Anda di halaman 1dari 20

Chapter 9 REVENUE

Pendapatan merupakan elemen kunci dalam laporan keuangan dan cukup penting untuk penyusun dan
pengguna laporan keuangan. Laporan pendapatan mencerminkan operasi masa lalu perusahaan dan
digunakan untuk memprediksi kinerja masa depan. Meskipun menentukan pendapatan adalah bagian
penting dari pengkuruan kinerja, pengukuran tersebut tidak selalu mudah karena terdapat banyak
model bisnis yang berbeda. Dalam bab ini akan dilihat mengenai sifat pendapatan yang berkaitan
dengan definisi, pengakuan dan pengukuran.

LO.1 REVENUE DEFINED


Pendapatan adalah hubungan antara kegiatan moneter yang menaikkan nilai perusahaan yang berasal
dari kegiatan produksi dan penjualan output yang dihasilkan perusahaan. Pengertian tentang
pendapatan itu sendiri ada beberapa macam, berikut ini ada beberapa pandangan yang menegasakan
arti konseptual dari pendapatan :
1. IAS 18/AASB 118 – Revenue
Pendapatan merupakan aliran masuk bruto manfaat ekonomi selama satu periode yang berasal
dari kegiatan rutin suatu entitas yang menyebabkan peningkatan ekutias selain dari kontribusi
pemilik.
2. IASB Framework – Revenue forms part of income
Pendapatan merupakan bagian dari penerimaan (income) yang merupakan peningkatan
manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk peningkatan aset atau penurunan
liabilitas yang berasal dari peningkatan ekuitas selain dari kontribusi pemilik.
3. FASB
Pendapatan merupakan aliran masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitas (atau
kombinasi keduanya) dalam suatu periode yang berasal dari penyerahan atau produksi barang
atau jasa aktivitas lain yang merupakan kegiatan utama entitas.

Behavioural view of revenue


 Paton dan Littleton : pendapatan menunjukkan pencapaian bruto atau kinerja bruto
perusahaan, sementara beban (expense) mewakili usaha perusahaan. Penyandingan
pendapatan dan beban menghasilkan profit yang merupakan pencapaian neto perusahaan
(perilaku pendapatan).
 Bedford : profit akan naik hanya atas aktivitas yang merupakan operasi bisnis entitas, tidak
termasuk yang merupakan hasil dari penerapan metode akuntansi. Operasi bisnis yang umum
dari entitas meliputi :
a. Perolehan sumber daya uang
b. Perolehan jasa
c. Penggunaan jasa
d. Penggabungan ulang jasa-jasa yang telah diperoleh
e. Penyerahan jasa
f. Distribusi sumber daya uang

Proses memperoleh pendapatan:


 Myers: Konsep pendapatan dan profit berhubungan dengan keputusan atau kejadian kritis
tertentu yang dibuat oleh manajer. Profit diperoleh ketika pengambilan keputusan kritis atau
melakukan tugas yang paling sulit dalam suatu siklus transaksi yang lengkap. Teori Myer ini
membantu akuntan dalam menentukan kapan pengakuan pendapatan.

LO.2 REVENUE RECOGNITION

Historical Perspective
Selama abad ke-19, income (profit) bagi entitas bisnis ditentukan berdasarkan konsep peningkatan
dalam kekayaan bersih, yang dilakukan baik melalui kebijakan akuntansi penggantian atau dengan
penilaian aset secara periodik (Chatfield). Namun, konsep ini dianggap berkontribusi atas terjadinya
bencana eknomi yang mengarah pada depresi besar-besaran tahun 1930-an karena penilain aset yang
berlebihan. Konsep ini kemudian digantikan secara bertahap dengan konsep bahwa income haruslah
terealisasi.

Criteria for revenue recognition


Menurut Coombes dan Martin, pengakuan pendapatan dapat terjadi pada satu bagian/ poin dalam
siklus operasi entitas atau proses penerimaan seperti pada gambar berikut:

Analysis of criteria for revenue recognition


 Measurability of asset value
Pendapatan dapat diukur secara andal, dengan prinsip konservatisme yaitu diakui pada saat
terealisasi secara aktual. Namun, pada akuntansi nilai wajar, perubahan nilai aset akan dicatat
sebagai beban dan atau pendapatan karena menahan aset. Hal ini konsisten dengan pendekatan
basis akrual tetapi tidak konsisten dengan konsep realisasi dan historical cost. Masih diperlukan
adanya dasar yang valid atas pengakuan pendapatan dalam standar yang menggunakan
akuntansi nilai wajar.
Menurut FASB, pendapatan dan gain tidak akan diakui jika belum terealisasi (realised)atau dapat
terealisasi (realisable). Menurut Theory of Monograhp No.3, terealisasi(realised) artinya bahwa
aset yang diterima adalah kas atau klaim atas kas sedangkan dapat terealisasi (realisable) adalah
bahwa aset yang diterima siap dikonversi menjadi sejumlah kas atau klaim atas kas.
Menurut Paton dan Littleton, berdasarkan pandangan mayoritas, pendapatan terealisasi ketika
dibuktikan dengan kas atau cash receipt atau piutang atau aset lancar lainnya.
Perbedaan realisasi (realisation) dan pengakuan (recognition):
Pengakuan : Untuk dapat dianggap valid dan ada; memerlukan arus masuk aset atau perubahan
nilai aset yang dapat diukur secara kuantitatif
Realisation : untuk mengubah menjadi kas atau uang; memerlukan arus masuk aset lancar.
Aspek kriteria measurability adalah terjaminnya collectability kas yang tergantung dari
pertimbangan manajer, biasanya berdasarkan pengalaman terdahulu. Coombes dan Martin
berpendapat bahwa measurability dan permanence merupakan kondisi yang harus dipenuhi
untuk mengatasi ketidakpastian pengakuan. Measurability berhubungan dengan kemampuan
yang objektif untuk menentukan nilai penjualan. Objektif di sini dapat diartikan tidak bias dan
dapat dibuktikan oleh investigator kompeten lainnya. Sementara permanence memiliki makna
bahwa sekali diakui, maka tidak ada alasan lagi untuk membalik akun pendapatan.

 Existence of a transaction
Ketika sebuah pihak eksternal dalam transaksi jangka panjang menyatakan kesediaan untuk
membayar harga yang diberikan untuk produk perusahaan, transaksi ini tentu merupakan bukti
obyektif dari peningkatan nilai perusahaan. Pihak luar memberikan bukti yang menguatkan nilai
output.

 Substantial completion of the earning process


Pendapatan tidak dihasilkan (diperoleh) sampai perusahaan telah melakukan sebagian besar
kegiatan yang memperoleh pendapatan. Pendapatan tidak dianggap telah diperoleh sampai
perusahaan telah melakukan sesuatu. Sebagai contoh, penandatanganan kontrak di kebanyakan
kasus tidak menciptakan pendapatakan karena tidak ada kinerja yang dilakukan oleh penjual.

LO.3 REVENUE MEASUREMENT


A. Kriteria Pengakuan Pendapatan berdasarkan IASB Framework par 83:
1. Adanya kemungkinan manfaat ekonomi di masa depan akan mengalir ke atau dari entitas;
2. Memiliki nilai yang dapat diukur dengan andal.
B. Kriteria Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan dalam IAS 18/ AASB 118 Revenue:
1. Sale of goods
Yang dimaksud dengan penjualan adalah ketika produk telah diserahkan kepembeli atau
jasa telah diberikan, lebih mengacu pada substansi ekonomi transaksi dari pada aspek
legal. Meskipun barang telah diserahkan ke pembeli, jika risiko signifikan kepemilikan
barang masih ditahan penjual maka hal ini tidak termasuk penjualan dan pendapatan
tidak diakui (IAS 18/ AASB 118 par 16).
Pendapatan dari penjualan barang harus diakui ketika kondisi-kondisi berikut ini
terpenuhi (par 14):
a. entitas telah mengalihkan/ mentransfer risiko dan manfaat signifikan
ataskepemilikan barang kepada pembeli,
b. entitas tidak menahan baik terus terlibat dalam kegiatan manajerial seperti
pada tingkat kepemilikan yang biasa dan pengendalian yang efektif atas barang
yang dijual tersebut,
c. jumlah pendapatan dapat diukur secara andal,
d. ada kemungkinan manfaat ekonomi terkait transaksi akan mengalir ke entitas,
e. biaya yang timbul terkait transaksi dapat diukur secara andal.
Pengecualian :
a. Pendapatan dapat diakui selama masa produksi, yaitu berdasarkan metode
percentage of completion (IAS 18/ AASB 118). Hal ini dianggap memenuhi
kriteria pengakuan pendapatan yaitu dapat diukur secara andal dan adanya
transaksi (yaitu kontrak). Penentuan percentage of completion dapat
dilakukan dengan cara:
o proporsi biaya kontrak dibebankan pada pekerjaan yang dilakukan
sampai periode tertentu dibandingkan dengan total estimasi biaya
kontrak;
o survey pada pekerjaan yang dilakukan;
o penyelesaian fisik secara proposional dibandingkan dengan kontrak
pekerjaan.

b. Pendapatan diakui di akhir masa produksi, yaitu jika peristiwa penting


adalah pada saat produksinya dan penjualan setelahnya hanyalah sesuatu
yang rutin sehingga dianggap akan selalu terjadi.
c. Pendapatan diakui pada saat kas diterima setelah penjulan dilakukan, yaitu
pada penjulaan dengan metode installments dan cost recovery. Metode ini
menunjukkan bentuk konservatif pengakuan pendapatan dan penting
karena kriteria pengakuan pendapatan pertama (measurability) dan ketiga
(penyelesaian substansial) tidak terpenuhi. Pembuktiannya adalah hanya
berdasarkan kas yang diterima dari pelanggan.
2. Rendering of Services (IAS 18/ AASB 118 par 20)
Ketika outcome transaksi terkait pemberian jasa dapat diestimasi dengan andal,
pendapatan dapat diakui pada periode dimana jasa disediakan berdasarkan tingkat
penyelesaian transaksi di tanggal pelaporan. Outcome transaksi dapat di estimasi secara
andal jika kondisi berikut ini terpenuhi:
a. jumlah pendapatan dapat diukur secara andal,
b. ada kemungkinan manfaat ekonomi terkait transaksi akan mengalir ke entitas,
c. tingkat penyelesaian transaksi pada tanggal pelaporan dapat diukur secara andal,
d. biaya yang timbul terkait dan untuk menyelesaikan transaksi dapat diukur secara
andal.
3. Interest, royalties, and dividends
Bunga, royalti dan dividen dapat diakui pada saat diterima sehingga memenuhi ketiga
kriteria pengakuan pendapatan. Namun, untuk beberap item, dapat terjadi adanya
pendapatan yang ditangguhkan, contoh: pendapatan bunga di akhir periode akuntansi.
Pendapatan atas bunga, royalti dan dividen diakui ketika (IAS 18/ AASB 118 par29):
a. ada kemungkinan manfaat ekonomi terkait transaksi akan mengalir ke entitas,
b. jumlah pendapatan dapat diukur secara andal,
c. dasar pengakuan (par 30):
i. bunga : effective interest method.
ii. royalti : bais akrual sesuai dengan isi perjanjian terkait.
iii. dividen : ketika hak pemegang saham untuk memperoleh pembayaran
dibuat.

LO.4 CHALLENGES FOR STANDARD SETTERS


Developments in revenue recognition and measurement
IASB dan FASB melakukan proyek kerja sama untuk membuat seperangkat prinsip-prinsip yang
komprehensif dalam hal pengakuan dan pengukuran pendapatan karena dilatar belakangi oleh:
 literature yang ada belum menyajikan dengan baik terkait transaksi pendapatan,
 transaksi pendapatan saat ini menjadi lebih kompleks, missal: transaksi gabung barang, jasa dan
transaksi keuangan,
 adanya inkonsistensi antara IASB Framework dan beberapa standar,
 standar yang ada tidak menguraikan dengan baik transaksi yang melibatkan komponen(rencana
pendapatan multi-elemen),
 FASB mengindikasikan tidak adanya pedoman tentang pengakuan pendapatan dan kurangnya
konsep dasar untuk mengatasi isu-isu yang relevan.

FASB dan IASB mengusulkan prinsip-prinsip dasar pengakuan dan pengukuran pendapatan berikut
ini:
 Entitas pelaporan harus mengakui pendapatan pada periode akuntansi dimana mereka timbul
dan mengukurnya dengan nilai wajar pada tanggal mereka timbul jika keterjadian dan
pengukurannya dapat ditentukan secara andal.
 Entitas pelaporan harus mengukur pendapatan yang timbul dari kenaikan aset atau penurunan
kewajiban (atau kombinasi keduanya) pada nilai wajar atas kenaikan atau penurunan tersebut.

Poin-poin penting prinsip tersebut:


 Pendapatan diakui ketika timbul, ditekankan pada aspek waktu, bukan terealisasinya
pendapatan,
 Pendapatan timbul dari kenaikan aset atau penurunan kewajiban,
 Pengakuan dan pengukuran pendapatan menggambarkan nilai wajar,
 Pengukuran harus dapat diandalkan.
IASB sementara menyetujui bahwa dua kriteria berikut harus dipenuhi dalam pengakuan
pendapatan:
 kriteria elemen: terjadinya kenaikan aset atau penurunan liabilitas yang meningkatkan ekuitas
tanpa melibatkan investasi pemilik.
 kriteria pengukuran: (1) aset atau liabilitas diukur dengan sifat-sifat atau atibut yang relevan,
dan (2) kenaikan aset atau penurunan liabilitas dapat diukur dengan reliabilitas yang cukup.

Fair Value measurement


Definisi pendapatan yang diadopsi IASB adalah bahwa pendapatan dapat mencakup hasil dari
perubahan nilai bersih aset. Beberapa standar IASB mengharuskan keuntungan dan kerugian (gain and
losses) yang timbul dari pengukuran kembali aset dimasukkan dalam operating income atau dalam
comprehensive income merskipun telah terealisasi atau belum terealisasi. Sebagai akibatnya, penyusun
standar perlu memperhatikan bagaimana penyajian terbaik atas informasi ini dalam laporan keuangan.

Financial Statement Presentation


IASB dan FASB melakukan proyek kerja terkait penyajian laporan keuangan, termasuk pengakuan
pendapatan dan bagaimana item-item pendapatan dilaporkan di laporan keuangan. IAS 1
memperbolehkan tetapi tidak mengharuskan single comprehensive income statement. Kesimpulan
sementara:
a. Laporan pendapatan tunggal mencakup semua aspek.
b. Realisasi bukan merupakan satu-satunya dasar pengakuan.
c. Pengungkapan yang terpisah mengenai kinerja dan pengukuran.

LO.5 ISSUES FOR AUDITORS


1. Risiko penyajian pendapatan yang terlalu besar (overstatemet)
Terjadi jika:
a. Transaksi atau kejadian yang mendasari pencatatan pendapatan belum terjadi atau tidak
dikenakan terhadap entitas.
b. Jumlah pendapatan tidak dicatat dengan tepat.
c. Pendapatan untuk periode tersebut terkait atas transaksi untuk periode akuntansi yang
akan datang.
Overstatement menjadi masalah yang lebih besar daripada understatement dan perlu
mendapat perhatian lebih dari auditor karena:
a. lebih didorong oleh usaha manajer untuk mengelabui pengguna laporan keuangan dan
adanya usaha untuk menutupi kondisi yang sebenarnya sehingga overstatement sulit
terdeteksi.
b. terdapat bias dalam akuntansi dimana auditor akan lebih dipertanyakan apabila mengalami
kegagalan dalam mendeteksi kesalahan yang mengarah ke pendapatan yang overstated
daripada yang understated.
c. Temuan United States Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) bahwa salah
saji material laporan keuangan sering berasal dari kesalahan laporan pendapatan.
d. Reviu Hurtt, Kreuze dan Langsam bahwa lebih dari setengah penipuan soal keuangan
melibatkan overstatement pendapatan.
e. dapat menjadi masalah yang sulit untuk transaksi yang rumit dan/atau ketidakpastian
signifikan mempengaruhi penentuan penyelesaian transaksi secara substansial sehingga
auditor bertanggung jawab untuk menilai dasar keputusan manajer terkait existence dan
nilai pendapatan yang diakui pada periode berjalan.
f. Temuan PCAOB bahwa sering kali defisiensi kinerja perusahaan audit atas prosedur audit
adalah terkait dengan akun pendapatan.
2. Risiko pengungkapan pendapatan tidak akurat
Chapter 10 Expense

LO 1 EXPENSES DEFINED
Menurut Framework, expense adalah penurunan economic benefits berbentuk outflow atau depletion
(penggunaan) dari suatu asset, atau terbentuknya liabilitas yang mengakibatkan berkurangnya
equity selain dikarenakan adanya distribusi untuk partisipasi dari banyak pihak di dalam komponen
ekuitas. Pada Framework juga dinyatakan bahwa loss secara nature tidak berbeda dengan expense-
expense lainnya karena sama-sama menurunkan economic benefits dari suatu aset.

Change in assets and liabilities


Framework menyatakan bahwa terjadinya suatu expense akan berdampak terhadap penurunan nilai
dari suatu aset maupun peningkatan nilai dari suatu liabilitas. Namun pendefinisian expense tersebut
terlalu bersifat umum, pada dasarnya akan lebih cocok untuk mengkorelasikan expense suatu
perusahaan dengan aktivitas penggunaan resource dalam rangka mendukung kegiatan yang
membentuk profit.

Expenses and ‘costs’


Prinsip yang harus diingat dalam mendefinisikan expense adalah ‘no cost, no expense’.
Yakni ketika kita sebagai entitas tidak mengeluarkan biaya dalam memperoleh suatu manfaat
maka kita tidak perlu mengakui adanya expense dari manfaat yang kita peroleh tersebut. Terkadang,
expense didefinisikan juga sebagai expired cost.

LO 2 EXPENSE RECOGNITION
Ada dua kriteria yang harus dipenuhi dalam expense recognition yaitu:
1) Adanya probabilitas bahwa akan ada future economic benefits yang terlibatdalam item
tersebut akan mengalir dari atau kepada entitas bisnis kita.
Expense dikatakan probable karena pada umumnya kita berada di lingkungan yang penuh
dengan uncertainty. Untuk memastikan probabilitas tersebut maka kita harus membuat degree
of uncertainty. Degree oof uncertainty ini juga harus memenuhi karakteristik prudence
(kehati-hatian dalam menetapkan degree probabilitas dalam melakukan judgement yang
dibutuhkan dalam mengestimasi keadaan yang kondisinya uncertain) dan neutrality (free from
bias).
2) Item tersebut harus memiliki cost atau value yang dapat diukur secara reliable. Pengukuran
yang reliable maksudnya adalah ketika pengukuran membutuhkan estimasi, maka harus
ada bukti yang cukup untuk mendukung validitas dari estimasi tersebut. Misalnya untuk
mengakui suatu item sebagai expense maka bukti yang valid adalah adanya penurunan pada
nilai suatu aset ataukenaikan nilai liabilitas.

LO 3 EXPENSE MEASUREMENT
Pengukuran Beban
Pengertiannya adalah pengukuran beban dalam periode saat ini, beberapa keputusan diperlukan untuk
membuat bagaimana beban seharusnya dialokasikan di masa depan yang dihasilkan dari pendapatan.
Ada beberapa standar akuntansi yang menyediakan petunjuk pada persoalan tersebut, namun
menawarkan beberapa metode dari beban dan proporsionalan pendapatan.
Alokasi beban
Satu pendekatan untuk mengukur beban adalah untuk mengalokasikan pada periode dimana mereka
berada. Proses matching berhubungan dengan kekonsistenan atau terhubungnya pengakuan
pendapatan dan beban yang dihasilkan langsung dan secara tergabung dari transaksi atau kejadian yang
lainnya. Matching secara benar merupakan tugas yang susah, dan berkait dengan keputusan yang besar
di bagian akuntan. Akuntan tersebut harus mengidentifikasikan asset yang mana yang terpakai dan
jumlah yang seharusnya di hapus terhadap pendapatan untuk suatu periode.
Konsept matching adalah kepentingan yang kritis di dalam akuntansi historicalcost. Hal tersebut
menyediakan petunjuk para akuntan dalam memutuskan biaya yang mana seharusnya dibebankan dan
di matchkan terhadap revenue untuk periode tersebut, dan biaya yang mana dianggap masih berlaku.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang terlibat dengan menentukan dan mengukur biaya yang akan
dibebankan dan di carried forward, terdapatnya tiga metode dasar dari matching yang secara umum,
yaitu:
 Associating cost and effect
 Systematic and rational allocation
 Immediate recognition
Yang pertama adalah jalan yang paling ideal, dimana yang kedua dan ketiga ketika yang pertama tidak
dapat digunakan.

1. Associating cause and effect


Akuntan memutuskan dimana beberapa barang dan jasa digunakan harus memiliki pertolongan
dalam pembuatan pendapatan pada suatu periode. Pendapatan dari menjual produk biasanya
berhubungan dengan biaya dari produk yang dijual tersebut. Tidak adanya biaya dari suatu
penjualan jika tidak adanya pendapatan. Contohnya adalah “long term contracts”. Akuntan tidak
secara langsung menghubungkan biaya dengan pendapatan, namun menyamakannya dengan
biaya interval waktu.
Systematic and allocation procedure
Pengasosiasian cause dan effect tidak dapat digunakan untuk semua beban. Ketika tidak dapat
diterapkan, terdapat suatu alternative untuk menggunakan systematic dan prosedur alokasi
rasional. Proses matching dimulai dengan pengasosiasian beban dengan beberapa segmen
waktu. IAS 16/AASB 16 PPE menerjemahkan depresiasi sebagai alokasi sistematis dari jumlah
yang dapat didepresiasi dari suatu asset pada umur penggunaanya. Depresiasi adalah
fenomena yang terjadi dan beban yang dicatat adalah reflek keuangan. Depresiasi merupakan
penurunan dalam nilai suatu asset, penurunan nilai biasanya dikarenakan penurunan harga nilai
pasar. Penurunan tersebut dapat didasarkan karena faktor fisik dan ekonomis.
Alokasi biaya adalah konsep matching yang menjunjung terhadap prosedur yang bervariasi. Idea
ini adalah untuk menemukan beberapa metode yang kurang lebih berhubung dengan patter dari
jasa atau benefit yang disediakan oleh asset untuk periode masa depan.
Terdapat tiga bentuk share based payment, yakni:
 Equity settled share-based payments
 Cash-settled share-based payments
 Other transactions

2. Alokasi Sistematis dan Rasional


Sesuai dengan prinsip penandingan (matching principle), beban untuk suatu periode ditentukan
dengan mengaitkannya dengan pendapatan tertentu atau dengan periode tertentu.. Beban
diakui :
 jika terdapat hubungan langsung atau sebab akibat dengan penjualan produk atau
penyerahan jasa,
 pada periode terjadinya, yakni pada saat kas dikeluarkan jika tidak terdapat hub.
Langsung atau sebab akibat dengan penjualan produk atau jasa,
Namun jika 2 syarat itu tidak terpenuhi, maka prosedur alokasi yang sistematis dan rasional yang
digunakan. Tujuannya adalah untuk mengalokasikan biaya kepada periode-periode yang
menerima manfaat (dikonsumsi atau kedaluwarsa). Salah satu contoh implementasi alokasi yang
sistematis dan rasional adalah depresiasi. IAS 16/AASB 116 tentang Property, Plant and
Equipment mendefinisikan depresiasi sebagai “alokasi sistematis dari jumlah yang dapat
didepresiasikan dari suatu aset selama masa manfaatnya” (par.6). IAS 16/AASB 116
par.60 juga menyatakan bahwa metode depresiasi yang digunakan harus mencerminkan
pola dimana manfaat ekonomi aset di masa depan diharapkan diterima/dikonsumsi.
Jadi,penyusutan adalah proses alokasi, bukan penilaian. Alokasi sendiri diartikan sebagai proses
pembagian nilai awal dan penerapan bagian-bagian nilai tersebut ke dalam periode-periode.
Kerasionalan metode pemisahan ini diartikan bahwa pemisahan tersebut harus dikaitkan
dengan manfaat yang diharapkan dalam tiap pemisahan.
Secara umum depresiasi dapat dilihat sebagai fenomena nyata yang terjadi, dimana
pencatatannya sebagai beban adalah efek moneternya. Secara umum akuntan melihat
depresiasi sebagai “penurunan nilai aset” yang biasanya juga berarti “penurunan
harga pasar” yang dikarenakan (1) faktor fisik seperti keausan dan penurunan daya
guna karena pemakaian, dan (2) faktor ekonomi misalnya keusangan. Akan tetapi pemakaian
dan keusangan tidak dapat diukur dengan normal dan tidak ada jejak hubungan antara
alokasi dengan pendapatan atau periode pembebanan penyusutan. Penyusutan, karenanya ,
didefinisikan sebagai suatu alokasi rasional dansistematis atas biaya ke periode-periode aset
dianggap dipakai.
Dengan pemaknaan penyusutan sebagai alokasi nilai perolehan ke dalam masamanfaat aset,
maka praktik penyutan akan sangat dipengaruhi oleh:
1. Metode alokasi
2. Nilai yang dapat disusutkan, dan
3. Nilai sisa

Metode alokasi yang sering dilakukan adalah metode garis lurus, unit produksi,
metode yang dipercepat dll. Namun metode alokasi sistematis dan rasional tetap memiliki
kelemahan,yaitu sangat mengandalkan pada estimasi dan asumsi yang subjektif dan sewenang-
wenang. Salah satu contoh alokasi berbasiskan biaya yang subjektif dan sewenang-wenang
adalah amortisasi goodwill. Sebelum adopsi stándar IASB di 2005, banyak entitas yang
mengamortisasikan goodwill selama 20 tahun atau kurang, kebanyakan berdasarkan metode
garis lurus. Banyak yang berargumen bahwa goodwill tidak mengalami penurunan nilai
sehingga tidak perlu diamortisasi. Sejak 1 Januari 2005,IFRS tidak mewajibkan goodwill
diamortisasi. IFRS 3/AASB 3 Business Combination par. 54 menyatakan bahwa setelah
diakuisisi, goodwill yang diperoleh melalui kombinasi bisnis diukur sesuai biaya perolehan
dikurangi kerugian impairment. Sehingga proses estimasi untuk menentukan amortisasi
goodwill tidak terlalu diperlukan. Salah satu area lain dimana alokasi masih digunakan adalah
yang berkenaan dengan pembayaran berbasis saham (share-based payments). PSAK 53
Akuntansi kompensasi berbasis saham mengatur hal ini. PSAK 53 melingkupi seluruh transaksi
pembayaran berbasis saham, yang didefinisikan sebagai berikut:
 Equity-settled, Diselesaikan dengan instrumen ekuitas, entitas yang menerima barang
atau jasa yang dibayar dengan instrumen ekuitas milik entitas (termasuk saham dan opsi
saham)
 Cash-settled, Diselesaikan dengan pembayaran kas, entitas yang memperoleh barang
atau jasa akan menimbulkan liabilitas kepada pemasok barang atau jasa untuk suatu
jumlah tertentu yang dihitung berdasarkan harga (nilai) saham milik entitas atau
instrumen ekuitas entitas; dan
 Transaksi dimana entitas menerima barang atau jasa dimana entitas maupun pemasok
barang atau jasa memiliki pilihan atas transaksitersebut untuk diselesaikan secara tunai
(atau aset lain) atau instrumen ekuitas.
PSAK 53 juga diterapkan untuk transfer oleh shareholders kepada pihak lain (termasuk
karyawan) yang telah mentransfer barang atau jasa lepada entitas.Termasuk transfer
instrumen ekuitas dari induk kepada entitas anak dimana entitas menyediakan barang atau
jasa. PSAK 53 juga diterapkan ketika entitas tidak menerima barang atau jasa yang tidak
dapat diidentifikasi secara khusus, namun kondisi lain mengindikasikan bahwa barang atau jasa
telah diterima. Untuk pengakuannnya, Entitas harus mengakui barang atau jasa yang diterima
atau diperoleh dalam transaksi pembayaran berbasis saham pada saat memperoleh barang atau
pada saat jasa diterima. Entitas juga harus mengakui kenaikan nilai ekuitas terkait jika barang
atau jasa diterima dalam transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan
instrumen ekuitas, atau kenaikan nilai liabilitas jika barang atau jasa diperoleh dalam
transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan kas. Ketika barang atau
jasa yang diterima atau diperoleh dalam transaksi pembayaran berbasis saham tidak memenuhi
kualifikasi pengakuan sebagai aset, maka barang atau jasa tersebut harus diakui sebagai beban.
Untuk pengukuran equity-settled share-base payment transactions (transaksi pembayaran
berbasis saham yang diselesaikan dengan instrumen ekuitas), entitas harus mengukur barang
atau jasa yang diterima, dan kenaikan ekuitas terkait, secara langsung, pada nilai wajar barang
atau jasa yang diterima, kecuali jika nilai wajar tersebut tidak dapat diestimasi secara andal. Jika
entitas tidak dapat mengestimasinilai wajar barang atau jasa yang diterima secara andal, maka
entitas harus mengukurnilai barang dan jasa tersebut, dan kenaikan ekuitas terkait, secara tidak
langsung,dengan mengacu pada nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan. Untuk
pengukuran Cash-settled share-based payment transactions (transaksi pembayaran berbasis
saham yang diselesaikan dengan kas), entitas harus mengukur barang atau jasa yang
diperoleh dan liabilitas yang timbul sebesar nilai wajar liabilitas. Sampai dengan
liabilitas tersebut diselesaikan, entitas harus mengukur kembali nilai wajar liabilitas pada
setiap akhir periode pelaporan dan pada tanggal penyelesaian, dimana setiap perubahan nilai
wajar diakui dalam laporan laba rugi pada periode tersebut. Sedangkan untuk pengukuran
transaksi dengan karyawan, instrumen ekuitasyang diberikan diukur pada nilai wajar pada
tanggal pemberian. Tanggal pemberian instrumen yang diukur pada nilai wajar diakui setelah
vesting period. Untuk transaksi dengan non-karyawan :
 Barang atau jasa yang diperoleh entitas diukur pada nilai wajar pada tanggal entitas
memperoleh barang atau menerima jasa.
 Jika nilai wajar barang atau jasa yang diterima tidak dapat diukur secara handal, maka
diukur dengan merujuk pada nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan.

LO 4 CHALLENGES FOR ACCOUNTING STANDARD SETTERS


Matching
Bunyi dari theoretical framework untuk financial statement dapat berarti bahwa antara
balance sheet (statement dari financial position) dan income statement mepresentasikan informasi
dengan karakteristik dari kerelevansian dan representational faithfulness. Framework bertugas
untuk menyediakan definisi dan kriteria pengakuan, untuk meningkatkan konsistensi antara standard.
Ditambah lagi, secara spesifik framework mengungkapkan bahwa konsep matching tidak seharusnya
diaplikasi pada salah satu cara untuk menizinkan pengakuan terhadap items pada balance sheet
yang bertemu dengan definisi dari asset dan liabilities.
Conservatism
Konsep Matching membutuhkan penilaian yang baik dari keputusan dalam menentukan apakah nilai
dari biaya dapat dijalankan untuk masa depan atau pada periode ini. hal ini sangat penting untuk
pemintaan akuntan terhadap bukti objektif untuk pengakuan dari revenue, tetapi terdapat kekurangan
pada diskusi dari bukti objektif dihubungkan untuk pengakuan ekspense. Satu alasan untuk lebih kurang
kebutuhan untuk bukti objective dalam pengakuan ekspense dibanding dengan revenue adalah
kovensi dari conservatism. konvensi memanggil untuk mencatat dari ekspense, losses dan liabilities
sesegera mungkin walaupun terdapat bukti yang lemah. Beberapa pendapat yang conservatism
didasarkan pada profitability danreability criteria yang terekspose dalam framework. syarat
yang memungkinkan berarti keadaan pada masa yang akan datang seperti pengkonfirman dari loss dan
ekspense.

ACCOUNTING FOR EXPENSES – Jim Martin


Pada tahun 2000, Public Oversight Board Panel menemukan terdapat tujuh kesalahan pengungkapan
transakasi dan Ekspense merupakan akun yang menempati peringkat kedua setelah revenue. Sebelum
kita melihat kesalahan pencatatan padaakun ekspense mari kita melihat sifat dari ekspense itu sendiri.
Ekspense menurut Financial Acounting Standard Borad (FASB) didefinisikan sebagai arus keluar dari
penggunaan aset atau liabilities atau keduanya selama sebuah periode dari pengiriman atau produksi
barang, atau menyajikan servis. atau bisa dikatakan bahwa ekspense adalah bentuk pengorbanan untuk
mendapatkan revenue dimana pengorbanan tersebut tidak mempunyai future benefit. Bentuk
pengorbanan ini dapat berupa pengeluaran kas seperti pembayaran tagihan listrik bulanan atau
perjanjaian akan membayar hutang dari produk yang telah dibeli. Seorang akuntan disini
haruslah dapat menidentifikasi mana pengorbanan yang memiliki future benefit atau yang tidak
seperti pembelian peralatan dimana terdapat dua hal yakni ketika peralatan tersebut masih mempunyai
future benefit seorang akuntan tidaklah harus mencatatnya sebagai ekspense akan tetapi berbeda pula
ketika peralatan tersebut sudah tidak mempunyai future benefit sehingga akuntan tersebut haruslah
mencatatnya sebagai ekspense. Pada beberapa kasus dimana terdapat pengorbanan yang
memiliki manfaat untuk kedepannya sehingga akuntan haruslah membagi porsi dari pengorbanan
tersebut dan kemudian menunda nilai tersebut untuk periode berikutnya.

Tipe Kesalahan dalam Expense


o Improper deferral of ekspenditures
Kesalahan ini terjadi ketika perusahaan banyak yang tidak mencatat pengorbanan yang
tidak memiliki future benefit sebagai expense. Kesalahan yang sering terjadi yakni pada
perhitungan operating expense. Operating ekspense terdiri dari tiga kategori yakni: selling,
general and administrative(G&A) dan research & development (R&D). Pengecualian untuk
beberapa kasus dimana seperti advertising Expense yang mempunyai future benefit untuk
penjualan kepada konsumen. hal ini dapat disikapi yakni dengan melihat tingkatan dari future
benefit yang perusahaan akan terima. terdapat situasi dimana advertising expense dapat
ditunda seperti:
a. ketika advertising terjadi diperuntukan untuk mendapatkan penjualan kepada
konsumen.
b. biaya yang ditimbulkan kita lihat dapat memberikan manfaat. Berdasarkan SOP 93-7 dimana
penundaan advertising cost harus mengikuti recoverability test.
o Impairment not recognized
Kesalahan yang terjadi yang berikutnya untuk expense adalah tidak dicatatnya sebagai expense
untuk impairment ketika impairment loss terjadi. hal ini menimbulkan nilai overstated
pada aset tersebut yang ternyata pengorbanan yang perusahaan ketika membeli aset tersebut
dimana pengorbanan tersebut tidak memiliki future benefit lagi.
o Netting and camouflaging expense.
Hal ini terjadi ketika nilai expense salah diklasifikasikan sehingga expense tidak secara eksplisit
tertera dalam pengurang income statement tetapi langsung atau tidak terlihat dalam
income statement dimana langsung mengurangi gain yang didapat sehingga gain tersebut
kecil dengan expense yang kecil pula.
o Improper charges to reserve accounts
Beberapa perusahaan melanggar GAAP dengan mengatur resere yang tidak perlu untuk
melindungi tak diperinci. GAAP melarang sebuah bisnis dari membentuk reserve
account untuk mengeneralkan sesuatu. GAAP juga mensyaratkan perusahaan untuk secara
langsung memperbaiki besaran dari reserve kedalam pendapatan walaupun itu jelas.
Chapter 11 Positive Theory of Accounting Policy and Disclosure

LO. 1 TEORI KONTRAKTUAL (CONTRACTING THEORY)


Teori Kontraktual menggambarkan perusahaan sebagai perantara legal (legal nexus) dari hubungan
kontraktual antara supplier dan konsumen atas faktor-faktor produksi. Teori ini menjawab mengapa
perusahaan ada,yaitu karena biaya transaksi (atau kontrak) yang dikeluarkan individual akan berkurang
jika melalui suatu organisasi yang akan mengelola kontrak-kontrak dengan supplier. Contohnya, jika kita
ingin makan es krim, kita punya dua pilihan, yang pertama membuat kontrak secara terpisah dengan
produsen susu, produsen gula, pemotong kayu untuk mendapat stik es krim, perusahaan elektronik
untuk membeli kulkas, dan lain-lain untuk dapat membuat es krim. Pilihan kedua adalah pergi ke toko es
krim dan membeli yang sudah jadi, toko ini sudah mempunyai kontrak dengan pihak-pihak tadi.
Perusahaan dianggap sebagai suatu perjanjian kerja sama kontraktual yang legal antara supplier dengan
customer. Teori kontraktual mengorganisasikan aktivitas ekonomi untuk mengurangi biaya kontrakrual,
yaitu Management Contract dan Debt Contract.
Beberapa contoh dari kontrak:
 Mendokumentasikan syarat dan kondisi kerja manajer oleh pemegang saham
 Mendokumentasikan syarat dan kondisi penyedia pinjamansumber keuangan
 Kerja untuk pabrik dan pekerja lainnya
 Untuk penyediaan barang
 Untuk penjualan dan pengiriman barang dan jasa.

LO.2 TEORI KEAGENAN (AGENCY THEORY)


Dipopulerkan oleh Jensen dan Meckling (1976), teori ini muncul ketika adanya hubungan kerja sama
antara principal dan agent, kontrak dimana satu pihak (principal) mengikat pihak lain (agen) untuk
menjalankan operasional perusahaan yang telah ditentukan principal. Adanya perbedaan kepentingan
antara pihak2 tersebut memunculkan agency problem. Agency cost digunakan untuk mengatasi
perbedaan kepentingan atau agency problem yang terjadi. Agency cost terdiri atas:
 Monitoring Cost
Biaya ini dikeluarkan oleh principal supaya dapat memantau, mengukur dan mengontrol kinerja
agen. Contohnya adalah auditing cost, rencana kompensasi, pembuatan SOP. Biaya ini
sebenarnya secara tidak langsung ditanggung oleh agent, contohnya ketika principal
menerapkan pemberian remunerasi terhadap manajer sesuai dengan kinerja manajer, maka
manajer yang kinerjanya buruk akan dibayar lebih sedikit daripada yang kinerjanya bagus. Cara
principal melindungi diri dari tanggungan biaya monitoring ini disebut dengan “price
protection”.
 Bonding Cost
Biaya ini muncul, karena agent berusaha untuk mengurangi biaya monitoring yang
ditanggungnya karena principal melakukan price protection, sehingga agent berusaha
membangun hubungan yang baik dengan principal dan mematuhi aturan yang ditetapkan
principal. Bonding cost yang harus ditanggung oleh agent antara lain: (1) Waktu dan usaha untuk
menerbitkan laporan keuangan yang lebih reguler (quarterly), (2) Batasan-batasan terhadap
aktivitas manajer, dan (3) Keuntungan yang hilang karena agent dilarang untuk menjual rahasia
perusahaan ke saingan Ketika marginal cost of monitoring cost = marginal cost of bonding cost,
maka tidak akan ada bonding cost.
 Residual Loss
Walaupun adanya monitoring dan bonding, ada kemungkinan agent tidak mematuhi keinginan
principal secara tepat. Contohnya, manajer mungkin akan mengubah akun - akun untuk
memaksimalkan bonus. Dengan demikian,net value dari output agent akan kurang sebanyak jika
agent berlaku sesuai kehendak principal. Kerugian atas net value ini disebut dengan residual
loss.

LO. 3 PRICE PROTECTION AND SHAREHOLDER/MANAJERAGENCY PROBLEMS


Manajer sebagai agent dari pemilik dapat bertindak sesuai kepentingannya sendiri. Semakin sedikit
kepemilikan manajer dalam perusahaan, semakin besar kemungkinan adanya perbedaan kepentingan
antara principal dan agent. Manajer menanggung biaya monitoring yang dilakukan principal, sehingga
manajerlah penentu dari biaya monitoring tersebut, jika manajer memberi keyakinan yang tinggi bahwa
manajer akan berlaku sesuai kepentingan shareholder dan harga pasar meningkat demi kemakmuran
shareholder, maka monitoring akan berkurang. Perbedaan kepentingan antara manajer dan shareholder
memunculkan beberapa problem:
1. Risk Aversion Problem
Risk aversion adalah masalah yang disebabkan oleh hubungan antara risiko dan return. Menurut
pemegang saham, semakin tinggi risiko,semakin tinggi potensi pengembalian. Pandangan ini
sangat berbeda dari manajer, mereka kurang bersedia untuk mengambil risiko karena pekerjaan
sebagai manajer adalah sumber utama pendapatan mereka. Jika manajer terus mengambil
proyek yang kurang berisiko maka ini akan menyebabkan keuntungan yang rendah atau
pengembalian yang tidak pemegang saham inginkan. Namun, masalah ini dapat dikurangi
dengan memberikan insentif bonus (paket remunerasi) terkait dengan laba akuntansi sehingga
manajer akan terlibat dalam mengambil resiko yang lebih tinggi untuk mencapai bonus tersebut.
2. Dividend retention
Masalah kedua disebut dividend retention yang merupakan kemampuan manajer untuk
membayar sedikit pendapatan perusahaan dalam bentuk dividen dan mempertahankannya
lebih banyak sehingga mereka bisa berinvestasi dalam pertumbuhan perusahaan yang akan
menguntungkan mereka. Sekali lagi, pandangan ini ditentang oleh pemegang saham karena
mereka lebih suka memperoleh dividen sehingga mereka dapat berinvestasi lebih lanjut di mana
pun mereka inginkan.
3. Horizon Problem
Masalah ketiga adalah perbedaan pandangan dan dapat dengan mudah dikaitkan dengan
insentif bonus jangka panjang untuk mengatasi masalah ini. Hal ini menjadi masalah ketika
manajer mengharapkan untuk bekerja dengan perusahaan dalam jangka waktu yang singkat dan
berkaitan dengan kinerja perusahaan sementara saat mereka mengelolanya. Untuk menghindari
masalah ini, principal memastikan bahwa manajer mengambil kebijakan yang bersifat demi
jangka panjang perusahaan, yaitu dengan memberi bonus dalam bentuk saham. Spesific
contractual dilakukan oleh principal untuk mendorong manajer agar bertindak sesuai
kepentingan principal
 Menyediakan rencana bonus di mana batas atas bonus sebagian tergantung pada rasio
pembayaran dividen perusahaan
 Membayar manajer lebih berdasarkan pergerakan harga saham sebagai manajer mendekati
pensiun
 Membayar bonus pada tingkat progresif sebagai peningkatan keuntungan yang dilaporkan
 Kurangnya remunerasi dengan kompensasi berbasis saham sebagai kepemilikan manajer dalam
peningkatan perusahaan

Tiga kriteria untuk pengakuan pendapatan dibahas di atas telah dipertimbangkan oleh pembuat standar
dalam Menentukan pedoman yang memadai. Rerangka, paragraf 83. Menyediakan 2 kriteria pengakuan
pendapatan :
a. besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan
mengalir ke atau dari entitas; dan
b. item memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur dengan keandalan.

LO.4 SHAREHOLDER-DEBTHOLDER AGENCY PROBLEMS


Ketika kita membahas peran kontrak utang dalam konteks lembaga, kita asumsikan bahwa manajer
adalah pemilik tunggal dari perusahaan, atau memiliki kepentingan yang benar-benar selaras dengan
kepentingan pemilik. Artinya, principal dalam hal ini adalah kreditor, atau pemberi pinjaman; agen
adalah manajer yang bertindak atas nama pemegang saham atau pemilik lainnya. Mengingat bahwa nilai
perusahaan meliputi jumlah utang ditambah dengan nilai dari ekuitas, salah satu cara untuk
meningkatkan nilai ekuitas adalah dengan meningkatkan nilai (value) perusahaan, yang lain adalah
dengan mentransfer kekayaan dari kreditor. Smith dan Warner mengakui bahwa masalah keagenan dari
utang dapat menimbulkan empat metode utama dari transfer kekayaan dari debtholders kepada
pemegang saham:
1. Pembayaran Dividen yang Berlebihan (The Excessive Dividend Payment)
Masalah pembayaran dividen yang berlebihan muncul ketika pembayaran utang yang
dipinjamkan kepada perusahaan diasumsikan dengan tingkat tertentu dari pembayaran dividen.
Penerbitan dividen lebih tinggi mengurangi basis aset untuk membayar utang dan mengurangi
nilai hutang. Pada situasi ekstrim, manajemen meminjam dan kemudian membayar semua dana
yang dipinjam dalam bentuk dividen. Pemegang saham mendapatkan keuntungan dibawah
skema tersebut karena mereka telah menerima uang tunai, tetapi dengan limited liability berarti
mereka tidak secara pribadi bertanggung jawab atas hutang dari perusahaan dalam hal
kepailitan.
2. Substitusi Aset
Substitusi aset didasarkan pada premis bahwa pemberi pinjaman yang tidak mau mengambil
resiko. Mereka memberi pinjaman kepada perusahaan dengan harapan mereka tidak akan
berinvestasi dalam aset atau proyek dari risiko yang lebih tinggi daripada yang dapat diterima
oleh mereka.
3. Kurangnya Investasi
Kurangnya investasi terjadi ketika pemilik tidak melaksanakan proyek-proyek dengan NPV positif
karena untuk melakukannya akan meningkatkan dana yang tersedia bagi debtholders, tetapi
tidak bagi pemilik. Sebagai contoh, bayangkan sebuah perusahaan yang sedang menghadapi
kebangkrutan. Perusahaan memiliki dana pemegang saham sebesar negatif $ 90.000 dan
perusahaan bisa berinvestasi dalam proyekyang akan memberikan NPV positif sebesar $ 50.000.
Namun, seluruh $50.000 dicatat ke debtholders perusahaan, bukan bagi pemegang saham.
Iniakan mengurangi hutang bersih $ 40,000. Hanya jika NPV proyek yang diperoleh positif lebih
dari $90,000 akan memaksimalkan kekayaan pemilik sehingga berinvestasi dalam proyek.
4. Dilusi Klaim (Claim Dilution)
Dilusi klaim terjadi ketika perusahaan mengeluarkan hutang dengan prioritas lebih tinggi
daripada hutang yang telah dikeluarkan. Hal ini meningkatkan dana yang tersedia untuk
meningkatkan nilai perusahaan dan nilai kepemilikan, tapi mengurangi keamanan relatif dan
nilai hutang yang telah ada. Hal ini berarti, itu adanya dilusi terhadap hutang yang telah ada
karena utang yang kini telah menjadi lebih berisiko dengan adanya hutang prioritas lebih tinggi.
Persyaratan perjanjian utang adalah syarat dan ketentuan tertulis dalam kontrak utang yang
membatasi kegiatan pengelolaan atau mengharuskan manajemen untuk mengambil tindakan
tertentu. Pembatasan yang dirancang untuk melindungi kepentingan debtholders dengan
mensyaratkan, misalnya, bahwa perusahaan mempertahankan tingkat tertentu aset sebagai
jaminan untuk utang. Pembatasan yang terdapat dalam kontrak utang umumnya terdiri satu
atau lebih dari empat kategori :
1. Persyaratan perjanjian yang membatasi peluang produksi/investasi perusahaan. Persyaratan
perjanjian ini dirancang untuk mengurangi substitusi aset dan kurangnya investasi.
2. Persyaratan perjanjian untuk menahan pembayaran dividen dan biasanya mengikat
pembayaran dividen dengan laba. Perjanjian ini menghalangi pembayaran dividen yang
berlebihan.
3. Persyaratan perjanjian menahan kebijakan pembiayaan perusahaan. Ini ditujukan pada
masalah pencairan klaim dan biasanya membatasi utang yang lebih tinggi
4. Bonding persyaratan perjanjian yang mengharuskan perusahaan untuk memberikan
informasi tertentu kepada para pemberi pinjaman, seperti laporan dan pengungkapan
laporan keuangan untuk pihak berwenang. Ini membantu pemegang obligasi menentukan
apakah persyaratan perjanjian telah dilanggar atau yang dekat dengan pelanggaran.

LO.5 EX POST OPPORTUNISM Vs EX ANTE EFFICIENT CONTRACTING


Yang dimaksud dengan ex ante opportunism ialah perilaku oportunistik yang timbul manakala salah
satu pihak yang terlibat dalam transaksi hanya memiliki informasi yang terbatas mengenai objek
transaksi. Ex ante opportunism muncul sepanjang periode negosiasi kontrak dimana pihak yang memiliki
jumlah informasi lebih banyak bisa menggunakannya untuk mengeruk keuntungan dengan cara-cara
yang tidak sehat. Meskipun demikian hal ini dapat diatasi setelah transaksi menjadi lengkap. Sedangkan
ex post opportunism merupakan situasi dimana salah satu pihak menguasai informasi lebih banyak
dibandingkan dengan pihak lain dimana potensi terjadinya moral hazard tak dapat diatasi sekalipun saat
transaksi telah terjadi. Ex post opportunism timbul setelah kesepakatan kontrak dibuat dalam bentuk
pengingkaran atau ketidakpatuhan terhadap isi kesepakatan kontrak yang sudah sama-sama disetujui.
Ex post opportunism juga mungkin timbul dalam situasi dimana salah satu pihak mengambil keuntungan
dari kerentanan (vulnerability) pihak lain yang dilakukan semata-mata untuk meningkatkan
profitabilitasnya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa informasi yang asimetris (asymmetric
information) merupakan pemicu dari timbulnya perilaku oportunistik, dimana hal tersebut berujung
pada timbulnya biaya transaksi. Selain daripada itu, penjelasan di atas juga menyiratkan bahwa
informasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya daya kekuatan(power) pihak-pihak
yang terlibat dalam transaksi. Hubungan antara berbagai pihak yang terlibat dalam transaksi ini, yang
memiliki kadar pengetahuan informasi berbeda-beda, pada akhirnya membentuk sebuah pola relasi
kekuasaan dalam sebuah skema transaksi.

LO.6 SIGNALLING THEORY


Dalam perspektif ini, manajer sukarela memberikan informasi kepada investor untuk membantu
pengambilan keputusan mereka. SignallingTheory adalah suatu mekanisme untuk menunjukkan bahwa
suatu perusahaaan mempunyai tanda-tanda yang positif tentang kondisi internal perusahaan untuk
meningkatkan kepercayaan bahwa perusahaan memiliki kualitas yang tinggi dan menguntungkan agar
dapat menarik minat dari para calon investor. Contohnya yaitu peningkatan laba bersih dari tahun ke
tahun untuk prospek dimasa yang akan datang, sinyal pemberian dividen bagi shareholders.

LO.7 PROSES POLITIK


Teori akuntansi positif juga model proses politik yang melibatkan hubungan antara perusahaan dan
pihak lain yang berminat dalam perusahaan, seperti pemerintah, serikat buruh dan kelompok
masyarakat. Seperti dalam konteks hutang dan kontrak manajemen kompensasi, akuntansi adalah
penting dalam proses politik sebagai salah satu sumber informasi tentang perusahaan.Proses politik
mengupayakan biaya politik seminimal mungkin. Bagaimana menyajikan informasi bagi pihak yang
berkepentingan sehingga unsur politik dapat diminimalisasi.

LO.8 CONSERVATISM, ACCOUNTING STANDARD & AGENCY COST


Dalam pembahasan di atas pada teori keagenan secara implisit mengasumsikan bahwa kontrak lembaga
yang dibuat hanya antara pelaku dan agen dalam perusahaan. Kami pada dasarnya berbicara tentang
tata kelola perusahaan internal dengan kontrak yang efisien. Artinya, dalam sebuah pasar modal yang
berfungsi dengan baik dengan demokrasi pemegang saham dan perusahaan ada tingkat yang
meminimalkan biaya agensi. Ini menganggap dominasi (atau kontrol) oleh para prinsipal (pemegang
saham dan debtholders) dengan kehilangan sedikit sisa. Informasi yang tidak lengkap, info yang jelek
dilaporkan, sedangkan yang baik tidak sehingga tidak fair.

LO.9 SIGNALLING THEORY


Testing the opportunistic & political cost hypotheses
Setelah model didirikan untuk kontrak dalam sebuah perusahaan dan dalam proses politik, hipotesis
umum dikembangkan untuk menjelaskan pilihan akuntansi yang melibatkan transfer kekayaan dari
pengembangan. Penelitian pertama dilakukan oleh Watts dan Zimmerman, yang memeriksa posisi
bahwa manajer perusahaan mengambil pendapat untuk tahun 1974 FASBAS Pembahasan tentang
Memorandum pada GPLA (penyesuaian akuntansi tingkat harga umum). Pengaruh GPLA adalah untuk
menyajikan kembali rekening perusahaan menurut indeks inflasi umum, sehingga meningkatkan nilai
aset tetapi (secara umum) melaporkan penurunan laba karena biaya penyusutan yang lebih tinggi. GPLA
bisa mempengaruhi kompensasi manajemen dan kontrak utang, namun, karena pengungkapan akan
tambahan, akan ada efek langsung sedikit di bawah proposal AS untuk persyaratan pelaporan baru. Oleh
karena itu, proses politik dianggap memberikan insentif utama untuk adopsi posisi lobi tertentu.Watts
dan Zimmerman berpendapat bahwa, karena faktor politik, para manajer perusahaan besar memiliki
insentif yang lebih besar untuk mengurangi laba yang dilaporkan. Wong mempelajari pengaruh biaya
dengan menghubungakn politik dan hutang pada pilihan akuntansi untuk kredit pajak ekspor yang
tersedia di Selandia Baru. Wong berpendapat bahwa cara di mana kredit pajak yang dihitung selama
periode ini dipengaruhi oleh biaya politik. Kedua metode yang tersedia untuk menghitung kredit adalah:
1.metode pengurangan pajak (TRM), di mana kredit dikurangkan dari beban pajak
2.kredit-metode-penjualan (CSM), dimana pajak penghasilan ditampilkan sebagai sosok kotor karena
kredit pajak ini dibagi langsung ke penjualan.
Wong menguji 3 hipotesis: 1) Perusahaan dengan tarif pajak rendahmelaporkan lebih cenderung
menggunakan CSM. 2) Perusahaan dengan jumlah besar kredit pajak ekspor lebih cenderung
menggunakan CSM. 3)Perusahaan-perusahaan besar lebih cenderung menggunakan CSM. Hipotesis
ketiga dianggap mencerminkan hubungan antara ukuran dan profil politik. Hipotesis dua yang pertama
didasarkan bahwa perusahaan dengan jumlah tinggi perdebatan kredit pajak.

Efficient Contracting Hypotheses


Beberapa penelitian yang dilakukan berkonsentrasi terutama pada pemilihan ‘efisiensi’ prosedur
akuntansi, yaitu keputusan akuntansi yang dibuat di depan (ex ante) oleh manajemen dan pemegang
klaim pada perusahaan untuk mengurangi biaya kontrak keagenan.
1. Kapitalisasi Bunga
Zimmer memberikan penjelasan teori tentang mengapa perusahaan akan mengkapitalisasi
bunga daripada beban itu untuk mengurangi biaya kontrak. Penyebab kapitalisasi bunga ada
dua, yaitu: Pertama, meskipun kapitalisasi biasanya meningkatkan penghargaan penghargaan
berupa bonus bagi manager, manajemen komite kompensasi akan memungkinkan kapitalisasi
bunga dan menutup pendapatan melalui kontrak biaya-tambahan. Kedua, sebuah aplikasi
konsisten memanfaatkan bunga khusus proyek yang dibiayai akan menghemat waktu dalam
negosiasi dengan auditor dan penyelidik biaya pelanggan. Temuan selanjutnya adalah bahwa
perusahaan besar lebih cenderung untuk memanfaatkan bunga, yang tidak konsisten dengan
hipotesis ukuran konvensional dan berpendapat bahwa perusahaan besar lebih mungkin untuk
menarik pembiayaan proyek-spesifik.
2. Perubahan CEO
Dechow dan Sloan menguji apakah masalah horizon (disebutkan sebelumnya sehubungan
dengan kontrak manajemen) akan memotivasi chief executive officer (CEO) dalam beberapa
tahun terakhir untuk meningkatkan laporan kinerja laba jangka pendek, dan dengan demikian
bonus mereka berasal dari potongan kembali biaya penelitian dan pengembangan. Hasilnya
menunjukkan bahwa CEO tidak menghabiskan kurang pada penelitian dan pengembangan di
tahun-tahun terakhir mereka di kantor. Dechow dan Sloan nampaknya mengindikasikan bahwa
manajemen kontrak dapat menyeimbangkan insentif berbagi berbasis dan laba-berbasis untuk
memastikan bahwa upaya untuk mentransfer kekayaan dari pemegang saham kepada manajer
sebagian besar tidak efektif. Dengan demikian, akuntansi dan lain hal kontraktor dapat
mengurangi biaya agen ketika insentif untuk oportunistik yang kuat.
3. Penelitian Lain
Skinner membuktikan bahwa atribut ekonomi perusahaan mempengaruhi sifat utang
perusahaan dan kontrak manajemen kompensasi, dan bahwa variabel kontraktor oportunistik
tradisional dikaitkan dengan pilihan kebijakan akuntansi. Dia menemukan bukti terbatas
hubungan langsung antara atribut ekonomi yang mendasari dan keputusan akuntansi.
Sebaliknya, Bradburry, Godfrey dan Koh menemukan bahwa keputusan akuntansi goodwill
perusahaan Selandia Baru lebih berkaitan dengan atribut ekonomi perusahaan daripada variabel
kontraktor tradisional, mereka atribut beberapa perbedaan antara hasil mereka dan Skinner
dengan fakta bahwa akuntansi di Selandia Baru kurang dibatasi dibandingkan di Amerika Serikat,
sehingga banyak oportunistik bagi para manajer untuk mengadopsi kebijakan-kebijakan yang
mencerminkan posisi ekonomi perusahaan.

LO.10 EVALUATING THE THEORY


Ada beberapa kritik terhadap teori akuntansi positif :
1. Kritik terhadap filosofi, positif menganut bahwa peneliti berada di Iuar area penelitian serta
memkasimalkan utilitynya. Hal ini tidak mungkin terjadi karena peneliti selalu berada pada area
yang ditelitinya dan maksimalitas utility tidak mungkin dicapai hanya sebatas pada kepuasan
(Hebert Simons).
2. Kritik terhadap metodologi, teori positif menganut pendekatan bahwa maksimalisasi
keuntungan dapat diperoleh melalui harga keseimbangan pasar. Hal ini tidak mungkin karena
penelitian dengan harga keseimbangan pasar sangat sedikit pengaruhnya terhadap kontribusi
penelitian akuntansi.
3. Kritik terhadap penelitian dengan pendekatan ekonomi, yaitu pemaksimalisasi individu yang
tidak mungkin atau tidak mudah untuk menghitungnya.

Anda mungkin juga menyukai