AND CONTRAST
( INVESTIGASI FORENSIK DAN AUDIT KEUANGAN:
MEMBANDINGKAN DAN KONTRAS)
1. Pendahuluan
2. Pembahasan
2.1 Tujuan Audit Keuangan (Financial Audit) dan Penyelidik Akuntansi
Forensik (Forensic Accounting Investigators)
Penyelidik dan auditor akuntansi forensik juga memiliki tujuan yang sama,
agar pelaporan keuangan perusahaan sepenuhnya mematuhi hukum.
Perbedaannya bahwa auditor keuangan ditugasi untuk melakukan pemeriksaan
laporan keuangan perusahaan sesuai dengan Standar Audit yang Berlaku Umum
(Generally Accepted Auditing Standards/GAAS), sementara penyelidik akuntansi
1
forensik pada dasarnya menangani dua kategori besar penipuan keuangan: (1)
akuntansi dan pelaporan yang curang dan (2) penyelewengan aset.
Di satu sisi, tujuan utama audit keuangan adalah memberikan pendapat atas
laporan keuangan secara keseluruhan. Signifikansi relatif dari transaksi, tren, atau
pengungkapan dievaluasi dalam konteks laporan keuangan yang diambil secara
keseluruhan dan tidak selalu didasarkan pada satu atau sejumlah kecil transaksi.
Investigasi akuntansi forensik, di sisi lain, secara eksplisit tidak melibatkan
laporan keuangan yang diambil secara keseluruhan tetapi, berfokus pada evaluasi
transaksi, orang, atau unit bisnis untuk menentukan apakah ada masalah yang
dirasakan yang memerlukan tindakan lebih lanjut. Fokus penyelidikan akuntansi
forensik pada transaksi spesifik atau komponennya umumnya menghasilkan lebih
banyak perhatian diarahkan ke elemen-elemen ini daripada diarahkan kepada
mereka dalam audit laporan keuangan.
2
auditor berdiri sendiri, auditor tidak perlu atau bertanggung jawab untuk
mengembangkan konsensus dengan profesional lain.
3
perusahaan dalam membangun kontrol untuk deteksi dan pencegahan penipuan.
Penyelidik akuntansi forensik sangat peduli dengan membedakan antara kesalahan
dalam pelaksanaan atau penilaian dan kesalahpahaman yang disengaja. Di satu
sisi, motivasi untuk perilaku yang berbeda dari yang ditetapkan oleh kebijakan
dievaluasi dengan cermat.
Fokus utama auditor adalah pada validitas, akurasi, dan kelengkapan akuntansi
keuangan dan pelaporan yang mereka pilih. Audit diakhiri, dengan penerbitan
pendapat. Pekerjaan seorang penyelidik akuntansi forensik biasanya merupakan
bagian dari proyek yang lebih besar untuk mengevaluasi dugaan. Penyelidik
akuntansi forensik diharapkan berpartisipasi dalam pertemuan dan kegiatan,
seringkali setiap hari, selama penyelidikan dan sesudahnya. Dan mungkin ada
tindak lanjut dengan badan pengatur, operator asuransi, atau pihak-pihak yang
akan litigasi.
4
berkembang. Jarang ada basis yang relevan dari pekerjaan sebelumnya untuk
memanfaatkan.
Auditor biasanya bertemu dengan komite audit pada waktu yang dijadwalkan
secara teratur dan dengan manajemen eksekutif sesuai kebutuhan. Penyelidik
akuntansi forensik, sering melakukan kontak tidak teratur melalui telepon atau
secara pribadi dalam waktu untuk kemajuan informasi. Selama investigasi,
investigator akuntansi forensik biasanya memiliki akses yang siap dan terus
menerus ke manajemen eksekutif.
Penetapan staf dan pelaksanaan audit tentu berbeda dengan penempatan staf
dan pelaksanaan investigasi forensik. Di satu sisi, sebagian besar audit keuangan
mendelegasikan pekerjaan di antara staf, berdasarkan kompleksitas tugas. Di sisi
lain, dalam penyelidikan akuntansi forensik menempatkan personil yang lebih
5
senior, lebih berpengalaman mengarahkan dan melaksanakan sebagian besar
pekerjaan.
Masalah ruang lingkup perlu eksplorasi lebih lanjut. Dalam audit yang
dilakukan berdasarkan GAAS, auditor menentukan ruang lingkup, sifat, dan
waktu prosedur. Sejauh ruang lingkup auditor dibatasi dalam hal apa pun oleh
perusahaan yang diaudit atau oleh pihak ketiga, auditor dapat memenuhi
kualifikasi laporannya atau mengundurkan diri jika pembatasan ruang lingkup
tidak dapat diterima.
Dalam temuan dan pendapat, perbedaan lebih lanjut antara profesi terlihat
jelas. Auditor keuangan dapat menawarkan pendapat (memenuhi syarat, tidak
6
memenuhi syarat, tidak memberi opini) dalam suatu audit dengan menggunakan
kriteria yang telah ditetapkan GAAS.
Salah satu kontras yang tajam, seperti disebutkan sebelumnya, adalah bahwa
auditor mengandalkan keabsahan dokumen dan informasi kecuali informasi
sebaliknya diketahui atau dicurigai. Sedangkan, penyelidik akuntansi forensik
lebih skeptis dan biasanya menilai dokumen untuk perubahan atau pemalsuan,
sehingga secara independen menilai validitasnya.
7
Wawancara auditor dengan personel umumnya langsung dengan penjelasan
tentang tujuan penyelidikan ketika tidak terbukti dengan sendirinya. Penasihat
biasanya tidak hadir selama diskusi tentang masalah akuntansi dan pelaporan
rutin. Sedangkan, seorang penyelidik akuntansi forensik di sisi lain, menjelaskan
tujuan penyelidikan meminta tanggapan secara rahasia sebagai bagian dari proses
pengumpulan fakta. Penasihat luar yang terlibat/mendampingi dengan investigasi
forensik dapat hadir, dan yang diwawancarai juga mungkin memiliki penasehat
sendiri.
8
bahwa laporan keuangan terkait bebas dari salah saji material. Pada akhir
investigasi forensik ada temuan berdasarkan akumulasi informasi yang terkait
dengan masalah yang difokuskan. Masing-masing pemeriksaan diakhiri dengan
penilaian profesional berdasarkan prosedur yang dilakukan, apa yang menjadi
bukti sebagai hasil dari prosedur tersebut, dan apa yang tampaknya masuk akal.
9
6) Memiliki pengetahuan tentang bukti, bahwa bukti harus relevan dan
kompeten.
7) Mengetahui masalah informasi dan teknologi (hardware, software,maupun
sistem), serta memahami tentang cyber crime
8) Memiliki jiwa skeptisme professional, sikap yang mencakup pikiran yang
selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis
9) Berwawasan luas untuk menambah pengalaman dalam meninjak lanjuti
kasus yang akan datang.
b. Kemampuan Teknis
1) Auditor menggunakan ahli Information Teknologi(IT), untuk pengetahuan
yang cukup dan luas
2) Auditor harus mengetahui kontruksi hukum (Undang-Undang)
3) Mempunyai pengetahuan tentang tindak pidana korupsi.
4) Mampu bertindak objektif dan indpenden, netral, dan menjunjung azas
praduga tak bersalah.
5) Memiliki kemampuan membuat hipotesis
6) Mampu mengumpulkan dan untuk membuktikan hipotesis.
c. Sikap Mental
1) Mengikuti standar audit investigatf
2) Bersikap independen
3) Bersifat bebas dengan skeptisme profesional
4) Bersifat kritis
10
4. Staf audit melakukan Pendidikan Profesi Berkelanjutan (Continuing
Professional Education).
5. Auditor pada audit laporan keuangan dan audit investigative sama-sama
memiliki kode etik yang secara garis besar sama, yaitu integritas,
independensi, dan profesionalisme.
11
investigatif hingga tahap pelaporan dan pedoman pelaksanaan pemeriksaan
investigatif.
12
5. Tanggung Auditor bertanggung jawab Auditor bertanggung jawab atas
jawab auditor atas nama lembaga audit nama pribadi yang ditunjuk
atau Kantor Akuntan Publik
tempatnya bekerja.
6. Dasar/standar Standar auditing Standar Auditing juga kewenangan
yang penyidik sehingga dapat digunakan
digunakan teknik audit yang lebih luas.
Pemeriksaan investigatif menerapkan
teknik-teknik untuk merekonstruksi
suatu peristiwa atau transaksi untuk
memastikan fakta mengenai “siapa,
apa, dimana, kapan,
mengapa, dan bagaimana” di sekitar
lingkungan kejadian atau transaksi
yang sedang diperiksa.
7. Penerapan Menggunakan skeptik Menggunakan skeptik
azas profesionalisme profesionalisme juga menggunakan
perencanaan azas praduga tak bersalah
dan
pelaksanaan
Audit
8. Tim Audit Bisa siapa saja yang ada di Tim audit dipilih auditor yang
KAP. sudah pernah melaksanakan bantuan
Susunan tim audit secara tenaga ahli untuk kasus
umum adalah: yang serupa atau hampir sama dan
(1) Seorang partner yang salah satu dari tim audit harus
memiliki tanggung bersedia menjadi
jawab keseluruhan atau saksi ahli di persidangan.
akir untuk suatu Susunan tim pemeriksa investigatif
perikatan adalah sebagai berikut:
(2) Satu atau lebih manajer (1) Penanggung jawab
yang memiliki keahlian pemeriksaan investigatif.
signifikan dalam (2) Wakil penanggung jawab
industri dan pemeriksaan investigatif (jika
mengkoordinasikan diperlukan).
serta mengawasi (3) Pengendali teknis
pelaksanaan program pemeriksaan investigatif.
audit (4) Ketua tim pemeriksa
(3) Satu atau lebih senior investigatif.
yang bertanggung (5) Anggota tim pemeriksa
jawab merencanakan investigatif.
13
audit, melakukan
program audit, dan
mengawasi serta me-
review pekerjaan
asisten staf
(4) Asisten staf yang
melakukan berbagai
prosedur audit yang
diperlukan
9. Persyaratan Auditor harus menguasai Auditor harus mengetahui juga
tim audit masalah akuntansi dan ketentuan hukum yang berlaku di
auditing samping menguasai masalah akuntansi
dan auditing
10. Laporan hasil Menyatakan pendapat auditor Menyatakan siapa yang bertanggung
audit tentang kesesuaian laporan jawab dan terlibat dalam kasus
keuangan dengan prinsip kecurangan yang ditangani, tetapi
akuntansi berlaku umum tetap menerapkan azas praduga tak
bersalah
Tahapan atau Terdapat sedikitnya tujuh Garis besar langkah-langkah dalam
langkah- langkah pokok dalam audit investigatif meliputi:
langkah perencanaan dan pelaksanaan (1) Menganalisis data yang
pokok audit laporan keuangan, tersedia yang dilakukan pada
meliputi: tahapan pra pemeriksaan
(1) Memperoleh investigatif.
pemahaman tentang (2) Mengembangkan hipotesis.
bisnis dan industri Kegiatan ini dilakukan pada
(2) Mengidentifikasi asersi tahapan persiapan
laporan keuangan yang pemeriksaan.
relevan (3) Menguji dan memperbaiki
(3) Membuat keputusan hipotesis. Kegiatan ini
tentang jumlah yang dilakukan pada tahapan
material bagi para pelaksanaan pemeriksaan
pengguna laporan Pemeriksaan investigatif perlu
keuangan menggali niat pelaku melakukan
(4) Membuat keputusan penyimpangan dan mampu
tentang komponen membuktikan apakah penyimpangan
risiko audit dilakukan
(5) Memperoleh bukti di dalam pembukuan atau di luar
melalui prosedur audit, pembukuan.
melaksanakan Dalam pelaksanaan pemeriksaan,
pengujian pihak terkait diberikan kesempatan
pengendalian, dan untuk menyampaikan pendapatnya
14
melaksanakan mengenai kejadian yang sebenarnya
pengujian substantif berdasarkan pendapat mereka
(6) Menetapkan masing–masing, dimana dan
bagaimana mengapa peristiwa terjadi sehingga
menggunakan bukti tersedia kesempatan untuk
untuk mendukung membenarkan atau menolak semua
suatu pendapat audit, indikasi, pengaduan, tuduhan atau
komunikasi kepada penyimpangan tersebut
klien, serta jasa
bernilai tambah
(7) Mengomunikasikan
temuan-temuan
11. Bentuk Ketidaksesuaian dengan Berdasarkan Konvensi PBB anti
penyimpangan kriteria yang ditetapkan, korupsi atau United Nations
seperti : prinsip-prinsip Convention Against Corruption
akuntansi yang berterima (UNCAC), penyimpangan meliputi:
umum, peraturan menyuap pejabat negara (bribery of
perundangan, atau peraturan national public officials),
perusahaan. menyalahgunakan wewenang (abuse
of functions), dan
melakukan pencucian hasil kejahatan
(laundering of proceeds of crime).
Berdasarkan Association of Certified
Fraud Examiners (ACFE),
penyimpangan terdiri dari korupsi
(corruption), penyalahgunaan aset
(asset misappropriation), dan salah saji
laporan keuangan (fraudulent
statements).
15
membuktikan bahwa
penyimpangan tidak terjadi
untuk membuktikan telah
terjadi penyimpangan.
3) Untuk mendapatkan bukti
bahwa penyimpangan telah
terjadi, pemeriksa
harus juga berupaya
membuktikan bahwa
penyimpangan tidak terjadi
yang dilakukan dengan
preposisi bahwa
penyimpangan telah terjadi
atau sebaliknya hal itu tidak
terjadi
4) Penetapan adanya
penyimpangan adalah mutlak
tanggung jawab
pengadilan.
13. Prinsip- Dalam melaksanakan fungsi Kualitas pemeriksa investigatif sama
prinsip atau audit, auditor memiliki enam seperti pada kualitas yang harus
kualitas yang prinsip yang terdapat dalam dimiliki oleh akuntan forensik, yaitu:
harus ada kode etik akuntan meliputi: (1) Kreatif (Creative), yaitu
pada (1) Tanggung jawab, yaitu kemampuan untuk melihat
pemeriksa dalam melaksanakan sesuatu dengan intepretasinya
atau auditor tanggung jawabnya ia yakin bahwa situasi yang
sebagai profesional, menurut orang lain normal
para anggota harus adalah tidak normal.
mewujudkan kepekaan (2) Rasa ingin tahu (Curious).
profesional dan Keinginan untuk menemukan
pertimbangan moral apa yang sesungguhnya terjadi
dalam semua aktivitas dalam rangkaian situasi.
mereka (3) Tak menyerah (Persistance).
(2) Kepentingan publik, Kemampuan untuk maju
yaitu menerima terus pantang mundur ketika
kewajiban untuk dokumen atau informasi sulit
melakukan tindakan diperoleh.
yang mendahulukan (4) Akal sehat (Common Sense).
kepentingan publik, Kemampuan untuk
menghargai mempertahankan perspektif
kepecayaan publik, dan dunia nyata, yang mengerti
menunjukkan betul kerasnya kehidupan.
16
komitmen pada (5) Pengetahuan Bisnis (Bussines
profesionalisme Accument). Kemampuan
(3) Integritas, yaitu untuk memahami bagaimana
mempertahankan dan bisnis sesungguhnya berjalan
memperluas (6) Percaya diri (Self
kepercayaan Confidence). Kemampuan
masyarakat dengan untuk mempercayai
melaksanakan semua temuannya, sehingga dapat
tanggung jawab bertahan pada saat diuji
profesional dengan dengan pertanyaan silang dari
integritas tinggi Jaksa Penuntut Umum dan
(4) Obyektivitas dan Pembela.
independensi, yaitu (7) Investigatif (Investigative).
bebas dari Kemampuan untuk
pertentangan melakukan investigasi dan
kepentingan dalam bagaimana bukti dapat
melakukan tanggung diperoleh
jawab profesional dan (8) Kompetensi gabungan
bersikap independen (Mixed Competency).
dalam kenytaan dan Memiliki pengetahuan yang
penampilan memadai sebagai pemeriksa
(5) Kecermatan dan investigatif seperti akuntansi,
keseksamaan, yaitu hukum, permintaan
mengamati standar keterangan, dan teknologi
teknis dan etika informasi.
profesi, terus
meningkatkan
kompetensi serta mutu
jasa, dan melaksanakan
tanggung jawab
profesional dengan
kemampuan terbaik
(6) Lingkup dan sifat jasa,
yaitu mematuhi
prinsip-prinsip kode
perilaku profesional
dalam menentukan
lingkup dan sifat jasa
yang diberikan.
14. Prosedur audit Terdapat sepuluh jenis Dalam upaya membuktikan tindak
untuk prosedur audit: pidanayang sudah dirumuskan
memperoleh (1) Prosedur analitis dalam hipotesa awal, pemeriksa
17
dan (2) Inspeksi mengumpulkan bukti dengan cara:
mengevaluasi (3) Konfirmasi (1) Meminta dokumen
bukti (4) Permintaan keterangan (2) Meminta keterangan
(5) Penghitungan (3) Melakukan pemeriksaan fisik
(6) Penelusuran (tracing) dan pengamatan
(7) Pemeriksaan bukti (4) Memperoleh bukti
pendukung (vouching) elektronik/digital
(8) Pengamatan (5) Melakukan penyegelan
(9) Pelaksanaan ulang (6) Memotret dan merekam.
(10) Teknik audit Sedangkan teknik pemeriksaan
berbantuan komputer buktiyang bisa dilakukan adalah
sebagai
berikut:
(1) Konfirmasi
(2) Pengujian
(3) Revieuw analitikal
(4) Pemeriksaan keabsahan
(5) Rekonsiliasi
(6) Penelusuran
(7) Penghitungan kembali
(8) Penelaahan pintas, yaitu
penelaahan secara umum dan
cepat untuk menemukan hal-
hal yang memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut
15. Penggunaan Pada audit laporan keuangan Pada audit investigatif harus
prinsip digunakan tingkat materialitas menemukan kesalahan saji seluruh
materialitas untuk menentukan tindak jumlah sesuai dengan anggaran dan
penyimpangan. Sehingg, tidak memperhitungkan materialitas.
apabila jumlah kesalahan Sehingga, audit dilakukan atas tiap
berada di bawah jumlah rupiah.
materialitas, maka dapat
diabaikan kecuali jika terjadi
karena kecurangan.
16. Kertas kerja Kertas kerja audit yang umum, Kertas kerja pada audit investigatif
meliputi data umum obyek bisa berupa:
dan/atau kegiatan yang a. Kertas kerja audit yang umum
diperiksa termasuk ketentuan b. Kertas kerja audit untuk setiap
yang harus dipatuhi orang yang terlibat, berisi
identitas, tindakan yang
melanggar hokum serta
akibatnya dengan dilengkapi
18
bungki yang mendukung.
Umumnya, laporan hasil audit
investigatif disertai banyak dokumen
lampiran.
Dokumen-dokumen yang perlu
dilampirkan:
a. Bagan arus proses kejadian.
b. Bukti rincian, misalnya
rekapitulasi kwitansi,
rekapitulasi SPM, dan
rekapitulasi penerima bantuan
c. Daftar bukti pemeriksaan yang
diperoleh
4. CONTOH KASUS
KASUS AUDIT INVESTIGATIF
Kasus Hambalang
19
Menindaklanjuti pemilihan Hambalang, Dirjen Olahraga Depdiknas langsung
mengajukan permohonan penetapan lokasi Diklat Olahraga Pelajar Nasional
kepada Bupati Bogor. Bupati Bogor menyetujui dengan mengeluarkan Keputusan
Bupati Bogor nomor 591/244/Kpes/Huk/2004 tanggal 19Juli 2004. Sambil
menunggu izin penetapan lokasi dari Bupati Bogor tesebut, pada 14 Mei 2004,
Dirjen Olahraga telah menunjuk pihak ketiga yaitu PT LKJ untuk melaksanakan
pematangan lahan dan pembuatan sertifikat tanah dengan kontrak
No.364/KTR/P3oP/2004 dengan jangka waktu pelaksanaan sampai dengan 9
November 2004 senilai Rp4.359.521.320.
Namun, ternyata lokasi Hambalang itu masuk zona kerentanan gerakan tanah
menengah tinggi sesuai dengan peta rawan bencana yang diterbitkan Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM.
Sesuai dengan sifat batuannya, PVMBG menyarankan untuk tidak mendirikan
bangunan di lokasi tersebut karena memiliki risiko bawaan yang tinggi bagi
terjadinya bencana alam berupa gerakan tanah.
Selain itu, status tanah di lokasi dimaksud masih belum jelas, meskipun telah
dikuasai sejak pelepasan/pengoperan hak garapan dari para penggarap kepada
Ditjen Olahraga setelah realisasi pembayaran uang kerohiman kepada para
penggarap sesuai Berita Acara Serah Terima Pelepasan/Pengoperan Hak Garapan
tertanggal 19 September 2004.
Sejak itulah area tanah tersebut diakui sebagai aset Ditjen Olahraga dan
kemudian pada tanggal 18 Oktober 2005 diserahterimakan kepada organisasi baru
yaitu Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) setelah Ditjen
Olahraga berubah menjadi Kemenpora. Menpora saat itu, Adhyaksa Dault
mengakui bahwa untuk membangun pusat olahraga pihaknya mengajukan
anggaran sebesar Rp125 miliar. Karena proyek tersebut awalnya bukan untuk
pembangunan pusat olahraga. Melainkan hanya pembangunan sekolah olahraga.
"Rekomendasi awalnya, di sana hanya untuk bangun sekolah olahraga dua lantai
20
dan saya tidak tahu bagaimana ceritanya berubah menjadi sport center," kata
Adhyaksa saat berbincang dengan VIVAnews.
Nilai proyek ini kemudian melejit hingga Rp2,5 triliun saat Kemenpora
dipimpin oleh Menteri Andi Mallarangeng. Hal tersebut terungkap dalam audit
Hambalang, bahwa pada tanggal 8 Februari 2010 dalam Raker antara Kemenpora
dengan Komisi X, Menpora menyampaikan rencana Lanjutan Pembangunan tahap
I P3SON di Bukit Hambalang Rp625.000.000.000. Permintaan itu diajukan
karena dalam DIPA Kemenpora TA 2010 baru tersedia Rp125 miliar. Menpora
Andi Mallarangeng juga menyampaikan bahwa usulan tersebut merupakan bagian
rencana pembangunan P3SON Bukit Hambalang Sentul yang secara keseluruhan
memerlukan dana sebesar Rp2,5 triliun.
Andi Mallarangeng pun menghormati hasil audit BPK atas proyek
Hambalang tersebut. Bahkan dirinya mendukung perlu adanya pihak yang
bertanggung jawab jika memang ditemukan adanya penyimpangan. "Sebagai
menteri tentu saya menjalankan tugas sebaik-baiknya termasuk dalam hal
pengawasan," kata Andi.
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Poernomo menyebut total
kerugian negara akibat Proyek Hambalang sebesar Rp463,67 miliar. Hal itu
disampaikan dalam paparan laporan hasil audit Hambalang Jilid II di ruang
pimpinan DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (23/8). "BPK menyimpulkan ada indikasi
kerugian negara sebesar Rp463,67 miliar akibat adanya indikasi penyimpaangan
dan penyalahgunaan wewenang wewenang yang mengandung unsur-unsur pidana
yang dilakukan pihak-pihak terkait dalam pembangunan P3SON Hambalang,"
paparnya.
Pelanggaraan tersebut terletak pada beberapa tahapan. Pertama, proses
pengurusan hak atas tanah. Kedua, proses pengurusan izin pembangunan. "Ketiga,
proses pelelangan. Keempat, proses persetujuan RKA-KL dan persetujuan
Kontrak Tahun Jamak," tambahnya. Kelima, pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dan keenam, pembayaran dan aliran dana yang diikuti rekayasa akuntansi.
21
Terkait proses persetujuan RKA-KL dan persetujuan Kontrak Tahun Jamak,
BPK juga menemukan adanya pencabutan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor: 56/PMK.02/2010 yang diganti dengan PMK Nomor: 194/PMK.02/2011
tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak Dalam
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang diduga mengalami penurunan makna
substantif dalam proses persetujuan Kontrak Tahun Jamak. Hal ini dapat
melegalisasi penyimpangan semacam kasus hambalang untuk tahun-tahun
berikutnya.
22
tanah, proses izin pembangunan, proses pelelangan, proses persetujuan RAK K/L
dan persetujuan tahun jamak, pelaksanaan pekerjaan konstruksi, pembayaran, dan
aliran dana yang di ikuti dengan rekayasa akuntasi dalam proyek Pusat
Pendidiakn Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3 SON),
Hambalang.. Dalam LHP tahap II ini BPK kembali menemukan adanya
penyimpangan dalam proses pengajuan dan kerugian negara mencapai Rp471
miliar.
Berikut kesimpulan LHP tahap II BPK soal Hambalang;
1. Bahwa permohonan persetujuan kontrak tahun jamak dari Kemenpora kepada
Menteri Keuangan atas proyek pembangunan P3 SON Hambalang tidak
memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan yang
berlaku, sehingga selayaknya permohonan tersebut tidak dapat disetujui Menteri
Keuangan.
2. Bahwa pihak-pihak terkait secara bersama-sama diduga telah melakukan
rekayasa pelelangan untuk memenangkan rekanan tertentu dalam proses
pemilihan rekanan pelaksana proyek pembangunan P3 SON Hambalang.
3. Bahwa pihak Kemenpora selaku pemilik proyek tidak pernah melakukan studi
amdal maupun menyusun DELH (Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup)
terhadap proyek pembangunan P3 SON Hambalang sebagaimana yang
diamanatkan UU Lingkungan Hidup. Persyaratan adanya studi amdal terlebih
dahulu sebelum mengajukan izin lokasi, site plan, dan IMB kepada Pemkab
Bogor tidak pernah dipenuhi oleh Kemenpora.
Terkait dengan persetujuan RAK K/L dan persetujuan tahun jamak, BPK juga
menemukan adanya pencabutan Peraturan Menteri Keuangan No 56/2010 yang
diganti dengan Peraturan Menteri Keuangan No 194/2011 tentang Tata Cara
Pengajuan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
Peraturan Menteri Keuangan No 194/2011 patut diduga bertentangan dengan
Pasal 14 UU No 1/2004. Peraturan tersebut diduga untuk melegalisasi dugaan
23
penyimpangan yang telah terjadi. Pencabutan Permenkeu No
56/2010,mengindikasikan adanya pembenaran atas ketidakbenaran atau
penyimpangan atas Pasal 14 UU No 1/2004. Berbagai indikasi penyimpangan
yang dimuat dalam LHP tahap I dan II mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp
463,67 miliar. Yaitu senilai total dana yang telah dikeluarkan oleh negara untuk
pembayaran proyek pada 2010 dan 2011 sebesar Rp 471, 71 miliar. Dikurangi
dengan nilai uang yang masih berada pada KSO AW sebesar Rp 8,03 miliar.
Kesimpulan tersebut, didasarkan pada fakta-fakta sebagai berikut. Kemenpora
tidak pernah memenuhi persyaratan untuk melakukan studi amdal sebelum
mengajukan izin lokasi. Kemudian, setplant dan izin mendirikan bangunan kepada
pemkab Bogor atau menyusun dokumen evalusi lingkungan hidup mengenai
proyek Hambalang.
Permohonan persetujuan tahun jamak dari Kemenpora kepada Menteri
Keuangan atas proyek Pembangunan Hambalang, kata Hadi, tidak memenuhi
persyaratan sebagai mana yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku.
Sehingga sudah seharusnya permohonan tersebut ditolak.
24
kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak
sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic
extortion).
Berikut merupakan program audit forensic yang dapat saya utarakan :
a. Tujuan audit
• Mendeteksi dan membuktikan adanya fraud dan mendeteksi pelakunya.
• Mendeteksi dan menghitung kerugian keuangan negara yang disebabkan tindakan
fraud.
b. Prosedur audit dan pengujian/testing
Prosedur audit forensik utamanya ditekankan pada analisis laporan /
analytical review dan teknik wawancara mendalam / in depth interview walaupun
demikin masih juga tetap menggunakan teknis audit secara umum pengecekan
fisik, rekonsiliasi dan konfirmasi.
Audit forensik biasa dilakukan dengan melalui beberapa tahapan yaitu:
Memperoleh informasi awal fraud
Memperoleh informasi tambahan bila diperlukan
Melakukan analisis layak tidaknya diinvestigasi dari data yang tersedia
Menciptakan dan mengembangkan hipotesis-hipotesis yang didasarkan pada hasil
analisis
Melakukan pengujian terhadap hipotesis
Memperbaiki maupun mengubah hipotesis berdasarkan hasil pengujian
Mengumpulkan bukti-bukti fraud
Evaluasi bukti-bukti
Menyusun laporan LHF.
25
• Uji Tuntas (Due diligence) Uji tuntas atau Due diligence adalah istilah yang
digunakan untuk penyelidikan guna penilaian kinerja perusahaan atau seseorang ,
ataupun kinerja dari suatu kegiatan guna memenuhi standar baku yang ditetapkan.
Uji tuntas ini biasanya digunakan untuk menilai kepatuhan terhadap hukum atau
peraturan.
5. Kesimpulan
Auditor keuangan dan penyelidik akuntansi forensik memiliki persamaan
yang cukup luas. Praktisi yang memiliki pemahaman luas tentang tren bisnis dan
industri, pemahaman menyeluruh tentang masalah proses audit. Auditor keuangan
dan penyelidik akuntansi forensik juga memiliki tujuan yang sama, agar pelaporan
keuangan perusahaan sepenuhnya mematuhi hukum. Namun, keduanya berbeda
bahwa auditor keuangan melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan
sesuai dengan Standar Audit yang Berlaku Umum (GAAS), sementara akuntan
forensik dipandang sebagai kombinasi antara auditor dan penyelidik swasta yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan, meliputi: keterampilan investigasi,
penelitian, hukum, metode kuantitatif, keuangan, audit, akuntansi dan wawasan
petugas penegak hukum.
26