Anda di halaman 1dari 17

RESUME AUDITING II

“PEMERIKSAAN ATAS PERKIRAAN LABA RUGI”

Dosen Pengampu : Dio Agung Herubawa, SE., M.Acc

Kelompok 7 :

Vivi Harianti Rambe (200503133)

Prudence Hesita Manurung (200503151)

Putri Andini Purba (200503153)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2023
19.1 SIFAT & CONTOH

Perkiraan laba rugi (profit and loss accounts) terdiri dari perkiraan pendapatan operasi, harga
pokok penjualan, beban operasi, pendapatan, beban di luar operasi, dan pos luar biasa
(pendapatan dan beban luar biasa yang terjadi karena transaksi yang bukan merupakan operasi
biasa, atau tidak diharapkan sering atau rutin terjadi dan berada di luar kendali entitas.

Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:114)

Entitas harus mengukur pendapatan berdasarkan nilai wajar atas pembayaran yang
diterima atau masih harus diterima. Nilai wajar tersebut tidak termasuk jumlah diskon penjualan
dan potongan volume.
Entitas harus mengakui pendapatan dari suatu penjualan barang jika semua kondisi
tersebut berikut terpenuhi.
a. Entitas telah mengalihkan risiko dan manfaat yang signifikan dari kepemilikan barang
kepada pembeli
b. Entitas tidak mempertahankan atau meneruskan baik keterlibatan manajerial sampai
kepada tingkat biasanya diasosiasikan dengan kepemilikan maupun kontrol efektif atas
barang yang terjual.
c. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal
d. Ada kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan transaksi akan
mengalir masuk ke dalam entitas.
e. Biaya yang telah atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi dapat diukur secara
andal.

Jika hasil kontrak konstruksi dapat diestimasikan secara andal, maka entitas harus
mengakui pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang ada relasinya dengan kontrak konstruksi
masing - masing sebagai pendapatan dan beban yang disesuaikan dengan tingkat penyelesaian
aktivitas kontrak pada akhir periode pelaporan (metode persentase penyelesaian). Hasil suatu
transaksi dapat diestimasi secara andal jika memenuhi semua kondisi berikut.
a. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
b. Ada kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan transaksi
akan mengalir kepada entitas
c. Tingkat penyelesaian transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal.
d. Biaya yang terjadi dalam transaksi dan biaya penyelesaian transaksi dapat diukur secara
andal.

Estimasi hasil yang andal membutuhkan estimasi tingkat penyelesaian, biaya masa depan,
dan kolektibilitas tagihan yang andal. Entitas harus menentukan tingkat penyelesaian dari suatu
transaksi atau kontrak dengan menggunakan metode yang dapat mengukur dengan andal
sebagian besar pekerjaan yang dilaksanakan. Metode yang mungkin meliputi berikut ini.
a. Proporsi biaya yang terjadi dari pekerjaan yang telah diselesaikan sampai sekarang
dibandingkan dengan total estimasi biaya. Biaya yang terjadi dari pekerjaan yang telah
diselesaikan sampai sekarang tidak termasuk biaya yang berhubungan dengan aktivitas
masa depan, seperti bahan baku/ pembayaran di muka.
b. Survei atas pekerjaan yang telah diselesaikan.
c. Penyelesaian proporsi fisik dari transaksi jasa atau kontrak kerja.

Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:121)


Bunga, Royalti, dan Dividen
Entitas harus mengakui pendapatan yang muncul dari penggunaan aset oleh entitas yang
lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen atas dasar yang ditetapkan ketika,
a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan transaksi akan
mengalir kepada entitas;dan
b. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur secara andal.

Entitas harus mengakui pendapatan atas dasar:


a. Bunga harus diakui secara akrual
b. Royalti harus diakui dengan menggunakan dasar akrual sesuai dengan substansi dari
perjanjian yang relevan; dan
c. Dividen harus diakui ketika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran telah
terjadi.

Menurut PSAK No.23 (Revisi 2015) 23.1 & 23.2


Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan sebagai kenaikan manfaat ekonomis selama satu periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aset, atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan meliputi pendapatan
maupun keuntungan. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivitas
entitas yang normal dan dikenal dengan sebutan yang berbeda, seperti penjualan, penghasilan
jasa, bunga. Dividen, royalti dan sewa. Nilai wajar adalah harga yang diterima untuk menjual
suatu aset.
Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi.
a. Entitas telah mengalihkan risiko dan manfaat yang signifikan dari kepemilikan
barang kepada pembeli
b. Entitas tidak mempertahankan atau meneruskan baik keterlibatan manajerial
sampai kepada tingkat biasanya diasosiasikan dengan kepemilikan maupun
kontrol efektif atas barang yang terjual.
c. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal
d. Ada kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan transaksi
akan mengalir masuk ke dalam entitas.
e. Biaya yang telah atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi dapat diukur
secara andal.
Menurut PSAK No.23 (Revisi 2010) 23.11
Jika bunga yang belum dibayar telah diakru sebelum pembelian investasi yang berbunga,
maka penerimaan bunga kemudian dialokasikan antara periode sebelum pembelian dan sesudah
pembelian, hanya bagian setelah perolehan yang diakui sebagai pendapatan.
Royalti diakru sesuai dengan syarat perjanjian yang relevan dan biasanya diakui dengan
dasar tersebut kecuali, dengan memperhatikan substansi perjanjian, akan lebih sesuai untuk
mengakui pendapatan atas dan sistematis dan rasional lain.
Pendapatan diakui hanya jika besar kemungkinan manfaat ekonomis sehubungan dengan
transaksi tersebut akan mengalir ke entitas. Namun, jika ketidakpastian timbul dari kolektibilitas
jumlah tertentu yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak dapat ditagih, atau
jumlah yang kemungkinan pemulihannya tidak besar lagi, maka jumlah tersebut diakui sebagai
beban, bukan penyesuaian terhadap jumlah pendapatan yang diakui semula.

Pengungkapan
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 122)
Entitas harus mengungkapkan :
a. Kebijakan akuntansi yang diterapkan sebagai dasar pengakuan pendapatan, termasuk
metode yang diterapkan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi yang
melibatkan penyediaan jasa;
b. Jumlah setiap kategori pendapatan yang diakui selama periode, termasuk pendapatan
yang timbul dari :
i. Penjualan barang;
ii. Penyediaan jasa;
iii. Bunga
iv. Royalti
v. Dividen
vi. Jenis pendapatan signifikan lainnya.
Entitas harus mengungkapkan :
a. Jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan dalam periode pelaporan
b. Metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak yang diakui dalam
periode pelaporan;
c. Metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian kontrak yang sedang
berjalan.
Entitas harus menyajikan :
a. Jumlah bruto kontrak pekerjaan yang sudah menjadi hak sebagai suatu aset; dan
b. Jumlah bruto kontrak kerja yang terutang kepada pelanggan sebagai suatu kewajiban.
Menurut PSAK No.23 (Revisi 2010) 23.12
Entitas harus mengungkapkan :
a. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, termasuk metode
yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa;
b. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut,
termasuk pendapatan yang berasal dari;
i. Penjualan barang;
ii. Penjualan jasa;
iii. Bunga;
iv. Royalti;
v. Dividen;dan
c. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercakup dalam
setiap kategori signifikan dari pendapatan.

Menurut Penulis
Keuntungan (gain) berasal dari penjualan aset tetap (gain on sale of fixed assets), tukar
tambah aset tetap tidak sejenis (gain on trade-in), keuntungan selisih kurs (foreign
exchange gain).
Pos luar biasa artinya kerugian yang timbul karena kejadian atau transaksi yang tidak
normal dan tidak sering terjadi. Misalnya kerugian sebagai akibat gempa bumi,
kebakaran atau banjir. Kerugian tersebut setelah dikurangi klaim asuransi, jika ada,
disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi.
Harga Pokok Penjualan adalah jumlah yang harus dikeluarkan perusahaan untuk
memperoleh barang yang terjual (cost of merchandise sold) atau untuk memproduksi
barang yang terjual (cost of goods sold). Cost of merchandise sold di suatu perusahaan
dagang dapat dihitung sebagai berikut (perusahaan menggunakan physical system).
Persediaan awal barang dagangan Rp xxx
+/+ Pembelian neto Rp xxx
Barang dagangan yang tersedia untuk dijual Rp xxx
-/- Persediaan akhir barang dagangan Rp xxx
HPP (cost of merchandise sold) Rp xxx

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan atas perkiraan laba rugi adalah
sebagai berikut.
1) Prinsip conservatism dalam pengakuan pendapatan dan beban
Beban yang belum pasti terjadi tetapi diperkirakan akan menjadi beban perusahaan pada periode
yang diperiksa, jumlahnya bisa diestimasi dan cukup material, harus dicatat sebagai beban.
Contoh, garansi untuk penjualan produk perusahaan (barang elektronik) harus di-accrued per
tanggal laporan posisi keuangan. Pendapatan yang belum pasti terjadi, belum boleh dicatat
sebagai pendapatan perusahaan.
Pendapatan pada umumnya diakui pada saat penyerahan barang (untuk perusahaan dagang dan
industri), pada saat penyerahan jasa atau pada saat dibuatkan faktur (untuk perusahaan jasa).
Pengecualiannya, antara lain :
a. Diakui pada saat penerimaan uang, misalnya untuk penjualan tunai dan penjualan
cicilan;
b. Untuk perusahaan kontraktor ada 2 pilihan pengakuan pendapatan, yaitu metode
kontrak selesai (completed contract method) dan metode persentase penyelesaian
(percentage of completion method)
c. Untuk jenis barang tertentu yang harga jualnya sudah pasti, barangnya pasti
terjual atau cepat rusak, pendapatan bisa diakui pada saat selesainya produksi.
Misalnya, untuk logam mulia dan hasil pertanian.

2) Konsep Matching Cost Against Revenue


Pendapatan dan beban yang ada di laporan laba rugi dalam periode yang sama harus
dibandingkan, tanpa memperhatikan apakah uangnya sudah diterima (untuk pendapatan) dan
dibayarkan (untuk beban) atau belum. Dalam hal ini, menurut ETAP/PSAK/IFRS, pendapatan
dan beban harus dicatat dengan dasar akrual. Dalam memeriksa laporan laba rugi, auditor harus
memperhatikan jangan sampai ada pergeseran waktu dalam pengakuan pendapatan dan beban.
Contoh, auditor memeriksa laba rugi untuk tahun 2015, yang dilaporkan perusahaan sebagai
pendapatan tahun 2015 haruslah pendapatan yang benar menjadi hak perusahaan dalam tahun
2015, begitupun juga untuk beban.

3) Waktu yang digunakan untuk memeriksa akun pendapatan dan beban (pos - pos laba rugi)
tidak sebanyak waktu yang digunakan untuk memeriksa pos - pos laporan posisi
keuangan, karena berbagai alasan berikut.
1. Pada waktu memeriksa pos laporan posisi keuangan, sekaligus sudah diperiksa pos laba
rugi yang bersangkutan. Menurut standar akuntansi di Indonesia, transaksi yang terjadi
dalam mata uang asing harus dicatat menggunakan kurs yang berlaku pada saat terjadi
transaksi; aset dan kewajiban moneter yang tercantum dalam mata uang asing pada
tanggal laporan posisi keuangan, harus dikonversikan ke dalam rupiah dengan
menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan posisi keuangan;
selisih kurs yang terjadi dibebankan pada laba rugi tahun berjalan.
2. Pada waktu melakukan tes transaksi (test of recorded transactions) sekaligus diperiksa
pos - pos laba rugi.
3. Audit prosedur atas perkiraan laba rugi yang biasa dijalankan, seperti :
a. Analytical review procedures
b. Menganalisis beberapa perkiraan laba rugi penting atau ada kaitannya dengan
perhitungan pajak (untuk koreksi fiskal)
c. Melakukan pemeriksaan atas subsequent payment dan subsequent collection.
Arens (2014;460)
Berikut gambaran perkiraan - perkiraan dalam siklus penjualan dan penagihan piutang.

Selain itu, Arens juga menjelaskan tentang perkiraan - perkiraan (accounts), fungsi
bisnis, dokumen - dokumen, dan catatan akuntansi dari transaksi penjualan, penerimaan kas,
penjualan retur, penghapusan piutang tak tertagih, dan biaya penghapusan piutang seperti di tabel
berikut :
TRANSAKSI PENJUALAN

Account Fungsi Bisnis Dokumen dan Catatan

Penjualan Pemrosesan Pesanan Pesanan Pelanggan


Pelanggan

Persetujuan Kredit Pesanan Penjualan

Pengiriman Barang Pesanan Pelanggan atau


Pesanan Penjualan

Piutang Penagihan ke Pelanggan dan Dokumen Pengiriman :


Pencatatan Penjualan Invoice Penjualan
File Transaksi Penjualan
Jurnal Penjualan atau Listing
Master File Piutang
Rincian Piutang
Laporan Bulanan

TRANSAKSI PENERIMAAN KAS

ACCOUNT Fungsi Bisnis Dokumen & Catatan

Kas dan Bank Pemrosesan dan Pencatatan Bukti Transfer Bank


(debit dari penerimaan kas) Penerimaan Kas Prelisting dari Penerimaan
Piutang Kas

File transaksi penerimaan kas

Jurnal Penerimaan Kas atau


listing

TRANSAKSI PENJUALAN RETUR

ACCOUNT Fungsi Bisnis Dokumen & Catatan

Retur Penjualan Pemrosesan dan Pencatatan Memo Kredit


Piutang Retur Penjualan Jurnal
Retur Penjualan

TRANSAKSI PENGHAPUSAN PIUTANG TAK TERTAGIH

ACCOUNT Fungsi Bisnis Dokumen & Catatan

Piutang Penghapusan Piutang Tak Formulir Otorisasi


Penyisihan Piutang Tak Tertagih Piutang Tak Tertagih
Tertagih Jurnal Umum
TRANSAKSI BIAYA PENGHAPUSAN PIUTANG

ACCOUNT Fungsi Bisnis Dokumen & Catatan

Biaya Penghapusan Piutang Penyisihan Piutang Tak Jurnal Umum


Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Tertagih

19.2. TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) PERKIRAAN LABA RUGI


1. Untuk mengetahui apakah terdapat internal control yang baik atas pendapatan dan beban,
termasuk apakah perusahaan menggunakan accrual basis untuk mencatat pendapatan maupun
beban.
2. Untuk memeriksa apakah semua pendapatan yang menjadi hak perusahaan telah dicatat di
buku perusahaan, dan apakah pendapatan yang dicatat betul-betul merupakan hak perusahaan,
dengan menggunakan cut-off yang tepat.
3. Untuk memeriksa apakah semua biaya yang menjadi beban perusahaan telah dicatat di buku
perusahaan, dan apakah semua biaya yang dicatat betul-betul merupakan beban perusahaan,
dengan memperhatikan cut-off yang tepat.
4. Untuk memeriksa apakah terdapat fluktuasi yang besar dalam perkiraan pendapatan dan beban
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya maupun jika dibandingkan bulan per bulan atau jika
dibandingkan dengan anggaran pendapatan dan beban.
5. Untuk memeriksa apakah pendapatan dan beban telah dilaporkan di laporan laba rugi sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS begitu juga pengungkapannya di
catatan atas laporan keuangan.

Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan


1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas pendapatan dan beban. Jika
internal control atas pendapatan cukup kuat berarti seluruh pendapatan yang menjadi hak
perusahaan dalam suatu periode telah/akan diterima dan dicatat oleh perusahaan. Jika internal
control atas beban cukup kuat berarti biaya yang menjadi beban perusahaan dalam suatu periode
telah/akan dibayar dan dicatat seluruhnya oleh perusahaan, selain itu diharapkan efisiensi bisa
ditingkatkan.
Beberapa ciri internal control yang baik atas pendapatan dan beban.
a. Digunakannya formulir-formulir yang prenumbered, seperti purchase requisition, purchase
order, receiving report, official receipt, sales order, delivery order, sales invoice, dan lain-lain.
b. Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab antara fungsi-fungsi di dalam perusahaan
(adequate segregation of duties).
c. Digunakannya anggaran pendapatan dan biaya (budget) dan setiap akhir bulan dibuat
perbandingan antara budget dengan realisasinya dan kemudian dianalisis variance yang terjadi.
d. Adanya sistem otorisasi yang dipegang oleh beberapa orang berdasarkan jenjang jabatannya,
baik untuk persetujuan kredit, pengiriman barang maupun harga dan diskon.
e. Digunakannya program komputer untuk menghitung gaji dan PPh 21.
f. Digunakannya time card untuk mengontrol jumlah jam kerja dari masing- masing pegawai.
g. Adanya personal file untuk masing-masing pegawai yang antara lain memuat surat
pengangkatan sebagai pegawai, kenaikan gaji, jenjang jabatan, status keluarga dan data penting
lainnya untuk masing-masing pegawai.
h. Adanya bagian internal audit yang berfungsi antara lain untuk men check keandalan dan
keakuratan data akuntansi.

2. Untuk memeriksa apakah semua pendapatan yang menjadi hak perusahaan telah dicatat
dengan menggunakan cut-off yang tepat. Maksudnya auditor harus yakin bahwa:
semua pendapatan, dari kegiatan operasi maupun di luar kegiatan operasi (misalnya pendapatan
bunga, penjualan barang-barang scrap), seluruhnya sudah dicatat dalam buku perusahaan dan
uangnya telah/akan diterima oleh perusahaan. Jangan sampai ada pendapatan yang masuk ke
kantong karyawan, direksi atau pemegang saham yang merupakan pemilik perusahaan. semua
pendapatan dicatat dalam periode yang tepat, yaitu periode terjadinya, dan tidak terjadi
pergeseran waktu pencatatan untuk tujuan window dressing. tidak ada pendapatan yang bukan
menjadi hak perusahaan, misalnya pendapatan dari bisnis pribadi pemegang saham/pemilik,
dicatat sebagai pendapatan.

3. Untuk memeriksa apakah semua biaya yang menjadi beban perusahaan telah dicat perusahaan,
untuk tujuan window dressing. dengan menggunakan cut-off yang tepat. Maksudnya auditor
harus yakin bahwa:
semua biaya, dari kegiatan operasi maupun di luar kegiatan operasi (misalnya biaya bunga,
kerugian penarikan aset tetap), seluruhnya sudah dicatat dalam buku perusahaan, baik yang
uangnya sudah dibayarkan maupun baru akan dibayarkan dalam periode berikutnya; semua biaya
dicatat dalam periode yang tepat, yaitu periode terjadinya, dan tidak terjadi pergeseran waktu
pencatatan untuk tujuan window dressing; tidak ada biaya yang bukan menjadi beban
perusahaan, misalnya biaya pribadi pemegang saham/pemilik, dicatat sebagai biaya perusahaan.

4. Untuk memeriksa apakah terdapat fluktuasi yang besar dalam perkiraan pendapatan dan beban
jika dibandingkan bulan per bulan atau jika dibandingkan dengan anggaran pendapatan dan
beban. Jika terlihat ada fluktuasi yang besar, auditor harus memeriksa alasan dari kenaikan atau
penurunan yang besar tersebut, apakah masuk akal atau tidak Ada kemungkinan klien melakukan
kesalahan pencatatan, misalnya seharusnya masuk ke biaya penjualan tetapi dicatat sebagai biaya
umum dan administrasi Kemungkinan lain ada pergeseran waktu pencatatan, misalnya penjualan
tahun 2016 dicatat sebagai penjualan tahun 2015. Bisa juga klien sengaja melakukan pergeseran
mata anggaran karena anggaran tertentu sudah habis dipakai sedangkan mata anggaran lainnya
masih banyak yang belum terpakai.

5. Untuk memeriksa apakah pendapatan dan beban telah dilaporkan sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS. Dalam catatan atas laporan keuangan harus dijelaskan
beberapa kebijakan akuntansi yang penting, misalnya: apakah perusahaan menggunakan metode
akrual dalam pencatatan beban dan
pendapatan; bagaimana metode pengakuan pendapatan yang digunakan; pemeliharaan,
reparasi-perbaikan (repairs), dan penyempurnaan-penambahan (improvement); laba-rugi
penjualan aset tetap.

19.3 AUDIT PROSEDUR YANG DISARANKAN


Audit prosedur yang disarankan adalah sebagai berikut:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas pendapatan dan biaya. (Gunakan internal
control questionnaires, flow chart, atau narrative memo).
2. Minta rincian laporan laba rugi untuk periode yang diperiksa dengan angka perbandingan
untuk periode sebelumnya, dan lakukan analytical review procedures. Buat analisis rasio
dan hitung juga ROI (Return on Investment) dan ROE (Return on Equity). Rasio yang
dihitung untuk tahun yang diperiksa dibandingkan dengan rasio tahun lalu dan rasio
industri. Analytical review procedures disebut juga auditing by comparison karena selalu
menggunakan perbandingan.
3. Minta rincian laba rug untuk periode yang diperiksa, yang dibandingkan dengan budget
untuk periode yang sama. Hitung variance yang terjadi dalam rupiah maupun persen.
Variance yang jumlahnya material harus diselidiki sebab-sebabnya. Dari analisis variance
tersebut kemungkinan bisa diketahui seandainya perusahaan melaporkan angka yang
tidak sebenarnya dengan tujuan agar tidak terjadi penyimpangan yang besar dari budget
yang sudah ditetapkan. Misalnya window dressing penjualan, pergeseran mata anggaran
atau pergeseran waktu pencatatan.
4. Minta rincian penjualan menurut jenis barangnya atau menurut area penjualannya yang
mencantumkan kuantitas barang yang dijual maupun nilai uangnya selama setahun
(dibuat per bulan). Kemudian bandingkan kuantitas yang dijual, secara tes basis, dengan
pengeluaran barang yang tercatat pada kart persediaan.
5. Periksa cut-off penjualan, untuk mengetahui ada atau tidaknya pergeseran waktu
pencatatan penjualan. Periksa juga cut-off pembelian, untuk mengetahui adanya waktu
pencatatan pembelian. pergeseran Prosedur ini akan dibahas di Bab 21.
6. Periksa subsequent payment untuk mengetahui kemungkinan adanya unrecorded
liabilities. Periksa juga subsequent collection untuk mengetahui kemungkinan adanya
unrecorded receivables. Prosedur ini akan dibahas di Bab 21.
7. Buat analisis terhadap beberapa perkiraan biaya atau pendapatan yang kemungkinan
pengisian SPT untuk bisa ditanyakan oleh pihak pajak atau diperlukan dalam membuat
koreksi fiskal, atau yang memungkinkan timbulnya contingent liability. Misalnya: biaya
komisi penjualan, biaya entertainment, biaya sumbangan, biaya perjalanan, professional
fees, laba rugi penjualan aset tetap, pendapatan dan biaya bunga, pendapatan dan biaya
lain-lain, dan sebagainya.
8. Untuk biaya-biaya dan pendapatan yang ada kaitannya dengan pajak harus diperiksa
apakah peraturan perpajakan yang berlaku telah ditaati.
9. Khusus untuk biaya gaji:
a. periksa daftar gaji untuk satu atau beberapa bulan, kemudian tes perhitungan PPh 21
untuk mengetahui apakah perhitungannya sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku;
b. bandingkan total biaya gaji yang tercantum dalam perhitungan laba rugi dengan SPT
PPh 21; perhatikan apakah PPh 21 ditanggung karyawan atau perusahaan
c. secara tes basis bandingkan data yang ada dalam daftar gaji dengan personnel file
untuk mengetahui apakah jumlah gaji, status keluarga sama atau tidak;
d. Lakukan observasi pada saat pembayaran gaji (biasanya dilakukan pada perusahaan
yang pegawainya sangat banyak) untuk mengetahui apakah ada pegawai yang fiktif
10. Periksa apakah penyajian pos-pos laba rugi sudah sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan ETAP/PSAK/IFRS, begitu juga kecukupan pengungkapan (disclosure) dalam
catatan atas laporan keuangan.
Penjelasan Audit Procedures
a. Pelajari dan evaluasi internal control atas pendapatan dan biaya. Internal control
questionnaires dan flow chart untuk siklus Penjualan. Penerimaan Kas dan siklus Pembelian,
Kewajiban, Pengeluaran Piutang, dibahas secara rinci di Buku 1, sehingga tidak lagi dibahas di
Buku 2.
b. Analytical reviews procedures (prosedur penelaahan analitis) dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran mengenai kinerja perusahaan, apakah menjadi lebih baik atau lebih
buruk dibandingkan dengan ratio rata-rata di perusahaan sejenis (rasio industri), kinerja
perusahaan cukup baik atau tidak.
Prosedur 3, dan 4 sudah cukup kelas
Prosedur 5 dan 6 akan dibahas di bab 20 (dibagian pemeriksaan subsequent events).
7. Dalam menganalisis perkiraan biaya, auditor harus bisa mengetahui apa isi dari biaya tersebut
dengan memecahkan jumlah perkiraan tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lalu
memeriksa (secara sampling) bukti-bukti pendukungnya. Di Exhibit 19-16, 19-17, dan 19-18
disajikan contoh analisis biaya professional fees, biaya sumbangan dan biaya entertainment.
Perlu diketahui bahwa biaya sumbangan yang diberikan kepada siapa pun dan dalam bentuk
apa pun, tidak diakui koreksi fiskal positif. Biaya entertainment yang diakui sebagai biaya oleh
fiskus adalah entertainment yang dilakukan dalam kaitannya dengan bisnis perusahaan, jelas
siapa penerimanya dan harus dibuatkan daftar nominatif. Tanpa daftar nominatif harus dilakukan
koreksi fiskal positif atas biaya entertainment tersebut.
Dalam daftar nominatif harus diperlihatkan tanggal terjadinya entertainment, bentuknya,
jumlahnya, siapa yang dihibur, dan sebagainya.
Contoh daftar nominatif bisa dilihat di Exhibit 19-19. Koreksi fiskal positif adalah koreksi yang
harus dilakukan dalam membuat rekonsiliasi laba komersial dan laba fiskal yang mengakibatkan
bertambahnya laba fiskal. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pengakuan biaya menurut
Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS dan undang-undang atau peraturan perpajakan
yang berlaku.
Misalnya biaya sumbangan, diakui sebagai biaya oleh Standar Akuntansi Keuangan
ETAP/PSAK/IFRS namun tidak diakui sebagai biaya oleh undang-undang pajak.
Contoh lain: biaya penyusutan barang mewah (mobil mewah, villa milik perusahaan) diakui
sebagai biaya oleh Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS, tetapi tidak diakui sebagai
biaya oleh undang-undang pajak. Koreksi fiskal negatif adalah koreksi yang terjadi karena
adanya perbedaan perlakuan terhadap biaya atau pendapatan antara Standar Akuntansi Keuangan
ETAP/PSAK/ IFRS dan undang-undang pajak, sehingga laba fiskal menjadi berkurang.
Misalnya penyusutan tahun pertama dari kendaraan, perusahaan menggunakan straight line
method dengan persentase penyusutan 25% setahun, sedangkan undang-undang pajak
menggunakan double declining method dengan persentase penyusutan 50% setahun. Laba
Komersial adalah laba yang dihitung berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
ETAP/PSAK/IFRS, sedangkan laba fiskal adalah laba yang dihitung berdasarkan undang undang
pajak yang berlaku.
Untuk menghitung berapa pajak penghasilan badan yang terutang harus dibuat rekonsiliasi laba
komersial dan laba fiskal, rekonsiliasi ini akan lebih baik jika dijelaskan dalam catatan atas
laporan keuangan, supaya menjadi lebih informatif. Contoh rekonsiliasi laba komersial dan laba
fiskal bisa dilihat di Exhibit 19-20.
Prosedur 8 sekaligus sudah dijelaskan di penjelasan prosedur 7.
9. Pemeriksaan gaji.
Auditor harus memeriksa keakuratan perhitungan dalam daftar gaji dan memperhatikan
kemungkinan adanya pegawai fiktif dalam daftar gaji tersebut, atau pegawai yang sudah berhenti
tetapi mash tercantum dalam daftar gaji.
Auditor harus mengetes perhitungan PPH 21.
10. Contoh Penyajian pos-pos laba rugi bisa dilihat di Exhibit.

Anda mungkin juga menyukai