Anda di halaman 1dari 26

AKUNTANSI DAN PELAPORAN EKUITAS

Disusun Oleh :

Ni Nyoman Ari Wedriyani

(1833121399)

UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN 2020

1.1. Pendahuluan
Akuntansi ekuitas berakar dan berkaitan erat dengan bentuk hukum entitas yang
bersangkutan. Hukum dan peraturan perundangan tentang bentuk hukum suatu
entitas, khususnya peraturan tentang modal atau ekuitas dari entitas yang
bersangkutan haruslah menjadi acuan pokok dalam pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan ekuitas suatu entitas. Untuk memahami dan melaksanakan akuntansi
ekuitas, haruslah memahami terlebih dahulu landasan hukum yang mengatur
entitas yang bersangkutan. Dengan kata lain, akuntansi ekuitas tidak terlepas dari
aspek hukum. Sedangkan hukum perusahaan (yang mengatur berbagai bentuk
hukum entitas) sangat beragam di setiap negara. Oleh karena itu sampai penerbitan
buku ini IASB belum mengeluarkan standar akuntansi ekuitas. Meskipun dalam
Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan terdapat bagian yang mengatur dan
menjelaskan konsep dasar tentang ekuitas (modal), dan PSAK 1 Penyajian
Laporan Keuangan, serta beberapa PSAK tertentu memang menyebutkan dan
mengatur tentang pengakuan, pengukuran, dan pelaporan tentang ekuitas, tapi
belum
ada suatu PSAK khusus yang mengatur tentang ekuitas.

1.2. Pengertian Ekuitas


Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan memberikan beberapa acuan tentang
ekuitas sebagai berikut:
Ekuitas adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban (baca liabilitas). (Paragraf 49 c)
Ekuitas pada dasarnya harus dikelompokkan dalam empat golongan secara
jelas berdasarkan sumbernya:
a. penyetoran modal dari pemilik atau pesero;
b. saldo laba yang berasal dari hasil usaha (retained earning);
c. modal penilaian kembali aset (appraisal capital); dan
d. modal donasi (donated capital).
Pemisahan ekuitas berdasarkan sumber tersebut sangat penting sehubungan
dengan aspek hukum terkait ekuitas, misalnya dalam hal kemampuan perusahaan
untuk membagikan atau menggunakan saldo laba dari hasil usaha, pembagian
keuntungan suatu persekutuan, pembagian dividen oleh suatu perseroan terbatas,
atau penarikan kembali modal.
Peraturan perundangan atau suatu perjanjian kredit terkadang mewajibkan
perusahaan menyisihkan sebagian dari saldo laba untuk membentuk suatu
cadangan dengan tujuan tertentu, misalnya untuk penggantian kembali mesin dan
peralatan produksi apabila rusak atau usang, pembayaran pokok dan bunga
pinjaman, dan lain-lain. Untuk perseroan terbatas, cadangan tersebut harus
dilaporkan sebagai bagian dari saldo laba (retained earnings).

1.3. Konsep Modal dan Pemeliharaan Modal (Concepts of Capital and Capital
Maintenance)
Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan yang membahas konsep modal
dan pemeliharaan modal, perlu dipelajari dengan baik agar dapat memahami
perkembangan standar akuntansi dari landasan biaya historis (historical cost) atau
nilai sejarah (historical value) dan semakin menuju ke landasan nilai wajar (fair
value) dalam pengukuran aset dan liabilitas yang akhirnya akan berdampak pada
pengukuran ekuitas.
1.3.1. Konsep Modal
 Konsep Modal Keuangan (Financial Capital Concept)
Menurut konsep modal keuangan, ekuitas suatu
entitas adalah aset bersih (net aset) yang diukur
berdasarkan jumlah uang yang diinvestasikan (invested
money) atau jumlah daya beli yang diinvestasikan (invested
purchasing power).
 Konsep Modal Fisik (Physical Capital Concept)
Menurut konsep modal fisik atau kemampuan usaha
(operating capability), modal diartikan sebagai kapasitas
produktif suatu entitas berdasarkan, misalnya jumlah unit
produk yang dihasilkan per hari. Konsep modal mana yang
dipilih tentunya akan mempengaruhi perhitungan laba rugi.

1.3.2. Konsep Pemeliharaan Modal dan Penentuan Laba Rugi


 Pemeliharaan Modal Keuangan
Menurut konsep pemeliharaan modal keuangan,
laba rugi suatu entitas dihitung dengan membandingkan
aset bersih awal dan akhir periode usaha, setelah
mengeluarkan setiap transaksi keuangan dengan pemilik
modal, yaitu penyetoran modal atau penarikan modal serta
pembayaran dividen. Pengukuran dapat dilakukan
berdasarkan satuan moneter nominal atau dalam satuan
daya beli yang konstan. Dalam keadaan inflasi, pengukuran
berdasarkan satuan moneter nominal akan menimbulkan
laba semu.
 Pemeliharaan Modal Fisik
Menurut konsep ini laba suatu entitas akan
diperoleh bila kapasitas produktif fisik atau kemampuan
usaha akhir periode usaha melebihi awal periode usaha,
setelah mengeluarkan semua penyetoran dari dan
pendistribusian kepada pemilik selama periode usaha
tersebut. Konsep ini menekankan perbedaan pengertian
imbal hasil atas modal atau ekuitas perusahaan (return on
capital) dengan pengembalian modal (return of capital).
Konsep pengembalian modal lebih menekankan pada nilai
nominal aset neto atau modal. Misalkan modal atau ekuitas
awal suatu perusahaan adalah Rp10.000.000.000, dan pada
akhir periode usaha, aset neto adalah tetap
Rp10.000.000.000, maka dapat dikatakan bahwa modal
perusahaan telah kembali, setiap kelebihan adalah laba dan
setiap kekurangan dari Rp10.000.000.000 adalah rugi.
Sedangkan konsep imbal hasil atas modal (return on
capital) menekankan laba riil, yaitu kemampuan atau
kapasitas operasi akhir harus melebihi awal periode.
Perusahaan

baru dapat dikatakan memperoleh laba bila arus aset masuk


melebihi jumlah asset yang dibutuhkan untuk memelihara
modal atau ekuitas perusahaan. Dengan contoh di atas,
kembalinya aset neto Rp10.000.000.000, belum tentu
kapasitas operasi dapat bertahan, terutama dalam keadaan
inflasi, mungkin hasil usaha adalah rugi. Konsep
pemeliharaan modal fisik menggunakan dasar pengukuran
biaya kini (current cost).
Pemilihan dasar pengukuran dan konsep
pemeliharaan modal akan menentukan model akuntansi yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, khusunya
dalam pengukuran aset dan liabilitas, serta perhitungan laba
rugi yang akhirnya akan menentukan aset neto atau ekuitas.
Kajian pengertian tersebut diperlukan agar dapat lebih baik
memahami latar belakang diberlakukannya suatu standar
akuntansi keuangan. Terutama dalam era konvergensi IFRS,
dan pergeseran dari nilai historis ke nilai wajar, serta dari rule
based berubah menjadi principle based. Namun perlu diingat
dalam praktek standar akuntansi keuangan (PSAK) yang
berlaku haruslah dijadikan acuan utama.

1.4. Pengenalan Bentuk Hukum Entitas Ekonomi dan Bisnis di Indonesia


Di Indonesia dikenal macam-macam bentuk hukum entitas ekonomi atau
bisnis. Yang dimaksud dengan entitas ekonomi adalah suatu entitas yang dalam
pelaksanaan operasinya tidak terlepas dari masalah ekonomi dan keuangan dalam
arti luas, dan tidak terbatas semata-mata pada perusahaan yang bermotif mancari
laba. Entitas ekonomi disini mencakup juga yayasan yang tidak selalu bermotif
mencari laba, misalnya yayasan yatim piatu, yayasan di bidang pendidikan dan
pengajaran, yayasan keagamaan, kebudayaan, dan lain-lain yang tidak bermotif
mencari laba. Akuntansi untuk entitas ekonomi keuangan yang tidak memiliki
tujuan untuk mencari laba diatur dalam PSAK 45 Pelaporan Keuangan Entitas
Nirlaba yang merujuk pada SFAS 117 (1993) Financial Statements of Not for
Profit Organization.
1.5. Hukum dan Peraturan Perundangan yang Berlaku untuk Masing-Masing Bentuk
Hukum Entitas Ekonomi atau Bisnis
Di Indonesia hukum dan peraturan perundangan yang mendasari dan
berlaku untuk masing-masing bentuk hukum suatu entitas ekonomi atau bisnis
secara ringkas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Subjek hukum adalah orang biasa dan badan hukum yang dapat melakukan
tindakan hukum, yaitu melakukan sesuatu perbuatan yang dapat menimbulkan hak
dan kewajiban hukum, misalnya perikatan jual beli, sewa menyewa, pinjam
meminjam uang dan lain-lain (sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku)
Badan hukum adalah suatu organisasi atau entitas yang menurut hukum dianggap
sebagai suatu subjek hukum terlepas dari orang, pendiri, pengurus atau anggotanya
yang secara mandiri dapat melakukan tindakan hukum. Contoh Badan hukum
antara lain adalah Perseroan Terbatas (PT), BUMN (Badan Usaha Milik Negara),
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Koperasi, Yayasan, dan Lembaga Dana
Pensiun.
1.5.1. Entitas Bukan Badan Hukum
 Usaha/Perusahaan Perorangan
Usaha/Perusahaan Perorangan adalah usaha atau perusahaan yang
dimiliki dan dijalankan oleh seorang dan atau bersama anggota
keluarganya. Aset, liabilitas, dan ekuitas atau modal kegiatan usaha
melekat dan menjadi satu dengan pribadi. Dengan perkataan lain
konsep entitas terpisah (separate entity) tidak berlaku untuk usaha/
perusahaan perorangan. Hak dan kewajiban usaha, termasuk
kewajiban pajak, melekat dengan pribadi pemilik. Akuntansi entitas
untuk usaha/perusahaan perorangan adalah yang paling sederhana.
Entitas ini jelas di luar lingkup SAK, dan termasuk dalam lingkup
SAK ETAP atau SAK EMKM.
 Persekutuan Perdata
Persekutuan Perdata diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHP). Tertulis dalam KUHP:
Pasal 1618:
“Persekutuan adalah suatu perjanjian dengan mana dua orang atau
lebih meng ikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam
persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan yang
terjadi karenanya.”
Pasal 1619:
“Segala persekutuan harus mengenai suatu usaha yang halal, dan
harus dibuat untuk manfaat bersama para pihak. Masing-masing
sekutu diwajibkan memasukkan uang, barang-barang lain ataupun
kerajinannya ke dalam perseroan itu.”
Dari kedua pasal tersebut dapat ditarik pengertian bahwa
Persekutuan Perdata adalah:
 Suatu perjanjian antar dua orang atau lebih;
 Bertujuan membagi keuntungan yang diperoleh bersama;
 Masing-masing sekutu diwajibkan memasukkan uang,
barang-barang lain, atau kerajinan (tenaga dan jasa).
Persekutuan Perdata jarang dijumpai dalam praktek, meskipun
kadang kadang sering dilakukan oleh sejumlah kolega dalam praktek
profesi: advokat, konsultan hukum, akuntan publik, arsitek, dokter,
dan lain-lain. Untuk Persekutuan Perdata, akuntansi ekuitas tidak
signifikan, lebih relevan pencatatan, perhitungan, dan pelaporan
perhitungan laba rugi sesuai dengan perjanjian.
 Persekutuan Firma (Fa)
Persekutuan Firma (Fa) diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD). Persekutuan Firma atau Vennootschap
onder firma, adalah tiap-tiap perserikatan yang didirikan untuk
menjalankan sesuatu perusahaan di bawah satu nama bersama.
Berdasarkan KUHD Pasal 16, Firma didirikan oleh dua orang atau
lebih pesero untuk bersama-sama melakukan suatu usaha untuk
mencari laba.
Ekuitas atau permodalan firma tidak diatur secara khusus dalam
KUHD, tergantung persetujuan antar pesero. Setiap pesero atau
sekutu dalam firma masing-masing dapat melakukan tindakan hukum
atas nama firma, dan semuanya sama-sama bertanggung-jawab atas
seluruh kewajiban firma. Dalam akuntansi firma (partnership
accounting), ekuitas firma tercatat dan terlapor secara rinci atas modal
setiap sekutu (partner). Penyetoran dan penarikan aset (uang atau
barang) di luar permodalan, lazimnya di tampung dalam akun ”prive
(drawing)”, pada saat penyusunan laporan keuangan akhir periode
diperhitungkan dan ditutup ke akun modal masing-masing sekutu.
Contoh:
Struktur modal suatu firma Abangrul Fa yang didirikan oleh tiga
orang sekutu Ahmad, Bambang, dan Chaerul:

Modal Ahmad Rp 500.000.000


Modal Bambang Rp 300.000.000
Modal Chaerul Rp 200.000.000
Jumlah Ekuitas Firma Abangrul Rp 1.000.000.000

 Persekutuan Komanditer (CV)


Persekutuan Komanditer (CV) atau Commanditaire Vennootschap
juga diatur dalam KUHD. Persekutuan ini merupakan pengembangan
dari persekutuan firma, yaitu selain sekutu atau anggota firma yang
mengurus dan masing-masing sekutu bertanggungjawab penuh secara
renteng atau tanggung menanggung atas kewajiban firma, terdapat
sekutu atau pesero komanditer atau sekutu diam (sleeping partner).
Pesero komanditer hanya menyetor sejumlah modal, tapi tidak ikut
mengurus persekutuan, dan hanya bertanggungjawab sebesar jumlah
modal yang disetor. Status pesero atau sekutu komanditer adalah
mirip dengan pemegang saham yang tidak ikut mengelola suatu PT.
Struktur ekuitas suatu CV harus memperinci modal masing-masing
sekutu dan dengan jelas disebutkan bila terdapat sekutu komanditer.
Seperti halnya firma, selain akun modal untuk masing-masing sekutu,
juga dibuat akun prive (drawing) untuk mencatat dan melaporkan
penyetoran dan pengambilan aset (uang dan barang) sekutu, dan pada
akhir periode pelaporan ditutup ke akun modal masing-masing.
Contoh:
Struktur modal CV Abangruda yang didirikan oleh tiga orang sekutu
biasa Ahmad, Bambang, dan Chaerul sebagai pemodal dan pengurus,
dan Daud, sebagai sekutu.

1.5.2. Entitas Berbentuk Badan Hukum


Entitas berbentuk badan hukum adalah entitas yang dapat berlaku
sebagai subjek hukum yang mandiri untuk melakukan tindakan hukum.
Terutama dikenal dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT), Perseroan
Terbatas Terbuka (PT Tbk), Perusahaan Umum (Perum), dan Yayasan.
Perusahaan Umum hanya untuk beberapa perusahaan negara yang
dibentuk untuk melayani pelayanan umum, misalnya Perum Otorita
Jatiluhur, sedangkan Yayasan lazimnya didirikan tidak untuk mencari laba
(nirlaba),

perusahaan lazimnya berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT). Untuk


per usahaan/usaha kecil dan menengah dan tidak berakuntabilitas publik
berlaku Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tidak Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP) atau Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah
(SAK EMKM), dan untuk PT besar dan berakuntabilitas publik berlaku
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) berbasis IFRS. Pembahasan selanjutnya
akan lebih banyak terfokus pada penerapan PSAK tentang ekuitas untuk PT.
 Perseroan Terbatas (PT)
Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas merupakan landasan hukum untuk badan hukum PT. Dijelaskan
dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 beberapa pengertian tentang istilah
tertentu:
1) Pengertian Perseroan Terbatas (PT)
* Perseroan Terbatas, adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal;
* didirikan berdasarkan perjanjian;
* melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham; dan
* memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Undang-Undang No. 40
Tahun 2007 tentang PT serta peraturan pelaksanaannya.
Suatu PT diatur oleh Undang-Undang No. 40 Tahun 2007,
anggaran dasar Perseroan, dan ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya.
2) Organ PT
Organ PT terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
Direksi, dan Dewan Komisaris. RUPS adalah Organ Perseroan yang
mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau
Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang
tentang PT dan/atau anggaran dasar. Dengan demikian anggaran dasar
suatu
PT adalah sangat penting dalam mengelola suatu perseroan yang
berbentuk PT. Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan
bertanggung jawab penuh atas pengurusan PT untuk kepentingan
Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan PT, serta mewakili PT
baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar. Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang
bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai
dengan anggaran dasar serta memberikan nasihat kepada Direksi.
3) Maksud dann Tujuan PT
Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha PT tidak boleh
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
ketertiban umum, dan/atau kesusilaan.
4) Tanggungjawab Pemegang Saham
Pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung
jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki. Kecuali
bila:
a. persyaratan PT sebagai suatu badan hukum belum atau tidak
dipenuhi;
b. pemegang saham yang bersangkutan:
* baik langsung atau tidak langsung dengan iktikad buruk
memanfaatkan PT untuk kepentingan pribadi;
* terlibat dalam perbuatan melanggar hukum yang dilakukan
oleh PT; atau
* baik langsung maupun tidak langsung secara melawan
hukum menggunakan kekayaan PT sehingga tidak cukup
untuk melunasi utang PT.
5) Nama dan Alamat PT.
Nama dan alamat dalam wilayah negara RI ditentukan dalam
Anggaran Dasar.
6) Jangka Waktu PT.
PT didirikan untuk jangka waktu terbatas atau tidak terbatas
sebagai mana ditentukan dalam anggaran dasar.

7) Struktur Modal PT.


Berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-
347/BL/2012 Tanggal: 25 Juni 2012 tentang Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik,
Ekuitas pada Perseroan Terbatas terdiri atas:
1. Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk:
a. Modal Saham:
 Modal Dasar
 Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
b. Tambahan Modal Disetor (Additional Paid-in Capital)
 Agio Saham
 Selisih Modal dari Transaksi Saham Treasuri
 Selisih Kurs atas Modal Disetor
 Selisih Nilai Transaksi dengan Entitas Sepengendali
 Tambahan Modal Disetor Lainnya
c. Selisih Transaksi dengan Pihak Nonpengendali
d. Saham Treasuri
e. Saldo Laba
f. Pendapatan Komprehensif Lain
2. Kepentingan Nonpengendali
8) Nilai Ekuitas
Dikenal beberapa nilai ekuitas atau nilai aset bersih (net assets)
suatu perusahaan (Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf 67):
 Nilai pasar keseluruhan (aggregate market value), yaitu jumlah
keseluruhan saham yang diterbitkan dan ditempatkan dinilai
menurut harga pasar saham.
 Nilai likuidasi, yaitu nilai perusahaan saat dilikuidasi, nilai sisa
aset yang dijual satu per satu setelah melunasi liabilitas
perusahaan.
 Nilai kelangsungan usaha (going concern value), yaitu nilai
perusahaan dalam kelangsungan usaha. Laporan keuangan
yang disusun sesuai SAK, menyajikan nilai kelangsungan
usaha perusahaan.
9) Modal Saham Perseroan Terbatas (PT)
 Modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham.
Paling sedikit 25% dari modal dasar harus ditempatkan dan
disetor penuh, dan harus dapat dibuktikan dengan bukti
penyetoran yang sah. Pengeluaran saham lebih lanjut harus
disetor penuh.
 Peraturan perundang-undangan pasar modal dimungkinkan
mengatur saham tanpa nilai nominal (no par value).
 Modal dasar perseroan sedikitnya Rp50.000.000, tapi undang-
undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu mungkin
menetapkan modal minimum lebih dari Rp50.000.000
(misalnya modal suatu bank).
 Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk
uang dan atau dalam bentuk lainnya.
 Bila modal saham disetor tidak berupa uang, penilaian setoran
modal berupa aset lain ditentukan berdasarkan nilai wajar
sesuai harga pasar atau oleh ahli yang independen.
 Penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak harus
diumumkan dalam satu surat kabar atau lebih dalam waktu 14
hari setelah akta pendirian ditandatangani atau setelah RUPS
memutuskan penyetoran saham tersebut. (Catatan: Pengertian
benda tidak bergerak menurut hukum tidak identik dengan aset
tetap (fixed assets) pengertian akuntansi. Rumusan harus
merujuk ke KUH Perdata Buku Kedua tentang Kebendaan).
 Tagihan terhadap PT tidak dapat dikompensasikan dengan
kewajiban penyetoran modal, kecuali disetujui RUPS, dan
memenuhi syarat hak tagih terhadap PT yang dikompensasikan
timbul karena PT telah menerima uang atau aset lain. pihak
yang menjadi penanggung utang PT telah melunaskan sebesar
jaminannya, PT menjadi penanggung utang pihak ketiga
dengan menerima uang atau aset lain yang dapat dinilai dengan
uang.
10) Saham
Saham perseroan terbatas dikeluarkan atas nama pemiliknya, juga
berlaku untuk Perseroan Terbuka (Tbk) kecuali bila peraturan
perundangan tentang pasar modal menentukan lain. Pemegang saham
diberi bukti pemilikan.
 Jenis Saham
Tahun 2007 tentang PT Bab III bagian kelima): Jenis saham
untuk suatu Perseroan Terbatas menurut UU RI No. 40 /2007
terdiri atas:
 saham biasa;
 saham dengan hak suara atau tanpa hak suara;
 saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota
Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris;
 saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik
kembali atau ditukar dengan klasifikasi saham lain;
 saham dengan hak menerima dividen terlebih dahulu
dari pemegang saham lain, secara kumulatif atau
nonkumulatif; dan
 saham dengan hak menerima terlebih dahulu atas
pembagian sisa kekayaan dalam likuidasi.
 Hak Pemegang Saham
 menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
 menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil
likuidasi;
 menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-Undang
Perseroan Terbatas; dan
 untuk klasifikasi saham tertentu tidak berhak
menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS atau
hal lainnya.
 Persyaratan Kepemilikan dan Pemindahan Hak atas Saham
 Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam
anggaran dasar dengan memperhatikan peraturan
perundangan yang berlaku.
 Pemindahan hak atas saham dilakukan dengan akta
pemindahan hak.
 Peraturan perundang-undangan pasar modal
menentukan tata cara pemindahan hak atas saham yang
diperdagangkan di pasar modal.
 Saham merupakan benda bergerak (perhatikan hukum
perdata tentang benda bergerak), dapat diagunkan
dengan gadai atau jaminan fidusia (hak suara tetap pada
pemegang saham) sepanjang tidak ditentukan lain
dalam anggaran dasar.
 Setiap pemegang saham berhak meminta kepada
Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang
wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui
tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham
atau Perseroan, berupa:
1. perubahan anggaran dasar;
2. pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan
yang mempunyai nilai lebih dari 50% kekayaan
Perseroan; atau penggabungan, peleburan,
pengambil alihan, atau pemisahan.
 Saham Treasuri (Treasury Stock)
Saham treasuri adalah saham yang telah beredar dan dibeli
kembali oleh PT yang menerbitkan, dengan tujuan antara lain:

a) memperbaiki kinerja perusahaan, yaitu menaikkan laba


per saham;
b) mempertahankan atau menaikkan harga pasar saham di
bursa; dan
c) mengurangi jumlah pemegang saham.
Syarat dan batasan yang berlaku:
 tidak menyebabkan kekayaan bersih (aset bersih) PT
menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan
ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan;
 jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali
oleh PT dan gadai saham atau jaminan fidusia atas saham
yang dipegang oleh PT sendiri dan atau PT lain yang
sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki PT
(anak perushaan atau cucu perusahaan) tidak melebihi
10% dari jumlah modal yang ditempatkan dalam PT,
kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan
di bidang pasar modal;
 hanya dapat dilakukan melalui RUPS sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
 saham treasuri tidak mempunyai hak suara dan penentuan
kuorum dalam RUPS dan tidak berhak atas pembagian
dividen.
Saham treasuri dapat dibukukan menurut dua cara:
 berdasarkan jumlah yang dibayar (cost method); atau
 berdasarkan jumlah nilai nominal saham (par value
method).
 Penjualan Kembali Saham Treasuri
Keuntungan atau kerugian penjualan saham treasuri harus
dianggap sebagai bagian dari modal disetor dan tidak dapat
dicatat dan dilaporkan sebagai laba rugi. Hal

tersebut disebabkan karena laba rugi adalah berkaitan dengan


hasil usaha perusahaan atau penjualan aset, sedangkan saham
treasuri bukanlah unsur aset, dan juga laba rugi tidak mungkin
timbul dari pengeluaran atau penjualan saham sendiri. Sumber
modal disetor haruslah terpisah dengan ekuitas yang bersumber
dari hasil usaha yang lazimnya di laporan posisi keuangan
dilaporkan sebagai saldo laba (retained earnings).
 Pemecahan Saham
Bila harga saham di bursa terus meningkat dan menjadi
agak mahal dan tidak likuid, dengan tujuan agar saham menjadi
lebih likuid dan meningkatkan volume transaksi saham,
perseroan dapat mengambil kebijakan untuk menurunkan nilai
nominal saham dengan memecah satu lembar saham menjadi
beberapa lembar.
 Penambahan dan Pengurangan Modal
Penambahan modal suatu PT diatur dalam UU No. 40 tentang
PT Tahun 2007 Bab III Bagian Ketiga sebagai berikut:
a) Dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS.
b) Seluruh saham yang dikeluarkan untuk penambahan
modal harus terlebih dahulu ditawarkan kepada setiap
pemegang saham seimbang dengan pemilikan saham
untuk klasifikasi saham yang sama, kecuali ditujukan
kepada karyawan PT (misalnya dalam rangka employee
stocks option program); pemegang obligasi atau efek
lain yang dapat dikonversikan menjadi saham, yang
telah dikeluarkan dengan persetujuan RUPS, atau
dilakukan dalam rangka reorganisasi dan/atau
restrukturisasi (penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, kompensasi piutang, atau pemisahan).

Pengurangan Modal diatur dalam UU No. 40 tentang Perseroan


Terbatas Tahun 2007 Bab III Bagian Keempat antara lain
sebagai berikut:
 Dilakukan berdasarkan keputusan RUPS.
 Direksi wajib memberitahukan kepada semua kreditur
dengan mengumumkan di surat kabar.
 Merupakan perubahan anggaran dasar yang harus
mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan HAM.
 Pengurangan modal dilakukan dengan penarikan
kembali saham atau penurunan nilai nomial saham.
 Penurunan nilai nominal saham tanpa pembayaran
kembali harus dilakukan secara seimbang terhadap
seluruh saham dari setiap klasifikasi saham, kecuali
disetujui semua pemegang saham yang nilai nominal
sahamnya dikurangi.
Pengurangan modal dapat terjadi dengan penarikan kembali
saham atau penurunan nilai nomial saham. Bila dilakukan
dengan penarikan kembali saham yang telah beredar,
dibukukan dengan mendebit Modal Saham yang Ditarik
Kembali dan mengkredit kas atau bank. Sedangkan bila
pengurangan modal dilakukan dengan penurunan nilai saham,
pembukuan dan pelaporan haruslah dilakukan berdasarkan
akuntansi quasi.
 Penggunaan Laba
 Cadangan Wajib
Perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba
bersih setiap tahun buku untuk cadangan, apabila
mempunyai saldo laba positif, dan mencapai paling sedikit
20% dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor, dan
hanya dapat digunakan untuk menutup kerugian yang tidak
dapat dipenuhi oleh cadangan lain. (Pasal 70).

 Pembagian Dividen
Perseroan hanya boleh membagi dividen bila mempunyai
saldo laba positif, dan diputuskan oleh RUPS. (Pasal 71).
Pembagian dividen interim sebelum tahun buku berakhir
dilakukan sesuai peraturan anggaran dasar Perseroan, dan
jumlah kekayaan bersih Perseroan tidak menjadi lebih kecil
daripada jumlah modal ditempatkan dan disetor ditambah
cadangan wajib, dan tidak boleh menyebabkan pembayaran
liabilitas kepada kreditur dan kegiatan operasi Perseroan
terganggu. Pembagian dividen interim ditetapkan
berdasarkan keputusan Direksi setelah memperoleh
persetujuan Dewan Komisaris. Dalam hal setelah tahun
buku berakhir, ternyata perseroan menderita kerugian,
dividen interim harus dikembalikan, dan Direksi bersama
Dewan Komisaris bertanggungjawab secara tanggung
renteng untuk itu. (Pasal 72). Dividen yang tidak diambil
setelah 5 (lima) tahun sejak tanggal ditetapkan untuk
pembayaran dimasukkan dalam cadangan khusus, dan
setelah 10 tahun tidak diambil menjadi milik Perseroan.
(Pasal 73).
 Liquidating Dividends
Dividen yang dilikuidasi dan dibayar bukan dari saldo laba
dilarang di Indonesia karena hal itu sebenarnya merupakan
penarikan modal.
 Jenis Dividen
a) Dividen tunai/kas (cash dividend)
b) Dividen saham (stock dividend)
Pada umumnya dividen dibayar secara tunai dalam
bentuk uang kas. Tetapi dapat terjadi bila perseroan
membutuhkan dana untuk ekspansi atau operasi
perusahaan, pembagian laba kepada para persero dapat
dibayar dengan mengeluarkan saham berupa bonus saham.
Dengan mengeluarkan dividen saham, aset, dan ekuitas
perseroan tidak berkurang
 Dividen Saham
Pembayaran dividen berupa saham tidak akan
menyebabkan berkurangnya aset atau ekuitas perseroan
tetapi hanya menimbulkan pergeseran dari bagian hasil
usaha yaitu saldo laba ke bagian modal saham. Dengan
demikian ketika RUPS memutuskan untuk membagikan
dividen saham, tidak akan timbul suatu liabilitas karena
tidak akan menimbulkan suatu kewajiban yang harus
dibayar dengan aset.

1.6. Pelaporan dan Pengungkapan Ekuitas


Pelaporan dan pengungkapan ekuitas Perseroan Terbatas diatur dalam
PSAK 1 paragaf 79:
Entitas mengungkapkan hal-hal berikut dalam laporan posisi keuangan
atau laporan perubahan ekuitas, atau catatan atas laporan keuangan:
a) untuk setiap jenis saham:
(i) Jumlah saham modal dasar;
(ii) Jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh, dan yang
diterbitkan tetapi tidak disetor penuh.
(iii) Nilai nomial saham, atau nilai dari saham yang tidak memiliki nilai
nominal;
(iv) Rekonsiliasi jumlah saham beredar pada awal dan akhir periode;
(v) Hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis
saham, termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali
atas modal;
(vi) Saham entitas yang dikuasai oleh entitas itu sendiri atau oleh entitas
anak atau entitas asosiasi; dan
(vii) Saham yang dicadangkan untk penerbitan dengan hak opsi dan
kontrak penjualan saham, termasuk jumlah dan persyaratan;

b) Penjelasan mengenai sifat dan tujuan setiap pos cadangan dalam ekuitas.
Pelaporan dan pengungkapan untuk entitas yang tidak terbagi atas
saham diatur dalam Paragraf 80:
Entitas yang modalnya tidak terbagi dalam saham, seperti persekutuan atau
unit perwakilan, mengungkapkan informasi yang setara sesuai dengan
paragraf 79(a), yang memperlihatkan perubahan selama suatu periode dari
setiap jenis kepentingan ekuitas, serta hak, keistimewaan dan pembatasan
yang melekat pada setiap jenis kepentingan ekuitas.
1.6.1. Pelaporan dan Pengungkapan Ekuitas untuk Emiten atau Perusahaan
Publik
Perusahaan yang terdaftar di bursa efek dengan tujuan
menarik dana dari bursa dengan melepas saham atau obligasi
perusahaannya sendiri dikenal sebagai emiten, dan merupakan
perusahaan publik. Demi melindungi kepentingan publik, kewajiban
pelaporan dan pengungkapan laporan keuangan dan kegiatan usaha,
khususnya tentang ekuitas, diatur secara khusus oleh Otoritas Jasa
Keuangan. Pada prinsipnya Otoritas Jasa Keuangan mengakui dan
merujuk Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia.
Namun, untuk beberapa hal tertentu bila dipandang perlu, Otoritas
Jasa Keuangan juga mengeluarkan peraturan atau keputusan
tersendiri.
1.6.2. Kewajiban Pelaporan dan Pengungkapan pada Saat Mulai
Mendaftarkan Perusahaan sebagai Emiten (Initial Public Offering
atau IPO)
Ketentuan mengenai Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi
Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik diatur dalam Peraturan
Nomor IX.B.1 sebagaimana dimuat dalam Lampiran Keputusan
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. 49/PM/1996 tertanggal 17
Januari 1996, antara lain mewajibkan melaporkan:

1. Struktur dan rincian Modal Saham pada saat Pernyataan


Pendaftaran diajukan:
Modal Dasar, dan Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
(jumlah dan nilai total saham);
 Informasi tentang maksud Perusahaan Publik atau
pemegang saham yang ada untuk mengeluarkan atau
mencatatkan saham dalam waktu 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal penyerahan Pernyataan Perndaftaran.
 Rincian kepemilikan saham oleh pemegang saham yang
memiliki 5% (lima perseratus) atau lebih saham, direksi
dan komisaris (jumlah saham, nilai nominal dan
persentasi).
 Jumlah saham dan nilai nominal saham dalam simpanan
(portepel).
2. Keterangan tentang ekuitas berdasarkan laporan keuangan
yang diperiksa Akuntan Publik termasuk :
 Rincian ekuitas per tanggal laporan keuangan seluruh
periode yang disajikan.
 Uraian secara kronologis perubahan struktur modal sejak
awal pendirian sampai dengan terakhir.
3. Kebijakan Dividen yang direncanakan, termasuk persentase
dividen tunai terhadap jumlah laba bersih.

1.7. Laporan Perubahan Ekuitas


PSAK 1 menyebutkan Laporan Perubahan Ekuitas adalah salah satu
komponen laporan keuangan lengkap. Laporan Perubahan Ekuitas telah dibahas di
Buku 1 Bab 5 secara rinci.
1.7.1. Analisis Posisi Keuangan dan Kinerja Perusahaan Berdasarkan Ekuitas
Ekuitas atau modal suatu entitas merupakan faktor penting untuk
mengadakan analisis posisi keuangan dan kinerja perusahaan.
1. Rasio Liabilitas terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Rasio liabilitas terhadap ekuitas digunakan untuk mengukur
solvabilitas perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan untuk melunasi
seluruh liabilitas seandainya perusahaan dilikuidasi.
2. Tingkat Imbal Hasil Ekuitas
Rasio ini mengutamakan kepentingan pemegang saham biasa,
yaitu untuk menghitung berapa persen keuntungan yang akan diperoleh
pemegang saham biasa dari setiap Rupiah yang diinvestasikan pada
saham biasa.
3. Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)
Rasio ini menunjukkan persentase dividen tunai (kas) terhadap
laba bersih. Pemegang saham juga perlu mengetahui berapa bagian dari
laba yang dihasilkan pada suatu tahun usaha yang dibagikan sebagai
dividen. Terutama investor institusi (dana pensiun, perusahaan asuransi,
organisasi nirlaba dan lain-lain) dan pemegang saham perorangan
sangat berkepentingan untuk mengetahui berapa besar dividen yang
mereka dapat peroleh dari investasi yang telah dilakukan pada suatu
perusahaan. Sering kali payout ratio menjadi faktor penentu dalam
pilihan investasi yang akan mereka lakukan.
4. Nilai Buku Persaham
Setiap investor tentu sangat berkepentingan untuk mengetahui
berapakah nilai setiap saham yang dimilikinya menurut laporan
keuangan yang tersusun pada suatu saat, khususnya bagi perusahaan
yang tidak menjual saham di bursa. Keakuratan nilai buku ini tentunya
sangat tergantung pada keandalan penilaian, perhitungan dan pelaporan
asset dan liabilitas yang dilaporkan di laporan posisi keuangan. Dengan
semakin digunakannya nilai wajar (fair value), perhitungan nilai buku
per saham seharusnya semakin mendekati kenyataan.

1.8. Ekuitas Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D)


Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
mengatur tentang perusahaan milik negara.
1.8.1. BUMN
Badan hukum perusahaan negara atau BUMN terdiri atas:
1. Perusahaan Perseroan (Persero)
Perusahaan Perseroan (Persero) adalah BUMN yang
berbentuk perseroan terbatas, yang modalnya terbagi dalam
saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu
persen) sahamnya dimiliki oleh negara Republik Indonesia.
Seperti PT pada umumnya tujuan utama Persero adalah
mencari keuntungan. Akuntansi ekuitas untuk Persero adalah
sesuai dengan suatu PT.
2. Perusahaan Umum (Perum)
Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki
oleh negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan
untuk kemanfaatan umum, yaitu menyediakan barang atau
jasa kebutuhan publik dan diusahakan mendapatkan
keuntungan agar mampu mandiri dengan mengelola
perusahaan berdasarkan prinsip manajemen perusahaan
secara efektif dan efisien atau GCG (good corporate
governance).
3. BUMD
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah
perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah
daerah. Dengan berlakunya otonomi daerah, peran BUMD
seharusnya semakin penting.
4. Koperasi
Koperasi diatur dalam Undang-Undang RI No. 17
Tahun 2012 tentang Perkoperasian, berikut adalah beberapa
pokok peraturan yang perlu dipahami sehubungan dengan
pembahasan ekuitas untuk koperasi.

Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh


orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan
pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk
menjalankan usaha, yang memenuhi aspirsi dan kebutuhan
bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai
dengan nilai dan prinsip Koperasi.
5. Yayasan
Yayasan diatur dalam Undang-Undang RI No. 16
Tahun 2001 dan Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2004
tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 16 Tahun 2001
tentang Yayasan, dan pada intinya dapat disebutkan sebagai
berikut:
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas
kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk
mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.
Dari rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa yayasan
tidak mengenal pemilik modal atau ekuitas (anggota), atau
dengan perkataan lain tidak ada ekuitas atau modal. Yayasan
didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan
sebagian harta kekayaan pendirinya sebagai kekayaan awal,
dilakukan dengan akta notaris dan dapat didirikan dengan
surat wasiat, setelah mendapat pengesahan dari Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. Organ yayasan terdiri
atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas. Yayasan dapat
melakukan kegiatan usaha dengan mendirikan badan usaha
yang sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan dan/atau ikut
serta dalam suatu badan usaha, dengan ketentuan seluruh
penyertaan paling banyak 25% (dua puluh lima persen) dari
seluruh nilai kekayaan yayasan. Yayasan tidak boleh
membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina,
Pengurus, dan Pengawas.

Anda mungkin juga menyukai