Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ANDI MUHAMMAD DAHLAN

NIM : A031171311

RANGKUMAN BAB 4 “KERANGKA KONSEPTUAL”

PERANAN KERANGKA KONSEPTUAL

FASB telah mendefinisikan kerangka konseptual sebagai sebuah sistem yang


koheren dari tujuan yang saling berkaitan dan fundamental yang diharapkan
mengarah pada standar yang konsisten dan yang menentukan sifat, fungsi dan
batas-batas akuntansi dan pelaporan keuangan.

TUJUAN KERANGKA KONSEPTUAL

Tujuan dasar laporan keuangan eksternal adalah memberikan informasi yang


berguna kepada investor maupun calon investor dan kreditor dan pengguna lainnya
dalam membuat investasi yang rasional, kredit, dan keputusan serupa.

PERKEMBANGAN KERANGKA KONSEPTUAL

Perkembangan kerangka konseptual itu terpengaruh oleh isu-isu penting


berikut:

 Standar Berbasis Prinsip dan Standar Berbasis Aturan. IASB memiliki


tujuan untuk menghasilkan standar berbasis prinsip dan hal itu terlihat pada
kerangka konseptual sebagai pedoman. Namun, standar berbasis aturan
memiliki beberapa keuntungan yang menjelaskan popularitasnya, termasuk
peningkatan komparabilitas dan adanya kepastian atas auditor dan pembuat
regulasi.
 Informasi untuk Pengambilan Keputusan dan Pendekatan Teori
Keputusan. Fungsi Informasi akuntansi sebagai media pengawasan
manajemen mulai beralih kepada fungsi pengambilan keputusan pada tahun
1960 karena adanya perkembangan teori keputusan (decision theory).
Pendekatan teori keputusan dalam akuntansi berguna untuk menguji apakah
akuntansi telah mencapai tujuannya dan sebagai standar untuk menilai praktik
akuntansi yang terjadi serta menjadi ‘blueprint’ dalam penyusunan berbagai
sistem praktik akuntansi individual.
 Perkembangan Internasional: Kerangka Konseptual IASB dan FASB.
Pada Oktober 2004, FASB dan IASB menginisiasi sebuah proyek
pengembangan dan perbaikan atas kerangka kerja konseptual yang berlaku
saat itu. Penyempurnaan kerangka kerja ini sangat berguna dalam
pengembangan standar yang berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi, konsisten
secara internal, dan terkonvergensi secara internasional.
 Persepktif Entitas dan Perseorangan. Sudut pandang entitas dan
perseorangan akan merepresentasikan pendekatan yang berbeda terhadap
pelaporan keuangan. Sudut pandang yang digunakan merupakan hal yang
penting karena akan mempengaruhi pekerjaan pada tahapan penyusunan
kerangka kerja konseptual.
 Kelompok Pengguna Utama. Dewan FASB/IASB menyepakati bahwa
pengguna utama laporan keuangan adalah penyedia modal saat ini dan
potensial di masa yang akan datang. Penyedia modal ini adalah investor,
peminjam dana (lenders), atau kreditur lainnya dari suatu perusahaan.
 Kegunaan Keputusan dan Kepengurusan. Pelaporan keuangan memiliki
kegunaan yang beragam dalam pengambilan keputusan mulai dari keputusan
alokasi sumber daya hingga keputusan untuk melindungi dan meningkatkan
investasinya. Pelaporan keuangan juga berguna dalam hal evaluasi
kepengurusan (stewardship).
 Karakteristik Kualitiatif. Kerangka kerja IASB meiliki empat karakteristik
kualitatif yaitu dapat dimengerti (understandability), relevan (relevance),
dapat diandalkan (reliability), dan dapat dibandingkan (comparability).
KRITIK TERHADAP PROYEK KERANGKA KONSEPTUAL

Perkembangan kerangka kerja konseptual tidak lepas dari kritik berbagai pihak.
Dalam melakukan analisis atas kritik yang terjadi, terdapat dua pendekatan yang
bisa digunakan yaitu pendekatan ilmiah (scientific approach) dan pendekatan
profesional (professional approach). Berikut beberapa kritik mengenai kerangka
kerja konseptual:

 Asumsi Ontological dan Epistemological. Filsuf ilmu pengetahuan


berpendapat bahwa kebenaran ilmiah tidaklah objektif. Kebenaran ilmiah
hanyalah sebuah pernyataan tentang kenyataan yang telah dibangun. Oleh
karena itu kerangka konseptual diyakini tidak dapat memberikan sebuah
pengukuran realitas ekonomi yang benar-benar objektif karena tidak adanya
realitas praktik akuntansi yang bersifat independen.
 Penalaran yang Melingkar. Jika kerangka kerja konseptual dilihat secara
sederhana maka setidaknya akuntan harus mengikuti sebuah langkah ilmiah
yaitu prinsip dan praktik diperoleh dari teori yang berlaku secara umum.
Namun, ada kalanya kerangka kerja konseptual tidak berlaku umum secara
penuh karena terjebak dalam lingkaran internal.
 Disiplin yang Tidak Ilmiah. Ahli akuntansi mempertimbangkan bahwa
akuntansi lebih dekat dengan ilmu hukum dibandingkan ilmu fisika karena
akuntansi dan hukum berhubungan dengan berbagai macam pengguna yang
memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda-beda pula.
 Riset Positif. Perdebatan mengenai apakah riset akuntansi positif
bertentangan dengan kerangka konseptual atau tidak terkadang mengabaikan
bukti bahwa pasar modal tidak sepenuhnya efisien. Bahkan sekalipun pasar
efisien, tidak berarti bahwa pengambil keputusan telah memproses informasi
secara efisien. Jika kerangka konseptual mampu memastikan hal ini, baru
dapat dikatakan bahwa kerangka tersebut memberi peran.
 Kerangka Konseptual sebagai Dokumen Kebijakan. Cara lain dalam
memandang kerangka konseptual secara deduktif atau normatif dapat
dilakukan dengan memandangnya sebagai model kebijakan. Ijiri
membedakan antara model normatif dan model kebijakan. Model normatif
berdasar pada asumsi tertentu yang berfokus pada tujuan. Meskipun model
normatif mempunyai implikasi kebijakan, dia berbeda dengan model
kebijakan, karena kaitannya dengan tujuan. Sedangkan model kebijakan
berdasar pada penilaian dan pendapat.
 Nilai profesional dan Pembelaan-Diri. Penjelasan mengenai kerangka
konseptual dalam hal pembelaan diri dan nilai profesional sekilas nampak
saling bertentangan. Pembelaan diri berakibat pada penmenuhan keinginan
pribadi, sedangkan nilai profesional berfokus pada idealisme. Namun,
penilaian profesional dapat mengandung banyak makna. Organisasi
profesional merupakan pertumbuhan secara sadar atas sekelompok profesi.

KERANGKA KONSEPTUAL UNTUK STANDAR AUDIT

Teori audit berawal pada 1961. Miller dan Sharaf berupaya membuat teori
atas audit yang selama ini hanya praktik. Namun pada 1990-an audit terkendala
oleh adanya tekanan dari manajer untuk mengurangi biaya audit. Hal ini kemudian
berdampak pada metode audit, dimana terjadi pengurangan dalam pengujian
transaksi dan lebih kepada menguji pengendalian internal perusahaan. Proses
tersebut kemudian disebut audit risiko bisnis.

Audit risiko bisnis merupakan audit atas risiko klien sebagai bagian dari proses
audit. Audit risiko menuntut auditor untuk menilai risiko inheren dan risiko lain
yang tidak terdeteksi sistem. Perkembangan audit risiko pada mulanya diterapkan
di perusahaan-perusahaan besar. Namun, meski sudah terdapat kerangka, auditor
merasa canggung dalam melakukan audit risiko, dan berpendapat bahwa
manfaatnya tidak signifikan .

Anda mungkin juga menyukai