neraca
Kelengkapan---semua persediaan yang ada telah dihitung dan dicatat dalam ikhtisar
persediaan
Keakuratan---kuantitas persediaan pada catatan perpetual klien sesuai dengan item-item
yang ada di tangan
Klasifikasi---item-item persediaan diklasifikasikan secara tepat sebagai bahan baku,
barang dalam proses, dan barang jadi
Cutoff---cutoff pembelian pada akhir tahun sudah tepat
Hubungan yang rinci---total item persediaan sesuai dengan buku besar
Nilai yang dapat direalisasikan---persediaan telah dikurangi apabila nilai realisasi bersih
menurun
Hak dan kewajiban--- perusahaan mempunyai hak atas semua item persediaan yang
tercantum

TUJUAN AUDIT BERKAITAN DENGAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


Tujuan audit ini identik dengan dengan asersi manajemen untuk penyajian dan
pengungkapan.Konsep yang sama diterapkan pada tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
juga berlaku untuk tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan

BAGAIMANA TUJUAN AUDIT TERPENUHI

Auditor harus memperoleh bukti audit yang mencakupi guna mendukung semua asersi
manajemen dalam laporan keuangan. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan bukti untuk
mendukung beberapa kombinasi yang tepat dari tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo.

Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus dikumpulkan untuk
memenuhi tujuan tersebut pada setiap audit. Dengan cara auditor mengikuti suatu proses audit,
yaitu metodologi yang telah didefinisikan dengan baik untuk untuk menata audit guna
memastikan bahwa bukti yang telah diperoleh sudah mencukupi serta tepat, dan bahwa semua
tujuan audit yang disyaratkan sudah ditetapkan dan dipenuhi.
Ada empat fase audit laporan keuangan :

Fase I

Merencanakan dan merancang


pendekatan audit

Fase II

Melaksanakan pengujian
pengendalian dan pengujian
substansif atas transaksi

Fase III

Melaksanakan prosedur analitis dan


pengujian rincian saldo

Fase IV

Menyelesaikan audit dan


menerbitkan laporan audit

Fase I Merencanakan dan merancang pendekatan audit

Ada banyak cara yang dapat ditempuh auditor untuk mengumpulkan bukti audit guna
memenuhi tujuan audit secara keseluruhan agar dapat memberikan pendapat atas laporan
keuangan. Ada dua pertimbangan utama yang mempengaruhi pendekatan yang akan digunakan
auditor :

1. Bukti audit yang mencukupi harus dikumpulkan agar dapat memenuhi tanggung jawab
professional auditor
2. Biaya pengumpulan bukti audit ini harus ditekan serendah mungkin.

Perhatian atas pengumpulan bukti audit yang cukup dan pengendalian biaya audit
membutuhkan perencanaan penugasan. Rencana ini harus menghasilkan pendekatan audit yang
efektif dengan biaya yang masuk akal. Perencanaan dan perancangan pendekatan audit ini
menjadi tiga aspek kunci agar terhindar dari salah saji yaitu sbb:

Memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungannya


Auditor harus mempunyai pemahaman yang menyeluruh atas bisnis klien dan
lingkungan yang terkait, meliputi pengetahuan tentang strategi dan proses.Auditor harus
mempelajari model bisnis klien, melakukan prosedur analitis, dan membuat perbandingan
dengan pesaing. Auditor juga harus memahami setiap persyaratan akuntansi yang unik dari
industry klien.

Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian


Menilai risiko pengendalian adalah proses dimana auditor mengidentifikasi
pengendalian internal dan mengevaluasi keefektifannya. Jika pengendalian internal
dianggap efektif, risiko pengendalian yang ditetapkan dapat dikurangi dan jumlah bukti
audit yang harus dikumpulkan secara signifikan dapat menjadi lebih sedikit ketimbang
pengendalian internal yang tidak memadai.

Menilai risiko salah saji yang material


Auditor menggunakan pemahamannya atas industry klien dan strategi bisnisnya,
serta keefektifan pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji dalam laporan
keuangan. Penilaian ini kemudian akan mempengaruhi rencana dan sifat audit, penetapan
waktu, dan tentang prosedur audit.

Fase II Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi


Sebelum dapat memutuskan untuk mengurangi penilaiannya atas risiko pengendalian yang
direncanakan apabila pengendalian internal dianggap efektif, yang pertama dilakukan dengan
pengujian pengendalian ( test of control ) dimana auditor harus menguji keefektifan
pengendalian tersebut. Dengan memeriksa sampel salinan faktur penjualan yang telah diparaf
oleh klerk tersebut yang menunjukan bahwa harga jual per unit telah diverifikasi.
Selanjutnya proses pengujian substantif atas transaksi ( Substantive tests of transaction )
yaitu auditor mengevaluasi pencatatan transaksi oleh klien dengan memverifikasi jumlah moneter
transaksi itu.
Fase III Melaksakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo
Prosedur analitis ( analytical procedures ) menggunakan perbandingan dan hubungan untuk
menilai apakah saldo akun atau data lainnya telah masuk akal.
Pengujian atas rincian saldo ( tests of details of balances ) merupakan prosedur spesifik yang
ditujukan untuk menguji salah saji moneter pada saldo saldo dalam laporan keuangan.

Fase IV Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit


Auditor harus menggabungkan informasi yang diperoleh guna mencapai kesimpulan
menyeluruh tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Proses subjektif ini
sangat mengandalkan pada pertimbangan professional auditor. Apabila audit telah selesai
dilakukan, akuntan public harus menerbitkan laporan audit untuk melengkapi laporan keuangan
yang dipublikasikan oleh klien.

BAB 7 BUKTI AUDIT


A. SIFAT BUKTI

Bukti audit didefinisikan sebagai setiap informasi yang digunakan oleh auditoruntuk
menentukan apakah informasi yang diaudit telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Bukti audit
mencakup informasi yang sangat persuasif, seperti perhitungan auditor atas surat berharga yang
dapat diperjualbelikan, dan informasi yang kurang persuasif, seperti berbagai tanggapan atas
pertanyaan-pertanyaan dari para karyawan klien.

Perbedaan Bukti Audit dengan Bukti Hukum dan Ilmiah

Kasus hukum
Eksperimen ilmiah Audit atas laporan
Dasar Perbandingan seseorang yang
untuk menguji obat keuangan
dituduh mencuri
Menentukan apakah
Memutuskan bersalah
Menentukan pengaruh laporan keuangan
Penggunaan bukti atau tidaknya si
obat telah disajikan secara
tertuduh
wajar
Sifat bukti yang Hasil pengulangan Bukti dan kesaksian Berbagai jenis bukti
digunakan eksperimen langsung dari para audit yang dihasilkan
saksi dan pihak-pihak oleh auditor, pihak
yang terlibat ketiga, dan klien
Pihak yang
ilmuwan Juri dan hakim Auditor
mengevaluasi bukti
Kepastian kesimpulan Bervariasi dari yang Apabila bersalah harus
Tingkat kepastian
yang diperoleh dari tidak pasti sampai dipertimbangkan
yang tinggi
bukti hampir pasti dengan layak
Merekomendasikan Menerbitkan salah
Bersalah atau tidak
atau tidak satu dari beberapa
Sifat kesimpulan bersalahnya pihak
merekomendasikan alternatif jenis laporan
tersebut
penggunaan obat itu audit
Pihak yang bersalah
Masyarakat akan
Konsekuensi umum tidak terkena Para pemakai laporan
menggunakan obat
dari kesimpulan yang hukuman atau pihak mengambil keputusan
yang tidak efektif atau yang salah dan auditor
salah dari bukti yang tidak bersalah dapat di tuntut
membahayakan
dinyatakan bersalah

B. BERBAGAI KEPUTUSAN BUKTI AUDIT

Keputusan utama yang dihadapi auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit
yang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa
berbagai komponen dalam laporan keuangan serta dalam keseluruhan laporan lainnya telah
disajikan secara wajar. Pertimbangan ini memegang peranan penting karena adanya
hambatan biaya dalam menguji dan mengevaluasi semua bukti audit yang tersedia.

Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah ke dalam
empat sub keputusan :

1. Prosedur-prosedur audit apakah yang akan digunakan


2. Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu

3. Item-item manakah yang akan dipilih dari populasi

4. Kapankah berbagai prosedur akan dilakukan


PROSEDUR AUDIT, adalah rincian instruksi untuk pengumpulan jenis bukti audit yang
diperoleh pada suatu waktu tertentu saat berlangsungnya proses audit. Dalam merancang
berbagai prosedur audit, merupakan hal yang umum untuk menerjemahkannya ke dalam
berbagai istilah yang cukup spesifik agar dapat digunakan sebagai instruksi-instruksi selama
pelaksanaan audit.

UKURAN SAMPEL, Setelah memilih prosedur audit, mungkin sekali memilih beragam
ukuran sampel dari hanya satu sampel hingga semua item yang terdapat dalam populasi yang
sedang diuji. Keputusan untuk memilih seberapa banyak item yang akan diuji haruslah dibuat
oleh auditor untuk masing-masing prosedur audit yang ada. Ukuran sampel bagi setiap
prosedur tersebut kemungkinan besar akan berbeda antara satu penugasan audit dengan
penugasan audit lainnya.

ITEM-ITEM YANG TERPILIH, Setelah penentuan ukuran sampel untuk prosedur audit
dilakukan, haruslah ditentukan item-item mana dari populasi yang akan diuji. Jika auditor
memutuskan, umpamanya, untuk memilih 50 cek yang ditangguhkan dari poulasi sebesar
6600 cek sebagai item-item yang akan dibandingkan dengan data pada buku jurnal
pengeluaran kas, maka dapat digunakan berbagai metode yang berbeda untuk memilih cek-
cek manakah yang akan diuji.

PEMILIHAN WAKTU YANG TEPAT, Audit atas laporan keuangan umumnya mencakup
periode waktu tertentu seperti satu tahun, dan umumnya proses audit baru selesai
dilaksanakan setelah beberapa minggu atau bulan setelah berakhirnya suatu periode waktu.
Waktu pelaksanaan berbagai prosedur audit beragam mulai dari awal suatu periode
akuntansi atau lama setelah periode akuntansi itu berakhir. Selain itu, keputusan untuk
pemilihan waktu audit pun dipengaruhi oleh kapan audit tersebut harus diselesaikan agar
sesuai dengan kebutuhan klien. Bagaimanapun, pemilihan waktu yang tepat juga dipengaruhi
oleh keyakinan auditor tentang kapan bukti audit akan memberikan hasil yang paling efektif
dan kapan staf audit dapat melaksanakan proses audit tersebut.

PROGRAM AUDIT, Daftar atas berbagai prosedur audit untuk area audit tertentu atau
untuk keseluruhan proses audit disebut sebagai program audit. Program audit selalu
mengandung daftar rangkaian prosedur audit. Didalamnya pun sering kali mencakup pula
ukuran sampel, item-item yang dipilih, dan waktu pelaksanaan pengujian tersebut.

Umumnya, untuk setiap komponen audit akan terdapat suatu program audit yang
mengandung sejumlah prosedur audit. Selanjutnya, akan terdapat suatu program audit untuk
piutang dagang, penjualan, dan seterusnya.

Mayoritas auditor menggunakan berbagai jenis komputer untuk mendukung persiapan


program-program audit. Suatu aplikasi komputer yang lebih canggih akan melibatkan
penggunaan suatu program yang khusus dirancang untuk membantu auditor berpikir melalui
berbagai pertimbangan perencanaan audit dan memilih prosedur-prosedur yang tepat
menggunakan perangkat lunak pembuat program audit.

C. PERSUASIVITAS BUKTI AUDIT

Persuaivitas bukti merupakan tingkat dimana auditor merasa yakin bahwa bukti audit
dapat mendukung pendapat audit, dan pennetunya adalah ketepatan dan kecukupan bukti.

1. Ketepatan Bukti

Merupakan ukuran mutu bukti, yang bearti televansi dan reliabilitasny amemenuhi
tujuan audit untuk kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang berkaitan.
Ketepatan suatu bukti audit hanya dapat diperbaiki dengan memilih prosedur audit yang
lebih relevan atau yang memberikan bukti yang lebih andal

Relevansi bukti bearti bukti audit harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit
yang akan di uji oleh auditor sebelum bukti tersebut dianggap benar. Relevansi bukti
dapat diperimbangkan dala tujuan audit khusus, Karena bukti audit mungkin relevan
untuk satu tujuan audit, tetapi tidak relevan unutk tujuan audit lainnya.

Reliabilitas bukti ini mengacu pada tingkat dimana bukti tersebut dianggap dapat
dipercaya atau layak dipercaya. Terdapat enam karakteristik reliabilitas dari bukti audit,
yaitu :
a. Independensi penyedia bukti, Bukti yang diperoleh dari luar entitas lebih dapat
diandalkan dibandingkan dengan bukti yang diperoleh dari dalam entitas. Seperti
komunikasi dari Bank, pengacara, atau para pelanggan, dokumen yang berasal dari
luar organisasi seperti polis asuransi akan lebih dipercaya dibandingkan komunikasi
atau hasil wawancara yang diperoleh dari klien dan dokumen yang berasal dari
intern perusahaan bahkan yang tidak pernah dikirim ke luar organisasi seperti
permintaan pembelian.

b. Efektivitas pengendalian intern klien, Bukti audit lebih dapat diandalkan jika
pengendalian intern klien efektif, bukan lemah.

c. Pengetahuan langsung auditor, Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor
melalui pemeriksaan fisik, observasi, penghitungan ulang, dan inspeksi akan lebih
dapat diandalkan ketimbang informasi yang diperoleh secara tidak langsung.

d. Kualifikasi individu yang menyediakan informasi, Meskipun sumber informasi


bersifat independen, bukti audit tidak dapat diandalkan kecuali individu yang
menyediakan informasi tersebut memenuhi kualifikasi untuk itu. Selain itu bukti
yang diperoleh langsung oleh auditor tidak dapat diandalkan jika auditor tidak
memenuhi kualifikasi untuk mengevaluasi bukti tersebut.

e. Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan dibandingkan bukti subjektif. Contoh
bukti objektif adalah konfirmasi piutang usaha dan saldo bank, perhitungan fisik
sekuritas dan kas, sedangkan contoh bukti subjektif adalah surat yang ditulis oleh
pengacara klien yang membahas hasil yang mungkin akan diperoleh dari gugatan
hokum yang sedang dihadapi oleh klientanya jawab dengan manajer, observasi atas
persediaan yang usang selama pemeriksaan fisik.

f. Ketepatan waktu, Bukti yang terkumpul tepat pada waktunya dapat diandalakan
untuk akun-akun neraca apabila diperoleh sedekat mungkin dengan tanggal neraca.
Sedangkan untuk akun-akun laba rugi, bukti yang diperoleh dapat diandalkan jika
ada sampel dari keseluruhan periode yang di audit seperti sampel acak transaksi
penjualan dari setahun penuh, bukan hanya dari sebagian periode.

Kecukupan Bukti, Jumlah bukti yang diperoleh menentukan cukup tidaknya (sufficiency)
bukti tersebut. Jumlah ini diukur melalui ukuran sampel yang diambil oleh auditor. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai cukup tidaknya
suatu bukti yang diperlukan, Seperti Tingkat Materialitas dan Resiko, Faktor-faktor Ekonomi,
Ukuran Dan Kharakteristik Populasi.

Persuasivitas dan Biaya, Dalam membuat berbagai keputusan tentang bukti audit pada
suatu proses audit, baik persuasivitas maupun biaya harus turut dipertimbangkan. Sangatlah
jarang terjadi ketika hanya satu jenis bukti audit saja yang tersedia untuk memverifikasi
informasi. Persuasivitas dan biaya dari semua alternative harus masuk dalam pertimbangan
audior sebelum ia memilih suatu atau beberapa jenis bukti audit yang terbaik. Tujuan
auditor adalah memperoleh sejumlah bukti audit yang cukup kompeten pada tingkat biaya
terendah yang paling mungkin dicapai.

Jenis Jenis Bukti Audit

Setiap prosedur audit mendapat satu atau lebih jenis-jenis bukti berikut:

Dalam menentukan prosedur-prosedur audit manakah yang akan digunakan, auditor dapat memilih
dari kedelapan ketegori umum bukti. Kategori-kategori ini dikenal sebagai jenis-jenis bukti
audit. Adapaun prosedur audit yang digunakan adalah sebagai berikut :Setiap prosedur audit
mendapat satu atau lebih jenisjenis bukti audit, sebagai berikut :

a. Pemeriksaan fisik (physical examinantion)


b. Konfirmasi (confirmation)
c. Dokumentasi (documentation)
d. Prosedur analitis (analytical procedures)
e. Wawancanra dengan klien (inquiries of the client)
f. Rekalkulasi (recalculation)
g. Pelaksanaan kembali (reperformance)
h. Obsevasi (observation)

Berikut penjelasan dan contoh dari prosedur audit atas jenis bukti-bukti audit :

a. Pemeriksaan Fisik didefinisikan sebagai pemeriksaan atau penghitungan yangdilakukan


oleh auditor atas tangible asset. Jenis bukti audit ini sering berhubungan dengan persediaan,
kas dan juga termasuk verifikasi investasi, piutang, dan tangible fixed asset.
b. Konfirmasi adalah penerimaan tanggapan dari pihak ketiga yang independen baik dalam
bentuk wawancara maupun tertulis untuk memverifikasi ketepatandari informasi yang
dinyatakan oleh auditor
c. Dokumentasi adalah pemeriksaan yang dilakukan auditor atas catatan dan dokumen
auditan untuk membuktikan informasi dalam laporan keuangan atau yang seharusnya
disajikan dalam laporan keuangan.
d. Prosedur Analitis menggunakan perbandingan dan hubungan-hubungan (korelasi) untuk
memperkirakan apakah saldo akun atau data yang lain telah disajikan dengan layak.
Adapun tujuan dari prosedur analitis adalah sebagai pembanding dan hubungan-hubungan
untuk menilai apakah saldo-saldo akun atau data lainnya Nampak wajar. Prosedur analitis
digunakan untuk tujuan berbeda atas sebuah audit.
Tujuannya adalah berikut ini :
a. Memahami industry dan bisnis klien
b. Menilai kemampuan keberlanjutan bisnis entitas
c. Menunjukkan munculnya kemungkinan kesalahan penyajian dalam laporan keuangan
d. Mengurangi ujian atas audit rinci

e. Wawancara dengan Klien (inquiries of the client) adalah upaya untuk memperoleh informasi
secara lisan maupun tertulis dari klien sebagai respons atas pertanyaan yang diajukan auditor.
Walaupun banyak bukti yang dapat diperoleh dari klien melalui tanya-tanya jawab, bukti
biasanya tidak dapat dianggap sebagai bukti yang meyakinkan Karena bukan dari sumber yang
independen dan mungkin mendukung pihak klien. Karena itu, apabila auditor memporel bukti
melalui tanya jawab, biasanya pendukung adalah bukti tambahan untuk mendukung bukti
awal atau asli.
f. Rekalkulasi melibatkan pengecekan ulang atas sample kalkulasi yang dilakukan oleh klien.
Pengecekan ulang kalkulasi klien ini terdiri dari pengujian atas keakuratan perhitungan klien
dan mencakup prosedur seperti perkalian faktur penjualan dan persediaan, penjumlahan
jurnal dan buku tambahan.
g. Pelaksanaan Ulang (Reperformance) adalah pengujian independen yang dilakukan auditor
atas prosedur atau pengendalian akuntansi klien, yang semula dilakukan sebagai bagian dari
system akuntansi dan pengendalian internal klien.
h. Obseravasi terdiri dari pengamatan proses atau prosedur yang sedang dilaksanakan oleh
pihak lain. Auditor dapat mengunjungi lokasi pabrik untuk memperoleh kesan umum atas
fasilitas klien, atau mengamati para individu yang melaksanakan tugas-tugas akuntansi untuk
menentukan apakah orang yang diserahi tanggung jawab telah melaksanakan tugasnya
dengan baik.

DOKUMENTASI AUDIT

Dokumentasi audit: Catatan utama tentang prosedur auditing yang diterapkan, bukti yang
diperoleh,dan kesimpulan yang dicapai auditor dalam melaksanakan penugasan.

Tujuan dokumentasi : membantu auditor dalam memberikan kepastian yang layak bahwa audit telah
dilaksanakan sesuai prosedur. Selain itu juga dapat memberikan:

1. Dasar bagi perencanaan audit,dokumentasi sebagai referensi dalam melaksanakan audit.


2. Catatan Bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian,dokumentasi meruapak sarana untuk
mendokumentasikan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur,selain itu
dokumentasi juga harus memuat temuan,cara mengatasi,dan dasar kesimpulan yang dicapai.
3. Data untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat,dokumentasi menjadi sumber
informasi yang penting untuk membantu auditor dalam memutuskan apakah bukti yang
dikumpulkan sudah tepat.
4. Dasar bagi review oleh supervisor dan partner.

Kempilikan file audit : merupakan properti auditor

Kerahasian file audit : seorang auditor tidak diperbolehkan mengungkap rahasi ayang diperoleh
selama mengaudit.
Persyaratan untuk retensi dokumentasi audit, peraturan SEC mewajibkan auditor untuk
menyelenggarakan:

1. Dokumentasi lain yang membentuk dasar bagi audit atas laporan keuangan tahunan
perusahaan.
2. Memo,korespondensi,komunikasi,dokumentasi,dokumen dan catatan lain termasuk catatan
elektronik yang berkaitan dengan audit.

Isi dan organisasi

1. File permanen,berisi data bersifat historis atau berlanjut yang meliputi:


kutipan atau salinan dari dokumen perusahaan yang terus penting.
Analisis akun tahun-tahun sebelumnya yang tetap penting.
Informasi yang berhubungan dengan pemahamanatas pengendalian internal.
Hasil prosedur analitis dari audit tahun sebelumnya.
2. File tahun berjalan,mencakup semua dokumentasi audit yang diterapkan pada tahun yang
diauidit

Penyusunan Dokumentasi Audit,dokumenatsi dibuat secara rinci serta dokumentasi audit harus
meiliki karakteristik tertentu :

1. Setiap file harus diidentifikasi secara wajar.


2. Dokumentasi audit harus memiliki referensi silang.
3. Harus lengkap menunjukkan pekerjaan audit yang dilakukan melalui tiga cara:
Pernyataan memorandum
Menandatangani prosedur audit dalam program audit
Notais langsung pada skedul.
4. Harus meliputi infirmasi yang cukup untuk memenuhi tujuan yang telah dirancang.

Pengaruh Teknologi terhadap buti audit dan dokumentasi audit,semakin banyak bukti audit yang
disajikan dan disimpan dalam bentuk elektronik,maka auditor harus emngevaluasi bagaimana
informasi elektronik mempengaruhi kemampuannya untuk mengumpulkan bukti audit. Dengan
semakin berkembangnya teknologi auditor dapat menganilis maupun melakukan pengujian audit.

Anda mungkin juga menyukai