Anda di halaman 1dari 17

PENDAPATAN (Menurut PSAK No.

23)
Pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan
ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Dalam akuntansi untuk pendapatan yang muncul sebagai akibat dari transaksi atau kejadian
berikut:
 Penjualan barang (baik produksi oleh entitas untuk tujuan produksi atau dibeli untuk dijual
kembali)
 Pemberian jasa
 Kontrak kontruksi
 Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti atau deviden.

Pendapatan atau penghasilan lain dapat berupa dari:


 Perjanjian sewa
 Dividen yang timbul dari investasi yang dihitung dengan menggunakan metode ekuitas
 Perubahan nilai wajar investasi pada efek tertentu, atau pelepasannya

Pengukuran Pendapatan
Entitas harus mengukur pendapatan berdasarkan nilai wajar atas pembayaran yang
diterima atau masih harus diterima. Nilai wajar tersebut tidak termasuk jumlah diskon penjualan
dan potongan volume.
Entitas harus memasukan dalam pendapatan manfaat ekonomi yang diterima atau masih
harus diterima secara bruto. Entitas harus mengeluarkan dari pendapatan sejumlah nilai yang
menjadi bagian pihak ketiga seperti pajak penjualan, pajak atas barang dan jasa, dan pajak
pertambahan nilai. Dalam hubungan keagenan, entitas memasukan dalam pendapatan hanya
sebesar jumlah komisi. Jumlah yang diperoleh atas nama pihak prinsipal bukan merupakan
pendapatan entitas tersebut.

Pembayaran Tangguhan
Jika aliran penerimaan kas atau setara kas ditangguhkan, dan perjanjian dapat
diklasifikasikan sebagai transaksi keuangan, maka nilai wajar atas pembayaran adalah nilai kini

DEVI DWI DAYANTI


A014202011
dari seluruh penerimaan masa depan yang ditentukan berdasarkan tingkat bunga yang terkait
(imputed rate of interest). Suatu transaksi pembiayaan muncul ketika, misalnya, entitas
menyediakan kredit bebas bunga kepada pembeli atau menerima wesel tagih dengan tingkat
bunga dibawah tingkat bunga pasar dari pembeli sebagai pembayaran penjualan barang. Tingkat
bunga yang terikat adalah mana yang lebih jelas ditentukan dari pilihan berikut ini :
a) Tingkat bunga yang berlaku atas instrumen serupa yang dikeluarkan oleh penerbit dengan
peringkat kredit yang sama; atau
b) Tingkat bunga yang mendiskontokan nilai nominal instrumen menjadi harga jual tunai saat
ini dari barang dan jasa.
Entitas harus mengakui perbedaan antara nilai kini dari seluruh penerimaan masa depan dan nilai
nimonal pembayaran sebagai pendapatan bunga.

Pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa ditunaikan dimana pengakuan
atas dasar ini memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja
entitas dalam satu periode. Pendapatan yang timbul dari pengunaaan aset entitas oleh pihak lain
yang menghasilkan bunga, royalty, dan deviden diakui atas dasar sebagai berikut:
 Bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif seperti yang tercantum dalam PSAK
no 55. Jika bunga belum dibayar namun telah diakru (diakui) sebelum pembelian investasi
yang berbunga, maka penerimaan bunga kemudian dialokasikan antara periode sebelum
pembelian dan sesudah pembelian serta hanya bagian setelah pembelian saja yang diakui
sebagai pendapatan.
 Royalty diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan. Royalti
diakru (diakui) sesuai dengan syarat perjanjian ya ng relevan dan pendapatan umumnya
diakui sesuai dengan dasar tersebut kecuali dengan memperhatikan perjanjian maka akan
lebih sesuai untuk mengakui pendapatan atas dasar sistematik dan rasional yang lain
 Deviden diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.

Pertukaran Barang atau Jasa


Entitas tidak dapat mengakui pendapatan jika barang atau jasa ditukar atau diganti oleh
barang atau jasa yang sejenis dan bernilau sama. Namun, entitas harus mengakui pendapatan
ketika barang telah dijual atau jasa diberikan dalam pertukaran barang atau jasa yang tidak
serupa. Dalam kasus ini, entitas harus mengukur transaksi pada nilai wajar, kecuali :
a) Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau

DEVI DWI DAYANTI


A014202011
b) Nilai wajar dari aset yang diterima ataupun aset yang dilepas tidak dapat diandalkan. Jika
transaksi tidak dapat ditukar pda nilai wajar, maka entitas harus mengukur pada jumlah
tercatat dari aset yang dilepas.

Identifikasi Transaksi Pendapatan


Entitas umumnya menerapkan kriteria pengukuran pendapatan. Namun, entitas dapat
menerapkan kriteria pengakuan yang berbeda pada detiap komponen yang dapat di
identifikasikan dari suatu transaksi tunggal jika hal ini diperlukan untuk merefleksikan substansi
dari transaksi. Misalnya, entitas menerapkan kriteria pengakuan kepada setiap komponen yang
dapat diidentifikasi dari suatu transaksi tungal ketika harga jual suatu produk meliputi jumlah
yang dapat diidentifikasi atas pemberian jasa lanjutan.
Sebaliknya, entitas menerapkan kriteria pengakuan pada dua transaksi atau lebih secara
bersama – sama ketika keduanya terhubungkan, sehingga efek komersial tidak dapat dipahami
tanpa mengacu pada rangkaian transaksi secara keseluruhan. Misalnya, entitas menerapkan
kriteria pengakuan pada dua transaksi atau lebih ketika entitas tersebut menjual barang dan (pada
saat yang sama) membuat perjanjian yang terpisah untuk pembelian kembali barang pada periode
selanjutnya, maka hal ini tersebut meniadakan efek substantif dari transaksi.

Penjualan Barang
Entias harus mengakui pendapatan dari suatu penjualan barang jika semua kondoso
berikut terpenuhi :
a) Entitas telah mengalihkan risiko dan manfaat yang signifikan dari kepemilikan barang kepada
pembeli.
b) Entitas tidak mempertahankan atau meneruskan baik keterlibatab manajerial sampai kepada
tingkat dimana biasanya diasosiasikan dengan kepemilikan maupun kontrol efek aas barang
yang terjual.
c) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal
d) Ada kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir
masuk kedalam entitas, dan
e) Biaya yang telah atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi dapat diukur secara andal.

Penjualan Jasa
Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal,
pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat

DEVI DWI DAYANTI


A014202011
penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil transaksi dapat diestimasi dengan andal
jika seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:
1) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
2) Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut dapat diperoleh
entitas;
3) Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal;
dan
4) Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur
dengan andal.

Bunga, Royalti, dan Dividen


Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan
bunga, royalti, dan dividen diakui atas dasar yang dijelaskan dalam paragraf 30, jika:
 Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh
entitas; dan
 Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:
 Bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif seperti yang dijelaskan di PSAK 55
(revisi 2006): Instrumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran paragraf 8 dan PA 17-20;
 Royalti diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan; dan
 Dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.

Pengungkapan
Entitas mengungkapkan:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, termasuk metode yang
digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi yang melibatkan pemberian
jasa;
2. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut,
termasuk pendapatan yang berasal dari:
a. Penjualan barang;
b. Penjualan jasa;
c. Bunga;
d. Royalti;
e. Dividen

DEVI DWI DAYANTI


A014202011
3. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercakup dalam setiap
kategori signifikan dari pendapatan.

2.2 KEBIJAKAN AKUTANSI (PSAK 25 ) DAN ESTIMASI AKUNTANSI

Kebijakan Akuntansi merupakan pedoman penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan


Pemerintah Daerah untuk tujuan umum (general purpose financial statement) yang dapat
memenuhi kepentingan sebagian besar pengguna Laporan Keuangan (stakeholders) dalam rangka
meningkatkan keterbandingan Laporan Keuangan terhadap anggaran, antar periode maupun antar
entitas.

Kebijakan Akuntansi menjelaskan dasar Pengakuan, Pengukuran, dan Pelaporan atas


unsur dalam Laporan Keuangan, meliputi penjelasan mengenai:
1. Prinsip penyusunan dan penyajian pelaporan keuangan; dan
2. Definisi, Pengakuan, Pengukuran, dan pelaporan komponen Laporan Keuangan.
Dikecualikan dari Kebijakan Akuntansi yang ditetapkan dalam Peraturan Walikota ini yakni
penyusunan Laporan Keuangan untuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)/Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) yang diatur dalam Peraturan Walikota tersendiri.

Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, aturan, dan praktik tertentu yang
diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangannya. Jika SAK
ETAP secara spesifikasi mengatur transaksi, kejadian atau keadaan lainnya, maka entitas harus
menerapkan SAK ETAP. Namun entitas tidak perlu mengikuti persyaratan dalam SAK ETAP
jika dampaknya tidak material.

Jika SAK ETAP tidak secara spesifik mengatur suatu transaksi, peristiwa atau kondisi
lainnya maka manajemen harus menggunakan pertimbangannya (judgement) untuk
mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang :
 Relevan bagi pemakai untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi; dan
 Andal yaitu dalam laporan keuangan yang :
 Menyajikan dengan jujur posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas dari suatu
entitas

DEVI DWI DAYANTI


A014202011
 Mencerminkan substansi ekonomi dari transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya, serta
tidak hanya mencerminkan bentuk hukumnya
 Netral
 Mencerminkan kehati-hatian
 Bersifat lengkap dalam semua hal yang material.

Perubahan Estimasi Akuntansi

Perubahan estimasi akuntansi adalah penyesuaian jumlah tercatat aset atau kewajiban,
atau jumlah konsumsi periodeik suatu aset, yang bersal dari pengujian status sekarang dari, dan
ekspetasi manfaat ekonomi dan kewajiban masa mendatang yang terkait dengan aset dan
kewajiban. Perubahan estimasi akuntansi yang berasal dari informasi baru atau pengembangan
baru dan, oleh karena itu, bukan koreksi kesalahan.

Perubahan estimasi akuntansi adalah penyesuaian jumlah tercatat aset atau laibilitas, atau
jumlah pemakaian periodik aset, yang berasal dari penilaian status kini dari, dan ekspektasi
manfaat masa depan dan kewajiban yang terkait dengan, aset dan laibilitas. Perubahan estimasi
akuntansi dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan baru dan, sejalan dengan hal
tersebut, bukan dari koreksi kesalahan.

Entitas mengubah suatu kebijakan akuntansi hanya jika perubahan tersebut:


dipersyaratkan oleh suatu PSAK; atau menghasilkan laporan keuangan yang memberikan
informasi yang andal dan lebih relevan tentang dampak transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya
terhadap posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas entitas.

Penerapan Perubahan Kebijakan Akuntansi

Entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari penerapan awal suatu PSAK
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan transisi dalam PSAK tersebut, jika ada; dan
jika entitas mengubah kebijakan akuntansi untuk penerapan awal suatu PSAK yang tidak
mengatur ketentuan transisi untuk perubahan tersebut, atau perubahan kebijakan akuntansi secara
sukarela, maka entitas menerapkan perubahan tersebut secara retrospektif.

DEVI DWI DAYANTI


A014202011
Ketika perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif, maka entitas
menyesuaikan saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode sajian paling
awal dan jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-olah
kebijakan akuntansi baru tersebut sudah diterapkan sebelumnya.

Dampak perubahan estimasi akuntansi diakui secara prospektif dalam laporan laba rugi
pada: periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau periode perubahan
dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada keduanya. Sepanjang perubahan
estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan laibilitas, atau terkait dengan suatu pos
ekuitas, perubahan estimasi akuntansi tersebut diakui dengan menyesuaikan jumlah tercatat pos
aset, liabilitas, atau ekuitas yang terkait pada periode perubahan.

Entitas harus mengakui pengaruh perubahan estimasi akuntansi secara prospektif (kecuali
perubahan di mana dengan memasukannya ke laporan laba rugi di :
a. Periode terjadinya perubahan, jika hanya berpengaruh terhadap periode tersebut, atau
b. Periode terjadi perubahan periode mendatang, jika berpengaruh terhadap keduanya.

Jika perubahan estimasi akuntansi mengubah aset dan kewajiban, atau terkait dengan
suatu pos di ekuitas, maka entitas harus mengakuinya dengan menyesuaikan jumlah tercatat pos
aset, kewajiban dan ekuitas yang terkait di periode perubahan tersebut.

Pengungkapan Perubahan Estimasi

Entitas harus mengungkapkan sifat setiap perubahan estimasi akuntansi dan dampak
perubahan tersebut pada aset, kewajiban, penghasilan, dan beban pada periode berjalan. Jika
praktis bagi entitas untuk mengestimasi dampak perubahan tersebut untuk satu atau lebih periode
yang akan datang, maka entitas mengungkapkan estimasi tersebut.

Koreksi Kesalahan Periode Lalu

Kesalahan periode lalu adalah kelalaian dan kesalahan pencatatan dalam laporan
keuangan entitas untuk satu atau lebih periode lalu yang muncul dari kegagalan untuk
menggunakan atau kesalahan penggunaan informasi yang andal:

DEVI DWI DAYANTI


A014202011
a. Yang tersedia ketika laporan keuangan diterbitkan.
b. Diekspektasi dengan layak seharusnya diperoleh dan dimasukan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan tersebut.
Kesalahan tersebut termasuk dampak kesalahan matematis, kesalahan penerapan, kebijakan
akuntansi, kekeliruan dan kesalahan interpretasi fakta, dan kecurangan.

Jika praktis, entitas harus mengoreksi kesalahan periode lalu secara retrospektif pada
laporan keuangan yang diterbitkan pertama kali setelah penemuan dengan cara:
a. Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode penyajian sebelumnya di mana
kesalahan terjadi, atau
b. Jika kesalahan terjadi sebelum periode penyajian paling awal, saldo awal aset, kewajiban dan
ekuitas periode panyajian paling awal disajikan kembali.

Jika tidak praktis untuk menentukan periode spesifik pengaruh kesalahan atas informasi
komparatif untuk satu atau lebih periode sebelumnya yang disajikan, maka entitas harus
menyajkan kembali saldo awal aset, kewajiban, dan ekuitas untuk periode paling awal dimana
penyajian kembali secara restropektif praktis dilakukan (kemungkinan dapat terjadi pada periode
berjalan.

Pengungkapan Kesalahan Periode Lalu

Entitas harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk lesalahan periode yang lalu :
a. Sifat dari kesalahan periode yang lalu
b. Untik setiap periode lalu disajikan, jika praktis, jumlah koreksi ntuk setiap pos laporan
keuangan yang terpengaruh.
c. Jumlah koreksi pada awal periode lalu yang disajikan paling awal; dan
d. Jika penyajian kembali secara retrospektif adalah tidak praktis untuk periode lalu tertentu,
kondisi yang menyebabkan ketidak-praktisan tersebut dan deskripsi bagaimana dan sejak
kapan kesalahan telah dikoreksi.

Laporan keuangan periode berikutnya tidak perlu mengulang pengungkapan –


pengungkapan tersebut.

DEVI DWI DAYANTI


A014202011
a. Setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk
menyajikan Laporan Keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit instansi
pemerintah dalam pelaporan keuangan.
b. Adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan
tanggung jawab penuh.
c. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan Aset dan sumber daya di luar neraca untuk
kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan atau kerusakan Aset dan
sumber daya dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat keputusan entitas, serta terlaksana
atau tidak terlaksananya program yang telah ditetapkan.

Kesinambungan Entitas Laporan Keuangan disusun dengan asumsi bahwa Entitas


Pelaporan akan berlanjut keberadaannya dan tidak direncanakan akan dilikuidasi dalam jangka
pendek. 3. Keterukuran Dalam Satuan Uang Laporan Keuangan Entitas Pelaporan harus
menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang agar dapat
dilakukan analisis dan pengukuran dalam Akuntansi.

Menentukan kriteria untuk pemilihan dan perubahan kebijakan akuntansi, bersama


dengan perlakuan akuntansi dan pengungkapan atas perubahan kebijakan akuntansi, perubahan
estimasi akuntansi, dan koreksi kesalahan. Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan
relevansi dan keandalan laporan keuangan entitas, daya banding laporan keuangan tersebut dan
dengan laporan keuangan entitas lainnya.

Pernyataan ini diterapkan dalam pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, dan
pencatatan perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan koreksi kesalahan
periode lalu. Dampak pajak perbaikan kesalahan periode sebelumnya dan penyesuaian
retrospektif untuk perubahan kebijakan akuntansi diperlakukan dan diungkapkan sesuai dengan
PSAK 46: Pajak Penghasilan.

Penerapan Retrospektif

Ketika perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif, maka entitas


menyesuaikan:
(a)    Saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode sajian paling awal.

DEVI DWI DAYANTI


A014202011
(b)   Jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-olah kebijakan
akuntansi baru tersebut sudah diterapkan sebelumnya

Keterbatasan Penerapan Retrospektif

Ketika penerapan retrospektif disyaratkan, maka perubahan kebijakan akuntansi


diterapkan secara retrospektif, kecuali sepanjang tidak praktis  untuk menentukan dampak
spesifik periode atau dampak kumulatif periode tersebut.

Pengungkapan Penerapan Awal

Ketika penerapan awal suatu PSAK memiliki dampak pada periode berjalan atau periode
lalu, akan memiliki dampak semacam itu kecuali tidak praktis untuk menentukan jumlah
penyesuaian, atau memiliki dampak pada periode mendatang, entitas mengungkapkan:
 Judul PSAK;
 Ketika dapat diterapkan, bahwa perubahan kebijakan akuntansi dilakukan sesuai dengan
ketentuan transisinya
 Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;
 Ketika dapat diterapkan, penjelasan ketentuan transisi;
 Ketika dapat diterapkan, ketentuan transisi yang memiliki dampak pada periode mendatang;
 Untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang praktis, jumlah penyesuaian:
 Untuk setiap item laporan keuangan yang terkena dampak;
 Jika PSAK 56: Laba per Saham diterapkan, laba per saham dasar dan dilusian;
 Jumlah penyesuaian terkait dengan periode-periode sebelum disajikan, sepanjang praktis;
dan
 Jika penerapan retrospektif disyaratkan tidak praktis untuk suatu periode lalu tertentu, atau
periode-periode sebelum disajikan, keadaan yang mendorong ke keberadaan kondisi itu dan
penjelasan bagaimana dan mulai kapan perubahan kebijakan akuntansi diterapkan.

Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan di atas.


Ketika perubahan kebijakan akuntansi sukarela memiliki dampak pada periode berjalan atau
periode lalu, akan memiliki dampak pada periode itu kecuali tidak praktis untuk menentukan
jumlah penyesuaian, atau memiliki dampak pada periode mendatang, entitas mengungkapkan:
 Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;

DEVI DWI DAYANTI


A014202011
 Alasan kenapa penerapan kebijakan akuntansi baru memberikan informasi yang andal dan
lebih relevan;
 Untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang praktis, jumlah penyesuaian:
 Untuk setiap item laporan keuangan yang terpengaruh; dan
 Jika PSAK 56: Laba Per Saham diterapkan untuk entitas, laba per saham dasar dan
dilusian;
 Jumlah penyesuaian yang terkait dengan periode-periode sebelum periode-periode tersebut
disajikan, sepanjang praktis; dan
 Jika penerapan retrospektif tidak praktis untuk suatu periode tertentu, atau untuk periode-
periode sebelum periode-periode tersebut disajikan, keadaan yang membuat keberadaan
kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak kapan perubahan kebijakan akuntansi
diterapkan.
 Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan ini.

Estimasi Akuntansi

Estimasi akuntansi merupakan estimasi entitas yang dapat mempengaruhi elemen-elemen


dalam LK.
 Estimasi harus melibatkan pertimbangan entitas berdasarkan informasi terkini yang tersedia
dan dapat diandalkan.
 Banyak hal yang mempengaruhi elemen LK yang tidak dapat diukur secara akurat namun
hanya dapat diestimasi karena ketidakpastian yang melekat pada aktivitas bisnis.
 Penggunaan estimasi yang reasonable adalah yang terpenting dalam penyusunan LK tanpa
menyesampingkan keandalannya.
 Perubahan Estimasi Akuntansi

Estimasi melibatkan pertimbangan berdasarkan informasi terkini yang tersedia dan andal.
Perubahan estimasi akuntansi adalah:
 Penyesuaian jumlah tercatat aset atau liabilitas, atau jumlah pemakaian periodik aset, yang
berasal dari penilaian status kini, dan ekspektasi manfaat masa depan dan kewajiban yang
terkait dengan, aset dan liabilitas.
 Perubahan estimasi akuntansi dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan baru dan,
 Oleh karena itu, bukan dari koreksi kesalahan.

DEVI DWI DAYANTI


A014202011
Entitas harus mengakui efek dari perubahan estimasi secara prospektif sebagai berikut:
 Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan laibilitas, atau
terkait dengan suatu item ekuitas, perubahan estimasi akuntansi tersebut diakui dengan
menyesuaikan jumlah tercatat item aset, laibilitas, atau ekuitas yang terkait pada periode
perubahan.
 Dampak perubahan estimasi akuntansi, selain perubahan penerapan di atas, diakui secara
prospektif dalam laporan laba rugi pada:
 Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau
 Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada keduanya.

Pengungkapan

Entitas mengungkapkan sifat dan jumlah perubahan estimasi akuntansi yang berdampak
pada periode berjalan atau diperkirakan akan berdampak pada periode mendatang, kecuali
pengungkapan dampak pada periode mendatang tidak praktis untuk mengestimasi dampak itu.
Jika jumlah dampak pada periode mendatang adalah tidak diungkapkan karena estimasinya tidak
praktis, maka entitas mengungkapkan hal itu.

2.3 KESALAHAN

Kesalahan dapat timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan


unsur-unsur laporan keuangan. Laporan keuangan tidak sesuai dengan PSAK jika mengandung
kesalahan material, atau tidak material yang disengaja untuk mencapai suatu penyajian laporan
posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas tertentu.

A. Kesalahan periode lalu

Kesalahan Periode Lalu adalah kelalaian mencantumkan dan kesalahan dalam mencatat,
dalam laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode lalu yang timbul dari
kegagalan untuk menggunakan, atau kesalahan penggunaan informasi andal yang:
 Tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan untuk periode tersebut; dan

DEVI DWI DAYANTI


A014202011
 Secara rasional diharapkan dapat diperoleh dan dipergunakan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan.
Kesalahan semacam itu termasuk:
 Dampak kesalahan perhitungan matematis,
 Kesalahan penerapan kebijakan akuntansi,
 Kekeliruan atau kesalahan interpretasi fakta,
 Kecurangan.

B. Keterbatasan penyajian kembali retrospektif

Kesalahan periode lalu dikoreksi dengan penyajiankembali secara retrospektif kecuali


sepanjang tidak praktis untuk menentukan dampak periode tertentu atau dampak kumulatif
kesalahan.
Ketika tidak praktis untuk menentukan:
 Dampak spesifik periode kesalahan
 Entitas menyajikan kembali saldo pembuka aset, laibilitas, dan ekuitas untuk periode
paling awal di mana penyajiankembali retrospektif adalah praktis (mungkin periode
berjalan).
 Dampak kumulatif, pada awal periode berjalan, dari kesalahan pada semua periode lalu
 Entitas menyajikan-kembali informasi komparatif untuk mengoreksi kesalahan secara
 prospektif dari tanggal paling praktis paling awal.

C. Pengungkapan kesalahan periode lalu

 Sifat kesalahan periode lalu;


 Jumlah koreksi untuk setiap periode sajian, sepanjang praktis:
 Untuk setiap item laporan keuangan yang terpengaruh; dan
 LPS dasar dan dilusian jika PSAK 56 diterapkan atas entitas;
 Jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal; dan
 Jika penyajian-kembali retrospektif tidak praktis untuk suatu periode lalu tertentu,
keadaan yang membuat keberadaan kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak
kapan kesalahan telah dikoreksi.

DEVI DWI DAYANTI


A014202011
D.  Ketidakpastian penerapan dan penyajian kembali retrospektif

 Penerapan suatu pengaturan adalah tidak praktis ketika entitas tidak dapat
menerapkannya setelah seluruh usaha rasional dilakukan.
 Untuk suatu periode lalu tertentu, adalah tidak praktis untuk menerapkan suatu
perubahan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau menyajikan kembali secara
retrospektif untuk mengoreksi kesalahan, jika:
o Dampak penerapan retrospektif atau penyajian-kembali retrospektif tidak dapat
ditentukan;
o Penerapan retrospektif atau penyajian-kembali retrospektif memerlukan asumsi
mengenai maksud  manajemen yang ada pada periode lalu tersebut; atau
o Penerapan retrospektif atau penyajian-kembali retrospektif memerlukan estimasi
signifikan atas jumlah dan tidak mungkin untuk membedakan secara obyektif
informasi mengenai estimasi yang:
 Menyediakan bukti atas keadaan yang ada pada tanggal di mana jumlah tersebut diakui,
diukur atau diungkapkan; dan
 Akan tersedia ketika laporan keuangan periode lalu disahkan untuk diterbitkan dari
informasi lain.

2.4 PAJAK PENGHASILAN (PSAK 46)

Badan diatur dalam PSAK 46 tentang Pajak atas Laba Perusahaan. Dalam hal ini
penghasilan dipotong pajak oleh pihak lain saat menerima penghasilan. PSAK 46 Pajak atas
Laba Perusahaan mengatur tentang Badan memotong PPh 21 atas gaji pegawai dan PPN atas
penyerahan barang/ jasa.

DEVI DWI DAYANTI


A014202011
Dalam hal ini, beban yang terdiri dari PBB, Materai BPHTB, dan Pajak Daerah
disetorkan kepada kas Negara kemudian dilaporkan kepada KPP.
SPT Pajak terdiri dari:
 Penghasilan
 Beban yang dapat dikurangkan
 Penghasilan kena pajak x tarif pajak
 Pajak terutang 1 tahun fiscal
 Kredit pajak
 Angsuran pajak (PPh 25)
 Dipotong pihak lain (22,23)
 Pajak Luar Negeri (24)

Berikut Ini Merupakan Perubahan PSAK 46 Tahun 2014:

A. Perbedaan Pajak dan Akuntansi

Terdapat perbedaan antara pajak dengan akuntansi. Hal tersebut merupakan masalah
yang timbul dalam akuntansi untuk pajak penghasilan adalah bahwa standard atau aturan
yang digunakan dalam pelaporan akuntansi, dalam hal ini adalah Pernyataan Standard
Akuntansi Keuangan (PSAK) seringkali tidak sama atau bertentangan dengan peraturan
perpajakan yang berlaku di Indonesia dalam menentukan Laba atau penghasilan kena
pajak.

Dalam hal perbedaan tersebut, ada yang bersifat sementara (temporary different) dan
ada yang bersifat tetap (permanent different). Atas perbedaan tersebut harus dilakukan
suatu  tahapan yang disebut rekonsiliasi fiskal, sehingga pada akhirnya dapat diketahui laba
fiskal perusahaan. Perbedaan tetap adalah merupakam suatu konsekuensi yang harus
diterima bahwa hal tersebut harus dikeluarkan dari laporan laba rugi karena secara fiskal
atau berdasar peraturan pajak tidak dapat dibebankan atau bukan merupakan penghasilan.
Berbeda dengan perbedaan tetap, perbedaan sementara baik secara standar akuntansi
maupun peraturan perpajakan boleh diakui, hanya saja waktu pengakuannya yang berbeda,
tetapi pada akhirnya mempunyai nilai yang sama. Akun terkait dengan perbedaan
sementara adalah Pajak Tangguhan: Aset/ Liabilitas dan Beban/Pendapatan.

DEVI DWI DAYANTI


A014202011
B. Tujuan PSAK 46

 Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan


 Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak :
 pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang diakui
pada laporan posisi keuangan entitas.
 transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada periode kini yang diakui pada
laporan keuangan entitas.
 Mengatur pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa rugi yang dapat
dikompensasi ke tahun berikut.
 Perbedaan pengaturan dengan IAS 12 : SKP, penambahan kesesuaian dengan
peraturan perpajakan untuk definisi aset pajak tangguhan

C. Aset pajak tangguhan

Aset Pajak Tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada
periode masa depan sebagai akibat adanya:
 Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan
 Akumulasi rugi pajak belum dikompensasi
 Akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam hal peraturan perpajakan
mengizinkan.
(Laba Pajak lebih besar dari Laba Akuntansi).

Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode
masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. (Laba Akuntansi lebih
besar dari Laba pajak)

Beban pajak (Penghasilan pajak) adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak
tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba atau rugi pada satu periode
dipadankan dengan dengan laba akuntansi

Laba akuntansi adalah laba atau rugi selama satu periode sebelum dikurangi beban
pajak. Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi)

DEVI DWI DAYANTI


A014202011
selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas
Pajak atas pajak penghasilan yang terutang (dilunasi).

Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan
pajak ini dikenakan atas laba kena pajak entitas.

D.    Incomes Tax


Ikhtisar persyaratan saat ini yang efektif
o Pajak penghasilan adalah pajak berdasarkan penghasilan kena pajak dan pajak yang
dibayar oleh anak perusahaan , asosiasi atau bergabung dengan usaha distribusi kepada
investor .
o Beban pajak inccome (pendapatan)  yang diakui dalam suatu periode adalah jumlah
dari pajak saat ini ditambah perubahan aktiva dan kewajiban pajak tangguhan selama
periode tersebut , tidak termasuk pajak diakui di luar laba rugi atau timbul dari
combintion(pergabungan) bisnis .
o Pajak kini merupakan jumlah hutang (recoverable) pajak penghasilan sehubungan
dengan laba kena pajak (rugi) untuk periode pajak tangguhan diakui untuk estimasi
pengaruh pajak masa depan perbedaan temporer , saldo rugi fiskal yang dilakukan ke
depan dan kredit pajak yang tidak terpakai dilakukan ke depan.

Perbedaan temporer adalah perbedaan antara bas pajak aset atau kewajiban dan jumlahnya
tercatat dalam laporan keuangan.
 Kewajiban pajak tangguhan tidak diakui jika timbul dari pengakuan awal goodwill
 Kewajiban pajak tangguhan (aset) tidak diakui jika timbul dari pengakuan awal aset
atau kewajiban dalam suatu transaksi yang bukan penggabungan usaha , dan pada saat
transaksi mempengaruhi laba akuntansi tidak atau laba fiscal
 Pajak tangguhan tidak diakui dalam hal investasi di anak perusahaan, asosiasi dan joint
venture jika kondisi tertentu terpenuh aktiva pajak tangguhan diakui apabila besar
kemungkinan bahwa hal itu akan terwujud
 Pajak penghasilan diukur berdasarkan tarif yang berlaku pada tanggal pelaporan.
 Pajak tangguhan didasarkan pada cara yang diharapkan penyelesaian (kewajiban) atau
pemulihan (aset)
 Pajak tangguhan diukur secara didiskontokan.

DEVI DWI DAYANTI


A014202011

Anda mungkin juga menyukai