Anda di halaman 1dari 11

AKUNTANSI HOTEL

TUGAS KELOMPOK

OLEH:

KELOMPOK 4

Dewi Cahyani Adiningsih 1802622010409 (04)

I Gst Ayu Agung Diah Anggarawati 1802622010410 (05)

Ni Putu Gladys Ariastini Sukerta 1802622010429 (24)

Ni Putu Ika Melya Putri 1802622010430 (25)

Sri Widi Asih 1802622010434 (29)

Fakultas ekonomi dan bisnis

Universitas Mahasaraswati Denpasar

2020
Bab I

PEMBAHASAN

1.1 Konsep Dan Prinsip-Prinsip Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Bank

Bank menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa tabungan,
deposito dan giro yang kemudian dana tersebut dikelola oleh bank yaitu disalurkan kembali
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dengan tujuan memperoleh keuntungan. Penyaluran
kredit ini diantaranya terhadap sektor ekonomi produktif seperti sektor pertanian, industri
dan perdagangan, serta terhadap sektor konsumtif. Tetapi dalam kegiatannya menyalurkan
kredit dengan tujuan memperoleh keuntungan, bank setelah menyalurkan kredit dihadapkan
dengan kredit bermasalah.

Salah satu penyebab terjadinya krisis perbankan adalah ketidakmampuan pihak


pengelola bank dalam melakukan evaluasi dan analisis risiko portofolio aktiva produktif.
Aktiva produktif merupakan aset yang ditanamkan untuk menghasilkan bunga atau
pendapatan dan salah satunya adalah kredit yang diberikan (Haryono, 2008). Bank Indonesia
telah mensyaratkan bank untuk membentuk penyisihan dari sebagian aktiva produktif yang
dimiliki. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari risiko kerugian yang timbul di masa
mendatang karena bank tidak dapat memperoleh kembali sebagian atau sepenuhnya jumlah
aktiva produktif.

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) merupakan Cadangan yang


dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk
menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dan tidak diterimanya kembali
sebagian atau seluruh aktiva produktif (maksimum 1,25% ATMR/Aset Tertimbang
Menurut Risiko). Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dapat diperhitungkan
sebagai komponen modal pelengkap adalah maksimum persentase tertentu.( Kasmir,
2003).Penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) merupakan salah satu akun dalam
perbankan yang memiliki kecenderungan manipulasi yang cukup besar. Nilai penyisihan
penghapusan aktiva produktif(PPAP) mengukur tingkat efisiensi dan biaya bank dalam
membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) untuk menutup kemungkinan
risiko yang terjadi karena tidak tertagihnya fasilitas kredit atau bentuk investasi aktiva
produktif lain.

Semakin besar PPAP berarti semakin besar estimasi terhadap timbulnya pembiayaan
yang bermasalah sekalipun di pihak lain hal ini mencerminkan kemampuan bank untuk
menanggulangi kemungkinan tersebut.Pada awalnya semua pembiayaan adalah pembiayaan
lancar, maka PPAP dihitung sebagai persentase tertentu terhadap total pembiayaan.
Kemudian kalau pembiayaan berkembang sehingga ada yang kurang lancar, maka terhadap
yang kurang lancar tersebut perlu disisihkan PPAP yang lebih besar, begitu seterusnya
hingga untuk pembiayaan yang sudah digolongkan sebagai pembiayaan macet, PPAP yang
disisihkan adalah sebesar 100% dari jumlah debet yang macet (Dunil, 2005).

Dalam membentuk PPAP, bank akan memperhitungkan setiap jenis aktiva produktif
bank yang masih outstanding dari yang berkualitas lancar sampai yang macet, yang
didasarkan pada kriteria:

1. Ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan peminjam yang
ditinjau dari keadaan usaha yang bersangkutan untuk kredit yang diberikan.

2. Tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan, untuk surat berharga

Aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta
asing (valas) dalam bentuk:

1. kredit,
2. surat berharga,
3. penentuan dana antar bank,
4. penyertaan,
5. termasuk komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif.

MATERI SELANJUTNTA AKAN DI JELASKAN OLEH PENYAJI KE 2


1.2 Menghitung PPAP Bank

A: Metode Penentuan Besar Cadangan Penyisihan Aktiva Produktif

Penentuan Penyisihan Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan Taswan (2003)


Pengakuan penyisihan aktiva produktif dengan menggunakan metode cadangan akan
membawa konsekuensi pada penentuan besarnya penyisihan dan cadangan yang akan
disajikan dalam neraca maupun laporan L/R. Untuk menentukan besarnya cadangan, ada
dua pendekatan:

1. Pendekatan Rugi Laba

Dalam pendekatan ini yang ditentukan terlebih dahulu adalah besarnya


penghapusan/ penyisihan penghapusan aktiva produktif yang akan disajikan dalam
laporan rugi/laba, sedangkan besarnya cadangan penyisihan ditentukan kemudian.
Penentuan besarnya cadangan penghapusan dapat dilakukan secara intuisi atau persentase
tertentu dari debet aktiva produktif

2. Pendekatan Neraca

Dalam pendekatan ini yang ditentukan terlebih dahulu adalah besarnya cadangan
penghapusan aktiva produktif yang disajikan di neraca. Sedangkan besarnya cadangan
penghapusan yang disajikan di laporan rugi/laba ditentukan kemudian.

Pengenalan PPAP dan CKPN Dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998,pembentukan atau penyisihan dana itu
disebut dengan istilah PPAP atau Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif. Dalam
PPAP,menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia no. 31/148/KEP/DIR tentang
Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif.

B. Penentuan Tingkat PPAP


1. Cadangan Umum PPAP :
Cadangan umum PPAP ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 1% dari aktiva
produktif yang digolongkan lancar, tidak termasuk SBI dan Surat Utang Pemerintah
(SUN). Kredit Kategori Lancar < 1%
2. Cadangan Khusus PPAP :
Cadangan khusus PPAP yang ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar:
a. 5% x (Kredit Kategori Dalam PerhatianKhusus)
b. 15% x (Kredit Kategori Kurang Lancar– Nilai Agunan)
c. 50% x (Kredit Kategori Diragukan –Nilai Agunan)
d. 100% x (Kredit Kategori Macet – NilaiAgunan)

Perlu diketahui bahwa agunan yang digunakan sebagai pengurang dalam


pembentukan PPAP adalah sebagai berikut:
Agunan 1:
Giro, deposito, tabungan, dan setoran jaminan dalam mata uang rupiah dan valuta
asing yang diblokir disertai dengan surat kuasa pencairan. Untuk agunan ini stinggi-
tingginya sebesar 100% yang dapat digunakan sebagai pengurang.

Agunan 2:
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang Pemerintah. Untuk nilai agunan
ini setinggi-tingginya 100% yang dapat digunakan sebagai pengurang.

Agunan 3:
Surat berharga yang aktif diperdagangkan di pasar modal. Untuk agunan surat
berharga yang dapat digunakan setinggi-tingginya 100%.

Surat berharga dinilai dengan menggunakan nilai pasar yang tercatat di Bursa Efek.

Agunan 4:
Tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara, dan kapal laut. Untuk agunan ini,
untuk penilaian yang dilakukan:
- Belum melampau 6 bulan sebesar 70%.
- Antara 6 bulan sampai dengan 18 bulan sebesar 50%
- Untuk 18 bulan sampai dengan 30 bulan sebesar 30%.
- Untuk penilaian yang dilakukan setelah 30 bulan sebesar 0%.
Tanah dinilai berdasarkan nilai pasar. Rumah tinggal dinilai berdasarkan nilai
pasar dan kalkulasi biaya. Sedangkan gedung, pesawat udara, dan kapal laut dinilai
berdasarkan nilai pasar, kalkulasi biaya, dan kapitalisasi pendapatan.

Contoh Kasus 1

Bank ABCD pada tanggal 31 Desember 2019 memiliki saldo-saldo seperti tampak pada
neraca sederhana.

Misalnya kita ingin menentukan PPAP untuk kredit yang diberikan, maka kita harus
melihat sisi debet (saldo terakhir pelaporan) kredit yang diberikan. Dalam neraca sebesar
Rp 11.242.000.000

PT Bank ABCD
Neraca
per 31 Desember 2019

Aktiva Pasiva

Aktiva Lancar Kewajiban

Kas 400.000.000 Giro 700.000.000

Giro 600.000.000 SB diterbitkan 450.000.000

Bank Lain 450.000.000 Tabungan 2.000.500.000

PPAP-RBL (30.000.000) Deposito 8.000.000.000

Sekuritas Jangka Pendek 1.500.000.000 Pinjaman Diterima 4.000.000.000

PPAP-SJP (100.000.000) Kewajiban lainnya 500.000.000

Kredit di berikan 11.242.000.000 Total Kewajiban 15.650.500.000

PPAP-Kredit diberikan (545.000.000)

Penyertaan 4.000.000.000 Modal

PPAP-Penyertaan (447.000.000) Modal 2.176.500.000

Total Aktiva Lancar 17.070.000.000


Aktiva Tetap

Aktiva tetap 1.000.000.000

Akumulasi Penyusutan (243.000.000)

Total Aktiva 17.827.000.00 Total Pasiva 17.827.000.000

Untuk dapat menentukan PPAP akhir tahun 2019, perlu diketahui kualitas
kreditnya dan bobot agunan yang digunakan dalam perhitungan.

Bila kita perhatikan saldo penyisihan penghapusan kredit yang diberikan yang telah
dibentuk tahun sebesar Rp 545.000.000.

Sedangkan pada akhir tahun 2019 PPAP yang harus dibentuk sebesar Rp 1.209.700.000.

Dengan demikian yang perlu ditambahkan sebesar:

= Rp 1.209.700.000 – Rp 545.000.000

= Rp 664.700.000

Dan pencatatan jurnal umum transaksi yang diperlukan pada saat pembentukan PPAP
adalah:

Tanggal 31/12/2019:

[Debit] Biaya Penyisihan Penghapusan Rp 664.700.000

[Kredit] Penyisihan Penghapusan Rp 664.700.000

Dengan demikian saldo Penyisihan Penghapusan Kredit pada tanggal 31 Desember 2019
jika ditampilkan dalam Laporan Keuangan Bank adalah sebesar Rp 1.209.700.000

C: Penghapus-bukuan Kredit Macet

Kredit yang telah digolongkan dalam kolektibilitas macet pada waktunya atas
pertimbangan tertentu dapat dihapusbukukan. Pengertian penghapusbukuan adalah kredit
macet dan bunganya yang dikeluarkan dari neraca bank. Namun demikian kredit tetap
ditagih terus sampai dengan lunas. Nilai Pokok Kredit dan bunga yang macet dan harus
dihapusbukukan selanjutnya dibebankan kepada rekening penyisihan penghapusan kredit.

Perhatikan contoh pencatatan aktiva produktif bermasalah berikut ini:

Kredit macet atas nama PT Jaya Usaha Utama sebesar Rp 300.000.000 dan tunggakan bunga
Rp 30.000.000 dihapusbukukan.

Pencatatan jurnal transaksi ini adalah sebagai berikut:

[Debit] Penyisihan Penghapusan Kredit Rp 330.000.000

[Kredit] Kredit yang diberikan Rp 300.000.000

[Kredit] Pendapatan Bunga akan diterima Rp 30.000.000

Bila kemudian kredit tersebut dilunasi, maka bank harus membukukan kembali kredit
tersebut ke dalam rekening efektif, yaitu seperti berikut:

[Debit] Kredit yang diberikan Rp 300.000.000

[Debit] Pendapatan Bunga Akan Diterima Rp 30.000.000

[Kredit] Penyisihan Penghapusan Kredit Rp 330.000.000

Selanjutnya bank mencatat pelunasannya dengan jurnal sebagai berikut:

[Debit] Kas/Giro Rp 330.000.000

[Kredit] Kredit yang diberikan Rp 300.000.000

[Kredit] Pendapatan Bunga yang Akan Diterima Rp 30.000.000

Bagaimana dengan pencatatan pembentukan PPAP yang lain, seperti:

● Penempatan pada bank lain,


● Penyertaan, dan
● Surat berharga

Untuk melakukan pencatatan jurnal pembentukan PPAP pada prinsipnya sama dengan
pencatatan pada PPAP untuk kredit yang diberikan.
Yaitu mencatat jurnal pembentukan PPAP sebegai berikut:

1 Pencatatan jurnal penempatan pada bank lain:

[Debit] Biaya Penyisihan Penempatan pada Bank Lain Rp xxx

[Kredit Penyisihan Penempatan pada Bank Lain Rp xxx

2 Pencatatan jurnal umum untuk surat berharga:

[Debit] Biaya Penurunan Nilai Surat Berharga Rp xxx

[Kredit] Penyisihan Penurunan Nilai Surat Berharga Rp xxx

3 Pencatatan Jurnal umum untuk pencatatan PPAP – penyertaan:

[Debit] Biaya Penyisihan Penurunan Nilai Penyertaan Rp xxx

[Kredit] Penyisihan Penurunan Nilai Penyertaan Rp xxx

1.3 Menganalisis PPAP Bank untuk pengambilan keputusan


Tujuan awal penggunaan PPAP adalah sebagai alat penerapan prinsip kehati-
hatian(prudential banking). Pada dasarnya, perubahan jumlah PPAP dapat menimbulkan
risiko kerugian bagi bank apabila prediksinya meleset. Hal inidikarenakan aktiva yang
sebenarnya produktif menjadi bersifat tidak produktif karena sebagai akibat dimasukkan
kedalam cadangan.Selain itu para pengguna laporan keuanganeksternal dan investor akan
mengalami kesulitanuntuk mengukur kinerja bank yang sebenarnya.PPAP dibentuk sebagai
salah satu akunkontra aset. PPAP menunjukkan jumlah kerugianyang diperkirakan atas
saldo pinjaman yangbelum diselesaikan. PAP menjadi isu yang menarik karena dijadikan
dasar pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penggantian manajemen. PPAP juga
dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai kinerja bank dengan melihat kualitas aktiva
produktif yang dimiliki bank tersebut. Nilai PPAP yang tinggi berarti risiko yang melekat
pada aset-aset produktif bank semakin tinggi. Kebijakan besaran penyisihan penghapusan
aktiva produktif merupakan keputusan yang memerlukan subjectives judgments dan
complex judgments (Beattie, 1995).Oleh karena itu, terdapat banyak faktor yang dapat
mempengaruhi pelaporan jumlah nilai PPAP dalam perbankan, khususnya perbankan
syariah dalam penelitian ini. Bank syariah menggunakan mekanisme pembiayaan dan
investasi yang berbeda dari bank konvensional (Yaya, dkk., 2009). Hal tersebut berdampak
pada jenis aset yang digunakan untuk tiap kredit/pembiayaan. Penelitian ini menggunakan
variabel TL yang mencerminkan total pembiayaan dan NPF yang mencerminkan risiko
kredit, yang mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Taktak (2010) karena dalam
penelitian tersebut menggunakan bank syariah sebagai objek penelitiannya.
DAFTAR PUSTAKA

https://manajemenkeuangan.net/aktiva-produktif-adalah/

http://unibba.ac.id/ejournal/index.php/akurat/article/view/95/94

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwis_P7A2o3tAhWL63MBHd33D2g
QFjAAegQIAhAC&url=https%3A%2F%2Fmedia.neliti.com%2Fmedia%2Fpublications
%2F149158-ID-analisis-faktor-faktor-yang-memepengaruh.pdf&usg=AOvVaw1TMyxU2uYr-
RznrIm8E2Hm

Anda mungkin juga menyukai