KELOMPOK 3
Anggota :
RESUME MATERI
A. PENDAPATAN
PENGERTIAN
Penghasilan didefinisikan dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan
keuangan sebagai peningkatan ekonomi pada periode akuntansi tertentu.
Menurut FASP:
Pendapatan adalah arus masuk atau penambahan lainnya pada aktiva satu kesatuan
usaha atau penyelesaian kewajiban- kewajibannya (atau kombinasi keduanya) dari
pengiriman atau produksi barang, pemberian jasa, atau kegiatan lain yang
merupakan kegiatan utama atau pusat dari satuan usaha yang berkesinambungan.
Sumber Pendapatan
Pendapatan biasanya diterima dari kegiatan operasional utama perusahaan, namun tidak
menutup kemungkinan adanya pendapatan lain yang diterima dari kegiatan lainnya
seperti dari pendapatan bunga ataupun pendapatan dari hasil keuntungan penjualan aset
tetap yang tidak dipakai lagi.
Pendapatan yang diterima suatu perusahaan umumnya berasal dari beberapa sumber,
yang kemudian digolongkan menjadi:
Prinsip pengakuan pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan diakui saat terdapat kemungkinan
manfaat ekonomik akan mengalir kepada perusahaan dan manfaat tersebut dapat diukur secara andal.
Menurut Kieso (2018:236) empat transaksi pendapatan diakui sesuai dengan prinsip ini:
1. Perusahaan mengakui pendapatan dari penjualan produk pada tanggal penjualan. Tanggal ini
biasanya diartikan sebagai tanggal pengiriman kepada pelanggan.
2. Perusahaan mengakui pendapatan dari jasa yang diberikan, ketika jasa telah selesai dilakukan
dan dapat ditagihkan.
3. Perusahaan mengakui pendapatan dari mengizinkan pihak lain untuk menggunakan aset
perusahaan, seperti bunga, sewa, dan royalti seiring dengan berlalunya waktu atau saat aset
digunakan.
4. Perusahaan mengakui pendapatan dari pelepasan aset selain produk yang biasa dijual pada
tanggal penjualan.
Martani, dkk (2015:208) menjelaskan mengenai saat kapan umumnya masing-masing jenis
pendapatan dapat diakui:
1. Penjualan barang: umumnya pendapatan diakui pada saat penjualan yaitu saat penyerahan
barang.
2. Pendapatan jasa: umumnya pendapatan diakui pada saat penyerahan jasa yang dapat
ditagihkan.
3. Pendapatan yang berasal dari penggunaan aset, misalnya pendapatan bunga, sewa atau
royalti: umumnya pendapatan dapat diakui pada saat berlalunya waktu atau pada saat aset
digunakan.
4. Pendapatan yang berasal dari penjualan aset selain persediaan: umumnya pendapatan
(keuntungan dari pelepasan aset) diakui pada saat penjualan atau pertukaran
Berikut ini merupakan penjelasan pengakuan untuk masing-masing jenis pendapatan:
1. Penjualan barang
Menurut IAI (2018:23.3) pendapatan dari penjualan barang diakui jika memenuhi syarat berikut:
a) entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan kepada
pembeli
b) entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas
barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual
c) jumlah pendapatan dapat diukur secara andal
d) kemungkinan besar manfaat ekonomok yang terkait dengan transaksi tersebut akan mengalir
ke entitas, dan
e) biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan tersebut dapat
diukur secara andal.
Penentuan kapan pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan secara signifikan merupakan hal
yang kritikal dan memerlukan pengujian atas keadaan tersebut.
2. Penjualan jasa
Penjualan jasa dapat terjadi dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Banyak kontrak jasa mencakup
beberapa periode akuntansi seperti kontrak jangka panjang dalam industri konstruksi.
Kieso, dkk (2018:262) menyatakan bahwa kontrak jasa harus diakui ketika kondisi berikut terpenuhi:
1. Kontrak harus dapat diukur dengan andal
2. Manfaat ekonomik sangat mungkin terjadi
3. Tahapan penyelesaian harus dapat diukur dengan andal
4. Biaya perolehan harus dapat diukur dengan andal Kieso,
dkk (2018:263) menjelaskan lebih lanjut mengenai metode pengakuan pendapatan untuk pemberian jasa
dengan melakukan lebih dari satu tindakan, yaitu:
a. Sejumlah tindakan tertentu yang identik atau serupa, jumlah pendapatan yang sama dicatat untuk
setiap tindakan yang diekspektasi akan dilakukan.
b. Sejumlah tindakan tertentu dapat ditentukan, tetapi tidak identik. Pendapatan diakui berdasarkan
persentase penyelesaian dengan menggunakan ukuran yang sesuai.
c. Sejumlah tindakan tidak tertentu yang identik atau serupa dengan periode tetap selama kinerja
dilakukan, pendapatan diakui secara garis lurus selama periode tertentu kecuali terdapat bukti bahwa
metode lain dapat lebih mempresentasikan pola pemberian jasa.
Menurut Kieso (2018:250) terdapat dua metode akuntansi yang jelas berbeda untuk kontrak jasa
jangka panjang, yaitu:
1. Metode persentase penyelesaian (percentage-of-completion method). Perusahaan mengakui
pendapatan dan laba bruto setiap periode berdasarkan kemajuan konstruksi yang dicerminkan
dalam metode persentase penyelesaian. Perusahaan mengakumulasi biaya konstruksi ditambah
laba bruto yang diperoleh hingga saat ini dalam akun persediaan (Pembangunan dalam Proses),
dan mengakumulasi penagihan kemajuan dalam akun kontra persediaan (Penagihan untuk
Pembangunan dalam Proses).
2. Metode pemulihan biaya (cost recovery/zero-profit method). Dalam beberapa kasus,
pendapatan hanya diakui sebesar biaya yang dikeluarkan yang diharapkan dapat dipulihkan.
Setelah seluruh biaya diakui, maka keuntungan diakui. Perusahaan mengakumulasikan biaya
konstruksi dalam akun persediaan (Pembangunan dalam Proses)
IAI dalam PSAK 23 (2018:23.4) menyatakan:
Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi secara andal, maka
pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut diakui dengan mengacu pada tingkat penyelesaian
dari transaksi pada akhir periode pelaporan. Hasil transaksi dapat diestimasi secara andal jika seluruh
kondisi berikut ini dipenuhi:
a) jumlah pendapatan dapat diukur secara andal
b) kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas
c) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal, dan
d) biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur
secara andal.
3. Pendapatan bunga, royalti, dan dividen
Menurut Martani, dkk (2017:217) pendapatan dari bunga, royalti, atau dividen diakui sebagai berikut:
1. Pengakuan pendapatan bunga mengikuti konsep akuntansi akrual. Pendapatan bunga diakui
menggunakan metode suku bunga efektif.
2. Pendapatan royalti diterima dari penggunaan aset perusahaan seperti paten, hak cipta musik dan film,
akan diakui berdasarkan garis lurus selama periode waktu perjanjian royalti.
3. Pendapatan dividen diakui ketika muncul hak pemegang saham untuk menerima pembayaran dividen,
yaitu tanggal pengumuman dividen.
IAI dalam PSAK 23 (2018:23.6) menyatakan bahwa pendapatan yang timbul dari penggunaan aset
entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen diakui, jika:
a) kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir
ke entitas, dan
b) jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
B. BIAYA
PENGERTIAN
Pengertian biaya tidak dapat dipisahkan dengan pengertian kos dan asset dan juga
rugi(loss). Pembahasan tersebut hanya menyebutkan bahwa bila kos tidak memenuhi
difinisi asset ( dapat ditangguhkan pembebanannya terhadap pendapatan), kos tersebut
dapat masuk sebagai biaya atau rugi.
Dari berbagai sumber di atas dan sebagai lawan dari pendapatan, terdapat dua
karakteristik penting yang melekat pada makna biaya yaitu:
1) Aliran keluar atau penurunan asset (outflow of assets, gross decrases in assets,
decreases in economic benefitd, using up of assets, consumption of assets, use of
economic services, expired costs, applicable costs to current period).
2) Akibat kegiatan yang membentuk operasi utama yang menerus (ongoing major
operations, profit-directed activities, for the purpose of generating revenues, creation
of revenues, earning activities).
Selain dua karakteristik utama di atas, terdapat karakteristik lain yang bersifat sebagai
konsekuensi, pendukung, atau penjelas. Karakteristik utama dan pendukung dibahas
berikut ini:
Penurunan Aset
Operasi Utama yang Menerus
Kenaikan Kewajiban
Penurunan Ekuitas
Aliran Fisis atau Moneter?
Tampaknya FASB memisahkan antara pengertian biaya dan pengukuran biaya.
Bahwa biaya timbul dari penyerahan atau produksi barang (from delivering or
producing goods) atau dari pelaksanaan jasa (rendering servise) memberi isyarat
bahwa FASB memaknai biaya (penurunan asset) sebagai kejadian fisis (physical
event). Bila asset diganti dengan barang dan jasa ( seperti disarankan Kam), aliran
tersebut jelas menunjukkan aliran fisis. Untuk mencapai makna semantic biaya yang
tepat, Kam (1990) menggabungkan berbagai makna yang dikandung oleh berbagai
definisi dan mengusulkan pendefinisian biaya sebagai berikut:
Rugi
Sebagai lawan makna untung, kata-kata kunci yang melekat pada pengertian rugi
adalah:
1) Penurunan ekuitas (asset bersih).
2) Transaksi peripheral atau incidental.
3) Selain apa yang didefinisikan sebagai biaya atau selain distribusi ke pemilik.
Empat sumber rugi yang diidentifikasi FASB adalah (SFAC No. 6, prg. 85):
a. Periferal dan incidental: misalnya penjualan investasi dalam surat-surat berharga,
penjualan asset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum jatug tempo.
b. Transfer nontimbal-balik (nonreciprocal transfers) dengan pihak lain: misalnya
pencurian dan pembayaran ganti rugidari kekalahan dalam tuntutan perkara hokum.
c. Penahanan aset (holding assets); misalnya penurunan harga sekuritas inevstasi,
penurunan nilai – tukar valuta asing, dan penurunan harga karena penahan
sediaan (holding losses).
d. Factor lingkungan: misalnya ganti rugi asuransi musibah alam yang lebih rendah dari
kos asset yang rusak. Contoh lain adalah lenyapnya manfaat asset yang tidak diasuransi
akibat kebakaran.
Paton dan Littleton (1970, hlm. 93-96) mendefinisi rugi sebagai hal yang berbeda
dengan biaya yang merupakan penyerapan atau pengorbanan kos tanpa suatu
kompensasi atau kembalian (return). Yang dimaksud kembalian disini adalah bahwa
kos yang diserap tersebut tidak ditutup melalui pendapatan karena dianggap bahwa
keluarnya kos tersebut tidak merupakan upaya untuk menghasilkan pendapatan.
PENGAKUAN BIAYA
Kriteria Pengakuan
Biaya atau rugi pada umumnya diakui bilamana salah satu dari dua kriteria berikut
dipenuhi (SFAC No. 5, prg. 85):
a. Konsumsi manfaat (consumption of benefits) Biaya atau rugi diakui bilamana manfaat
ekonomik yang dikuasai suatu entitas telah dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam
pengiriman atau pembuatan barang, penyerahan atau pelaksanaan jasa, atau kegiatan
lain yang merepresentasi operasi utama atau sentral entitas tersebut.
b. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang (loss or lack of future benefits).
Biaya atau rugi diakui bilamana asset yang telah diakui sebelumnya diperkirakan telah
berkurang manfaat ekonomiknyan atau tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik.
Kejadian (event) apa yang menandai bahwa salah satu dari kriteria di atas telah
dipenuhi? Dengan kata lain, kapan dan bagaimana jumlah rupiah biaya yang
diperkirakan telah menghasilkan pendapatan diakui? Sebagai pedoman bagi penyusun
standar atau manajemen (kebijakan akuntansi perusahaan), perlu dirumuskan pedoman
umum saat pengakuan di tingkat rerangka konseptual.
Konsumsi Manfaat
Konsumsi manfaat ekonomik selama suatu perioda dapat diakui langsung pada
saat terjadinya atau diakui bersamaan dengan pengakuan pendapatan yang berkaitan.
Berbagai jenis atau pos biaya menghendaki cara pengakuan yang berbeda yaitu (SFAC
No. 5, prg. 86):
a. Beberapa pos biaya, seperti kos barang terjual, dibandingkan (matched with)dengan
pendapatan yang terkait. Meretia diakui pada saat atau perioda yang sama dengan
pengakuan pendapatan yang dihasilkan langsung atau bersama(directly or jointly) dari
transaksi atau kejadian lain yang sama dengan yang menimbulkan biaya.
b. Banyak pos biaya, seperti gaji staf penjualan dan administrative, diakui selama periode
pada saat kas dibayarkan atau kewajiban terjadi untuk barang dan jasa yang
dimanfaatkan/ dikonsumsi bersamaan dengan pemerolehan atau segera setelah itu.
c. Beberapa pos biaya, seperti depresiasi dan asuransi, dialokasi (diakui) dengan prosedur
sistematik dan rasional untuk perioda-perioda yang menikmati manfaat asset
bersangkutan.
Biaya atau rugi diakui bila telah menjadi nyata atau jelas bahwa manfaat
ekonomik masa datang suatu asset yang diakui sebelumnya telah berkurang atau
lenyap atau bahwa kewajiban timbul atau bertambah tanpa adanya manfaat.
Penandingan yang tepat harus didasarkan pada kelayakan ekonomik dan bukan
fisis. Memang penandingan menuntut identifikasi konsumsi manfaat asset atau jasa
secara fisis tetapi nilai asset atau jasa yang dikonsumsi juga harus ditentukan secara
tepat dengan memperhatikan kondisi yang melingkupinya. Oleh karena itu, dasar
penandingan yang paling utama adalah kelayakan ekonomik (economic
reasonanbleness) bukannya dasar aliran fisis semata-mata.
Dalam industry sepatu misalnya, nilai atau kos kulit yang dibebankan ke produksi
adalah semua kos lembar kulit yang masuk proses walaupun secara fisis yang bagian
dari kulit yang tidak menjadi sepatu tetapi menjadi potongan-potongan sisa kulit
sebagai bahan buangan. Jadi, kos suatu factor jasa yang digunakan dalam operasi
hanya akan dibebankan ke pendapatan sebanding dengan produk yang dianggap telah
menghasilkan pendapatan.
Basis Asosiasi
Dalam rangka menghubungkan biaya dan biaya, perlu dipertimbangkan basis asosiasi
yang menggambarkan penandingan yang secara ekonomik layak. Berbagai basis
asosiasi dibahas berikut ini.
Masalah lain yang berkaitan dengan penandingan atas dasar sebab-akibat adalah
adanya produk musiman yang tidak laku dijual. Persoalanya adalah apakah Kos
produk musiman yan tidak terjual merupakan sebab ( sebagai biaya ) atau bukan
(sebagai rugi ).
Dalam keadaan yang khusus sebagai Kos sediaan barang yang tidak terjual dalam
suatu periode secara logis dapat dijadikan komponen Kos barang terjual. Sebagai
contoh, suatu toko pakaian musiman harus menyediakan berbagai ukuran dan warna
yan cukup banyak untuk memenuhi selera konsumer dengan konsekuensi yang tidak
terhindarkan dan cukup pasti bahwa sebagian dari sediaan pakaian jadi tersebut tidak
akan laku terjual pada
Barang Rusak
Pesoalan yang sama dengan barang musiman dapat diterapkan untuk produk rusak.
Apakah Kos produk rusak dapat dianggap sebagai sebagai upaya atau sebab untuk
menimbulkan pendapat?
Oleh karena itu, perlu diadakan alokasi agar dapatdicapai penandinganyang tepat
antara biaya dan pendapatan yang dihasilkan.
Kos nonproduksi tidak menyebabkan pendapatan karena sulit secara teknis untuk
menelusuri hubungan sebab-akibat tersebut.
Sulit untuk mengatakan bahwa bagian dari Kos nonproduksi yang ditunda
pembebananya tersebut akan menghasilkan pendapatan dimasa mendatang.
Proses alokasi menimbulkan banyak metode alokasi. Memenuhi definisi aset. Paton
dan Littleton mengemukakan bahwa aset pada dasarnya merupakan beban tangguh
(deferred charges). Dilain pihak, bila alokasi bersifat arbitrer, hal tersebut lebih baik
tidak dilakukan karena alokasi akan memberi kesan adanya ketepatan (preciseness)
padahal kenyataanya tidak demikian.
Kriteria Penangguhan
Karena suatu Kos jasa yang terjadi memenuhi kriteria tambahan ini, pada umumnya
Kos tersebut dapat dibebenkan langsung pada periode terjadinya kecuali untuk sediaan
barang dan biaya prabayaran (prepaid expenses). Dapat disimpulkan bahwa Kos
nonoperasi yang berulang terjadinya cukup beralasan untuk langsung dibebankan dari
pada ditunda atau disediakan untuk mencapai tepat- tanding
Kedua jenis kos ini sama-sama merupakan kos fasilitas, kegiatan, proses, atau
departemen jasa yang dinikmati oleh beberapa angkatan produk atau objek kos lain
(misalnya departemen produksi). Akan tetapi keduanya berbeda dalam hal penyerapan
oleh produk. Kos bersama tidak diserap langsung oleh produk tetapi diserap melalui
departemen produksi. Kos bergabung terjadi karena satu fasilitas atau proses proses
terpaksa digunakan untuk mengolah beberapa produk sekaligus karena secara teknis
atau alamiah beberapa produk tersebut tidak dapat dipisahkan pengolahannya sampai
titik tertentu ( split pont). Kos fasilitas pengolahan pabrik gula sampai titik
dipisahkannya guka dan tetes merupakan contoh kos bergabung.
Alokasi kos bergabung atau bersama bersifat internal dalam suatu perioda sehingga
hasilnya tidak mempengaruhi kos operasi total untuk perioda tersebut meskipun dasar
alokasi agak arbitrer. Alokasi semacam ini hendaknya tidak diterapkan untuk alokasi
secara arbitrer antarperioda akan lebih menyesatkan hasilnya daripada tidak dilakukan
alokasi karena alokasi memberi kesan adanya ketepatan (preciseness) yang dalam
kondisi tertentu mungkin tidak dapat dipenuhi.
Untuk mengatasi fluktuasi laba tahunan, cara terbaik adalah menerbitkan serangkaian
statemen laba-rugi tahunan seperti apa adanya bukan serangkaian laba yang telah
diratakan.
Pendekatan Nonalokasi
Hanya karakteristik pertama dan kedua dipenuhi oleh alokasi dalam akuntansi.
Alokasi mengalami masalah dalam karakteristik ketiga. Hampir seluruh alokasi dalam
akuntansi bersifat takterjelaskan; artinya tidak dapat didukung tetapi dapat ditolak.
Lebih tegasnya, para akuntan tidak dapat membuktikan bahwa alokasi memberi
informasi yang bermanfaat sementara itu tidak ada bukti yang dapat membantah bahwa
informasi hasil alokasi tersebut tidak bermanfaat.
Bila alokasi dianggap suatu teori, alokasi dapat dipertahankan secara filosofis
dengan semangat refutasi ilmiah (scientific refutation) dan prinsip
ketersalahan (principle of falsifiability). Alokasi ditempatkan sebagai hipotesis
nol (default hypothesis) yang harus disanggah validitasnya. Bila tidak dapat dibuktikan
dengan meyakinkan bahwa alokasi tidak benar atau valid (sehingga nonalokasilah
yang valid), maka alokasi terpaksa harus "diterima" atau tidak dapat ditolak.
Pembebanan Arbitrer.
Suatu kos biasanya akan langsung dibebankan dalam perioda
terjadinya (immediate recognition). Ini berarti bahwa kos ditandingkan dengan
pendapatan secara arbitrer. Konsep yang melandasi pembebanan semacam ini semata-
mata adalah kepraktisan(expediency). Memang pada umumnya pengakuan segera kos
sebagai biaya atau rugi dilakukan karena manfaat masa datang tidak terukur atau tidak
cukup pasti. Contoh yang paling jelas adalah pengakuan segera selisih kurs utang
valuta asing akibat kenaikan nilai tukar mata uang asing atau pengakuan segera kos
riset dan pengembangan. Walaupun demikian, kalau terdapat alasan yang kuat atau
karena kebijakan khusus akibat kejadian luar biasa, dapat saja selisih kurs tersebut
dikapitalisasi meskipun manfaat ekonomik masa datang tidak ada lagi atau sulit
dihubungkan dengan perioda masa datang.
1. Penentuan besarnya kos barang terjual untuk ditandingkan dengan penjualan sehingga
dapat ditentukan besarnya laba perusahaan. Penentuan ini melibatkan berbagai metoda
asosiasi sebagai dasar pemecahan kos produksi menjadi kos yang melekat pada sediaan
dan ang melekat pada barang terjual.
2. Penentuan nilai sediaan sebagai unsur aset lancar perusahaan. Penentuan nilai sediaan
sangat penting untuk menilai likuiditas operasi perusahaan.
Metoda Asosiasi
Metoda asosiasi menjadi basis untuk menentukan unit fisik terjual dan kos yang
melekat dengan jumlah rupiah penjualan. Dengan demikian metoda asosiasi dapat pula
diartikan sebagai asumsi aliran kos dalam mengikuti aliran fisis barang. Metoda
asosiasi atau asumsi aliran kos yang telah dikenal adalah :
Dasar pemilihan metoda sangat tergantung pada tujuan atau kondisi yang
dihadapi perusahaan. Tujuan utama pemilihan metoda biasanya adalah mengasosiasi
biaya dan pendapatan untuk menentukan laba yang tepat. Tujuan lain adalah
menentukan nilai sediaan untuk dicantumkan dalam neraca.
Identifikasi Khusus
Metoda ini adalah yang paling ideal. Bila sistem akuntansi
memungkinkan, metoda ini sangat dianjurkan penerapannya. Untuk jenis barang
mahal dan perputarannya rendah, metoda ini sangat cocok sekali untuk tujuan
pengendalian di samping tujuan penandingan yang tepat. Namun demikian, metoda ini
mengandung beberapa kelemahan antara lain:
a. Jarang sekali pendapatan khusus ditandingkan dengan kos khusus karena pendapatan
perusahaan merupakan hasil dari seluruh upaya perusahaan sebagai kesatuan.
b. Untuk jenis barang yang homogen dan harganya relatif murah, metoda ini menjadi
terlalu mahal dan tidak sepadan dengan nilai tambahan informasi yang diperoleh.
c. Kalau fluktuasi harga sangat mencolok, metoda ini dapat digunakan sebagai alat
manipulasi laba atau earnings management.
Jadi, kalau penandingan secara tepat biaya dan pendapatan menjadi tujuan, metoda ini
paling didukung atas dasar argumen berikut:
a. Metoda ini mendekati metoda identifikasi khusus yang menjadi standar pemecahan
kos. Metoda ini sistematik dan konsisten dengan aliran fisis yang sesungguhnya
sehingga penandingan yang ideal dipenuhi.
b. Untung atau rugi karena fluktuasi harga dengan sendirinya terrealisasi dan diakui
bersamaan dengan terjualnya barang walaupun tidak disajikan secara terpisah dan
melekat dalam angka laba.
c. Penyajian sediaan akhir dalam neraca akan menggambarkan kos yang mendekati kos
sekarang atau kos pengganti, Tentu saja hal ini tergantung pada fluktuasi kos setelah
pembelian atau produksi terakhir. Bila fluktuasi harga yang sangat tajam, metoda ini
tidak dapat memisahkan untung atau rugi fluktuasi harga sebagaimana disebut dalam
butir b.
Rata-rata Berbobot
Sediaan Normal
Keuntungan metoda ini adalah investasi permanen (disebut LIFO layer) dapat dijaga
dan pekerjaan administrasi pencatatan barang dapat dikurangi. Walaupun cukup
menawan secara teoretis, metoda ini sama sekali tidak dapat menuhi tujuan pelaporan
keuangan umum.
Fasilitas Fisis
Dalam hal fasilitas fisik, kos yang terjadi pada saat pemerolehan
pada umumnya diakui sebagai aset dan baru kemudian kos tersebut diakui sebagai
biaya sesuai dengan pola penyerapan manfaat yang direpresentasi dengan kos.
Semua aset mempunyai karakteristik umum yaitu merupakan potensi jasa yang dapat
dimanfaatkan oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya, Fasilitas fisis mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
a. Berwujud fisis dan dikuasai oleh perusahaan untuk mengolah dan memperlancar
kegiatan operasi perusahaan. Oleh karena itu, yang digolongkan dalam kelompok ini
adalah aset yang berkaitan dengan operasi.
b. Pada umumnya berumur panjang walaupun terbatas sehingga perlu penggantian.
c. Bernilai bagi perusahaan lantaran kekuasaan atau hak perusahaan untuk
menggunakannya bukan lantaran hak miliknya.
d. Pada umumnya merupakan aset nonmoneter dan manfaat yang dapat diberikan berupa
potensi jasa (service potentials) bukan daya beli atau
ketertukarannya(exchangeablility).
Istilah
Aset tetap berwujud memang lebih deskriptif walaupun belum menggambarkan sifat
sebagai aset yang digunakan dalam operasi. Aset berwujud mempunyai arti yang
terlalu luas dan kurang menggambarkan sifat permanen yang melekat pada aset fisis.
Dengan istilah ini, sediaan barang dagangan akan dapat masuk dalam pengertian ini.
Aset jangka panjang jelas tidak deskriptif karena istilah ini akan mencakupi pula aset
tak berwujud seperti asuransi dibayar di muka dan pembayaran di muka lainnya. Aset
operasi jelas terlalu luas karena semua aset baik berwujud atau tidak selama aset
tersebut diperlukan dalam operasi dapat disebut sebagai aset operasi.
Istilah yang paling deskriptif dan digunakan oleh banyak literatur dewasa ini adalah
tanah, pabrik/gedung, dan perlengkapan serta fasilitas fisis. Dapat disebut deskriptif
karena dapat merefleksikan karakteristik-karakteristik yang disebutkan di atas. Dalam
hal perusahaan non pemanufakturan istilah pabrik dan perlengkapan dapat digunakan.
Istilah fasilitas fisis sebenarnya cukup deskriptif untuk menggambarkan karakteristik
aset yang masuk dalam pengertian property, plant, and equipment. Oleh karena itu,
istilah ini dipakai dalam pembahasan di sini walaupun istilah aset tetap atau yang lain
kadang-kadang dipakai juga.
Basis Pembebanan
Fasilitas fisis memberi kontribusi jasa ke operasi berupa kapasitas atau daya (misalnya
dalam bentuk daya giling untuk mesin giling). Oleh karena itu, kos daya atau kapasitas
fasilitas fisis tersebut jelas harus diserap menjadi bagian kos produksi dan akhirnya
menjadi beban pendapatan.
Masalah unik yang berkaitan dengan penyerapan manfaat fasilitas fisis adalah
penentuan kapasitas taksiran dalam kondisi tertentu dan pola penyerapan manfaat
sampai dapat dikatakan bahwa manfaat tersebut habis. Berbeda dengan sediaan,
masalah timbul karena pada umumnya kapasitas akan habis dalam jangka panjang dan
penyerapan manfaat tidak dapat diobservasi secara langsung atas dasar kelenyapan
secara fisis. Di lain pihak, sediaan dikonsumsi dalam bentuk unit fisis sehingga kos
yang terserap dapat dihubungkan secara objektif dengan konsumsi fisis tersebut.
Walaupun konsumsi manfaat disertai dengan keausan fisis (deterioration), tidak ada
proses konsumsi secara fisis terhadap fasilitas fisis bersangkutan. Jadi, pembebanan
kos fasilitas fisis untuk suatu perioda tidak dapat ditentukan atas dasar pengukuran
fisis yang objektif tetapi lebih merupakan suatu hasil pertimbangan (judgment) atas
dasar taksiran faktor-faktor penentu (yaitu umur ekonomik, kapasitas ekonomik, dan
nilai residual) yang sering tidak dapat diuji validitasnya secara objektif.
Makna Depresiasi
Dengan penilaian ini, depresiasi ditentukan dengan cara menghitung selisih nilai
diskunan aliran kontribusi pendatan neto pada awal dan akhir perioda. Kontribusi
pendapatan neto adalah tambahan aliran kas masuk (pendapatan) karena adanya
investasi fasilitas fisis bersangkutan. Penilain ini mirip dengan penerimaan kas masa
datang diskunan (discounted future cash receipst) untuk penilaian investasi jangka
panjang misalnya obligasi. Bedanya, aliran kas masuk investasi jangka panjang berasal
langsung dari investasi yang jumlah dan saatnya cukup pasti sedangkan aliran kas
masuk dari fasilitas fisis tidak langsung dan harus ditaksir melalui pendapatan neto
(laba tunai) yang dikontribusi oleh penggunaan aset. Penilaian semacam ini
merupakan contoh imputasi pendapatan. Tambahan aliran masuk ini juga dapat berupa
penghematan kos (cost saving).
Alasan lain adalah bahwa penentuan laba haruslah merupakan akibat suatu upaya
untuk mengungkapkan kenyataan objektif yang ada tanpa memperhatikan berapa
akhirnya laba yang terjadi. Lagi pula, walaupun akuntansi menganut asas himpun
(aktual), hal ini tidak mengisyaratkan bahwa laba periodik harus sama tiap tahunnya.
Jadi, meskipun tetap dituntut untuk menaksir depresiasi tahunan secara saksama,
rasional, dan objektif, hendaknya tidak ada pikiran sama sekali untuk mempengaruhi
besarnya laba.
Koreksi Terhadap Kesalahan Taksiran
Tanah
Apakah tanah perlu didepresiasi atau tidak bergantung pada karakteristik atau fungsi
tanah dalam operasi perusahaan. Sebagai tempat usaha, fungsi untuk ditempati tidak
akan pernah habis. Oleh karenanya, dapat dianggap bahwa kos tanah tidak perlu
didepresiasi atau diamortisasi menjadi biaya operasi. Dengan kata lain, fungsi tanah
untuk menyediakan jasa ditempati tanpa batas waktu (selamanya) cukup menjadi
alasan kebijakan untuk memperlakukan kos tanah sebagai investasi permanen dalam
fasilitas produksi. Perlakuan semacam ini makin didukung untuk tanah hak milik
permanen. Karena karakteristik kos tanah sebagai investasi permanen, tanah tersebut
perlu dipisahkan dari fasilitas fisis lain yang dapat didepresiasi dalam pelaporannya.
Kos tanah sewaguna (leasehold), tanah hak guna bangunan (HGB), atau bentuk
investasi non permanen lainnya dalam bentuk tanah harus secara sistematik
dibebankan ke produksi selama umur ekonomik atau selama jangka kontrak.
Dalam kondisi tertentu, tanah pertanian tidak dapat diperlakukan sebagai investasi
permanen. Kesuburan tanah jelas akan dipengaruhi oleh frekuensi panen dan lapisan
atas tanah (topsoil) yang subur mungkin habis akibat erosi sehingga suatu saat tanah
tersebut secara ekonomik tidak dapat ditanami lagi. Dalam keadaan seperti ini,
akuntansi yang sehat menghendaki pemisahan kos tanah menjadi bagian yang
dimasukkan sebagai kos sisa tanah (kalau ada) dan bagian yang menunjukkan kos
elemen tanah yang dapat habis jasanya (potensi jasa tanah untuk ditanami), kemudian
ditentukan alokasi kos sistematik yang tepat untuk bagian kedua tersebut. Jadi, dengan
akuntansi seperti di atas, pengeluaran-pengeluaran untuk mengembalikan kesuburan
tanah akan menjadi bagian kos tanah yang pada akhirnya harus didepresiasi.
Sumber Alam
Yang digolongkan sebagai aset tak berwujud (intangibles) meliputi pos seperti hak
cipta, paten, merek dagang, goodwill, dan kos organisasi. Sama seperti fasilitas fisis,
kos aset tak berwujud harus secara sistematik dibebankan ke operasi dan akhirnya
terhadap pendapatan selama umur yuridisnya. Dalam kasus tertentu dimungkinkan
untuk menyerap kos tersebut dalam waktu yang lebih pendek dari umur yuridisnya.
Penghapusan langsung seluruh kos sebagai rugi harus segera dilakukan kalau kondisi
menunjukkan bahwa aset tak berwujud tersebut tidak lagi mempunyai arti ekonomik
yang penting. Karena banyak masalah teoritis yang timbul, dua jenis aset tak berwujud
yaitu goodwill dan kos organisasi dibahas di bawah ini.
Goodwill
Goodwill timbul apabila suatu perusahaan membeli perusahaan lain yang sudah
berjalan secara keseluruhan. Goodwill adalah selisih lebih jumlah rupiah tunai atau
setaranya yang dibayarkan oleh perusahaan pembeli di atas nilai pasar wajar atau nilai
buku kekayaan fisis perusahaan yang dibeli. Goodwill dapat diinterpretasi sebagai
kemampuan lebih dalam menghasilkan laba dibanding kemampuan normal perusahaan
yang kondisi kekayaan fisisnya sama. Kemampuan lebih tersebut tidak dapat diperoleh
secara terpisah dengan jalan membeli hak monopoli atau cara lainnya. Secara
akuntansi, goodwill tidak dapat ditimbulkan sendiri oleh perusahaan tetapi harus
melalui pembelian suatu perusahaan yang sedang berjalan. Kos kampanye produk
baru, misalnya, tidak dapat disebut sebagai goodwill.
Kos Organisasi
Penyajian biaya tidak dapat dilepaskan dari penyajian pendapatan dan sarana untuk itu
adalah statemen laba-rugi. Penyajian elemen pendapatan, untung, biaya, dan rugi
bergantung pada konsep tentang apa saja yang membentuk laba.