Anda di halaman 1dari 12

RINGKASAN MATA KULIAH

AKUNTANSI PERBANKAN DAN LPD


“STANDAR AKUNTANSI ETAP BAGIAN 1”

KELOMPOK 3 :

Ni Made Kusuma Devi (1707532117) (12)


Nyoman Notiasih (1707532128) (18)
Made Praba Swari Waloka (1707532129) (19)
I Wayan Agung Shinta Kusumawardani (1707532137) (25)
Made Evelyn Nadhea Kezia (1707532140) (27)

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM REGULER DENPASAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
STANDAR AKUNTANSI ETAP BAGIAN 1

2.1 Pengertian SAK-ETAP


Pada latar belakang sudah dijelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan SAK-
ETAP dimana Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK ETAP) adalah standar akuntansi yang disusun sebagai acuan  dan
dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik.
SAK ETAP:  Standar akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik.  ETAP adalah entitas yang: (1) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
(2) menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal.  Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang
tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat
kredit.  SAK ETAP menggunakan acuan IFRS for Small Medium Enterprises (SME)
yang lebih sederhana antara lain:
(1) Aset tetap, tidak berwujud menggunakan harga perolehan.
(2) Entitas anak tidak dikonsolidasi tetapi sebagai investasi dengan metode ekuitas.
(3) Mengacu pada praktik akuntansi yang saat ini digunakan.
(4) Laporan keuangan sesuai SAK ETAP menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja, dan arus kas entitas yang berguna bagi pengguna luas.
Diharapkan dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil dan menengah dapat
menyusun laporan keuangannya sendiri dan dapat diaudit untuk mendapatkan opini
audit.  

2.2 Manfaat dan Tujuan SAK-ETAP


SAK ETAP dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan keuangan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Setiap perusahaan memiliki prinsip going
concern yakni menginginkan usahanya terus berkembang. Untuk mengembangkan usaha
perlu banyak upaya yang harus dilakukan. Salah satu upaya itu adalah perlunya
meyakinkan publik bahwa usaha yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam
akuntansi wujud pertanggungjawaban tersebut dilakukan dengan menyusun dan
menyajikan laporan keuangan sesuai dengan standar yang telah ditentukan

2.3 Karakteristik, Penggunaan dan Implementasi SAK-ETAP


Karakteristik SAK ETAP
1
a. Stand alone accounting standard (tidakmengacukeSAK Umum)
b. Mayoritas menggunakan historical cost concepts
c. Hanya mengatur transaksi yang umum dilakukan Usaha Kecil dan Menengah
d. Pengaturan lebih sederhana dibandingkan SAK Umum
1)   Alternatif yang dipilih adalah alternatif yang paling sederhana
2)   Penyerdehanaan pengakuan dan pengukuran
3)   Pengurangan pengungkapan
e. Tidak akan berubah selama beberapa tahun

Pengguna SAK ETAP


Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa
akuntabilitas publik adalah entitas yang:
a. tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
b. menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah
pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan
lembaga pemeringkat kredit.
Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:
a. entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk
tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
b. entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok
besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang
efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK
ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK
ETAP.

 Implementasi SAK ETAP


PSAK ETAP mulai diberlakukan pada akhir tahun 2011. Penggunaan PSAK ini
harus konsisten untuk tahun-tahun berikutnya. Apalagi yang sudah memutuskan
untuk menggunakan PSAK umum dalam penyajian laporan keuangan, maka untuk
selanjutnya tidak boleh merevisi kebijakannya ke PSAK ETAP.
2
Entitas dapat menerapkan SAK ETAP secara retrospektif, namun jika tidak
praktis, maka entitas diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP secara
prospektif. Entitas yang menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah
menyusun laporan keuangan maka:
a. semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan dalam SAK
ETAP;
b. Tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP tidak
mengijinkan pengakuan tersebut;
c. Mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset, kewajiban
atau komponen ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan sebelumnya, tetapi
merupakan jenis aset, kewajiban, atau komponen ekuitas yang berbeda
berdasarkan SAK ETAP;
d. Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban yang
diakui.
Penerapan secara retrospektif artinya bahwa kebijakan akuntansi yang baru
diterapkan seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut telah digunakan sebelumnya.
Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang baru, diterapkan pada kejadian atau
transaksi sejak tanggal terjadinya kejadian atau transaksi tersebut. Kebijakan
akuntansi yang digunakan oleh entitas pada saldo awal neracanya berdasarkan SAK
ETAP mungkin berbeda dari yang digunakan untuk tanggal yang sama dengan
menggunakan kerangka pelaporan keuangan sebelumnya..

2.4 Ringkasan Isi SAK-ETAP


BAB I Ruang Lingkup
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa
akuntabilitas publik adalah entitas yang memiliki dua kriteria yang menentukan
apakah suatu entitas tergolong entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP) yaitu:
1) Tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan
Suatu entitas dikatakan memiliki akuntabilitas yang signifikan jika:
 Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau entitas dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal (BAPEPAM-LK)
atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal. Oleh sebab itu
Bapepam sendiri telah mengeluarkan surat edaran (SE) Bapepam-LK No. SE-
3
06/BL/2010 tentang larangan penggunaan SAK ETAP bagi lembaga pasar
modal, termasuk emiten, perusahaan publik, manajer investasi, sekuritas,
asuransi, reksa dana, dan kontrak investasi kolektif.
 Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebaga fidusia untuk sekelompok
besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan/atau pedagang
efek, dana pensiun, reksa dana, dan bank investasi.
2) Tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose
financial statements) bagi pengguna eksternal.
Contoh pengguna eksternal adalah:
 Pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha;
 Kreditur;
 Lembaga pemeringkat kredit.
BAB 2 Konsep dan Prinsip Pervasif
Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah
dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
1. Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan
2. Posisi keuangan
a. Dapat Dipahami. f. Relevan
b. Materialitas. g. Keandalan
c. Pertimbangan Sehat. h. Kelengkapan
d. Dapat Dibandingkan. i. Tepat waktu
e. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat Manfaat informasi seharusnya
melebihi biaya penyediannya.
BAB 3 Penyajian Laporan Keuangan
1. Penyajian wajar
Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa
dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, kewajiban,
penghasilan dan beban .
2. Kepatuhan terhadap SAK ETAP
Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat suatu
pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas
kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan.

4
3. Kelangsungan usaha
Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan
SAK ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan
usaha.
4. Frekuensi pelaporan
Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi
komparatif) minimum satu tahun sekali. Ketika akhir periode pelaporan entitas
berubah dan laporan keuangan tahunan telah disajikan untuk periode yang lebih
panjang atau lebih pendek dari satu tahun
5. Laporan keuangan lengkap
Laporan keuangan entitas meliputi:
a. Neraca; d. Laporan laba rugi;
b. Laporan perubahan ekuitas e. Laporan arus kas; dan
c. Catatan atas laporan keuangan f. Identifikasi laporan keuangan
BAB 4 Neraca
Informasi yang disajikan dalam neraca  minimal mencakup pos-pos berikut:
1. kas dan setara kas; 5. aset tetap;
2. piutang usaha dan piutang lainnya; 6. utang usaha dan utang lainnya;
3. persediaan; 7. aset dan kewajiban pajak;
4. properti investasi; 8. kewajiban diestimasi;
5. aset tidak berwujud; 9. ekuitas.
BAB 5 Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi memasukkan semua pos penghasilan dan beban yang diakui
dalam suatu periode kecuali SAK ETAP mensyaratkan lain. Laporan laba rugi
minimal mencakup pos-pos sebagai berikut:
1. Pendapatan; 4. Beban pajak
2. Beban keuangan; 5. Laba atau rugi neto.
3. Bagian laba atau rugi dari investasi
BAB 6 Laporan Perubahan Ekuitas Dan Laporan Laba Rugi Dan Saldo Laba
Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu periode,
pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung, pengaruh perubahan
kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui dalam periode tersebut, dan
jumlah investasi oleh, dan dividen dan distribusi lain ke, pemilik ekuitas selama
periode tersebut.
5
BAB 7 Laporan Arus Kas
Bab ini mengatur informasi yang disajikan dalam laporan arus kas dan bagaimana
penyajiannya. Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan
setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama
satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
BAB 8 Catatan Atas Laporan Keuangan
Bab ini mengatur prinsip yang mendasari informasi yang disajikan dalam catatan
atas laporan keuangan dan bagaimana penyajiannya. Catatan atas laporan keuangan
berisi informasi sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah
yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi
kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.
 BAB 9 Kebijakan Dan Estimasi Akuntansi Dan Kesalahan
Bab ini memberikan panduan untuk memilih dan menerapkan kebijakan
akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan. Bab ini juga mengatur
perubahan estimasi akuntansi dan koreksi kesalahan periode lalu.
BAB 10 Investasi Pada Efek Tertentu
Penerapan akuntansi nilai wajar untuk efek utang dan efek ekuitas baik yang
dimaksudkan oleh pemiliknya untuk diperdagangkan, efek utang yang dimaksudkan
untuk dimiliki hingga jatuh waktu maupun tidak untuk keduanya.
BAB 11 Persediaan
Bab ini mengatur prinsip-prinsip pengakuan dan pengukuran persediaan.
Persediaan adalah aset:
1. Untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
2. Dalam proses produksi untuk kemudian dijual; atau
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
BAB 12 Investasi Pada Entitas Asosiasi Dan Entitas Anak
Bab ini harus diterapkan untuk investasi pada entitas asosiasi dan entitas anak.
Bab ini tidak mengatur:
1. Investasi pada joint venture;
2. Hak paten, merek dagang, dan aset yang serupa;
3. Sewa pembiayaan
BAB 13 Investasi Pada Joint Venture
6
Joint venture adalah perjanjian kontraktual dimana dua pihak atau lebih
menjalankan aktivitas ekonomi yang menjadi subyek dari pengendalian
bersama. Joint venture dapat berbentuk pengendalian bersama operasi, pengendalian
bersama aset, dan pengendalian bersama entitas.
BAB 14 Properti Investasi
Bab ini diterapkan untuk akuntansi untuk investasi pada tanah dan bangunan yang
memenuhi definisi properti investasi dalam paragraf 14.2.Properti investasi adalah
properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya)
yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk
menghasilkan sewa atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya
BAB 15 Aset Tetap
Bab ini diterapkan untuk akuntansi atas aset tetap. Aset tetap adalah aset
berwujud yang:
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
2. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. Aset tidak berwujud tidak
termasuk hak atas mineral dan cadangan mineral, misalnya minyak, gas alam
dan sumber daya yang tidak dapat diperbarui lainnya.
BAB 16 Aset Tidak Berwujud
Bab ini diterapkan untuk akuntansi untuk semua aset tidak berwujud kecuali aset
tidak berwujud yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal (lihat Bab
11 Persediaan dan Bab 20 Pendapatan) Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter
yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik. Suatu aset dapat
diidentifikasikan jika:
1. Dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi
dari entitas dan dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan
melalui suatu kontrak terkait aset atau kewajiban secara individual atau secara
bersama; atau
2. Muncul dari hak kontraktual atau hak hukumnya lainnya, terlepas apakah hak
tersebut dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari entitas atau dari hak dan
kewajiban lainnya.
BAB 17 Sewa
Bab ini mencakup akuntansi untuk semua sewa, kecuali:

7
1. Sewa untuk mengekplorasi atau menggunakan mineral, minyak bumi, gas
alam dan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui lainnya;
2. Perjanjian lisensi seperti film, rekaman video, karya panggung, manuskrip
(karya tulis), hak paten, dan hak cipta (lihat Bab 16 Aset Tidak Berwujud);
BAB 18 Kewajiban Diestimasi Dan Kontinjensi
Bab ini diterapkan untuk semua kewajiban diestimasi (kewajiban yang waktu atau
jumlahnya belum pasti), kewajiban kontijensi dan aset kontijensi, kecuali kewajiban
estimasi yang diatur dalam Bab lain, yaitu:
1. Sewa (Bab 17 Sewa);
2. Kontrak konstruksi (Bab 20 Pendapatan);
3. Kewajiban imbalan kerja (Bab 23 Imbalan Kerja);
4. Kewajiban pajak penghasilan (Bab 24 Pajak Penghasilan).
BAB 19 Ekuitas
Bab ini mengatur akuntansi ekuitas untuk:
1. Entitas Perorangan;
2. Persekutuan Perdata;
3. Firma;
4. Commanditaire Vennootschap (CV);
5. Perseroan Terbatas;
6. Koperasi.
Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam entitas harus dilaporkan sedemikian
rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan
sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.
BAB 20 Pendapatan
Bab ini diterapkan dalam akuntansi untuk pendapatan yang muncul sebagai akibat
dari transaksi atau kejadian berikut:
1. Penjualan barang (baik diproduksi oleh entitas untuk tujuan produksi atau
dibeli untuk dijual kembali);
2. Pemberian jasa;
3. Kontrak konstruksi;
4. Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti atau
dividen.
BAB 21 Biaya Pinjaman

8
Bab ini mengatur akuntansi untuk biaya pinjaman. Biaya pinjaman adalah bunga
dan biaya lainnya yang timbul dari kewajiban keuangan suatu entitas. Biaya pinjaman
mencakup:
BAB 22 Penurunan Nilai Aset
Kerugian penurunan nilai terjadi ketika nilai tercatat aset melebihi jumlah yang
dapat diperoleh kembali. Bab ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk penurunan
nilai semua aset, kecuali aset yang muncul dari imbalan kerja (lihat Bab 23 Imbalan
Kerja).
BAB 23 Imbalan Kerja
Imbalan kerja adalah semua bentuk imbalan yang diberikan oleh entitas sebagai
pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja, termasuk direktur dan manajemen.
Bab ini diterapkan untuk empat jenis imbalan kerja:
BAB 24 Pajak Penghasilan
Bab ini mengatur akuntansi untuk pajak penghasilan. Untuk tujuan ini, pajak
penghasilan termasuk seluruh pajak domestik dan luar negeri sebagai dasar
penghasilan kena pajak. Pajak penghasilan juga termasuk pajak, misalnya
pemungutan dan pemotongan pajak, yang terutang oleh entitas anak, entitas asosiasi
atau joint venture  atas distribusi ke entitas pelaporan.
BAB 25 Mata Uang Pelaporan
Bab ini diterapkan untuk semua entitas yang akan atau telah menggunakan mata
uang selain rupiah sebagai mata uang pelaporan. Mata uang fungsional adalah mata
uang utama dalam arti substansi ekonomi, yaitu mata uang utama yang dicerminkan
dalam kegiatan operasi entitas. Mata uang pelaporan adalah mata uang yang
digunakan dalam menyajikan laporan keuangan. Mata uang pencatatan adalah mata
uang yang digunakan oleh entitas untuk membukukan transaksi.
BAB 26 Transaksi Dalam Mata Uang Asing
Bab ini diterapkan dalam akuntansi untuk transaksi dalam mata uang
asing. Transaksi mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau harus
diselesaikan dalam mata uang asing, yang meliputi transaksi yang timbul ketika
entitas:
BAB 27 Peristiwa Setelah Akhir Periode Pelaporan
Bab ini mendefinisikan peristiwa setelah akhir tanggal pelaporan dan menentukan
prinsip-prinsip pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan peristiwa
tersebut.Peristiwa setelah akhir periode pelaporan adalah peristiwa-peristiwa, baik
9
menguntungkan maupun tidakmenguntungkan, yang terjadi setelah akhir periode
pelaporan sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan.
BAB 28 Pengungkapan Pihak-Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Bab ini mensyaratkan entitas untuk memberikan pengungkapan yang diperlukan
dalam laporan keuangannya untuk memberi perhatian pada kemungkinan posisi
keuangan dan laba atau rugi entitas telah terpengaruh oleh adanya pihakpihak yang
mempunyai hubungan istimewa serta transaksi dan saldo dengan pihak-pihak tersebut.
Dalam mempertimbangkan setiap kemungkinan hubungan pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, entitas harus menilai dari substansi hubungan dan
bukan semata-mata dari bentuk hukum.
BAB 29 Ketentuan Transisi
Entitas menerapkan SAK ETAP secara retrospektif, namun jika tidak praktis,
maka entitas diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP secara prospektif. Entitas
yang menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah menyusun laporan
keuangan maka:
1. Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan
dalam SAK ETAP;
2. Tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP tidak
mengijinkan pengakuan tersebut;
3. Mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset, kewajiban
atau komponen ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan sebelumnya, tetapi
merupakan jenis aset, kewajiban, atau komponen ekuitas yang berbeda
berdasarkan SAK ETAP;
4. Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban yang
diakui.
BAB 30 Tanggal Efektif
SAK ETAP diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada
atau setelah 1 Januari 2011. Penerapan dini diperkenankan. Jika SAK ETAP
diterapkan dini, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP untuk penyusunan
laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2010.

10
DAFTAR PUSTAKA

Martani, D. 2011.  Implementasi Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa


Akuntabilitas Publik (SAK – ETAP). Riau. 15 Maret 2011.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba


Empat.

SAK ETAP LPD (2010). IAI

PSAK 31 (revisi 2000)

11

Anda mungkin juga menyukai