LAPORAN
2. Filosofi Laporan
Laporan audit internal dapat menjadi sebuah instrument yang kuat dan
dipergunakan dengan baik. Laporan audit seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
memiliki tiga tujuan utama. Jika auditor internal tidak dapat mencapai tujuan ini, laporan
mereka hanya akan membuang-buang waktu saja. Di dalam laporannya, auditor
hendaknya berusaha untuk:
Tujuan dari laporan audit adalah untuk menyediakan cara-cara diatas. Laporan tersebut
sebaiknya menciptakan di pikiran pembacanya keyakinan bahwa (1) apa yang dilaporkan
dapat dipercaya, dan (2) apa yang direkomendasikan adalah valid dan berharga.
Untuk melaksanakan cara-cara itu, dibutuhkan unsur-unsur berikut ini dalam laporan
audit:
Cara Unsur
Terdapat sedikit sumber friksi di dalam aktivitas audit yang mampu melebihi
friksi yang disebabkan oleh proses penulisan laporan. Analisis yang paling brilliant dan
temuan audit yang paling produktif sepertinya akan terlupakan pada saat berlangsungnya
terutama dalam proses penulisan laporan. Terdapat banyak alasan yang diberikan.
a) Penulisan ulang supervise
b) Pelaporan dibawah tekanan
c) Terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk penulisan laporan
d) Draf yang buruk
e) Kemampuan menulis yang lemah
f) Perbedaan opini antara auditor dengan supervisor mereka
g) Penulisan laporan dilakukan jauh dari lokasi audit
h) Kurang minat klien
4. Solusi yang Ditawarkan
Sumber dari permasalahan laporan audit sering kali dapat ditemukan dalam proses
pelaporan itu sendiri. Proses ini dapat ditingkatkan, jika tidak sepenuhnya diperbaiki,
dengan langkah-langkah berikut ini:
Sebuah organisasi audit, dengan dukungan dan semangat dari komite audit,
hendaknya melaksanakan sebuah program “Pemasaran Laporan Audit” program ini pada
dasarnya adalah sebuah program orientasi yang bertujuan untuk memotivasi para
penerima laporan untuk menginginkan laporan tersebut.
6. Tindakan atas Rekomendasi Audit
8. Komunikasi
Kesulitan ini diawali dengan sebuah pemikiran: penulis laporan lebih memikirkan
bagaimana menuliskannya dan bukan bagaimana membacanya. Mereka tidak memahami
bahwa komunikasi tidak terjadi hanya pada penulisnya, penuturnya saja, ia juga berlaku
pada penerimanya.
9. Prosedur Pelaporan
Komunikasi hendaknya mencakup sasaran dan lingkup penugasan serta juga kesimpulan,
rekomendasi dan rencana tindakan yang berlaku.
Komunikasi sebaiknya akurat, objektif, jelas, singkat, konstruktif, lengkap, dan tepat
waktunya.
Laporan audit yang ditulis dengan sangat professional pun dapat menggunakan
ilustrasi-ilustrasi yang memperjelas konsep dan menyoroti keterkaitanya. Ilustrasi dapat
menumbuhkan rasa kepercayaan dengan cara yang mungkin tidak dapat dijelaskan oleh
kata-kata.
Laporan lisan hendaknya tidak dilakukan asal jadi.laporan ini sebaiknya disiapkan
dengan hati-hati,dan menunjukan bahwa auditor telah mengerjakan pekerjaan rumahnya.
Sebuah presentasi lisan yang formal mungkin diperlukan.para pendengarnya
mungkin berada pada tingkat dimana auditor harus berfikir masak-masak sebelum
berbicara dan menyiapkannya dengan cermat. Presentasi-presentasi seperti ini
memerlukan usaha untuk membuatnya.
Penulisan laporan yang baik membutuhkan suatu pemikiran yang baik, jadi sebelum
memulai untuk menulis, luruskan pikiran anda, tempatkan permaalahan pada tempatnya
dan sajikan temuan dalam perspektif yang tepat..
1. Kerangka Pikiran
2. Ringkasan
3. Rincian
4. Laporan-Laporan Terdahulu
5. Draf Pertama
6. Bahasa