Anda di halaman 1dari 15

PENDAPATAN DAN BEBAN

Disusun Oleh :

Ni Nyoman Ari Wedriyani

(1833121399)

UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN 2020
1.1. Pendahuluan
1.1.1. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan utama suatu entitas bisnis adalah untuk menghasilkan profit agar
perusahaan dapat terus beroperasi secara berkelanjutan. Baik perusahaan jasa
ataupun perusahaan manufaktur, jumlah pendapatan adalah angka yang memiliki
nilai yang signifikan dalam laporan keuangan, karena dari pendapatan itulah
dihasilkan profit. Secara sederhana, profit dihasilkan dari pendapatan dikurangi
dengan beban. Pendapatan dan beban selalu menjadi informasi penting yang
tercantum dalam laporan laba rugi perusahaan sehingga tidak heran jika banyak
skandal perusahaan yang berhubungan dengan pendapatan ataupun beban karena
perusahaan cenderung ingin mengakui pendapatan sebesar-besarnya dan
sebaliknya untuk beban. Contohnya adalah kasus perusahaan Toshiba yang
terbongkar pada tahun 2015 lalu. (lihat Isu Praktik 6.1) Pendapatan dan beban
berkaitan erat dengan kas. Perusahaan dengan pendapatan yang tinggi, belum
tentu memiliki kas yang banyak. Hal ini dapat terjadi jika penjualan yang
dilakukan sebagian besar adalah secara kredit dan tingkat tertagihnya rendah.
Disisi lain, pengakuan pendapatan menjadi hal yang sering dipertanyakan untuk
berbagai jenis aktivitas perusahaan. Kapan harus mengakui pendapatan?
Bagaimana mengakui pendapatan untuk perusahaan jasa, dagang, ataupun
manufaktur? Seberapa besar pendapatan tersebut diakui? Semua pertanyaan
tersebut akan dijawab di Bab 6 ini mengenai Pendapatan dan Beban. Buku 2
Akuntansi Keuangan ini akan membahas Pendapatan dan Beban berdasarkan
SAK berbasis IFRS. Adapun standar yang berlaku untuk pendapatan adalah
PSAK 23 dan PSAK 34. Dalam Bab ini akan dijelaskan secara mendalam
mengenai pendapatan dan beban yang disertai dengan ilustrasi dan latihan soal
untuk berbagai jenis aktivitas perusahaan.
1.1.2. Pendapatan
Secara singkat, pendapatan dapat didefinisikan sebagai berikut:
Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas
yang normal seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividen, royalti ataupun
sewa. Dalam penerapannya, pendapatan merupakan hal yang cukup kompleks
untuk diakui karena suatu transaksi yang memengaruhi pendapatan belum tentu
dapat selesai dalam waktu yang bersamaan dengan terjadinya transaksi.

2.1. Pengakuan dan Pengukuran Pendapat


2.1.1 Prinsip Pengakuan Pendapatan
Pada dasarnya, pengakuan pendapatan dilakukan berdasarkan jenis
transaksi yang terjadi. Pendapatan diakui ketika kemungkinan besar manfaat
ekonomi masa depan akan mengalir ke entitas dan manfaat ini dapat diukur
secara andal. Suatu pendapatan muncul karena adanya penjualan persediaan,
pemberian jasa, pendapatan akibat penggunaan suatu aset serta pendapatan atas
hasil penjualan aset selain persediaan. Pada dasarnya, pendapatan diakui jika
seluruh kondisi berikut terpenuhi:
1. Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara
signifikan kepada pembeli.
2. Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan
kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang
yang dijual.
3. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
4. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut
akan mengalir ke entitas.
5. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut
dapat diukur secara andal.
6. Pendapatan diakui berdasarkan jenis transaksi yang terjadi. Diagram berikut
akan menggambarkan jenis transaksi dan kapan mengakui pendapatan tersebut.

2.1.2 Pengukuran Pendapatan


Pendapatan diukur sebesar nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat
diterima. Berdasarkan PSAK 68, nilai wajar adalah harga yang akan diterima
untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu
liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.
Secara umum, jumlah pendapatan dapat ditentukan langsung dengan mudah dari
nilai kontrak atau kesepakatan antara entitas dengan pembeli atau pengguna aset.
2.1.3. Pendapatan Berdasarkan Transaksi
Secara garis besar, buku ini akan membahas mengenai pengakuan dan
pengukuran untuk tiga jenis pendapatan, yaitu:
1. pendapatan pada saat penjualan
2. pendapatan atas pemberian jasa dan
3. pendapatan atas kontrak konstruksi.

 Pendapatan pada Saat Penjualan


Pendapatan harus diakui sebesar nilai yang diterima atau yang
akan diterima (receivable), jika terdapat diskon atau potongan harga dari
suatu penjualan, maka jumlah potongan harga tersebut mengurangi jumlah
uang yang akan diterima.
 Penjualan tagih dan tahan (bill and hold)
Penjualan Bill and Hold merupakan penjualan dengan penundaan
pengiriman barang. Penundaan pengiriman barang ini telah disepakati oleh
kedua belah pihak. Penjualan jenis ini merupakan pengiriman yang ditunda
atas permintaan pembeli tetapi pembeli memperoleh hak milik atas barang
dan menerima tagihan. Pendapatan dapat diakui ketika:
1. kemungkinan besar pengiriman barang akan dilakukan;
2. barang yang berada ditangan penjual, dapat diidentifikasi dan siap untuk
dikirim ke pembeli pada saat penjualan diakui;
3. pembeli secara khusus mengakui adanya instruksi penangguhan
pengiriman; dan
4. syarat-syarat pembayaran lazim tetap berlaku.
 Penjualan barang dengan instalasi
Penjualan jenis ini adalah suatu jenis penjualan dimana saat barang
tersebut sampai ke pembeli masih memerlukan proses instalasi atau
pemasangan lebih lanjut sampai dapat digunakan.
 Penjualan dengan pembayaran di muka
Suatu penjualan seringkali dibayar di muka atau biasa disebut
dengan down payment. Pembayaran yang dibayar di muka tersebut tidak
dapat diakui sebagai pendapatan melainkan harus diakui sebagai liabilitas.
 Penjualan dengan retur
Penjualan dengan pengembalian merupakan suatu jenis penjualan
dimana barang yang diperjualbelikan tersebut memiliki kemungkinan
besar untuk dikembalikan. Ada banyak jenis industri yang memiliki
tingkat pengembalian barang yang tinggi seperti perusahaan retail,
perusahaan yang menjual makanan atau perusahaan penerbit majalah dan
buku, dan lain sebagainya. Penjualan seperti ini biasanya dilakukan
melalui kontrak tertentu atau dalam suatu perjanjian tertentu serta melalui
konsinyasi.
 Penjualan dengan perjanjian membeli kembali (buyback agreement)
Penjualan ini merupakan suatu jenis penjualan dimana
penjual melakukan penjualan dengan perjanjian bahwa barang yang dijual
tersebut dapat dibeli kembali pada periode tertentu. Secara substansi, risiko
dan kepemilikan dalam hal ini tetap berada pada penjual.
 Penjualan barang konsinyasi
Penjualan jenis ini adalah suatu penjualan dimana perusahaan
memberikan barangnya kepada perusahaan lain untuk dijual (dititipkan
untuk dijual). Penjualan jenis ini mengenal istilah consignor
(manufacturer) dan consignee (dealer). Dalam hal ini, consignor
memberikan barang kepada consignee untuk dijual dan consignee biasanya
menerima komisi atas hasil penjualan tersebut. Risiko dan kepemilikan
masih dimiliki oleh consignor sampai barang tersebut dijual kepada pihak
ketiga.

2.1.4. Pendapatan atas Pemberian Jasa


Pengakuan pendapatan atas jasa meliputi pendapatan atas jasa akuntansi,
iklan, arsitektur dan sebagainya. Prinsip pengakuan pendapatan jasa adalah jasa
tersebut telah dilakukan.

 Pendapatan bunga, royalti, dan dividen


Pendapatan atas bunga, royalti dan dividen secara umum memiliki
prinsip pengakuan yang sama. Pendapatan diakui sepanjang aset digunakan.
• Pengakuan pendapatan bunga mengikuti konsep akrual. Pendapatan bunga
diakui sepanjang aset dimiliki dan dapat diakui menggunakan metode bunga
efektif. Pendapatan royalti diterima oleh perusahaan atas suatu paten, hak cipta
yang dimiliki oleh perusahaan. Secara umum, perusahaan menggunakan metode
garis lurus untuk mengakui pendapatan selama periode tertentu.
• Dividen diakui pendapatannya ketika pemegang saham menerima pembayaran
dividen tersebut dan dicatat pada saat tanggal pengumuman dividen.

2.1.5. Pendapatan atas Kontrak Konstruksi


Dalam kasus lain, pendapatan dapat dihasilkan dari kontrak konstruksi
yang melalui tahap penyelesaian tertentu. Kontrak konstruksi meliputi
pembangunan suatu proyek seperti gedung, kontrak pembuatan pesawat militer,
dan lainnya. Pencatatan akuntansi dilakukan ketika bagian tahapan konstruksi
telah dilaksanakan sesuai dengan perjanjian. Pendapatan kontrak terdiri dari:
• Nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak.
• Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim dan pembayaran insentif
sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan dan dapat
diukur secara andal.
 Ada dua metode pengakuan pendapatan kontrak konstruksi, yaitu:
• Percentage-of-Completion Method, perusahaan mengakui pendapatan dan
profit setiap periode sesuai dengan tahap penyelesaian konstruksi tersebut.
Selanjutnya, perusahaan mengakumulasi biaya konstruksi ditambah dengan
pendapatan yang didapat sampai tanggal tertentu ke dalam akun persediaan,
serta mengakumulasi tahap penagihan ke akun contra-inventory.
• Cost-Recovery (Zero Profit) Method, metode ini mengakui pendapatan
kontrak setelah semua biaya diakui. Perusahaan mengakumulasi biaya
kontrak dalam akun persediaan dan mengakumulasi tahap penagihan ke
dalam akun contra inventory. Penggunaan metode tahap penyelesaian lebih
rasional karena masing-masing pembeli dan penjual memiliki hak masing-
masing. Pembeli memiliki hak atas penyelesaian suatu kontrak dan penjual
memiliki hak untuk mendapatkan pembayaran atas setiap persentase
penyelesaian tertentu. Perusahaan harus menggunakan metode tahap
penyelesaian ketika estimasi penyelesaian kontrak, pendapatan dan biaya
dapat diestimasi secara andal dan semua syarat berikut terpenuhi:
1. Jumlah pendapatan kontrak dapat diukur secara andal.
2. Ada kemungkinan besar bahwa kontrak tersebut bersifat profitable dan
terdapat manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan.
3. Baik biaya kontrak untuk penyelesaian dan persentase penyelesaian dapat
diukur secara andal setiap akhir periode.
4. Biaya kontrak dapat diidentifikasi dan diukur secara andal. Sedangkan
cost recovery method dapat digunakan jika kondisi berikut terjadi:
• Ketika perusahaan tidak dapat memenuhi syarat penggunaan metode tahap
penyelesaian.
• Ketika terjadi inherent hazards dalam kontrak atau terdapat risiko kontrak
tertentu.

3.1. Metode Persentase Penyelesaian (Percentage-Completion Method)


Metode ini mengakui pendapatan konstruksi berdasarkan tahap penyelesaian
kontrak. Dengan metode ini, pendapatan kontrak diakui sebagai pendapatan dalam laba
rugi pada periode akuntansi dimana pekerjaan dilakukan serta biaya kontrak biasanya
diakui sebagai beban dalam laba rugi pada periode akuntansi dimana pekerjaan yang
berhubungan dilakukan.
3.1.1. Menentukan Tahap Penyelesaian
Permasalahan dalam metode persentase penyelesaian adalah kemampuan
untuk dapat mengestimasi secara akurat persentase penyelesaian dan berapa laba
kotor yang dihasilkan. Perusahaan harus dapat mengukur input dan output yang
terjadi dalam suatu kontrak konstruksi. Input meliputi biaya produksi dan jam
kerja pegawai. Sedangkan output meliputi jumlah lantai yang dihasilkan,
banyaknya produk yang dihasilkan dan sebagainya.

3.1.2. Penyajian Laporan Keuangan (Metode Persentase Penyelesaian)


Perusahaan melaporkan selisih antara akun pekerjaan dalam proses dengan
Termin. Jika hasilnya adalah debit, yaitu “Pekerjaan dalam Proses” jumlahnya
melebihi “termin” maka PT Indokarya mengklasifikasikannya sebagai aset
lancar, sedangkan jika hasilnya adalah kredit, yaitu “Pekerjaan dalam Proses”
jumlahnya lebih kecil daripada akun “termin” maka PT Indokarya maka
diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar. Biasanya, perusahaan yang bergerak
di bidang konstruksi tidak hanya memiliki satu kontrak konstruksi sehingga
dalam kasus perusahaan yang memiliki beberapa kontrak konstruksi, maka
perusahaan perlu untuk memisahkan antara satu kontrak dengan kontrak yang
lain. Oleh karena itu, pendapatan dan beban harus dilaporkan terpisah untuk
masing-masing kontrak konstruksi yang terjadi.

3.1.3. Kerugian pada Kontrak Konstruksi


Ada dua jenis kerugian yang terjadi pada kontrak konstruksi, yaitu:
1. Rugi yang terjadi pada periode berjalan
Kerugian mungkin terjadi ketika pada periode berjalan terjadi kenaikan
biaya yang signifikan, namun tidak melebihi harga kontrak atau biaya
kontrak yang telah disepakati. Jika hal ini terjadi, maka perusahaan perlu
mengakui kerugian tersebut pada periode berjalan dengan memperhitungkan
persentase penyelesaian atas kontrak tersebut.
2. Rugi atas nilai kontrak secara keseluruhan
Kerugian ini terjadi akibat total biaya kontrak melebihi nilai kontrak
secara keseluruhan. Dalam kasus seperti ini, maka berdasarkan PSAK 34,
perusahaan mengakui taksiran kerugian tersebut sebagai beban.
3.1.4. Rugi pada Periode Berjalan
Ilustrasi untuk kerugian yang terjadi pada periode berjalan adalah sebagai
berikut: Pada tanggal 31 Desember 2014, PT Indokarya mengestimasi biaya
untuk penyelesaian adalah sebesar Rp2.300.000.000.000 bukan sebesar
Rp1.800.000.000.000. Asumsikan bahwa data lainnnya adalah sama, maka
dalam hal ini PT Indokarya mengakui kerugian dalam periode berjalan dengan
perhitungan sebagai berikut:

Biaya yang terjadi sampai


(cost to date) (31/12/2014) Rp 2.400.000.000.000
Estimasi biaya penyelesaian Rp 2.300.000.000.000
Estimasi total biaya Rp 4.700.000.000.000
Persentase penyelesaian 0,51%
Pendapatan diakui di 2014 Rp 1.553.191.489.000
(Rp5.000.000.000.000 × 52%) – Rp1.000.000.000.000
Biaya yang terjadi di 2014 Rp 1.600.000.000.000
Rugi diakui di 2014 Rp 46.808.511.000

3.1.5. Rugi atas Nilai Kontrak Secara Keseluruhan


Berikut adalah ilustrasi untuk transaksi kontrak konstruksi yang
mengalami kerugian kontrak secara keseluruhan. Asumsikan dengan soal yang
sama, pada tahun2014, PT Indokarya melakukan perubahan estimasi biaya
penyelesaian sebesar Rp3.000.000.000.000. Adapun perhitungan kerugian
kontrak adalah sebagai berikut: Rugi atas Nilai Kontrak Secara Keseluruhan
Berikut adalah ilustrasi untuk transaksi kontrak konstruksi yang mengalami
kerugian kontrak secara keseluruhan. Asumsikan dengan soal yang sama, pada
tahun 2014, PT Indokarya melakukan perubahan estimasi biaya penyelesaian
sebesar Rp3.000.000.000.000. Adapun perhitungan kerugian kontrak adalah
sebagai berikut:
(dalam Ribuan Rupiah) 2013 2014
Harga Kontrak 5.000.000.000 5.000.000.000
Estimasi total biaya 4.500.000.000 5.400.000.000
Estimasi Laba Kotor 500.000.000
Estimasi Kerugian (400.000.000)

Dalam hal ini, PT Indokarya perlu untuk mengakui adanya kerugian


sebesar Rp400.000.000.000 + Rp200.000.000.000 yaitu Rp600.000.000.000
pada tahun 2014. Hal ini berlaku dikarenakan laba pada tahun 2013 harus dibalik
sehingga rugi secara keseluruhan adalah merupakan total dari laba tahun
sebelumnya dan kerugian pad tahun 2014. Rugi ini merupakan suatu perubahan
estimasi biaya penyelesaian kontrak, oleh karena itu harus diakui pada periode
berjalan bukan sebagai jurnal penyesuaian periode lalu. Hal ini diatur dalam
PSAK 25 mengenai Akuntansi, Perubahan EstimasiAkuntansi dan Kesalahan.

3.1.6.Pengungkapan pada Laporan Keuangan


Berdasarkan PSAK 34, perusahaan yang memiliki kontrak konstruksi
perlu mengungkapkanhal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan pada
periode.
2. Metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak yang
diakui pada periode.
3. Metode yang digunakan untuk menentukan tahap penyelesaian kontrak.
Selain itu, untuk pekerjaan dalam proses penyelesaian, setiap akhir periode
pelaporanperusahaan perlu untuk mengungkapkan jumlah agregat biaya
yang terjadi dan labayang diakui (dikurangi kerugian yang diakui) sampai
tanggal pelaporan, jumlah uangmuka yang diterima serta jumlah retensi.
Jumlah retensi adalah jumlah biaya yang ditahan jika sewaktu-waktu
terjadi penambahan komponen pada hasil konstruksi.
3.1.7. Pengungkapan Pendapatan dan Beban
Perusahaan Mengungkapkan dalam Laporan Keuangan informasi sebagai
berikut:
1. kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan,
termasuk metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian
transaksi penjualan jasa
2. jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama
periode tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari:
a. penjualan barang
b. penjualan jasa
c. bunga
d. royalty dan
e. dividen.
3. jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang
tercakup dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan
4. jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan pada periode
5. metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak yang diakui
pada periode dan
6. metode yang digunakan untuk menentukan tahap penyelesaian kontrak.

Khusus perusahaan yang memiliki kontrak konstruksi dan memiliki


proyek konstruksi yang belum selesai pada akhir periode pelaporan, maka
perusahaan mengungkapkan hal sebagai berikut:
1. jumlah agregat biaya yang terjadi dan laba yang diakui (dikurangi kerugian
yang diakui) sampai tanggal pelaporan
2. jumlah uang muka yang diterima dan
3. jumlah retensi.

Retensi adalah jumlah termin yang tidak dibayar hingga pemenuhan


kondisi yang ditentukan dalam kontrak untuk pembayaran jumlah tersebut
atau hingga telah diperbaiki. Termin adalah jumlah yang ditagih untuk
pekerjaan yang dilakukaan baik yang telah ataupun belum dibayar oleh
pelanggan. Uang muka adalah jumlah yang diterima oleh kontraktor sebelum
pekerjaan dilakukan. Entitas juga mengungkapkan jumlah tagihan bruto
kepada pelanggan sebagai aset; dan jumlah utang bruto dari pelanggan
sebagai liabilitas. Jumlah tagihan bruto kepada pelanggan untuk pekerjaan
kontrak adalah selisih antara:
1. biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui;
2. dikurangi jumlah kerugian dan termin yang diakui; untuk semua pekerjaan
dalam proses dimana biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui (dikurangi
kerugian yang diakui) melebihi termin. Untuk pengungkapan beban
perusahaan harus memperhatikan pengungkapan dimana beban tersebut
terkait dalam PSAK, namun pada umumnya perusahaan harus
mengungkapkan informasi yang membuat pembaca laporan keuangan
memahami sifat bisnis perusahaan.

3.1.8.Prinsip Transaksi antara Principle-Agent (Airline Ticket)


Suatu transaksi seringkali melibatkan agen untuk dapat menyalurkan
barang atau jasa untuk dijual. Jumlah yang boleh diakui sebagai pendapatan
oleh agen hanya komisi atas penjualan saja, bukan total nilai penjualan barang
atau jasa. Sebagai ilustrasi, 3 Desember 2014 akan diadakan konser yang artis
ternama di Jakarta. Dalam kasus ini, PT Tiketic berperan sebagai agen untuk
melakukan penjualan tiket konser tersebut. PT Tiketic menjual 1000 tiket
pada Bulan November dimana satu tiket tersebut dijual dengan harga
Rp1.500.000. Komisi yang didapat adalah sebesar 10%. Prinsip pengakuan
akuntansinya adalah PT Tiketic belum bisa mengakui pendapatan sampai
konser tersebut terlaksana atau jasa telah dilakukan. Pada saat penjualan, kas
yang diterima diakui sebagai utang penjualan yang akan diberikan kepada
principal dan sisanya diakui sebagai pendapatan komisi. Adapun pencatatan
yang dilakukan oleh PT Tiketic adalah sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)
Nov 2014 Kas 1.500.000.000
Utang penjualan 1.350.000.000
Pendapatan komisi 150.000.000

 Sekilas Mengenai PSAK 72 Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan


Pendapatan merupakan komponen terpenting dalam penghitungan laba bagi
setiap perusahaan. Sehingga wajar sampai saat ini IFRS 15 menjadi
pembahasan penting untuk banyak kalangan, terutama di lingkungan profesi
akuntan. IFRS 15 sendiri bertujuan untuk membuat suatu standar yang
principle-based untuk semua jenis industri dan semua jenis perusahaan baik
yang non-profit maupun berorientasi profit. Hal ini membuat kerangka
pengakuan pendapatan menjadi terlalu rumit bagi kebanyakan entitas yang
model bisnisnya sederhana seperti perusahaan dagang.
IFRS 15 memperkenalkan 2 (dua) pendekatan pengakuan pendapatan yang
dapat digunakan entitas dalam mengakui pendapatan tersebut, yaitu:
a. pendapatan diakui pada satu waktu tertentu; atau
b. pendapatan diakui sepanjang periode waktu tertentu.

Prinsip utama pengakuan pendapatan dalam IFRS 15 terdiri atas lima tahapan:
1. mengidentifikasi kontrak dengan pelanggan
2. mengidentifikasi performance obligations di dalam kontrak
3. menentukan harga transaksi
4. mengalokasikan harga transaksi ke performance obligations di dalam
kontrak dan
5. mengakui pendapatan ketika entitas sudah (atau sedang) menyelesaikan
performance obligation.
4.1. Beban
Perusahaan dalam melakukan aktivitasnya harus melakukan pengorbanan untuk
mendapatkan hasil. Dalam istilah akuntansi, terdapat dua kata yang hampir serupa artinya
yakni biaya dan beban. Istilah biaya biasanya lebih banyak dipahami masyarakat awam,
sedangkan istilah beban memiliki arti lebih khusus daripada biaya. Tidak semua biaya
yang telah dikeluarkan oleh perusahaan dapat dibebankan dalam laporan laba rugi dalam
periode pelaporan keuangan. Karena mungkin saja terdapat biaya-biaya yang hanya bisa
diakui sebagai beban pada periode berikutnya.
4.1.1.Definisi Beban
Secara singkat, beban merupakan suatu pengorbanan atau pengeluaran
sumber daya perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dalam aktivitas
perusahaan yang biasa. Dalam pengertian lain, beban merupakan pengurangan
aset perusahaan yang menyebabkan kenaikan liabilitas perusahaan. Beban
perusahaan mencakup beban penjualan, beban gaji dan penyusutan. Beban
tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aset seperti kas (dan
setara kas), persediaan, dan aset tetap. Beban dalam hal ini juga mencakup
kerugian yang belum terealiasasi atas kenaikan kurs valuta asing akibat
kepemilikan obligasi.
4.1.2. Jenis-Jenis Beban
Pada umumnya, perusahaan memiliki berbagai jenis beban. Perusahaan
manufaktur contohnya, memiliki beban penjualan yang diakui sebagai
pengurang penjualan. Perusahaan yang memberikan imbalan kerja, tentu
mengakui beban imbalan kerja (untuk jangka pendek). Beban secara garis
besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu beban operasi dan beban administrasi.
4.1.3.Perbandingan PSAK 23 dengan IAS 18
PSAK 23 Pendapatan tidak mengadopsi paragraf 38 IAS 18 tentang
amandemen biaya investasi pada entitas anak, pengendalian bersama entitas
atau entitas asosiasi. PSAK 23 Pendapatan tidak mengadopsi catatan kaki
paragraf 20(d) IAS 18 yang mengacu SIC 31 Revenue-Barter Transactions
Involving Advertising Services, karena SIC 31 belum diadopsi. Tanggal
efektif PSAK 23 Pendapatan berbeda dengan tanggal efektif IAS 18
Revenue.

Anda mungkin juga menyukai