Anda di halaman 1dari 13

PENGAUDITAN INTERNAL

“MAKSUD, TUJUAN PELAPORAN DAN MENINGKATKAN


KETEPATAN WAKTU LAPORAN AUDIT INTERNAL”

KELAS AKUNTANSI C MALAM

Dosen : Ni Made Sunarsih, SE.,M.Si

Disusun Oleh Kelompok 10 :

1. Ngakan Putu Ari Sapta Wiguna (16)


2. Ni Made Anik Marsini (27)
3. Putri Dwi Ekayanti (37)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2020
10.1 MAKSUD DAN TUJUAN PELAPORAN
Hasil akhir dari pelaksanaan audit internal dituangkan dalam suatu bentuk laporan
tertulis melalui proses penyusunan yang baik. Laporan hasil audit internal merupakan suatu
alat penting untuk menyampaikan pertanggungjawaban hasil kerja kepada manajemen yaitu
sebagai media informasi untuk  menilai  sejauh mana tugas-tugas yang dibebankan dapat
dilaksanakan.
Laporan adalah kesempatan bagi auditor internal untuk mendapatkan perhatian penuh
dari manajemen. Begitulah seharusnya cara seorang auditor memandang pelaporan sebagai
sebuah kesempatan, dan bukan sebuah tugas yang membosankan, kesempatan yang sempurna
untuk menunjukkan kepada manajemen bagaimana seorang auditor dapat memberikan
bantuan.
Laporan dari bagian audit internal merupakan suatu alat komunikasi yang di
dalamnya terdapat tujuan yang dimulai dari penugasan, luas pemeriksaan, batasan yang
dibuat dan juga saran atau rekomendasi kepada pimpinan perusahaan.
Fungsi dari laporan audit adalah sebagai berikut :

1. Mengkomunikasikan.
2. Menjelaskan.
3. Mempengaruhi. 

Tujuan dari laporan audit adalah sebagai berikut:


1. Laporan auditor adalah merupakan kesimpulan dari hasil pemeriksaan
2. Menyajikan temuan-temuan dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
3. Sebagai dasar untuk kemudian diambil tindakan oleh manajemen terhadap
penyimpangan yang terjadi.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka laporan yang disampaikan haruslah memiliki unsur-
unsur berikut ini:
1. Objektif
Laporan yang disusun harus mengungkapkan fakta dengan teliti berdasarkan
data yang dapat diuji kebenarannya. Menyampaikan dengan jelas tentang pokok
pemeriksaan yang telah dilakukan sehingga dapat diyakini kebenarannya.
2. Clear (jelas)
Laporan disusun dengan menggunakan bahasa yang jelas, tidak menimbulkan
kesalahpahaman bagi penggunanya. Menerangkan dengan jelas dan lengkap agar

1
dapat dimengerti oleh pihak-pihak yang menggunakannya, karena tujuan laporan
pemeriksaan adalah agar diambil tindakan yang perlukan. Pemeriksa harus
memperhatikan dan menghindarkan hal-hal yang menyebabkan laporan menjadi tidak
jelas.  Adapun sebab-sebab ketidakjelasan suatu laporan ialah karena:
a. Pemeriksa tidak memahami pokok masalah yang dilaporkannya.
b. Laporan ditulis dengan gaya bahasa yang membosankan atau ditulis secara
bertele-tele.
c. Struktur laporan yang tidak menarik, gagasan-gagasan yang disajikan dengan
urutan yang baik akan lebih mudah dipahami.  Kalimat dan paragrap yang kacau
dapat menyebabkan temuan yang penting menjadi tidak terlihat. 
d. Banyak menggunakan istilah-istilah teknis dan istilah  khusus yang kurang
lazim.
e. Temuan-temuan dilaporkan  tanpa diuraikan latar belakangnya. Memberikan
informasi mengenai latar belakang adalah penting untuk dapat memahami suatu
proses atau keadaan untuk memahami berapa pentingnya sesuatu hal. 
f. Uraian yang panjang lebar mengenai hal yang bersifat teknis.
3. Ringkas
Struktur laporan yang baik melaporkan dengan ringkas pelaksanaan operasional,
pengendalian, dan hasil kerja. Laporan itu harus terhindar dari hal-hal yang tidak
relevan, tidak material seperti gagasan, temuan, kalimat dan sebagainya yang tidak
menunjang tema pokok laporan, namun tetap menjaga kualitas informasi yang
disampaikan melalui laporan tersebut sehingga dapat memenuhi kebutuhan
pemakainya.
4. Membangun (konstruktif)
Laporan yang bersifat membangun adalah laporan yang sedapat mungkin
memaparkan rekomendasi tindakan perbaikan yang dapat dilakukan untuk
mengupayakan peningkatan operasi.
5. Tepat waktu
Laporan audit hanya dapat bermanfaat dengan maksimal bila laporan tersebut
disajikan pada saat dibutuhkan. Sehingga auditor harus mampu menyajikan laporan
yang tepat waktu.

2
10.2 FILOSOFI PELAPORAN
Laporan audit internal menjadi sebuah instrument yang kuat jika dibuat dan
dipergunakan dengan baik. Laporan audit internal dapat menciptakan kesan keprofesionalan
audit. Laporan tersebut dapat memberitahukan kepada manajemen mengenai kejadian –
kejadian penting yang tidak diketahui kecuali jika diberitahukan. Laporan audit internal dapat
mengubah pandangan. Didalam laporannya auditor hendaknya berusaha untuk :
1. Menginformasikan : Menceritakan hal – hal yang ditemukan / atau suatu kejadian
penting kepada manajemen.
2. Mempengaruhi : Meyakinkan manajemen mengenai nilai & validitas dari temuan
audit.
3. Memberikan hasil : Menggerakan manajemen kearah perubahan dan perbaikan.
Karena laporan tersebut sebaiknya mempresentasikan temuan audit dengan jelas dan
sederhana. Laporan audit internal harus mendukung kesimpulan dengan bukti yang
persuasive. Laporan harus memberikan arah pada pengambilan keputusan manajemen dengan
memberikan rekomendasi perbaikan. Hasil akhir ini dapat dicapai dengan menggunakan cara
– cara berikut :
1. Menginformasikan : Dengan cara menciptakan kesadaran
2. Mempengaruhi : Menciptakan dukungan
3. Memberikan hasil : Mendorong pelaksanaan tindakan
Tujuan dari laporan audit adalah menyediakan cara – cara diatas. Laporan tersebut sebaiknya
menciptakan di pikiran pembacanya keyakinan bahwa :
1. Apa yang dilaporkan dapat dipercaya, dan
2. Apa direkomendasikan adalah valid dan berharga.

10.3 FRIKSI DALAM PENULISAN LAPORAN


Terdapat sedikit sumber friksi di dalam aktivitas audit yang mampu melebihi friksi
yang disebabkan oleh proses penulisan laporan. Analisis yang paling brilliant dan temuan
audit yang paling produktif sepertinya akan terlupakan pada saat berlangsungnya terutama
dalam proses penulisan laporan. Terdapat banyak alasan yang diberikan.
a. Penulisan ulang supervise. Ketika seorang auditor professional yang berpengalaman
menyelesaikan draf dari sebuah laporan, biasanya ia melakukannya dengan upaya
terbaiknya.
b. Pelaporan dibawah tekanan. Auditor internal tampaknya memang tidak begitu
menikmati menulis sebuah laporan. Namun mereka mencoba untuk mengantisipasi
3
komentar-komentar supervise dan memuat struktur laporan sedemikian rupa untuk
menjawab kritik-kritik yang pernah diterima sebelumnya.
c. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk penulisan laporan. Sebagai suatu
upaya untuk menghasilkan sebuah produk yang memenuhi standar professional
dengan tanpa kesalahan dan perbedaan konsep, direktur audit akan membuat prosedur
penelaahan yang mampu mengeluarkan hasil akhir produk yang terbaik.
d. Draf yang buruk. Kebanyakan auditor lebih memperhatikan melakukan audit
daripada menulisnya. Mereka memandang tercapainya tujuan mereka adalah melalui
pengungkapan kekurangan-kekurangan yang serius dan selanjutnya memperbaikinya.
e. Kemampuan menulis yang lemah. Kebanyakan auditor internal  bukan seorang
penulis yang ahli. Dewasa ini, telah banyak lembaga pendidikan yang mulai mencoba
untuk memperbaiki masalah ini.
f. Perbedaan opini antara auditor dengan supervisor mereka. Perbedaan opini dapat
terjadi mulai dari tata bahasa dan ejaan, sampai ke logika dan interpretasi dari
kondisi-kondisi yang diungkapkan.
g. Penulisan laporan dilakukan jauh dari lokasi audit. Banyak laporan audit yang
ditulis dikantor setelah pekerjaan lapangan berakhir. Penulisan beberapa segmen dari
laporan di lapangan dapat memberikan realitas dan perhatian pada rincian yang
mungkin terdapat atau tidak terdapat dalam kertas kerja.
h. Kurang minat klien. Ketika laporan ditulis dengan buruk dan sulit untuk dimengerti,
ketika strukturnya sulit untuik diikuti dan, yang terparah ketika klien tidak
mempunyai kewajiban untuk memberikan responnya, seorang auditor yang telah
bekerja keras akan mengalami frustasi dalam proses penulisan yang sulit dari sbuah
laporan audit.

10.4 MEMASARKAN LAPORAN AUDIT


Salah satu alasan mengapa beberapa penerima laporan audit, dari mulai manajemen
klien sampai manajemen puncak dan komite audit serta dewan komisaris sering kali tidak
membaca atau menghargai laporan audit adalah karena mereka melihat sedikitnya kegunaan
yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu, diperlukan cara untuk memasarkan laporan
audit agar memotivasi para penerima laporan agar menginginkan laporan tersebut. Menurut
Sawyer (2006:257), cara efektif untuk memasarkan laporan audit adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan proses audit sebagai suatu tambahan yang partisipatif bagi manajemen.

4
Proses audit merupakan suatu penilaian atas keyakinan, independen, obyektif
dan aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan
operasi organisasi.
2. Menguraikan profesionalisme dari staf audit.
Untuk meningkatkan kualitas peran auditor internal dalam mengungkapkan
temuan audit diperlukan profesionalisme yaitu kemampuan individu dalam
melaksanakan tugas auditor internal yang terkait dengan kegiatan perusahaan secara
profesional.  Adapun lima elemen profesionalisme meliputi (Hall, 1968) dalam
Asikin, 2006:
a. Dedikasi terhadap profesi.
b. Tanggung jawab sosial
c. Tuntutan otonomi
d. Percaya pada pengaturan sendiri
e. Perkumpulan profesi
3. Mengidentifikasikan anatomi dari sebuah temuan audit secara sederhana.
Auditor internal bukan saja dituntut untuk bersikap profesional tetapi dituntut
untuk memiliki suatu keterampilan untuk mengembangkan fakta dan detail dalam
suatu temuan audit yang dapat dilaporkan. Dalam mengungkapkan temuan audit
bukanlah aktivitas yang dapat merugikan perusahaan yang berkaitan dengan system
kontrolnya
4. Menguraikan keuntung-keuntungan yang dihasilkan dari penggunaan laporan untuk
setiap tingkatan manajemen.
5. Menjelaskan bagaimana manajemen dapat memperoleh bantuan dari staf audit dalam
menyelesaikan permasalahan-permasalahan manajemennya secara objektif.

10.5 MENINGKATKAN KETEPATAN WAKTU LAPORAN AUDIT INTERNAL


Pengembangan dan penulisan laporan audit internal biasanya adalah sebuah proses
yang lambat dan memakan waktu. Umumnya di beberapa kasus, laporan dikeluarkan tiga
sampai enam minggu setelah auditor menyelesaikan pekerjaan lapangan dan rapat akhir
secara formal telah dilakukan.
Kelambatan-kelambatan ini disebabkan oleh beberapa factor, di mana seluruhnya
secara tradisional dianggap sebagai unsur dari sebuah prosedur audit yang baik namun nyata-
nyata akan memakan waktu. Beberapa di antaranya adalah:
a. Menahan mempresentasikan seluruh temuan sampai saat dilakukannya rapat akhir.

5
b. Memberikan klien jangka waktu yang wajar untuk memberikan komentarnya: biasanya
30 hingga 60 hari.
c. Menulis draf laporan di kantor berdasarkan kertas kerja audit.
d. Mengakomodasi komentar-komentar klien di dalam laporan.
e. Memperbaiki draf laporan melalui dua atau tiga tingkatan.
f. Menelaah laporan
g. Telaah akhir oleh direktur audit internal.

10.6 KOMUNIKASI
Laporan bertujuan untuk melakukan komunikasi. Jika mereka tidak dapat mencapai
tujuan komunikasinya, maka laporan tersebut tidak akan memiliki niali. Namun jarang sekali
ditemuan individu yang memiliki pemahaman akan unsur-unsur komunikasi.
Kesulitan ini diawali dengan sebuah pemikiran: penulis laporan lebih memikirkan
bagaimana menuliskannya dan bukan bagaimana membacanya. Mereka tidak memahami
bahwa komunikasi tidak terjadi hanya pada penulisnya, penuturnya saja, ia juga berlaku pada
penerimanya.
Dalam melakukan upaya komunikasi, auditor internal harus mengingat sasaran-sasaran
prinsip mereka: (1) untuk memberikan informasi yang berguna dan tepat pada waktunya akan
hal-hal yang signifikan, baik secara lisan maupu  tulisan; dan (2) mempromosikan
peningkatan control dan kinerja operasi organisasi.

10.7 PROSEDUR PELAPORAN


Standards of the professional practice of internal auditing (2400) memberikan panduan
mengenai tanggung jawab auditor internal atas pelaporan hasil audit. Standar tersebut
disajikan di bawah ini.
2400- Communicating Result (Mengkomunikasikan Hasil Audit)
Auditor internal hendaknya mengkomunikasikan hasil-hasil penugas an secepat mungkin
2410-Criteria for Communicating (Kriteria untuk Melakukan Komunikasi)
Komunikasi hendaknya mencakup sasaran dan lingkup penugasan serta juga kesimpulan,
rekomendasi dan rencana tindakan yang berlaku.
2420- Quality of Communications (Kualitas Komunikasi)
Komunikasi sebaiknya akurat, objektif, jelas, singkat, konstruktif, lengkap, dan tepat
waktunya.

6
2430- Engagement Disclosure of Noncompliance with the Standards ( Pengungkapan
Penugasan atas Ketidak patuhan terhadap Standar)
Ketika ketidakpatuhan terhadap standar memiliki dampak terhadap sebuah penugasan
tertentu, komunikasi mengenai hasilnya sebaiknya mengungkapkan bahwa:
- Standar-standar apa yang tidak sepenuhnya diikuti
- Alasan-alasan ketidakpatuhan, dan
- Dampak terjadinya ketidakpatuhan pada penugasan.
2440- Disseminating Result (Penyebarluasan Hasil)
Direktur audit internal hendaknya mendistribusikan hasil penugasan kepada pihak-pihak yang
tepat.
a) Laporan Interim. Disarankan untuk menggunakan laporan interim ketika dibutuhkan
adanya informasi awal, tetapi ia hendaknya tidak menjadi pengganti dari laporan
finalnya. Temuan-temuan yang dibahas di dalam sebuah laporan interim dan dapat
dengan sukses diselesaikan sebelum laporan final di terbitkan, tidak perlu untuk
dimasukan di dalam laporan final.
b) Ringkasan Laporan. Salah satu sasaran yang penting dari audit internal adalah untuk
membuat manajemen senior tertarik pada audit dan membaca laporan. Laporan audit
dapat memberikan informasi yng objektif mengenai organisasi yang bisanya tidak
tersedia di tempat lain.
c) Diskusi dengan Klien. Auditor internal hendaknya berhati-hati untuk menghindari
kemungkinan memberikan jawaban atas laporan audit yang bertentangan dengan
fakta-fakta yang dilaporkan. Komentar-komentar tersebut, baik benar ataupun tidak,
akan menimbulkan keragu-raguan pada kredibilitas audit. Karenanya auditor
sebaiknya menelaah seluruh temuan dengan pegawai dan manajemen klien selama
pelaksanaan audit untuk menjamin tidak terjadinya pertentangan akan fakta-fakta
yang dilaporkan. Ketika terjadi perbedaan interpretasi, pandangan yang di berikan
klien hendaknya dimasukan di dalam laporan.
d) Partisipan diskusi. Direktur audit dapat menjamin beberapa keseragaman di dalam
draf laporan dengan mengeluarkan sebuah instruksi tertulis yang memandu auditor
dan supervisor audit. Namun demikian, instruksi tersebut hendaknya fleksibel hingga
dapat memperhitungkan unsur manusia yang terdapat di dalamnya.
e) Laporan-laporan faktual. Laporan harus faktual secara lengkap dan menyeluruh.
Setiap kategori pernyataan, setiap angka, setiap referensi harus didasari oleh bukti
nyata.
7
f) Perspektif. Objektivitas juga meminta adanya perspektif sasaran, observasi, tidak
melebih-lebihkan hal-hal yang tidak material atau relevan.
g) Akurasi. Kata-kata yang tidak akurat akan membuat bingung pembacanya. Suatu hal
yang khusus akan dapat menyampaikan pemikiran dengan lebih akurat daripada
sebuah keadaan umum.
h) Kejelasan. Kejelasan berhubungan dengan banyak hal. Yang terutama adalah ia
menggambarkan pemindahan dari apa yang ada di pikiran auditor ke dalam pikiran
pembacanya.
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi jika mengharapkan terjadinya suatu
transfer pemikiran yang jelas. Auditor harus sadar akan hal ini dan harus berusaha
untuk dapat menghilangkannya.
1.      Kurangnya kejelasan di dalam pikiran si auditor
2.      Penulisan yang tumpul dan membosankan
3.      Laporan yang memiliki struktur yang buruk
4.      Istilah-istilah dan jargon teknis
i) Dukungan latar belakang yang memadai. Memberikan informasi latar belakang
yang memadai terkadang merupakan suatu hal yang mendasar bagi pemahaman
sebuah proses atau kondisi, atau bagi apresiasi signifikansi suatu permasalahan.
j) Diskusi masalah teknis. Diskusi yang panjang mengenai masalah-masalah teknis,
seperti interrelasi dari banyak jumlah-jumlah yang berbeda, merupaka  kendala bagi
pemahaman laporan.
k) Pengorganisasian yang tepat. Pengorganisasian materi yang dilaporkan dengan
buruk adalah kendala bagi kejelasan. Laporan hendaknya dapat mengalir dengan
lancar sejak awal hingga akhir. Laporan sebaiknya tidak memuat materi-materi yang
berdekatan di bagian-bagian yang berbeda.

10.8 TIPS DAN STRATEGI YANG EFEKTIF DALAM PENULISAN LAPORAN


a. Tips untuk Penulisan Laporan Audit
Sebuah artikel di dalam Internal Auditor menguraikan serangkaian tips umum
dan tips khusus dalam penulisan dan pengeditan laporan audit. Tips tersebut adalah:
1. Perlahan-lahan. Pikirlah sebelum Anda menulis. Tulislah apa yang ingin Anda
tulis.
2. Menulislah untuk pembaca Anda yang paling tidak terinformasi. Sederhanakanlah
apa yang hendak Anda tulis.
8
3. Jika sesuatu hal tampaknya tidak begitu jelas bagi Anda ketika Anda
menuliskannya, lakukanlah penulisan ulang sampai hal tersebut jelas.
4. Tujukan penulisan Anda kepada para pendengar Anda.
5. Gunakanlah manual gaya penulisan yang baik dan sering-seringlah menjadikannya
sebagai referensi. Selalu siapkan satu manual di samping Anda.
6. Cobalah untuk menulis dan mengeditnya di pagi hari ketika pikiran Anda masih
relatif jernih.
7. Ketika melakukan pengeditan, telaah setiap dokumen paling sedikit tiga kali:
- Untuk mendapatkan pemahaman umum atas apa yang dikatakan.
- Untuk menentukan apakah setiap kalimat itu dibutuhkan dan menyampaikan
secara tepa tapa yang hendak disampaikan.
- Untuk menilai gaya, bentuk, dan tata Bahasa.
8. Percayalah pada pertimbangan Anda walaupun menyakitkan.
9. Jelaskan mengapa Anda membuat pengubahan pada laporan. Hal ini dapat menjadi
suatu proses pembelajaran.
10. Tetap lakukan usaha Anda yang terbaik.

b. Strategi yang Efektif dalam Penulisan Laporan


Serangkaian strategi yang efektif untuk penulisan laporan audit internal yang
dibahas dalam sebuah surat kabar Internal Auditing oleh Warren Gorham & Lamont.
Secara subtantif, berikut ini adalah hal-hal yang ditekankan.
1. Penulisan singkatan secara penuh sebaiknya dilakukan ketika singkatan tersebut
dalam sebuah laporan. Jika terdapat banyak singkatan, gunakan lampiran untuk
kesemuanya.
2. Rekomendasi hendaknya secara seksama menguraikan prosedur yang akan
menyelesaikan masalah.
3. Rekomendasi hendaknya menyelesaikan masalah dasarnya, bukan masalah-
masalah dipermukaan atau gejala-gejalanya.
4. Rekomendasi hendaknya diberikan pada segmen dari organisasi klien yang
memiliki wewenang untuk mengimplementasikannya.
5. Respon-respon klien atas temuan sebaiknya dimasukkan dalam laporan.
6. Sebuah temuan audit sebaiknya menggambarkan hanya satu situasi.
7. Bahasa yang digunakan sebaiknya objektif dan tidak menghakimi.
8. Gunakan kamus yang telah diperbarui.
9
9. Buatlah kerangka pikiran dari laporan sebelum memulai membuat dan
menuliskannya.
10. Gunakan paragraph-paragraf pendek.
11. Gunakan poin-poin untuk untuk hal-hal pendek daripada menggunakan kalimat.
12. Tempatkan table-tabel panjang dalam lampiran.
13. Kelompokkan temuan-temuan yang serupa bersama-sama.
14. Tempatkan temuan yang paling penting pada awal lapora.
15. Masukkan sebuah ringkasan eksekutif yang berisi temuan-temuan dan
rekomendasi-rekomendasi.
16. Untuk penekanan, gunakan bullet point, garis bawah, dan jenis huruf cetak tebal
atau miring.

10.9 UNSUR-UNSUR LAPORAN AUDIT INTERNAL YANG BAIK


Laporan Audit Internal yang baik hendaknya terdiri atas empat bagian di bawah ini:
 Tujuan.
 Gambaran umum.
 Isi.
 Temuan dan rekomendasi.
Demikian seperti yang diuraikan artikel terbaru dalam Internal Auditing
Alert membahas unsur-unsur diatas sebagai inti sari dari Standar 2410 IIA.
 Tujuan
- Sifat.
- Objektif.
- Lingkup (kedalaman kerja dari):
 Area yang sedang ditelaah.
 Kedalaman sampling.
 Gambaran Umum
- Fungsi-fungsi klien
- Ukuran dan anggaran dari organisasi klien.
- Volume yang diproduksi.
- Perubahan-perubahan terakhir pada operasi.
- Struktur pelaporan.
- Perubahan-perubahan pada manajemen klien.

10
 Isi
- Pekerjaan audit yang dilaksanakan.
- Hasil dari pekerjaan audit.
 Temuan dari rekomendasi
- Kriteria.
- Kondisi.
- Penyebab.
- Dampak.
- Rekomendasi.
Unsur-Unsur lain Laporan Audit Internal, yaitu :
1) Laporan-laporan Pendek.
Banyak manajer-manajer senior dibatasi oleh tekanan dari posisi mereka dalam
meluangkan cukup waktu guna membaca laporan audit yang cukup panjang.
Akibatnya, beberapa aktivitas audit telah mengembangkan apa yang disebut “laporan
pendek”. Laporan ini dibatasi hanya sepanjang lima halaman, dalam beberapa kejadian
bahkan hanya satu hingga dua halaman. Materinya telah teringkas, biasanya menjadi
satu paragrap untuk setiap temuan audit.
Jenis yang lain untuk “pelaporan pendek” adalah dengan melakukan laporan lisan
menggunakan PowerPoint atau transparansi overhead yang umum dipakai dengan
sebuah Salinan untuk para eksekutif yang menghadiri presentasi.
2) Laporan yang Lebih Cepat—Pilihan Lain
Salah satu metode yang lain untuk memperoleh waktu yang minimum antara
penyelesaian pekerjaan lapangan dengan diterbitkannya laporan audit adalah melalui
penggunaan komputer dalam mengirimkan status terkini atas temuan kepada klien dan
supervisor. Pengeditan dan klarifikasi oleh supervisor akan diberikan melalui computer
kepada staf auditor. Begitu pula, pertanyaan-pertanyaan untuk fakta-fakta dan dan
presentasi dapat dimasukkan langsung ke dalam komputer oleh klien. Jadi, temuan-
temuan audit yang ada akan secara konsisten terus berada dalam tahap penyempurnaan
sehingga nantinya pada akhir pekerjaan lapangan, rapat akhir hanyalah sekedar
formalitas saja.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sawyer, Lawrence B. 2005. Sawyer’s International Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

12

Anda mungkin juga menyukai