KELOMPOK 3 :
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM REGULER DENPASAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
STANDAR AKUNTANSI ETAP BAGIAN 1
4
3. Kelangsungan usaha
Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan
SAK ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan
usaha.
4. Frekuensi pelaporan
Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi
komparatif) minimum satu tahun sekali. Ketika akhir periode pelaporan entitas
berubah dan laporan keuangan tahunan telah disajikan untuk periode yang lebih
panjang atau lebih pendek dari satu tahun
5. Laporan keuangan lengkap
Laporan keuangan entitas meliputi:
a. Neraca; d. Laporan laba rugi;
b. Laporan perubahan ekuitas e. Laporan arus kas; dan
c. Catatan atas laporan keuangan f. Identifikasi laporan keuangan
BAB 4 Neraca
Informasi yang disajikan dalam neraca minimal mencakup pos-pos berikut:
1. kas dan setara kas; 5. aset tetap;
2. piutang usaha dan piutang lainnya; 6. utang usaha dan utang lainnya;
3. persediaan; 7. aset dan kewajiban pajak;
4. properti investasi; 8. kewajiban diestimasi;
5. aset tidak berwujud; 9. ekuitas.
BAB 5 Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi memasukkan semua pos penghasilan dan beban yang diakui
dalam suatu periode kecuali SAK ETAP mensyaratkan lain. Laporan laba rugi
minimal mencakup pos-pos sebagai berikut:
1. Pendapatan; 4. Beban pajak
2. Beban keuangan; 5. Laba atau rugi neto.
3. Bagian laba atau rugi dari investasi
BAB 6 Laporan Perubahan Ekuitas Dan Laporan Laba Rugi Dan Saldo Laba
Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu periode,
pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung, pengaruh perubahan
kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui dalam periode tersebut, dan
jumlah investasi oleh, dan dividen dan distribusi lain ke, pemilik ekuitas selama
periode tersebut.
5
BAB 7 Laporan Arus Kas
Bab ini mengatur informasi yang disajikan dalam laporan arus kas dan bagaimana
penyajiannya. Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan
setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama
satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
BAB 8 Catatan Atas Laporan Keuangan
Bab ini mengatur prinsip yang mendasari informasi yang disajikan dalam catatan
atas laporan keuangan dan bagaimana penyajiannya. Catatan atas laporan keuangan
berisi informasi sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah
yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi
kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.
BAB 9 Kebijakan Dan Estimasi Akuntansi Dan Kesalahan
Bab ini memberikan panduan untuk memilih dan menerapkan kebijakan
akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan. Bab ini juga mengatur
perubahan estimasi akuntansi dan koreksi kesalahan periode lalu.
BAB 10 Investasi Pada Efek Tertentu
Penerapan akuntansi nilai wajar untuk efek utang dan efek ekuitas baik yang
dimaksudkan oleh pemiliknya untuk diperdagangkan, efek utang yang dimaksudkan
untuk dimiliki hingga jatuh waktu maupun tidak untuk keduanya.
BAB 11 Persediaan
Bab ini mengatur prinsip-prinsip pengakuan dan pengukuran persediaan.
Persediaan adalah aset:
1. Untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
2. Dalam proses produksi untuk kemudian dijual; atau
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
BAB 12 Investasi Pada Entitas Asosiasi Dan Entitas Anak
Bab ini harus diterapkan untuk investasi pada entitas asosiasi dan entitas anak.
Bab ini tidak mengatur:
1. Investasi pada joint venture;
2. Hak paten, merek dagang, dan aset yang serupa;
3. Sewa pembiayaan
BAB 13 Investasi Pada Joint Venture
6
Joint venture adalah perjanjian kontraktual dimana dua pihak atau lebih
menjalankan aktivitas ekonomi yang menjadi subyek dari pengendalian
bersama. Joint venture dapat berbentuk pengendalian bersama operasi, pengendalian
bersama aset, dan pengendalian bersama entitas.
BAB 14 Properti Investasi
Bab ini diterapkan untuk akuntansi untuk investasi pada tanah dan bangunan yang
memenuhi definisi properti investasi dalam paragraf 14.2.Properti investasi adalah
properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya)
yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk
menghasilkan sewa atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya
BAB 15 Aset Tetap
Bab ini diterapkan untuk akuntansi atas aset tetap. Aset tetap adalah aset
berwujud yang:
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
2. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. Aset tidak berwujud tidak
termasuk hak atas mineral dan cadangan mineral, misalnya minyak, gas alam
dan sumber daya yang tidak dapat diperbarui lainnya.
BAB 16 Aset Tidak Berwujud
Bab ini diterapkan untuk akuntansi untuk semua aset tidak berwujud kecuali aset
tidak berwujud yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal (lihat Bab
11 Persediaan dan Bab 20 Pendapatan) Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter
yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik. Suatu aset dapat
diidentifikasikan jika:
1. Dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi
dari entitas dan dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan
melalui suatu kontrak terkait aset atau kewajiban secara individual atau secara
bersama; atau
2. Muncul dari hak kontraktual atau hak hukumnya lainnya, terlepas apakah hak
tersebut dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari entitas atau dari hak dan
kewajiban lainnya.
BAB 17 Sewa
Bab ini mencakup akuntansi untuk semua sewa, kecuali:
7
1. Sewa untuk mengekplorasi atau menggunakan mineral, minyak bumi, gas
alam dan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui lainnya;
2. Perjanjian lisensi seperti film, rekaman video, karya panggung, manuskrip
(karya tulis), hak paten, dan hak cipta (lihat Bab 16 Aset Tidak Berwujud);
BAB 18 Kewajiban Diestimasi Dan Kontinjensi
Bab ini diterapkan untuk semua kewajiban diestimasi (kewajiban yang waktu atau
jumlahnya belum pasti), kewajiban kontijensi dan aset kontijensi, kecuali kewajiban
estimasi yang diatur dalam Bab lain, yaitu:
1. Sewa (Bab 17 Sewa);
2. Kontrak konstruksi (Bab 20 Pendapatan);
3. Kewajiban imbalan kerja (Bab 23 Imbalan Kerja);
4. Kewajiban pajak penghasilan (Bab 24 Pajak Penghasilan).
BAB 19 Ekuitas
Bab ini mengatur akuntansi ekuitas untuk:
1. Entitas Perorangan;
2. Persekutuan Perdata;
3. Firma;
4. Commanditaire Vennootschap (CV);
5. Perseroan Terbatas;
6. Koperasi.
Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam entitas harus dilaporkan sedemikian
rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan
sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.
BAB 20 Pendapatan
Bab ini diterapkan dalam akuntansi untuk pendapatan yang muncul sebagai akibat
dari transaksi atau kejadian berikut:
1. Penjualan barang (baik diproduksi oleh entitas untuk tujuan produksi atau
dibeli untuk dijual kembali);
2. Pemberian jasa;
3. Kontrak konstruksi;
4. Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti atau
dividen.
BAB 21 Biaya Pinjaman
8
Bab ini mengatur akuntansi untuk biaya pinjaman. Biaya pinjaman adalah bunga
dan biaya lainnya yang timbul dari kewajiban keuangan suatu entitas. Biaya pinjaman
mencakup:
BAB 22 Penurunan Nilai Aset
Kerugian penurunan nilai terjadi ketika nilai tercatat aset melebihi jumlah yang
dapat diperoleh kembali. Bab ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk penurunan
nilai semua aset, kecuali aset yang muncul dari imbalan kerja (lihat Bab 23 Imbalan
Kerja).
BAB 23 Imbalan Kerja
Imbalan kerja adalah semua bentuk imbalan yang diberikan oleh entitas sebagai
pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja, termasuk direktur dan manajemen.
Bab ini diterapkan untuk empat jenis imbalan kerja:
BAB 24 Pajak Penghasilan
Bab ini mengatur akuntansi untuk pajak penghasilan. Untuk tujuan ini, pajak
penghasilan termasuk seluruh pajak domestik dan luar negeri sebagai dasar
penghasilan kena pajak. Pajak penghasilan juga termasuk pajak, misalnya
pemungutan dan pemotongan pajak, yang terutang oleh entitas anak, entitas asosiasi
atau joint venture atas distribusi ke entitas pelaporan.
BAB 25 Mata Uang Pelaporan
Bab ini diterapkan untuk semua entitas yang akan atau telah menggunakan mata
uang selain rupiah sebagai mata uang pelaporan. Mata uang fungsional adalah mata
uang utama dalam arti substansi ekonomi, yaitu mata uang utama yang dicerminkan
dalam kegiatan operasi entitas. Mata uang pelaporan adalah mata uang yang
digunakan dalam menyajikan laporan keuangan. Mata uang pencatatan adalah mata
uang yang digunakan oleh entitas untuk membukukan transaksi.
BAB 26 Transaksi Dalam Mata Uang Asing
Bab ini diterapkan dalam akuntansi untuk transaksi dalam mata uang
asing. Transaksi mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau harus
diselesaikan dalam mata uang asing, yang meliputi transaksi yang timbul ketika
entitas:
BAB 27 Peristiwa Setelah Akhir Periode Pelaporan
Bab ini mendefinisikan peristiwa setelah akhir tanggal pelaporan dan menentukan
prinsip-prinsip pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan peristiwa
tersebut.Peristiwa setelah akhir periode pelaporan adalah peristiwa-peristiwa, baik
9
menguntungkan maupun tidakmenguntungkan, yang terjadi setelah akhir periode
pelaporan sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan.
BAB 28 Pengungkapan Pihak-Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Bab ini mensyaratkan entitas untuk memberikan pengungkapan yang diperlukan
dalam laporan keuangannya untuk memberi perhatian pada kemungkinan posisi
keuangan dan laba atau rugi entitas telah terpengaruh oleh adanya pihakpihak yang
mempunyai hubungan istimewa serta transaksi dan saldo dengan pihak-pihak tersebut.
Dalam mempertimbangkan setiap kemungkinan hubungan pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, entitas harus menilai dari substansi hubungan dan
bukan semata-mata dari bentuk hukum.
BAB 29 Ketentuan Transisi
Entitas menerapkan SAK ETAP secara retrospektif, namun jika tidak praktis,
maka entitas diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP secara prospektif. Entitas
yang menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah menyusun laporan
keuangan maka:
1. Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan
dalam SAK ETAP;
2. Tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP tidak
mengijinkan pengakuan tersebut;
3. Mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset, kewajiban
atau komponen ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan sebelumnya, tetapi
merupakan jenis aset, kewajiban, atau komponen ekuitas yang berbeda
berdasarkan SAK ETAP;
4. Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban yang
diakui.
BAB 30 Tanggal Efektif
SAK ETAP diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada
atau setelah 1 Januari 2011. Penerapan dini diperkenankan. Jika SAK ETAP
diterapkan dini, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP untuk penyusunan
laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2010.
10
DAFTAR PUSTAKA
11