Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PENGGANTI FINAL

AKUNTANSI FORENSIK DAN INVESTIGASI FRAUD

"KORUPSI"

OLEH:
SAHARUDDIN (A031171014)
RIFKI KURNIAWAN (A031171302)
NUR AWIL DEBIYANTI (A031171021)
NIRWANA (A031171020)
HAERIL AFRIANSYAH (A031171306)
ROSA PATTIPAWALY (201692033)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019
PENDAHULUAN
Secara harfiah korupsi merupakan sesuatu yang busuk, jahat, dan merusak.
Jika membicarakan tentang korupsi memang akan menemukan kenyataan
semacam itu karena korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat keadaan yang
busuk, jabatan karena pemberian, faktor ekonomi dan politik, serta penempatan
keluarga atau golongan kedalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatannya.
Dengan demikian, secara harfiah dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya
istilah korupsi mempunyai istilah yang sangat luas.
1. Korupsi merupakan penyelewengan atau pengelapan uang negara atau
perusahaan sebagainya untuk kepentingan pribadi atau sekelompok
orang;
2. Korupsi merupakan busuk, rusak, suka memakai barang atau uang
yang dipercayakan kepadanya, dapat di sogok melalui kekuasaan atau
kepentingan pribadi atau sekelmpok orang.
Pemerintah telah merumuskan UU anti korupsi yang terdiri dari empat
unsur penting, yaitu unsur penyalahgunaan, wewenang, unsur memperkaya diri
sendiri atau korporasi, unsur merugikan keuangan negara dan unsur pelanggaran
hukum. Kalau terjadi tindak korupsi pelakunya langsung bisa dijerat dengan
tuduhan atas empat unsur tersebut.
Dari segi semantik, "korupsi" berasal dari bahasa Inggris, yaitu corrupt,
yang berasal dari perpaduan dua kata dalam bahasa latin yaitu com yang berarti
bersama-sama dan rumpere yang berarti pecah atau jebol. Istilah "korupsi" juga
bisa dinyatakan sebagai suatu perbuatan tidak jujur atau penyelewengan yang
dilakukan karena adanya suatu pemberian. Dalam prakteknya, korupsi lebih
dikenal sebagai menerima uang yang ada hubungannya dengan jabatan tanpa ada
catatan administrasinya. Secara hukum pengertian "korupsi" adalah tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang tindak pidana korupsi.
Para pelaku korupsi bukanlah orang-orang bodoh. Mereka adalah orang-
orang berpendidikan yang dengan sengaja memanfaatkan jabatan dan ilmunya
untuk mendapatkan keuntungan besar untuk dirinya sendiri. Banyak alasan dan
sebab mengapa mereka melakukan korupsi. Nafsu untuk hidup mewah dengan
cepat, jiwa Pancasila yang belum mantap di setiap warga negara, pengawasan
yang belum memadai, mental dan rasa keagamaan yang rendah, gaji atau pendapat
yang rendah, dorongan keluarga, rasa malu yang rendah dan kesadaran hukum
yang masih rendah.

PEMBAHASAN
Fraud adalah suatu tindakan ilegal yang dilakukan secara sengaja dengan
cara berbohong, menyembunyikan dan merekayasa yang dilakukan oleh individu
maupun organisasi dengan maksud memperkaya diri dan menghindari
pembayaran. Dari beberapa pengertian di atas juga terkandung beberapa aspek
kunci dari Fraud yaitu tindakan yang ilegal (ilegal act), disengaja (intentional),
penipuan (deceit) dan menguntungkan.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) mengatur berbagai
ketentuan perundangan menunjuk kepada beberapa tindak pidana yang oleh para
akuntan dikenal sebagai fraud. Kecurangan atau perbuatan curang hanyalah salah
satu dari berbagai tindak pidana tersebut.
Disamping KUHP juga ada ketentuan perundang-undangan lain yang
mengatur perbuatan melawan hukum yang termasuk dalam kategori fraud, seperti
undang-undang tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, berbagai undang-
undang perpajakan yang mengatur tindak pidana perpajakan, undang-undang
tentang pencurian uang, undang-undang perlindungan konsumen dan lain-lain.
Undang-undang nomor 31 tahun 1999 jo Undang-undang nomor 20 Tahun
2001 merupakan undang-undang yang mengartur salah satu bentuk fraud yaitu
korupsi. Tindak pidana korupsi yang diatur dalam Undang-undang ini dirumuskan
seluas-luasnya, sehingga meliputi perbuatan-perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, secara melawan hukum. Dengan rumusan
tersebut, pengertian melawan hukum dalam tindak pidana korupsi dapat pula
mencakup perbuatan-perbuatan tercela yang menurut perasaan keadilan
masyarakat harus dituntut dan dipidana.
Perbuatan melawan hukum disini mencakup perbuatan melawan hukum
dalam arti formil maupun materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur
dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap
tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan
sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana.
Bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Menyangkut kerugian keuangan negara
2. Suap menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan barang dan jasa
7. Gratifikasi

Contoh Kasus
...

Anda mungkin juga menyukai