Auditor mengumpulkan bukti untuk membuat kesimpulan tentang apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar dan untuk menentukan keefektifan pengendalian internal, sesudah itu baru
menerbitkan laporan audit yang tepat. Di dalam audit terdapat beberapa langkah untuk
mengembangkan tujuan audit yaitu:
Sebaliknya, pengetahuan auditor akan masalah ini serta pengendalian internal hanya terbatas pada
pengetahuan yang diperolehnya selama audit. Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian
(asersi) laporan keuangan berkaitan dengan privilege untuk menentukan penyajian dan
pengungkapan apa yang dianggap perlu.
ASERSI MANAJEMEN
Asersi manajemen adalah representasi pernyataan yang tersirat atau diekspresikan oleh
manajemen tentang kelas transaksi akun dana kun serta pengungkapan yang terkait dalam
laporan keuangan. Asersi manajemen berkaitan langsung dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum (GAAP/PSAK), karena asersi ini merupakan bagian dari kriteria yang
digunakan manajemen untuk mencatat dan mengungkapkan informasu akuntansi dalam
laporan keuangan.
1. Keterjadian
Asersi keterjadian bersangkutan dengan apakah transaksi yang dicatat dalam laporan
keuangan benar-benar terjadi selama periode akuntansi itu. Sebagai contoh, manajemen
menegaskan bahwa transaksi penjualan yang dicatat merupakan pertukaran barang atau
jasa yang benar-benar terjadi.
2. Kelengkapan
Asersi ini menyatakan apakah semua transaksi yang harus dimasukkan dalam laporan
keuangan sudah dimasukkan seluruhnya. Sebagai contoh, manajemen menegaskan
bahwa semua penjualan barang dan jasa telah dicatat dan dimasukkan dalam laporan
keuangan.
3. Keakuratan
Asersi keakuratan menyatakan apakah transaksi telah dicatat pada jumlah yang benar.
Penggunaan harga yang salah untuk mencatat transaksi penjualan dan kekeliruan atau
kesalahan dalam menghitung perkalian harga dengan kuantitas merupakan contoh
pelanggaran atas asersi keakuratan.
4. Klasifikasi
Asersi klasifikasi menyatakan apakah transaksi telah dicatat pada akun yang tepat.
Pencatatan gaji bagian administrasi pada harga pokok penjualan merupakan satu contoh
pelanggaran atas asersi klasifikasi.
5. Cutoff
Asersi cutoff menyatakan apakah transaksi telah dicatat pada periode akuntansi yang
benar. Mencatat transaksi penjualan pada bulan Desember sementara barang belum
dikirimkan sampai bulan januari melanggar asersi cutoff.
6. Eksistensi
Asersi eksistensi bersangkutan dengan apakah aktiva, kewajiban, dan kepentingan ekuitas
yang dicantumkan dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca.
7. Penilaian atau Alokasi
Asersi ini berkaitan dengan apakah akun aktiva, kewajiban, dan kepentingan ekuitas telah
dimasukkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat, termasuk setiap
penyesuaian penilaian untuk mencerminkan jumlah aktiva pada nilai realisasi bersih.
8. Hak dan Kewajiban
Asersi ini membahas tentang apakah aktiva merupakan hak entitas dan apakah kewajiban
merupakan kewajiban entitas pada tanggal tertentu.
9. Keakuratan dan Penilaian
Asersi ini bersangkutan dengan apakah informasi keuangan diungkapkan secara wajar dan
pada jumlah yang tepat.
10. Klasifikasi dan Dapat Dipahami
Asersi ini berkaitan dengn apakah jumlah-jumlah telah diklasifikasikan secara tepa dalam
laporan keuangan dan catatan kaki, serta apakah uraian saldo dan pengungkapan yang
bertalian dapat dipahami.
Tujuan audit berkaitan dengan transaksi dimaksud untuk memberikan kerangka kerja guna
membantu auditor mengumpulkan bukti audit yang cukup.Tujuan audit umum yang
berkaitan dengan transaksi:
Kelengkapan transaksi yang terjadi telah dicatat
Keakuratan transaksi yang dicatat dinyatakan pada jumlah yang benar
Posting dan pengikhtisaran transaksi yang dicatat dimasukkan ke dalam file induk dan
pengikhtisaran dengan benar
Klasifikasi yang dicatat dalam jurnal klien telah diklasifikasikan secara tepat
Penetapan waktu transaksi dicatat pada tanggal yang benar.
Tujuan khusus audit yang berkaitan dengan transaksi dapat dikembangkan setelah audit
umum ditentukan,sehingga untuk kelas transaksi yang material dapat ditentukan,mencakup
penjualan,penerimaan kas,akuisisi barang jasa,pengganjian dan sebagainya.
Dua perbedaan antara tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan transaksi:
1. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo diterapkan pada saldo akun seperti persediaan
dan utang usaha, sedangkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi diterapkan
pada kelas transaksi seperti pembelian dan penjualan persediaan
2. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo ada delapan, sedangkan tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi ada enam.
Delapan tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo:
Tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo untuk setiap saldo akun dalam laporan
keuangan dapat dikembangkan. Sedikitnya satu tujuan audit spesifik yang berkaitan dengan
saldo harus disertakan untuk masing-masing tujuan audit umum. Sebagai contoh:
Eksistensi---semua persediaan yang dicatat ada pada tanggal neraca
Kelengkapan---semua persediaan yang ada telah dihitung dan dicatat dalam ikhtisar
persediaan
Keakuratan---kuantitas persediaan pada catatan perpetual klien sesuai dengan item-item
yang ada di tangan
Klasifikasi---item-item persediaan diklasifikasikan secara tepat sebagai bahan baku,
barang dalam proses, dan barang jadi
Cutoff---cutoff pembelian pada akhir tahun sudah tepat
Hubungan yang rinci---total item persediaan sesuai dengan buku besar
Nilai yang dapat direalisasikan---persediaan telah dikurangi apabila nilai realisasi bersih
menurun
Hak dan kewajiban--- perusahaan mempunyai hak atas semua item persediaan yang
tercantum
Auditor harus memperoleh bukti audit yang mencakupi guna mendukung semua asersi
manajemen dalam laporan keuangan. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan bukti untuk
mendukung beberapa kombinasi yang tepat dari tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo.
Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus dikumpulkan untuk
memenuhi tujuan tersebut pada setiap audit. Dengan cara auditor mengikuti suatu proses audit,
yaitu metodologi yang telah didefinisikan dengan baik untuk untuk menata audit guna
memastikan bahwa bukti yang telah diperoleh sudah mencukupi serta tepat, dan bahwa semua
tujuan audit yang disyaratkan sudah ditetapkan dan dipenuhi.
Ada empat fase audit laporan keuangan :
Fase I
Fase II
Melaksanakan pengujian
pengendalian dan pengujian
substansif atas transaksi
Fase III
Fase IV
Ada banyak cara yang dapat ditempuh auditor untuk mengumpulkan bukti audit guna
memenuhi tujuan audit secara keseluruhan agar dapat memberikan pendapat atas laporan
keuangan. Ada dua pertimbangan utama yang mempengaruhi pendekatan yang akan digunakan
auditor :
1. Bukti audit yang mencukupi harus dikumpulkan agar dapat memenuhi tanggung jawab
professional auditor
2. Biaya pengumpulan bukti audit ini harus ditekan serendah mungkin.
Perhatian atas pengumpulan bukti audit yang cukup dan pengendalian biaya audit
membutuhkan perencanaan penugasan. Rencana ini harus menghasilkan pendekatan audit yang
efektif dengan biaya yang masuk akal. Perencanaan dan perancangan pendekatan audit ini
menjadi tiga aspek kunci agar terhindar dari salah saji yaitu sbb:
Bukti audit didefinisikan sebagai setiap informasi yang digunakan oleh auditoruntuk
menentukan apakah informasi yang diaudit telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Bukti audit
mencakup informasi yang sangat persuasif, seperti perhitungan auditor atas surat berharga yang
dapat diperjualbelikan, dan informasi yang kurang persuasif, seperti berbagai tanggapan atas
pertanyaan-pertanyaan dari para karyawan klien.
Kasus hukum
Eksperimen ilmiah Audit atas laporan
Dasar Perbandingan seseorang yang
untuk menguji obat keuangan
dituduh mencuri
Menentukan apakah
Memutuskan bersalah
Menentukan pengaruh laporan keuangan
Penggunaan bukti atau tidaknya si
obat telah disajikan secara
tertuduh
wajar
Sifat bukti yang Hasil pengulangan Bukti dan kesaksian Berbagai jenis bukti
digunakan eksperimen langsung dari para audit yang dihasilkan
saksi dan pihak-pihak oleh auditor, pihak
yang terlibat ketiga, dan klien
Pihak yang
ilmuwan Juri dan hakim Auditor
mengevaluasi bukti
Kepastian kesimpulan Bervariasi dari yang Apabila bersalah harus
Tingkat kepastian
yang diperoleh dari tidak pasti sampai dipertimbangkan
yang tinggi
bukti hampir pasti dengan layak
Merekomendasikan Menerbitkan salah
Bersalah atau tidak
atau tidak satu dari beberapa
Sifat kesimpulan bersalahnya pihak
merekomendasikan alternatif jenis laporan
tersebut
penggunaan obat itu audit
Pihak yang bersalah
Masyarakat akan
Konsekuensi umum tidak terkena Para pemakai laporan
menggunakan obat
dari kesimpulan yang hukuman atau pihak mengambil keputusan
yang tidak efektif atau yang salah dan auditor
salah dari bukti yang tidak bersalah dapat di tuntut
membahayakan
dinyatakan bersalah
Keputusan utama yang dihadapi auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit
yang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa
berbagai komponen dalam laporan keuangan serta dalam keseluruhan laporan lainnya telah
disajikan secara wajar. Pertimbangan ini memegang peranan penting karena adanya
hambatan biaya dalam menguji dan mengevaluasi semua bukti audit yang tersedia.
Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah ke dalam
empat sub keputusan :
UKURAN SAMPEL, Setelah memilih prosedur audit, mungkin sekali memilih beragam
ukuran sampel dari hanya satu sampel hingga semua item yang terdapat dalam populasi yang
sedang diuji. Keputusan untuk memilih seberapa banyak item yang akan diuji haruslah dibuat
oleh auditor untuk masing-masing prosedur audit yang ada. Ukuran sampel bagi setiap
prosedur tersebut kemungkinan besar akan berbeda antara satu penugasan audit dengan
penugasan audit lainnya.
ITEM-ITEM YANG TERPILIH, Setelah penentuan ukuran sampel untuk prosedur audit
dilakukan, haruslah ditentukan item-item mana dari populasi yang akan diuji. Jika auditor
memutuskan, umpamanya, untuk memilih 50 cek yang ditangguhkan dari poulasi sebesar
6600 cek sebagai item-item yang akan dibandingkan dengan data pada buku jurnal
pengeluaran kas, maka dapat digunakan berbagai metode yang berbeda untuk memilih cek-
cek manakah yang akan diuji.
PEMILIHAN WAKTU YANG TEPAT, Audit atas laporan keuangan umumnya mencakup
periode waktu tertentu seperti satu tahun, dan umumnya proses audit baru selesai
dilaksanakan setelah beberapa minggu atau bulan setelah berakhirnya suatu periode waktu.
Waktu pelaksanaan berbagai prosedur audit beragam mulai dari awal suatu periode
akuntansi atau lama setelah periode akuntansi itu berakhir. Selain itu, keputusan untuk
pemilihan waktu audit pun dipengaruhi oleh kapan audit tersebut harus diselesaikan agar
sesuai dengan kebutuhan klien. Bagaimanapun, pemilihan waktu yang tepat juga dipengaruhi
oleh keyakinan auditor tentang kapan bukti audit akan memberikan hasil yang paling efektif
dan kapan staf audit dapat melaksanakan proses audit tersebut.
PROGRAM AUDIT, Daftar atas berbagai prosedur audit untuk area audit tertentu atau
untuk keseluruhan proses audit disebut sebagai program audit. Program audit selalu
mengandung daftar rangkaian prosedur audit. Didalamnya pun sering kali mencakup pula
ukuran sampel, item-item yang dipilih, dan waktu pelaksanaan pengujian tersebut.
Umumnya, untuk setiap komponen audit akan terdapat suatu program audit yang
mengandung sejumlah prosedur audit. Selanjutnya, akan terdapat suatu program audit untuk
piutang dagang, penjualan, dan seterusnya.
Persuaivitas bukti merupakan tingkat dimana auditor merasa yakin bahwa bukti audit
dapat mendukung pendapat audit, dan pennetunya adalah ketepatan dan kecukupan bukti.
1. Ketepatan Bukti
Merupakan ukuran mutu bukti, yang bearti televansi dan reliabilitasny amemenuhi
tujuan audit untuk kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang berkaitan.
Ketepatan suatu bukti audit hanya dapat diperbaiki dengan memilih prosedur audit yang
lebih relevan atau yang memberikan bukti yang lebih andal
Relevansi bukti bearti bukti audit harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit
yang akan di uji oleh auditor sebelum bukti tersebut dianggap benar. Relevansi bukti
dapat diperimbangkan dala tujuan audit khusus, Karena bukti audit mungkin relevan
untuk satu tujuan audit, tetapi tidak relevan unutk tujuan audit lainnya.
Reliabilitas bukti ini mengacu pada tingkat dimana bukti tersebut dianggap dapat
dipercaya atau layak dipercaya. Terdapat enam karakteristik reliabilitas dari bukti audit,
yaitu :
a. Independensi penyedia bukti, Bukti yang diperoleh dari luar entitas lebih dapat
diandalkan dibandingkan dengan bukti yang diperoleh dari dalam entitas. Seperti
komunikasi dari Bank, pengacara, atau para pelanggan, dokumen yang berasal dari
luar organisasi seperti polis asuransi akan lebih dipercaya dibandingkan komunikasi
atau hasil wawancara yang diperoleh dari klien dan dokumen yang berasal dari
intern perusahaan bahkan yang tidak pernah dikirim ke luar organisasi seperti
permintaan pembelian.
b. Efektivitas pengendalian intern klien, Bukti audit lebih dapat diandalkan jika
pengendalian intern klien efektif, bukan lemah.
c. Pengetahuan langsung auditor, Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor
melalui pemeriksaan fisik, observasi, penghitungan ulang, dan inspeksi akan lebih
dapat diandalkan ketimbang informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
e. Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan dibandingkan bukti subjektif. Contoh
bukti objektif adalah konfirmasi piutang usaha dan saldo bank, perhitungan fisik
sekuritas dan kas, sedangkan contoh bukti subjektif adalah surat yang ditulis oleh
pengacara klien yang membahas hasil yang mungkin akan diperoleh dari gugatan
hokum yang sedang dihadapi oleh klientanya jawab dengan manajer, observasi atas
persediaan yang usang selama pemeriksaan fisik.
f. Ketepatan waktu, Bukti yang terkumpul tepat pada waktunya dapat diandalakan
untuk akun-akun neraca apabila diperoleh sedekat mungkin dengan tanggal neraca.
Sedangkan untuk akun-akun laba rugi, bukti yang diperoleh dapat diandalkan jika
ada sampel dari keseluruhan periode yang di audit seperti sampel acak transaksi
penjualan dari setahun penuh, bukan hanya dari sebagian periode.
Kecukupan Bukti, Jumlah bukti yang diperoleh menentukan cukup tidaknya (sufficiency)
bukti tersebut. Jumlah ini diukur melalui ukuran sampel yang diambil oleh auditor. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai cukup tidaknya
suatu bukti yang diperlukan, Seperti Tingkat Materialitas dan Resiko, Faktor-faktor Ekonomi,
Ukuran Dan Kharakteristik Populasi.
Persuasivitas dan Biaya, Dalam membuat berbagai keputusan tentang bukti audit pada
suatu proses audit, baik persuasivitas maupun biaya harus turut dipertimbangkan. Sangatlah
jarang terjadi ketika hanya satu jenis bukti audit saja yang tersedia untuk memverifikasi
informasi. Persuasivitas dan biaya dari semua alternative harus masuk dalam pertimbangan
audior sebelum ia memilih suatu atau beberapa jenis bukti audit yang terbaik. Tujuan
auditor adalah memperoleh sejumlah bukti audit yang cukup kompeten pada tingkat biaya
terendah yang paling mungkin dicapai.
Setiap prosedur audit mendapat satu atau lebih jenis-jenis bukti berikut:
Dalam menentukan prosedur-prosedur audit manakah yang akan digunakan, auditor dapat memilih
dari kedelapan ketegori umum bukti. Kategori-kategori ini dikenal sebagai jenis-jenis bukti
audit. Adapaun prosedur audit yang digunakan adalah sebagai berikut :Setiap prosedur audit
mendapat satu atau lebih jenisjenis bukti audit, sebagai berikut :
Berikut penjelasan dan contoh dari prosedur audit atas jenis bukti-bukti audit :
e. Wawancara dengan Klien (inquiries of the client) adalah upaya untuk memperoleh informasi
secara lisan maupun tertulis dari klien sebagai respons atas pertanyaan yang diajukan auditor.
Walaupun banyak bukti yang dapat diperoleh dari klien melalui tanya-tanya jawab, bukti
biasanya tidak dapat dianggap sebagai bukti yang meyakinkan Karena bukan dari sumber yang
independen dan mungkin mendukung pihak klien. Karena itu, apabila auditor memporel bukti
melalui tanya jawab, biasanya pendukung adalah bukti tambahan untuk mendukung bukti
awal atau asli.
f. Rekalkulasi melibatkan pengecekan ulang atas sample kalkulasi yang dilakukan oleh klien.
Pengecekan ulang kalkulasi klien ini terdiri dari pengujian atas keakuratan perhitungan klien
dan mencakup prosedur seperti perkalian faktur penjualan dan persediaan, penjumlahan
jurnal dan buku tambahan.
g. Pelaksanaan Ulang (Reperformance) adalah pengujian independen yang dilakukan auditor
atas prosedur atau pengendalian akuntansi klien, yang semula dilakukan sebagai bagian dari
system akuntansi dan pengendalian internal klien.
h. Obseravasi terdiri dari pengamatan proses atau prosedur yang sedang dilaksanakan oleh
pihak lain. Auditor dapat mengunjungi lokasi pabrik untuk memperoleh kesan umum atas
fasilitas klien, atau mengamati para individu yang melaksanakan tugas-tugas akuntansi untuk
menentukan apakah orang yang diserahi tanggung jawab telah melaksanakan tugasnya
dengan baik.
DOKUMENTASI AUDIT
Dokumentasi audit: Catatan utama tentang prosedur auditing yang diterapkan, bukti yang
diperoleh,dan kesimpulan yang dicapai auditor dalam melaksanakan penugasan.
Tujuan dokumentasi : membantu auditor dalam memberikan kepastian yang layak bahwa audit telah
dilaksanakan sesuai prosedur. Selain itu juga dapat memberikan:
Kerahasian file audit : seorang auditor tidak diperbolehkan mengungkap rahasi ayang diperoleh
selama mengaudit.
Persyaratan untuk retensi dokumentasi audit, peraturan SEC mewajibkan auditor untuk
menyelenggarakan:
1. Dokumentasi lain yang membentuk dasar bagi audit atas laporan keuangan tahunan
perusahaan.
2. Memo,korespondensi,komunikasi,dokumentasi,dokumen dan catatan lain termasuk catatan
elektronik yang berkaitan dengan audit.
Penyusunan Dokumentasi Audit,dokumenatsi dibuat secara rinci serta dokumentasi audit harus
meiliki karakteristik tertentu :
Pengaruh Teknologi terhadap buti audit dan dokumentasi audit,semakin banyak bukti audit yang
disajikan dan disimpan dalam bentuk elektronik,maka auditor harus emngevaluasi bagaimana
informasi elektronik mempengaruhi kemampuannya untuk mengumpulkan bukti audit. Dengan
semakin berkembangnya teknologi auditor dapat menganilis maupun melakukan pengujian audit.