Apabila kita melihat Indeks Persepsi Korupsi di Indonesia, kita akan memahami bahwa saat ini kita masih
berada pada tahap yang mengecewakan. Bentuk-bentuk fraud yang ada seakan-akan sudah menjadi
“budaya” yang sudah mengakar pada masyarakat kita. Di beberapa kesempatan bahkan sektor publik pun
bersikap memaklumi dan memang hal tersebut tidak bisa dihindari.
Dengan belajar AFI, tentunya kita sebagai pegawai Kementerian Keuangan , harapannya, bisa merubah
hal-hal tersebut. Baik melalui pencegahan ataupun pendeteksian tindakan-tindakan fraud. Pemahaman
tentang AFI akan memberikan bekal bagi kita, paling tidak untuk membentengi diri karena kita pun
menyadari bahwa sebenarnya hal tersebut memang ada di sekitar kita.
Akuntansi vs Forensik
Akuntansi merupakan sebuah proses mengolah data-data yang bernilai keuangan sehingga dapat
dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi para-para pihak. Sementara forensik itu merupakan
bagian dari ilmu pengetahuan yang digunakan untuk menelusuri hal-hal yang disebabkan adanya suatu
peristiwa dan konsekuensi hukum yang berlaku (erat dengan proses litigasi) baik di pengadilan ataupun
di luar pengadilan.
Faktanya, banyak sekali akuntan atau orang yang memahami akuntansi bekerja sebagai Pemeriksa Fraud
(Fraud Examiner). Hal ini sangat wajar, Karena seringkali fraud memang melibatkan skema-skema
transaksi keuangan. Meskipun begitu, Fraud Audit dan Audit Keuangan merupakan dua hal yang berbeda.
Berikut perbedaannya.
Forensic Accounting Triangle
Ini merupakan bentuk yang digunakan untuk memahami mengapa Akuntansi Forensik itu dilaksanakan.
Audit Forensik
Adalah proses pengujian dan pengevaluasian informasi keuangan individu atau perusahaan yang akan
dipakai di pengadilan. Obyeknya jelas merupakan data/informasi keuangan. Audit forensik merupakan
bagian dari Akuntansi Forensik. Perbedaannya adalah Akuntansi Forensik dilakukan akuntan untuk
mengantisipasi adanya litigasi, bisa berupa fraud, kebangkrutan, dan jasa lainnya. Sedangkan Audit
Forensik dilakukan dengan menerapkan ilmu auditing, oleh orang yang berkompeten (auditor) dan
memiliki suatu standar tersendiri. Audit Forensik tidak melulu tentang fraud, bisa juga tentang
pembuktian penilaian atau pengukuran suatu aset. Seringkali skill yang dibutuhkan tidak hanya terkait
dengan keuangan saja. Sehingga kompetensi Auditor Forensik seharusnya sangatlah luas (mulai dari
kemampuan investigasi, identifikasi, analisis keuangan, penelusuran aliran uang, mengitung kerugian
hingga membantu penegak hukum). Selain itu, auditor forensic juga seharusnya mampu menterjemahkan
bukti-bukti menurut pasal 184 KUHAP dalam membangun argumentasi logisnya.
- Keterangan Saksi
- Keterangan Ahli
- Surat
- Petunjuk
- Keterangan Terdakwa
Audit Investigasi
Adalah kegiatan pemeriksaan dengan lingkup tertentu yang tidak dibatasi periodenya dan lebih spesifik
pada area-area pertanggungjawaban yang diduga memiliki indikasi penyalahgunaan wewenang atau
penyimpangan dengan hasil audit berupa rekomendasi untuk ditindaklanjuti bergantung pada derajat
penyimpangan wewenang yang ditemukan.
Logika yang dibangun adalah Bukti Audit diperoleh dengan cara Pemeriksaan Fisik, Reperformance,
Konfirmasi, Observasi, Inspeksi , Prosedur Analitis, Verifikasi Matematis, Keterangan Lisan DAN Hasil
Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen yang mana akan menghasilkan Alat Bukti sesuai Pasal 184 KUHAP
yang nantinya digunakan dalam persidangan untuk membuktikan apakah terjadi kerugian negara,
perbuatan melawan hukum dan/atau memperkaya diri sendiri.
Audit Forensik dalam perannya berkaitan erat dengan pembuktian terjadinya fraud, kerugian negara,
penilaian, Asset Tracing, Digital Forensik, dll.
What Is Fraud ?
Fraud adalah sebuah perbuatan tercela yang dilakukan untuk mengambil keuntungan dari suatu pihak
secara sengaja. Unsur-unsur utamanya adalah
(5) untuk mendapatkan keuntungan pribadi/kelompok yang bisa saja merugikan orang lain
ACFE menambahkan bahwa perbedaan utama Fraud dari perbuatan lainnya adalah Fraud tetap membuat
orang yang dirugikan itu dalam kondisi tidak tahu karena perbuatan Fraud cenderung ditutup-tutupi
sebisa mungkin sampai si korban kesulitan untuk memahaminya.
Aksioma Fraud
1. Fraud is Hidden Sudah pasti perbuatan fraud itu disembunyikan dan disamar-samarkan sampai
si korban tidak tahu ataupun tidak merasa bahwa telah dirugikan. Hal ini menyebabkan Fraud
Examiner harus benar-benar memperoleh bukti bahwa suatu fraud terjadi atau tidak, tidak bisa
sembarangan memberikan opini.
2. Reverse Proof Dalam melakukan pemeriksaan fraud, pemeriksa harus memahami dua sisi
kejadian (ada fraud atau tidak adanya fraud). Dengan demikian, auditor mengembangkan sebuah
teori fraud lalu melakukan proses pembuktian yang memang membuktikan ada dan tidaknya
fraud itu.
3. Existance of Fraud Ada atau tidaknya sebuah perbuatan Fraud merupakan hasil dari keputusan
Juri atau Hakim. Pemeriksa tidak boleh menyatakan opininya tentang benar atau salahnya
seseorang/pihak. Pemeriksa hanya membuat sebuah teori lalu membuktikannya, tanpa perlu
menyatakan benar/salahnya seseorang dalam peristiwa yang diperiksa tsb.
Penyebab Fraud
1. Pressure Seseorang dalam melakukan sesuatu membutuhkan motif. Bisa berupa ekonomi, non
ekonomi, kondisi keluarga, dsb. Biasanya terdiri atas Kekuatan/Kekuasaan, Rasa Nafsu (rakus,
kecanduan) dan Tekanan (bisa berupa fisik atau tekanan mental dari orang lain)
2. Opportunity Hal ini biasanya disebabkan adanya kelemahan pada pengendalian dalam suatu
sistem sehingga memberikan celah yang dapat dimanfaatkan. Bisa saja berupa adanya kesalahan
dalam pembuatan SOP. Ini sangat mungkin terjadai pada orang-orang yang memang memiliki
posisi, karena mereka akan dengan mudahnya untuk mempengaruhi orang-orang yang ada di
bawahnya sehingga fungsi pengendalian tidak dapat berjalan dengan baik.
3. Rationalization Ini merupakan sebuah sikap membenarkan sebuah perbuatan yang salah
dikarenakan penilaian subjektif dari si pelaku terhadap perbuatan tercela yang dilakukan.
Pemikiran ini timbul sebagai akibat adanya pemahaman yang kurang kuat terkait dengan
integritas dan keselarasan akhlak. Jadi, sebenarnya orang tersebut mengetahui bahwa
perbuatannya salah, namun menolak untuk dihakimi sebagai orang bersalah karena merasa
perbuatannya tidaklah terlalu signifikan dibandingkan dengan orang lain.
Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa terdapat kesalahan pada Sistem Pendidikan yang hanya
berfokus pada proses menghapal ketimbang proses membentuk nilai yang terintegrasi dengan
kepribadian. Sistem pendidikan yang hanya mengutamakan kuantifikasi nilai seringkali mengabaikan
aspek-aspek humanis lainnya dalam pengukuran kualitas pengajarannya. Akibatnya, para siswanya
cenderung berbuat yang paling efisien dalam rangka mencapai nilai yang bagus, tetapi tidak berkualitas.
1. Living Beyond Means gaya hidupnya lebay, di luar nalar apabila dikaitkan dengan
penghasilan
2. An unwillingness to share duties enggan membagi pekerjaannya, takut jatahnya berkurang
3. A close personal relationship with vendors or customers menimbulkan vested interest
saking dekatnya
4. Rule Breakers intent cenderung melanggar peraturan
Akan tetapi ciri-ciri tersebut memang belum tentu benar. Seringkali dalam kasus-kasu fraud, pelakunya
adalah orang yang paling tidak dicurigai. Bisa saja seseorang memang memiliki keinginan untuk berbuat
fraud tanpa harus memiliki tanda-tanda tersebut. Paling tidak, orang melakukan fraud disebabkan oleh
Occupational Fraud
Fraud yang menggunakan pekerjaan/profesi untuk memperkaya diri melalui penyalahgunaan sumber
daya oerusahaan. Biasanya merupakan hasil dari kesalahan pegawai, manajer dan eksekutif.
Fraud Tree
1. Corruption
2. Asset misappropriation
3. F/S Fraud
Error vs Fraud
A. Error
1. Kesalahannya tidak bersifat sengaja
2. Pola ketidakteraturannya cenderung hanya satu kali
B. Fraud
1. Kesalahannya sengaja dilakukan
2. Pola ketidakteraturannya cenderung sistemik akibat dari sistem pengendalian yang
memang jelek secara desain dan implementasi sehingga mempengaruhi operasional secara
keseluruhan
Jadi untuk membedakan Fraud dan Error seringkali auditor harus membuktikan niat atau intensi
kejadian tersebut. Auditor sering membuktikan tentang adanya personal gain yang diperoleh yang
dihubungkan dengan perbuatan melawan hukum dan kerugian yang dialami. Cara paling mudah
adalah dengan membuktikan adanya aliran uang masuk/tidak.
Adalah kesalahan penyajian yang dilakukan secara sengaja mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan
yang dilakukan dengan menyalahsajikan atau menyembunyikan jumlah atau pengungkapan untuk menipu
pengguna laporan keuangan.
B. Non Financial
Informasi Kepegawaian
Dokumen Internal
Dokumen Eksternal
Why F/S Fraud Happened ?
Paling popular adalah karena pelaku ingin membuat tampilan laporan keuangan seakan-akan dalam
kondisi yang baik. Terkadang juga mungkin untuk menutupi penggelapan uang. Jadi sebenarnya banyak
sekali penyebab orang melakukan F/S Fraud. Meskipun begitu, kesimpulan yang bisa diambil adalah motif
dalam melakukan F/S Fraud sebenarnya tidak melulu terkait dengan personal gain. Terkadang
penyebabnya juga bisa ditimbulkan dari adanya kombinasi antara tekanan situasional dan adanya
kesempatan untuk melakukannya tanpa ketahuan. Kombinasi ini lah yang dinamakan RED FLAGS, apabila
RED FLAGS telah berhasil diidentifikasi, maka risiko terjadinya fraud sudah meningkat.
Contoh Kesempatan (disebabkan oleh kurangnya pengawasan dan pengendalian yang memadai dan
efektif sehingga persepsi tentang akan ketahuannya perbuatan fraud berkurang)
Red Flags ini akan menyebabkan rasionalisasi bagi para pelaku. Misalnya : “Kita itu perlu melindungi
pemegang saham, sehingga harga saham harus tetap tinggi” atau “Setiap perusahaan kan juga seperti ini”
atau “Ini demi kebaikan perusahaan” atau “ini kan nantinya bisa ditutupin dengan hasil yang baik”
1. Pendapatan Fiktif
A membuat pendapatan fiktif sebesar Rp 350, dia menutupinya dengan jurnal berikut :
1/1 Fixed Assets 350
Cash 350
2. Timing Differences
Premature Revenue Recognition
31/12/01 A/R 100
Sales 100
1/01/02 CoS 75
Inventory 75
Pada tahun 2001, Sales akan overstated sebesar 100 dan A/R juga overstated sebesari 100
Red Flags :
- Pertumbuhan drastic pada profitability
- Cash Flow Negatif pada operasi
- Peningkatan gross margin signifikan
- Banyak transaksi kompleks
Red Flags:
- Negative Cash Flow
- Banyak sekali elemen LK yang menggunakan estimasi (subjective involvement)
- Peningkatan drastic gross margin
- Allowance yang menurun
4. Improper Disclosures
- Liability-related Omissions
- Subseuent Events
- Management Fraud
- Related Party transaction
- Accounting Changes
Red Flags :
- Manajemen didominasi satu orang
- Inefective BOD
- Adanya sejarah pelanggaran hukum
- Struktur organisasi yang kompleks
- Transaksi pihak berkait sangat tinggi
- Pertumbuhan tinggi profitability
- Lingkungan pengendalian yang tidak efektif
5. Improper Valuation
- Inventory Valuation
- Account Receiveable
- Business Combination (Goodwill and the fair value of the assets we received)
- Fixed Assets
a. Recording Fictious Assets (ditandingkan dengan Pendapatan atau pengurangan beban)
b. Misrepresenting ASSET Valuation (metode penilaiannya, cost/revaluation cost)
c. Understating Assets (akselerasi depresiasi)
d. Capitalizing Non Aset Costs (mengkapitalisasi yang seharusnya tidak dikapitalisasi)
e. Misclasiffying Assets (mengakui aset yang sebenarnya bukan aset tetap)
Red Flags :
- Negative Cash Flow
- Penurunan drastic permintaan konsumen
- Banyak elemen LK yang melibatkan pertimbangan subjektif/estimasi
- Manajemen tidak terlibat dalam pemilihan metode akuntansi
- Peningkatan aset yang mana kompetitornya tidak
- Peningkatan aset tetap yang tidak bermanfaat terhadap sales
Pertimbangan Auditor
Jenis-Jenis Transaksi
A. Cash
- Larceny (Kesengajaan mengambil uang perusahaan)
a. Incoming Cash
1) Theft of Cash from the register
2) Theft from other register
3) Altering Cash Counts or Cash Register Tapes
4) Reversing Transaction
5) Destroying register tapes
6) Other Larceny of Sales and Receiveables
a) Force Balancing
b) Reversing Entries
c) Destruction of Records
b. Cash Larceny from Deposit
1) Deposit Lapping
2) Deposit in Transit
c. Miscelanous Larceny Schemes
Detection
Receipt Recording
Analytical Review
Register Detection
Prevention
Segregation of Duties
Assignment Rotation and Mandatory Vacations
Surprise Cash Counts and Procedure Supervisions
Physical Security of Cash
- Skimming
a. Unrecorded Sales Register manipulation, skimming during nonbusiness hours, skimming
offsite sales, poor collection procedures
b. Understated sales and receiveables False Discount, Lapping, Write Off
c. Theft of Checks through the mail
d. Short term skimming
e. Refund or Other
Detection
Fictious refund or Voided Sales
Register disbursement red flags
Prevention
Review segregation of duties
Enhancing control Activities
Concealment
Using Shrinkage
Altered inventory records
Fictious Sales and Account Receiveable
Writing off inventory and other assets
Physical padding (pake salah catat)
Detection
Statistical Sampling
Physical inventory counts
Analytical review
Prevention
Proper documentation
Segregation of Duties
Independent Checks
Physical safeguards