Disusun Oleh :
(1833121399)
UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN 2020
1.1. Pendahuluan
Entitas bisnis dalam membuat laporan keuangan untuk keperluan umum
menggunakan Standar Akuntansi Keuangan sebagai pedomannya. Pada saat ini terdapat
tiga pilar Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia yang telah dikeluarkan oleh IAI.
Ketiga pilar ini berdiri sendiri secara mandiri. Bab ini akan menjelaskan perbandingan-
perbandingan utama dari ketika pilar tersebut dan akan membahas lebih rinci untuk SAK
ETAP dan SAK EMKM. Untuk memudahkan pembaca penjelasan mengenai
perkembangan SAK EMKM terlampir pada akhir bab ini.
4.1. Perbedaan Utama SAK ETAP, SAK EMKM, dan SAK UMUM
4.1.1. Perbedaan Pengguna
Ketiga SAK menargetkan pengguna yang berbeda beda. Perusahaan yang
memiliki akuntabilitas signifikan seperti perusahaan publik menggunakan SAK
Umum, sedangkan entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan
menggunakan SAK ETAP. Sedangkan SAK EMKM yang jauh lebih sederhana
ditujukan untuk entitas mikro, kecil dan menengah yang memenuhi persyaratan.
4.1.2. Konsep dan Prinsip Pervasif
Dalam SAK ETAP, karakteristik kualititatif terdiri dari: dapat dipahami,
relevan, materialitas, keandalan, substansi mengungguli bentuk, kehati-hatian,
kelengkapan, keterbandingan, tepat waktu, keseimbangan antara manfaat dan
biaya, serta biaya dan usaha yang tidak berlebihan (undue cost or effort). Berbeda
dengan SAK Umum dimana karakteristik kualitatif dibedakan menjadi dua level
yaitu karakteristik kualitatif itu sendiri yang terdiri dari relevan dan penyajian
secara jujur, dan karakteristik penguat. Sementara karena dalam SAK EMKM,
kerangka konseptualnya mengacu kepada kerangka konseptual pelaporan
keuangan (KKPK) maka karakteristik kualitatifnya sama seperti SAK Umum.
Prinsip pervasif merupakan sebuah prinsip yang mengharuskan entitas untuk
menerapkan pertimbangan akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan yang
relevan dan andal bilamana pengaturan tersebut tidak diatur di dalam SAK ETAP.
4.1.3. Konsep Pengukuran
Perbedaan mendasar yang membuat suatu standar akuntansi memiliki
tingkat relevansi dan tingkat keandalan yang bervariasi adalah dasar dalam
pengukurannya. Berbeda dengan SAK ETAP sebelumnya (efektif 1 Januari
2011), dimana pengukuran suatu aset dengan nilai wajar dibatasi hanya pada saat
penyelesaian atau pada saat transaksi, SAK ETAP yang mengadopsi IFRS for
SME menggunakan dasar pengukuran historis dan nilai wajar. Sehingga antara
SAK Umum dan SAK ETAP secara konsep tidak terdapat perbedaan, terdapat
perbedaan hanya pada usaha dan biaya untuk menyajikan nilai tersebut. SAK
EMKM, hanya mengakomodir pengukuran dengan biaya historis, tidak
diperkenankan menggunakan nilai wajar. SAK Umum sendiri memiliki 4 dasar
pengukuran yaitu biaya historis, biaya kini, nilai realisasi/penyelesaian, dan nilai
sekarang.
4.1.4. Penyajian Laporan Keuangan
Laporan posisi keuangan dalam SAK Umum memiliki penyajian aset,
liabilitas, dan ekuitas. Salah satu komponen ekuitas adalah other comprehensive
income (OCI). Pada SAK ETAP dan SAK EMKM, tidak dikenal adanya
komponen OCI dalam penyajian laporan keuangan. Penyajian di dalam laporan
laba rugi entitas pengguna SAK ETAP memperbolehkan penyajian secara
gabungan antara laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas apabila
perubahan ekuitas hanya terjadi dikarenakan deviden saja. SAK EMKM tidak
mensyaratkan adanya laporan perubahan ekuitas. Laporan arus kas pada SAK
ETAP hanya disyaratkan menggunakan metode tidak langsung. Sementara dalam
SAK EMKM, sebuah laporan keuangan lengkap tidak termasuk laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas. SAK EMKM menyatakan bahwa bagi
entitas EMKM laporan keuangan cukup terdiri dari laporan laba rugi dan laporan
posisi keuangan.
4.1.5. Perbedaan dalam Pengungkapan di Catatan Atas Laporan Keuangan
Secara umum, catatan atas laporan keuangan (CALK) merupakan ringkasan
dari dasar entitas untuk menyiapkan laporan keuangan, laporan akuntansi yang
signifikan, dan informasi lain yang tidak diungkapkan di laporan keuangan.
Pengaturan tentang item-item atau informasi yang harus diungkapkan di CALK
Pengungkapan dapat disyaratkan di dalam masing-masing pernyataan atau
seksi/bab dalam masing-masing SAK (SAK Umum, SAK ETAP, dan SAK
EMKM). Secara umum, persyaratan pengungkapan dalam SAK ETAP dan SAK
EMKM lebih sederhana dari SAK Umum.
4.1.6. Laporan Keuangan Konsolidasi
SAK ETAP tidak memiliki pengaturan tentang adanya laporan keuangan
konsolidasi. Walaupun entitas memiliki dan mengendalikan entitas lain, laporan
keuangan entitas anak dilaporkan dengan metode ekuitas. Sehingga konsolidasi di
dalam SAK ETAP dikenal dengan istilah one-line consolidation. SAK EMKM
juga tidak memiliki pengaturan tentang laporan keuangan konsolidasian.
4.1.7. Investasi pada Entitas Asosiasi, Entitas Anak, dan Joint Venture
SAK ETAP sebelumnya mengatur tentang transaksi-transaksi ini dengan
penye-derhanaan pengukuran satu tingkatan dari SAK Umum. Apabila SAK
Umum mengatakan bahwa untuk entitas anak harus dikonsolidasi, maka untuk
SAK ETAP cukup dengan metode ekuitas. Bila untuk entitas asosiasi dan joint
venture SAK Umum mengatur tentang penggunaan metode ekuitas, maka SAK
ETAP mengatur cukup dengan metode biaya. SAK EMKM, hanya mengatur
tentang investasi pada joint venture saja, tidak ada pengaturan tentang entitas anak
dan entitas asosiasi. Dalam entitas joint venture pun, pengukurannya
menggunakan metode biaya, sama seperti SAK ETAP.
4.1.8. Persediaan
Dalam SAK ETAP dan SAK Umum, sudah mengakomodir adanya
pengakuan per-sediaan dengan metode LCNRV (lower of cost or net realizable
value) atau nilai terendah dari biaya atau nilai realisasi bersih. Sementara dalam
SAK EMKM, hanya meng izinkan penguakuan dengan metode biaya. Untuk
metode pengukuran SAK ETAP, SAK EMKM, dan SAK Umum semua hanya
mengakui metode masuk pertama keluar pertama (MPKP) dan rata-rata
tertimbang saja.
4.1.9. Aset Tetap
Aset tetap memiliki definisi yang sama antara SAK ETAP, SAK EMKM,
dan SAK Umum. SAK ETAP dan SAK Umum mengakui aset tetap apabila
terdapat pengendalian entitas atas aset yang bersangkutan, namun SAK EMKM
mengharuskan adanya dasar kepemilikan untuk mengakui sebuah aset. Sementara
dalam SAK ETAP dan SAK Umum mengedepankan prinsip substansi
mengungguli bentuk (substance over form) daripada sertifikat kepemilikan, yang
merepresentasikan bentuk. Di lain sisi, dasar pengukuran selanjutnya untuk aset
tetap, SAK Umum mengakomodir pengukuran dengan metode revaluasi dan
metode biaya. Namun SAK ETAP dan SAK EMKM, hanya mengakomodir
pengukuran dengan metode biaya saja. Begitupun dengan metode penyusutan,
dimana SAK ETAP dan SAK Umum membebaskan entitas untuk memilih metode
penyusutan yang dapat merepresentasikan konsumsi aset selama masa
manfaatnya. Namun SAK EMKM hanya mengakomodir penyusutan dengan
metode garis lurus dan metode saldo menurun ganda saja.
4.1.10. Properti Investasi
Dalam SAK ETAP properti investasi hanya dapat diukur dengan
model biaya. SAK Umum mengizinkan pengguna memilih model biaya atau
model nilai wajar. Sedangkan SAK EMKM tidak mengatur khusus mengenai
properti investasi melainkan termasuk dalam aset tetap. Aset
4.1.11. Tak berwujud
SAK ETAP tidak memperbolehkan adanya kapitalisasi biaya atas aset tidak
berwujud. Sementara dalam SAK Umum terdapat kriteria tertentu dimana biaya
atas aset tidak berwujud dapat dikapitalisasi. SAK ETAP, SAK EMKM, dan
SAK Umum memiliki kesamaan dalam mengukur dan mengakui aset tidak
berwujud yang diperoleh dari luar entitas yaitu dinilai dengan nilai perolehan
ditambah biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa
aset tersebut hingga siap digunakan. SAK Umum mengizinkan umur ekonomis
aset takberwujud menjadi tidak terbatas, sedangkan SAK ETAP memberikan
batasan maksimum 10 tahun. SAK EMKM tidak mensyaratkan batasan
maksimum hanya meminta aset takberwujud disusutkan sepanjang umur
ekonomisnya.
4.1.12. Sewa
Dalam SAK ETAP pengaturan tentang klasifikasi sewa lebih kepada
pengaturan secara rule based. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa
pembiayaan jika memenuhi salah hal berikut ini: (a) sewa mengalihkan
kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa; (b) lessee mempunyai
opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai wajar
pada tanggal opsi dilaksanakan; (c) masa sewa adalah sama atau lebih dari 75%
umur ekonomis aset sewaan; (d) nilai kini dari jumlah pembayaran sewa
minimum sama atau lebih dari 90% nilai wajar aset sewaan; (e) aset sewaan
bersifat khusus dan dimana hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa
perlu modifikasi secara material. SAK Umum mengedepankan pengalihan hak
dan kewajiban dalam kualifikasi sewa pembiayaan. Sedangkan dalam SAK
EMKM tidak mengatur tentang klasifikasi sewa pembiayaan dan sewa operasi.
Dalam SAK EMKM, seluruh sewa diklasifikasikan sebagai beban.
4.1.13. Biaya Pinjaman
Di antara 3 pilar SAK, hanya SAK Umum yang mengatur tentang kriteria
kapitalisasi biaya pinjaman. SAK ETAP dan SAK EMKM mensyaratkan biaya
pinjaman untuk dibebankan pada perioda berjalan.
4.1.14. Penurunan Nilai
SAK Umum memiliki pengaturan penurunan nilai untuk aset, investasi dan
goodwill. SAK ETAP tidak memiliki pengaturan penurunan nilai untuk
goodwill. Sementara pada SAK EMKM persediaan dinilai pada biaya historis
dan dasar pengukuran lainnya adalah biaya historis maka tidak ada penurunan
nilai dicatat pada tanggal neraca. Penurunan nilai yang terjadi baru dicatat secara
aktual yaitu ketika arus kas juga terjadi.
4.1.15. Imbalan Kerja
Untuk imbalan jangka pendek, SAK ETAP, SAK EMKM, dan SAK Umum
sama-sama mengakui dalam periode terjadinya. Kecuali untuk imbalan
pascakerja SAK ETAP dan SAK Umum mengakui adanya program imbalan
pasti dan iuran pasti yang mengharuskan adanya pengakuan pada sisi liabilitas
untuk merefleksikan tanggung jawab entitas di masa depan dan penyesuaian
yang diperlukan sesuai dengan asumsi aktuarial. Namun SAK EMKM tidak
mengakui adannya imbalan pasca kerja, imbalan pasca kerja cukup diakui pada
periode terjadinya.
4.1.16. Pajak Penghasilan
SAK Umum mengakui beban pajak penghasilan yang terdiri dari beban
pajak kini (current tax) dan beban pajak tangguhan (deferred tax). Sedangkan
SAK ETAP hanya mengenal beban pajak penghasilan kini (current tax), dengan
demikian hanya mengakui beban pajak sebesar jumlah yang harus dibayar
kepada negara dan mengakui hutang pajak (tax payable) sebesar jumlah yang
belum dibayarkan kepada negara, pada akhir periode. SAK EMKM, tidak
mengenal konsep pajak kini, pajak tangguhan, atau tax payable. SAK EMKM
hanya mensyaratkan entitas untuk memperlakukan pajak sebagai beban sebesar
nilai aktual yang terjadi pada periode berjalan.
5.1. Mata Uang Pelaporan dan Transaksi dalam Mata Uang Asing
SAK ETAP dan SAK EMKM mengatur bahwa mata uang pelaporan adalah mata
uang rupiah. Entitas ETAP dan EMKM dapat menggunakan mata uang selain rupiah sebagai
mata uang pelaporan hanya jika mata uang tersebut memenuhi kriteria mata uang fungsional.
Sedangkan SAK Umum membedakan antara mata uang pelaporan dan mata uang penyajian.
SAK Umum mengatur bahwa entitas harus menggunakan mata uang fungsionalnya sebagai
mata uang pelaporan, dan boleh menggunakan mata uang apa saja sebagai mata uang penyajian.
SAK Umum mengatur lebih lanjut mengenai kriteria dari mata uang fungsional suatu entitas.
Demikianlah perbandingan antara SAK Umum, SAK ETAP dan SAK EMKM. Pada semester
kedua 2017, DSAK-IAI menerbitkan sebuah kajian untuk mereviu SAK ETAP. Di dalam kajian
tersebut DSAK-IAI meminta masukan masyarakat apabila SAK ETAP akan direvisi sebaiknya
mengadopsi IFRS for SME keluaran IASB tahun 2015 atau mungkin menghidupkan kembali
SAK Umum versi tahun 2012 untuk dijadikan SAK menggantikan SAK ETAP. Sampai saat
buku ini diterbitkan, DSAK-IAI belum mengambil keputusan mengenai arah revisi SAK-
ETAP.