Anda di halaman 1dari 11

BALANCE SCORECARD DAN BIAYA KUALITAS

OLEH :

KELOMPOK 8

I DEWA AYU MADE PITRIANI (1833121390)


KOMANG AGUS EKA BAYUPUTRA (1833121392)
PUTU AYU ANDRISA PRAMESTI (1833121394)
MADE DIAH YULIANDARI (1833121395)
NI NYOMAN ARI WEDRIYANI (1833121399)
NI KOMANG FENNY ERAWATI (1833121400)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WARMADEWA
2019/2020
1. Konsep Dasar Balanced Scorecard
Manajer yang baik adalah yang memiliki pandangan penyeluruh tentang sebuah
bisnis. Sebagai penunjang diperlukan model pengukuran kinerja yang juga komprehenfif.
Ukuran kinerjanya harus merujuk pada visi, misi, strategi,sasaran,dan tujuan perusahaan.
Manajemen konvensional cenerung menjadikan kinerja keuangan sebagai target tunggal
yang kurang diperhatikan hubungan integralnya dengan factor non-keuangan. Balanced
scrorecard menawarkan model pengukuran kinerja yang menstimulasi profittabilitas
dengan ukuran kinerja non-keuangan dalam perspektif pelanggan.,bisnis internal, serta
inovasi pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced scorecard merupakan sebuah merek
yang relative baru dalam pengukuran kinerja manajerial. Pengukuran kinerja konvesional
lebih mengedepankan perspektif keuangan sementara balanced scorecard menganggap
bahwa kinerja keuangan buknlah suatu aspek yang berdiri sendiri dalam membentuk
kinerja perusahaan secara keseluruhan.
2. Ukuran Kinerja Balanced Scorecard
Dalam implementasinya, ukuran-ukuran kinerja secara sistematis harus saling
menunjukkan hubungan manajerial. Ukuran non-keuangan dirancang berdasarkan target
keuangan dan sisi lain implementasi factor non-keungan harus berkorelasi positif terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
Dalam konsep balanced scorecard ukuran kinerja manajemen dibagi menjadi
empat perspektif yang terdiri dari perspektif keuangan, perspektif bisnis internal, perspektif
pelanggan, dan perspektif inovasi dan pembelajaran. Dalam perspektif keuangan kinerja
manajemen diukur dengan pertumbuhan pendapatan, penurunan biaya dan profitabilitas
pemanfaat aktiva. Ukuran kinerja dalam perspektif bisnis internal diukur dengan retensi
pegawai dan kemampuan memperpendek siklus aktivitas. Dalam perspektif pelanggan
kinerja manajemen diukur dengan perluasan pasar dan profitabilitas harga. Sementara
dalam perspektif inovasi dan pembelajaran, kinerja manajemen antara laun dengan
kampuan meningkatkan kualitas sumber daya internal dan kapalibilitasnya.
3. Balanced Scorecard dan Proses Manajemen
Model balanced scorecard memperagakan hubungan antara sasaran keuangan,
konsumen, bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan secara berjenjang sebagai
ukuran kinerjanya. Dalam implementasinya kemampuan mengubah sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan konsumen dapat meningkatkan kapabilitas personel, pendapatan per
karyawan, dan meningkatkan rasio pengenalan tugas. Untuk memudahkan pengukuran
hubungan antara input dan output ukuran dalam proses pengendalian maka ukuran-ukuran
tersebut dapat dinyatakan dengan angka-angka yang variatif tergantung pada kondisi
internal masing-masing perusahaan. Untuk menstimulasi kinerja keuangan yang optimal
diperlukan pemantauan input dan proses pengukuran secara korelatif. Bagaimanapun,
output ukuran finansial merupakan target akhir dari mayoritas organisasi komersial.
Namun, untuk menghasilkan nilai ukuran tersebut diperlukan proses yang melekat pada
variable non-keuangan yang memengaruhinya.
4. Perspektif Konsumen Dan Faktor Kunci Keberhasilan
Pelanggan (customer) merupakan pihak yang secara aktual memberikan
pendapatan penjualan kepada perusahaan. Pada konsep balanced scorecard, perspektif ini
dianggap penting dan krusial bagi strategi perusahaan. Pelanggan yang menyukai bisnis
yang dijalankan perusahaan dan senantiasa membeli produk perusahaan merupakan kunci
bagi pendapatan penjualan dimasa depan. Karena asosiasi yang langsung antara pelanggan
dan penjualan, maka sebagai konsekuensinya perusahaan hendaknya menjaga dan
memperhatikan pelanggan sebagaimana perusahaan memperhatikan keuntungan mereka.
Dalam prespektif ini, pengukuran dilakukan dengan lima aspek utama, yaitu:
 Pengukuran pangsa pasar. Pengukuran terhadap besarnya pangsa pasar perusahaan
mencerminkan proporsi bisnis dalam satu area bisnis tertentu yang dinyatakan
dalam bentuk uang, jumlah customer, atau volume yang terjual atas setiap unit
produk.
 Customer retention. Pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui besarnya
persentase pertumbuhan bisnis dengan jumlah customer yang saat ini dimiliki oleh
perusahaan.
 Customer acquistion. Pengukuran dapat dilakukan melalui persentase jumlah
penambahan customer baru dan perbandingan total penjualan dengan
jumlah customer baru yang ada.
 Customer satisfaction. Pengukuran terhadap tingkat kepuasan pelanggan ini dapat
dilakukan dengan berbagai macam teknik di antaranya adalah survei melalui surat
(pos), interview melalui telepon, atau personal interview.
 Customer profitability. Analisis profitabilitas pelanggan (customer profitability
analysis-CPA) dapat membantu manajer untuk mengidentifikasi individu atau
kelompok pelanggan yang memberikan sumbangan terhadap profitabilitas
perusahaan secara keseluruhan. CPA juga membantu manajer untuk
mengembangkan strategi agar memastikan bahwa pelanggan menerima tingkat
perhatian yang sepadan dari perusahaan menjelaskan bahwa analisis profitabilitas
pelanggan adalah suatu pendekatan manajemen biaya dan manfaat dari melayani
pelanggan individu atau sekelompok pelanggan untuk meningkatkan profitabilitas
perusahaan secara keseluruhan.
5. Perspektif Bisnis Internal
Dalam perspektif ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua aktivitas
yang dilakukan oleh perusahaan, baik manajer maupun karyawan untuk menciptakan
produk yang dapat memberikan kepuasan tertentu bagi customer dan para pemegang
saham. Dalam perspektif ini, perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama, yaitu:
a. Proses Inovasi
Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi customer, proses inovasi merupakan
salah satu proses yang penting. Efisiensi dan efektivitas serta ketetapan waktu dari proses
inovasi ini akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilai tambah
(value added) bagi customer. Secara grafis besar proses inovasi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu: (1) Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan,
(2) Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.
b. Proses Operasi
Proses operasi yang dilakukan oleh tiap-tiap organisasi bisnis lebih
menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi, dan ketepatan waktu barang dan jasa
yang diberikan kepada customer.

Pada umumnya siklus atau proses operasi mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pembelian bahan baku.
2. Pengeluaran untuk biaya bahan baku.
3. Memasukkan bahan baku ke produksi (work-in-proses).
4. Penyelesaian work-in process menjadi persediaan barang jadi.
5. Penjualan persediaan barang jadi.
6. Pengiriman barang kepada pelanggan.
7. Penerimaan pembayaran dari pelanggan.
6. Perspektif Inovasi Pembelajaran Dan Pertumbuhan
Setiap perusahaan atau organisasi mempunyai banyak hubungan dengan
para stakeholder-nya seperti pemasok, pelanggan, dan kreditur. Hubungan tersebut
tidaklah bersifat statis tetapi senantiasa dinamis atau berubah seiring dengan perubahan
lingkungan eksternal. Oleh karena itu, kemampuan karyawan untuk belajar, tumbuh,
mengantisipasi perubahan, dan bereaksi terhadap lingkungan eksternal benar-benar
penting bagi keberhasilan perusahaan.
Dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, terdapat tiga dimensi penting
yang harus diperhatikan untuk melakukan pengukuran, yaitu:
a) Kemampuan karyawan.
b) Kemampuan Sistem Informasi.
c) Motivasi, Pemberian Wewenang, dan Pembatasan Wewenang Karyawan.
7. Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan menjelaskan konsekuensi eknomi dari tindakan yang
dilakukan dalam perspektif pelanggan. Proses bisnis internal, dan pembelajaran dan
pertumbuhan. Kinerja keuangan hampir menjadi tujuan akhir yang ingin dicapai setiap
organisasi bisnis. Kinerja keuangan yang menjadi target identic dengan nilai pemegang
saham yang ditunjukkan atau diukur dengan harga pasar per lembar saham perusahaan.
Karena harga pasar tersebut dipengarugi oleh harapan perolehan laba, maka dalam
pencapaiannya manajemen harus mempertimbangkan usaha-usaha peningkatan penjualan
di satu sisi dan penekanan jumlah biaya di sisi yang lain. Kemampuan suatu perusahaan
untuk mendapatkan laba dikenal dengan istilah profitabilitas. Dalam diri pelaku
manajemen keuangan melekat prinsip kehati-hatian yang menetralisasi semangat agresif
dari departemen lain. Selain itu mereka juga memiliki kebutuhan untuk mengamankan
scorecard individu sendiri. Kondisi ini berpotensi menimbulkan sisi lemah jika perusahaan
menggunakan ukuran keuangan sebagai sistem control tunggal dalam beberapa hal sebagai
berikut:
 Mendorong tindalan jangka pendek yang tidak menarik bagi perusahaan dalam
jangka panjang.manajer unit tidak meaksanakan tindakan yang yang bermanfaat
dalam jangka panjang.
 Manajer tidak akan mengusulkan investasi yang berrisiko.
 Manajer keuangan tidak cukup mandiri untuk menjamin suksesnya strategi.
8. Kualitas Dan Pengukurannya
Hakikat kualitas adalah tingkat kepuasan mengonsusmsi atau memakai. Seseorang
akan menganggap sesuatu sebagai barang atau jasa yang berkualitas jika yang
bersangkutan merasa pas dalam menggunakan barang atau jasa itu. Dalam konsep kualitas
kemudain kepuasan pelanggan dapat dilihat dalam beberapa segi ukuran kualitas sebagai
berikut:
 Kinerja. Produk bersangkutan dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh pemakai
 Estetika. Produk yang bersangkutan mempunyai tampilan yang menyenangkan
 Kemungkinan perbaikan. Produk yang bersangkutan dapat diperbaiki jika mengalami
kerusakan
 Fitur. Produk yang bersangkutan memiliki spesifikasi yang menjadi keungglan yang
unik.
 Kehandalan. Produk yang bersangkutan dapat diandalkan untuk mengatasi masalah
pemakai
 Lama pemakaian. Produk yang bersangkutan dapat dipakai dalam waktu yang relatif
lama
 Tingkat kesesuaian. Produk yang bersangkutan teruji secara ilmiah
 Kesesuaian dalam pemakaian. Produk yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan
pemakai.
9. Konsep Perbaikan Kualitas
Dimensi Perbaikan
Kualitas

Memperbiki Posisi Meningkatkan Output


Persaingan Tanpa Krusakan

Pangsa Pasar Harga Jual Lebih


Lebih Tinggi Tinggi

Meningkatkan Meningkatkan Laba Mengurangi Biaya


Penjualan Operasional

Gambar tersebut menunjukkan bahwa rute pasar dapat meningkatkan atau minimal
mempertahankan loyalitas konsumen kepada produk yang dipasarkan. Produk yang
berkualitas dapat dijual dengan harga yang lebih ringgi dan peningkatan loyalitas
konsumen akan meningkatkan pangsa pasar, yang eduanya akan meningkatkan total
penjualan. Agar mencapai tujuan manajemen kualitas, makan manajemen harus memahami
aktvitas yang berkaitan dengan pengendalian kualitas, termasuk investasi untuk itu sebagai
penunjangnya, manajemen juga harus menyiapkan rancangan sistem informasi akuntansi
kualitas sehingga memungkinkan identifikasi informasi tentang biaya kualitas dari waktu
ke waktu, biaya penanganan keluhan dimasa garansi, perbaikan, produk, keandalan produk,
dan biaya penarikan kembali produk.

10. Biaya Kualitas


Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas
yang buruk. Biaya kualitas perlu dikelola sedemikian rupa untuk mencapai suatu tingkat
kualitas agar produk yang dibuat atau jasa yang diserahkan sesuai dengan spesifikasi
rancangan yang bebas dari cacat atau masalah yang akan mempengaruhi penampilan atau
kinerja yang diukur dengan kesesuaiannya terhadap keinginan pelanggan. Pengukuran
kinerja kualitas mencangkup dua aspek yaitu:
 Bahwa kualitas merupakan ukuran efek pengendalian kualitas itu sendiri,
 Laporan biaya kualitas menunjukkan pengaruh financial dari kualitas.
Kualitas dapat diukur berdasarkan biayanya.
11. Biaya Pengendalian
Kelompok biaya pencegahan (prevention cost) ini terjadi dalam rangka kegiatan
untuk menghindarkan adanya produk cacat dalam proses produksi. Biaya pencegahan
merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan, meliputi
teknik dan perencanaan kualitas, peninjau produk baru, rancangan proses atau produk,
pengendalian proses pelatihan, dan audit kualitas.
Biaya deteksi/penilaian adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk
sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas yang diterapkan sebelumnya. Biaya
penelitian disebut juga dengan biaya inspeksi yang terjadi dalam hubungannya dengan
proses untuk mencegah agar tidak terdapat produk cacat sebelum produk dikirim kepada
para pelanggan. Biaya deteksi/penilaian meliputi, biaya-biaya yang terjadi untuk
mengidentifikasi prodek cacat, termasuk inspeksi dan pengujian produk, dan fungsi
pengawasan kualitas lainnya. Kelompok biaya ini juga meliputi biaya pemeriksaan dan
pengujian bahan baku yang dibeli, pemeriksaan dan pengujian produk, pemeriksaan
kualitas produk, dan evaluasi persediaan.
12. Biaya Kegagalan
Biaya kegagalan merupakan akibat dari kekurangcermatan dalam proses
penciptaan barang atau jasa yang dihasilkan, sehingga biaya kegagalan lebih dekat pada
keadaan rugi atau tidak menguntungkan.
 Biaya kegagalan internal adalah biaya kualitas yang terjadi karena adanya
ketidaksesuaian persyaratan yang terdeteksi sebelum suatu produk dikirimkan
kepada pelanggan. Biaya-biaya ini meliputi bahan sisa, inefisiensi biaya untuk
perolehan bahan baku, biaya produk cacat, dan biaya-biaya untuk memperbaiki
kerusakan produk dalam proses pengerjaan ulang. Biaya kegagalan ini terdeteksi
pada saat produksi selesai tetapi sebelum produk dikirim kepada pelanggan.
13. Biaya kegagalan eksternal meliputi biaya-biaya pengiriman produk rusak kepada
pelanggan, seperti pengembalian oleh pelanggan, dan timbulnya biaya-biaya untuk
memenuhi garansi.
14. Pelaporan biaya kualitas
Biaya kualitas perusahaan perlu disajikan dalam bentuk laporan biaya kualitas
secara periodik, umumnya disajikan secara bulanan. Penyajian laporan biaya kualitas
berdasarkan klasifikasi biaya kualitas: prevention costs, appraisal costs, internal failure
costs, dan external failure costs. Setiap komponen biaya kualitas tersebut dijumlahkan
sehingga diperoleh biaya total. Selanjutnya, setiap komponen biaya kualitas total
dibandingkan dengan penjualan dengan menggunakan analisis common-size. Struktur
besaran biaya kualitas tersebut sesuai dengan konsep biaya kualitas, bahwa bila
aktivitas prevention dan appraisal dalam peningkatan kualitas rendah, yang ditunjukkan
dengan prevention costs relatif kecil yaitu hanya 1,5% dari penjualan, maka akan
berimplikasi pada tingginya aktivitas external failure, berupa penanganan
pengaduan, warranty, dan recall.
15. Pengendalian kuliatas
Pengendalian kualitas adalah suatu teknik dan aktivitas/tindakan yang terencana
yang dilakukan untuk mencapai, mempertahankan dan meingkatkan kualitas suatu produk
dan jasa agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan
konsumen.
a) Tujuan Pengendalian Kualitas
Tujuan dari pengendalian kualitas menurut Sofjan Assauri (1998:210) adalah:
 Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah ditetapkan.
 Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
 Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan
kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
 Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.
b) Faktor-faktor Pengendalian Kualitas
Menurut Douglas C. Montgomery (2001:26) dan berdasarkan beberapa literatur
lain menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kualitas yang
dilakukan perusahaan adalah:
1. Kemampuan proses
Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan kemampuan proses
yang ada.
2. Spesifikasi yang berlaku
Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila ditinjau dari
segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan konsumen yang ingin
dicapai dari hasil produksi tersebut.
3. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima
Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses adalah dapat mengurangi produk yang
berada di bawah standar seminimal mungkin. Tingkat pengendalian yang
diberlakukan tergantung pada banyaknya produk yang berada di bawah standar
yang dapat diterima.
4. Biaya kualitas
Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas dalam
menghasilkan produk dimana biaya kualitas mempunyai hubungan yang positif
dengan terciptanya produk yang berkualitas.
c) Tahapan Pengendalian Kualitas
Menurut Suyadi Prawirosentono (2007;72), terdapat beberapa standar kualitas yang
bisa ditentukan oleh perusahaan dalam upaya menjaga output barang hasil produksi
diantaranya:
1. Standar kualitas bahan baku yang akan digunakan.
2. Standar kualitas proses produksi (mesin dan tenaga kerja yang melaksanakannya).
3. Standar kualitas barang setengah jadi.
4. Standar kualitas barang jadi.
5. Standar administrasi, pengepakan dan pengiriman produk akhir tersebut sampai ke
tangan konsumen.
REFERENSI

 Samryn, L.M. 2012. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Prenanda Media Grup

Anda mungkin juga menyukai