Anda di halaman 1dari 10

LABA PER SAHAM

Disusun Oleh :

Ni Nyoman Ari Wedriyani

(1833121399)

UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN 2020

1.1. Definisi Laba Per Saham


Laba per saham merupakan salah satu alat yang digunakan investordan para
pemegang saham dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Tujuan dari informasi laba
per saham adalah menyediakan ukuran mengenai hak setiap saham biasa perusahaan
atas kinerjanya selama periode pelaporan tersebut. Laba per saham memiliki dua
variabel penentu yaitu jumlah laba dalam satu periode dan jumlah saham biasa yang
beredar selama periode bersangkutan.
Laba per saham menjadi komponen yang penting dalam laporan keuangan karena
berkaitan dengan investor. Investor dapat membandingkan kinerja antara dua atau
lebih perusahaan terkait dengan laba per sahamnya. Semakin besar laba per sahamnya
berarti perusahaan semakin baik dalam mengelola modalnya sehingga menghasilkan
profitabilitas.

1.2. Ruang Lingkup


1.2.1. Laba Per Saham dasar
Terdapat dua jenis perhitungan laba per saham, yaitu laba per saham dasar dan
laba per saham dilusian. Jika perusahaan dalam keadaan rugi, maka yang
dilaporkan oleh entitas adalah nilai rugi per saham. Laba per saham dasar
dihitung dengan membagi laba atau rugi bersih yang tersedia bagi pemegang
saham biasa dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar dalam
satu periode.
Laba yang dimasukkan ke dalam perhitungan laba per saham adalah:
1. Laba atau rugi dari operasi yang dilanjutkan yang dapat diatribusikan
kepada entitas induk.
2. Laba atau rugi yang dapat diatribusikan kepada entitas induk.

Jumlah laba atau rugi tersebut merupakan jumlah yang telah disesuaikan
dengan jumlah dividen preferen setelah pajak, selisih yang timbul dari
penyelesaian saham preferen, dan akibat lain yang serupa dari saham preferen
yang diklasifikasikan sebagai ekuitas.
Laba per saham disajikan di laporan keuangan di dalam laporan laba rugi.
Berdasarkan ketentuan bapepem VIII G7, laba per saham disajikan dalam laba
rugi komprehensif, dimana dala peraturan bapepem VIII G7 menyebutkan bahwa:

1. Jumlah saham yang beredar dihitung secara rata-rata tertimbang


2. Pengaruh dilusi dari efek-efek yang berpotensi menjadi saham biasa

Untuk saham, adapun saham yang dimasukkan ke dalam perhitungan laba per
saham adalah saham biasa, tidak termasuk saham preferen. Saham biasa tersebut
disajikan sebesar jumlah rata-rata tertimbang. Jumlah rata-rata tertimbang dari
saham biasa adalah rata-rata tertimbang untuk satu periode. Jumlah rata-rata
tertimbang tersebut menunjukkan bahwa pemegang saham dapat bervariasi dalam
satu periode akibat turun naiknya jumlah saham yang beredar.

Laba per saham dasar =

Jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar mengalikan jumlah


saham yang beredar selama jangka waktu tertentu dengan faktor pembobot
waktu. Faktor pembobot waktu adalah jumlah hari beredarnya sekelompok saham
dibandingkan dengan jumlah hari dalam satu periode.
Selain itu, jumlah rata-rata tertimbang saham harus disesuaikan apabila ada
peristiwa-peristiwa yang mengubah jumlah saham biasa yang beredar seperti:
1. Pembagian dividen saham
2. Unsur bonus dalam penerbitan saham
3. Pemecahan saham
4. Penggabungan saham

1.2.2. Laba Per Saham Dilusian


Dilusi adalah penurunan laba per saham atau peningkatan rugi per saham
sebagai akibat dari adanya asumsi bahwa instrumen yang dapat dikonversikan
telah dikonversi, opsi atau waran telah dilaksanakan atau saham biasa
ditempatkan berdasatkan pemenuhan syarat tertentu. Nilai laba per saham
dilusian lebih rendah dari nilai laba per saham dasar karena adanya penambahan
jumlah saham beredar.
Laba per saham dilusian penting dalam laporan keuangan untuk
mencerminkan kondisi perusahaan. Investor perlu mengetahui nilai laba per
saham yang sebenarnya akan ia dapat jika seluruh instrumen berpotensi saham
biasa dikonversi. Dalam perhitungan laba per saham dilusian, perhitungan laba
yang dapat diatribusikan dan jumlah rata-rata tertimbang dalam saham yang
beredar harus disesuaikan dengan memperhitungkan dampak dari instrumen
berpotensi saham bias ayang dilutif.

Laba per saham dasar Penyesuaian atas


±
instrumen
=
® berpotensi saham
± biasa yang dilutif

Penyesuaian laba:
1. Dividen atas instrumen berpotensi saham biasa yang dilutif.
2. Bunga dari instrumen berpotensi saham biasa yang dilutif, yang diakui pada
periode yang bersangkutan.
3. Perubahan pendapatan atau beban dari konversi instrumen berpotensi saham
biasa yang dilutif.

Penyesuaian saham yang beredar


1. Ditambah jumlah rata-rata tertimbang saham yang akan diterbitkan dengan
asumsi semua efek berpotensi saham biasa dikonversikan menjadi saham
biasa
2. Konversi tersebut diasumsikan terjadi pada awal periode atau pada tanggal
penerbitan efek berpotensi saham biasa tersebut, jika penerbitannya lebih
akhir.

1.2.3. Instrument berpotensi saham biasa yang bersifat dilutive


Instrumen berpotensi saham biasa yang disebut bersifat dilutif jika hanya pada
saat konversinya akan menurunkan nilai laba per saham atau meningkatkan rugi
per saham. Sedangkan antidilutif adalah jika pada saat konversinya akan
menigkatkan nilai laba per saham atau menurunkan nilai rugi per saham.
Untuk menentukan apakah instrumen berpotensi saham biasa tersebut bersifat
dilutif atau antidilutif, entitas menggunakan laba atau rugi dari operasi yang
dilanjutkan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebagai angka kendali.
Jika instrumen tersebut bersifat antidilusi, maka tidak akan diperhitungkan ke
dalam perhitungan laba per saham dilusian.

Beberapa instrumen berpotensi saham biasa yang bersifat dilutif adalah


sebagai berikut:

a. Instrumen dapat dikonversi

Salah satu jenis instrumen yang dapat dikonversi adalah obligasi konversi.
Obligasi konversi pada awalnya merupakan surat obligasi, nantinya obligasi
konversi tersebut dapat ditukar menjadi sekuritas perusahaan, contohnya
saham, dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Obligasi konversi
memberikan fleksibilitas kepada pemegangnya jika ingin memiliki saham
perusahaan yang dipandang lebih menjanjikan di masa depan. Perusahaan
penerbit pun mendapatkan keuntungan jika obligasi konversi tersebut
dikonversi menjadi saham, perusahaan dapat melunasi hutangnya tanpa adanya
arus kas keluar.

b. Opsi, waran, dan ekuivalennya

Opsi dan waran bersifat dilutif jika instrumen tersebut berakibat pada
ditempatkannya saham biasa pada harga lebih rendah daripada harga rata-rata
harga saham biasa selama periode. Jumlah dilusi adalah selisih antara rata-rata
harga pasar saham biasa selama periode tersebut dan harga penerbitan. Untuk
tujuan perhitungan laba per saham dilusian, entitas mengasumsikan
pelaksanaan semua opsi dan waran yang bersifat dilutif.

c. Saham yang dapat diterbitkan secara kontinjen

Sesuai dengan perhitungan laba per saham dasar, Saham yang dapat
diterbitkan secara kontinjen diperlakukan sebagai saham yang beredar dan
diperhitungkan dalam perhitungan laba per saham dilusian jika ketentuannya
terpenuhi (yaitu peristiwa telah terjadi)
d. Kontrak yang dapat diselesaikan dengan saham biasa atau kas

Jika entitas telah menerbitkan sebuah kontrak yang dapat diselesaikan


dengan saham biasa atau kas berdasarkan pilihan entitas, maka entitas
menganggap bahwa kontrak tersebut akan diselesaikan dengan saham biasa
dan instrumen berpotensi saham biasa yang dihasilkan tersebut dimasukkan ke
dalam laba per saham dilusian jika pengaruhnya bersifat dilutif.

e. Opsi yang dibeli

Kontrak seperti opsi jual dan opsi beli yang dibeli entitas tidak
dimasukkan ke dalam perhitungan laba per saham dilusian karena
memasukkan opsi tersebut dapat bersifat antidilutif. Opsi jual hanya akan
dilaksanakan jika harga pelaksanaan lebih tinggi daripada harga pasar dan opsi
beli akan dilaksanakan hanya jika harga pelaksanaan lebih rendah daripada
harga pasar.

f. Opsi jual yang diterbitkan

Kontrak yang mengharuskan entitas untuk membeli kembali sahamnya


sendiri, seperti opsi jual yang diterbitkan tercermin dalam perhitungan laba per
saham dilusian jika berdampak dilutif.

1.2.4. Ilustrasi laba per saham dilusian (obligasi konversi)


PT Sunrise memiliki modal saham biasa yang telah dibayar yang terdiri dari
100.000.000 saham biasa masing-masing senilai Rp1.000, periode keuangannya
berakhir pada 31 Desember 2012.
PT Sunrise menerbitkan obligasi konversi pada tanggal 30 September 2013
sebesar Rp10.000.000.000 dengan suku bunga 12% dan dapat dikonversi menjadi
saham biasa pada tarif 1.000 saham biasa untuk obligasi konversi.
Pada tanggal 30 September 2015 obligasi tersebut dikonversi. Untuk tahun
yang berakhir pada tanggal 30 September 2015, laba setelah pajak perusahaan
adalah sebesar Rp50.000.000. Diasumsikan bahwa tarif pajak sebesar 30%.
Dalam kasus ini, perhitungan laba per saham tahun 2015 adalah sebagai berikut.
L A BA PER SAH AM DASAR
L ab a y a n g d ik aitk a n d eng a n pe m eg ang sa h am b ia sa
L aba ne t o Rp
J uml ah sa ha m bi asa yan g be red a r
Sa h am b i asa
L ab a p e r s ah a m d a sar Rp 5
= Rp
L A BA PER SAH AM DI LUSI AN
L ab a y a n g d ik aitka n d eng a n pe meg ang sa h am b ia sa
L aba ne t o Rp
Bu n ga di ta mb a hkan kembal i Rp
( Rp10 .000 .0 00. 000 0, 12 9/ 12 (1 – 30 %)) Rp
J um l ah ra ta - rata t erti m b ang sah am bi as a y an g b ere dar
Sa h a m b i asa
O b lig as i ya ng di ko nve rsi

L ab a p er sah am di l usi an Rp 5
= Rp

Dari ilustrasi tersebut dapat dilihat laba per saham dasar PT Sunrise
adalah sebesar Rp500. Setelah laba dan jumlah saham beredarnya
disesuaikan dengan efek dari obligasi konversi, laba per sahamnya turun
menjadi Rp460,27 yang selanjutnya disebut laba per saham dilusian.

1.2.5. Ilustrasi Laba per saham dilusian (opsi/waran)


PT Intell didirikan tanggal 1 Januari 2011 dengan modal dasar saham biasa
yang telah dibayar yang terdiri dari 100.000.000 saham biasa masing-masing
senilai Rp1.000 dengan periode keuangannya berakhir pada tanggal 31 Desember.
Pada tanggal 1 Juli 2015, PT Energy menerbitkan waran kepada publik untuk
membeli 20.000.000 saham biasa senilai Rp3.000 per saham yang berlaku dari
tanggal 1 Januari 2017.
Nilai rata-rata saham biasa perusahaan untuk tahun 2015 dan 2016 masing-
masing adalah sebesar Rp4.000 dan Rp5.000 per saham. Laba setelah pajak PT
Intell untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2016 adalah
Rp50.000.000.000 per tahun.
Untuk tahun 2015
LABA PER SAHAM DASAR
Pendapatan terkait pemilik saham biasa
Laba neto Rp 50.000.000.000
Jumlah saham BI beredar
Saham biasa 100.000.000
Pengaruh waran 2.500.000
102.500.000
LPS dasar Rp 50.000.000.000/102.500.000
= Rp 487,80

LABA PER SAHAM DILUSIAN


Pendapatan terkait pemilik saham biasa
Laba neto Rp 50.000.000.000
Jumlah rata-rata tertimbang saham biasa beredar
Saham biasa 100.000.000
Pengaruh waran 2.500.000
102.500.000
LPS dilusian Rp 50.000.000.000/102.500.000
= Rp 487,80
Untuk tahun 2016
LABA PER SAHAM DASAR
Pendapatan terkait pemilik saham biasa
Laba neto Rp 50.000.000.000
Jumlah saham biasa beredar
Saham biasa 100.000.000
LPS dasar Rp 50.000.000.000/100.000.000
= Rp 500
LABA PER SAHAM DILUSIAN
Pendapatan terkait pemilik saham biasa
Laba neto Rp 50.000.000.000
Jumlah rata-rata tertimbang saham biasa beredar
Saham biasa 100.000.000
Pengaruh waran 8.000.000
108.000.000
LPS dilusian Rp 50.000.000.000/108.000.000
= Rp 463

1.2.6. Pengungkapan
Entitas mengungkapkan hal-hal berikut terkait laba per saham:
1. Jumlah yang digunakan sebagai pembilang dan penghitungan laba per saham
dasar dan dilusian, dan rekonsiliasi jumlah tersebut terhadap laba atau rugi
yang dapat diatribusikan kepada entitas induk untuk periode tersebut.
Rekonsiliasi tersebut mencakup dampak individual dari setiap kelas instrumen
yang mempengaruhi laba per saham.
2. Jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang digunakan sebagai penyebut
dalam penghitungan laba per saham dasar dan dilusian, dan rekonsiliasi
penyebut tersebut. Rekonsiliasi tersebut mencakup dampak individual dari
setiap kelas instrumen yang mempengaruhi laba per saham.
3. Instrumen yang berpotensi mendilusi laba per saham dasar di masa depan,
namun tidak dimasukkan dalam penghitungan laba per saham dilusian karena
instrumen tersebut bersifat antidilutif untuk periode sajian.
4. Penjelasan transaksi saham biasa atau transaksi instrumen berpotensi saham
biasa, selain yang dihitung sesuai dengan paragraf 64, yang terjadi setelah
periode pelaporan dan akan secara signifikan mengubah jumlah saham biasa
atau instrumen berpotensi saham biasa yang beredar pada akhir periode
tersebut seandainya transaksi dimaksud terjadi sebelum akhir periode
pelaporan.

1.3. Perbedaan dengan IFRS


PSAK 56 Laba Per Saham mengadopsi seluruh peraturan dalam IAS 33 Earnings
Per Share per efektif 1 Januari 2014, kecuali:

1. IAS 33 paragraf 2(a) tentang ruang lingkup mengenai Laporan Keuangan


Tersendiri tidak diadopsi karena pengaturannya disesuaikan dengan PSAK 4:
Laporan Keuangan Tersendiri dan PSAK 56: Laporan Keuangan
Konsolidasian.
2. IAS 33 paragraf 74 tentang tanggal efektif. Opsi penerapan dini dihilangkan
karena penerapan dini hanya dapat dilakukan dengan tepat jika seluruh
pengaturan dalam IFRS terkait diadopsi secara bersamaan menjadi SAK.
3. IAS 33 paragraf 74A tentang tanggal efektif tidak diadopsi karena tidak relevan.
4. IAS 33 paragraf 74B – 74D tentang tanggal efektif tidak diadopsi karena tidak
relevan. Adopsi IAS 33 menjadi PSAK 56 menggunakan IAS 33 yang telah
mengakomodir amandemen tersebut.
5. IAS 33 paragraf 76 tentang penarikan SIC-24 Earnings Per Share – Financial
Instrument and Other Contracts that May Be Settled in Shares tidak diadopsi
karena tidak relevan.
6. PSAK 56 paragraf 74A tentang tanggal efektif penyesuaian.
1.4. Memahami perbedaan PSAK dan IAS/IFRS
PSAK 56 Laba Per Saham mengadopsi mengadopsi penuh IAS 33 Earnings Per
Share tanpa pengurangan atau penambahan.

Anda mungkin juga menyukai