Anda di halaman 1dari 21

TINDAK PIDANA

KORUPSI
Kelompok 1 R6A
Siska Vilonia Indah Sopamena (202021001)
Vivi Talaperuw (202021021)

anggota
Quentyn Priscilla Pattipeilohy (202021024)
Gloria Florensia Lewaherilla (202021041)
Adrillin Vandhana Balubun(202021006)

kelompok 1
Absa Brian Lesiyela (202021014)
Kezia Nofeliany Soetrisno (202021010)
Daniel Pande Natanael (202021193)
Pricillia Triana Palijama (202021028)
Rosaline. E. M. Samallo (202021052)
Ruben Johanis Mesasnuat (202021013)
Khusnul Tharob (202021030)
Vionna Louhenapessy (202021004)
Isser Harrer Lilipaly (202021048)
pengertian
Tindak Pidana Korupsi

Kata "korupsi" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti penyelewengan atau penggelapan
(uang negara atau perusahaaan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Dalam artian luas
korupsi berasal dari kata corruptie yang artinya Pembusukan.
Tindak pidana korupsi adalah tindakan yang mengakibatkan kerugian keuangan negara, suap-
menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam
pengadaan, gratifikasi, dan tindakan lain yang mendukung terjadinya tindak atau perilaku korupsi.

UU No 1 Tahun 1999 ayat 2 dan 3 menyatakan korupsi, adalah "tindakan melawan hukum,
memperkaya diri sendiri atau orang lain, merugikan pihak lain baik pribadi maupun negara dan
menyalahgunakan wewenang atau kesempatan atau sarana karena kedudukan atau jabatan"
pengertian
Tindak Pidana Korupsi

Korupsi menurut para ahli seperti :

• David M. Chalmers
David mendefinisikan korupsi sebagai tindakan-tindakan manipulasi dan keputusan mengenai
keuangan yang membahayakan ekonomi (financial manipulations and decision injurious to the
economy are often libeled corrupt).
• JSenturia
JSenturia mendefinisikan korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan pemerintahan untuk
keuntungan pribadi (the misuse of public power for private profit).
dasar hukum
tindak pidana korupsi
• UU No. 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN.
• UU No. 20 tahun 2001 jo UU No. 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi
• UU No. 19 tahun 2019 perubahan atas UU No. 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi
• UU No. 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian
uang
• PP No. 43 tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dan
Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
• PERPRES No. 54 tahun 2018 tentang strategi nasional pencegahan korupsi
• Peraturan Presiden (PERPRES) No. 102 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Supervisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
• Peraturan Menteri Kementerian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia (PERMENRISTEKDIKTI) No. 33 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi
SUBJEK HUKUM
TINDAK PIDANA
a. Korporasi, yaitu kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi baik

KORUPSI
merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum
b. Pegawai negeri yang meliputi :
1. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang tentang kepegawaian;
2. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang –Undang Hukum Pidana;
3. Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan Negara atau daerah;
4. Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari
keuangan Negara atau daerah;
5. Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi lain yang menggunakan
modal atau fasilitas dari Negara atau masyarakat
UNSUR-UNSUR
Tindak Pidana Korupsi

Setiap orang;

Melawan
hukum;

Memperkaya
diri sendiri
atau orang
lain atau
suatu
korporasi;

Dapat
merugikan
keuangan
negara atau
perekonomia
faktor terjadinya
korupsi
Menurut kelompok kami terjadinya korupsi dapat dilihat dari perilaku matreliastik
serta konsumtif sesorang terhadap suatu pandangan politik yang masih
mendewakan materi, maka akan memaksa terjadinya permainan uang sedikit demi
sedikit Sampai terjadi pelanggaran korupsi.
Di dalam hal ini, Korupsi akan terus terjadi selama masih terdapat kesalahan dalam
memandang harta kekayaan.
Semakin banyak orang memandang Kekayaan dengan cara yang salah, maka
semakin besar pula kemungkinan orang melakukan kesalahan dalam cara
mendapatkan kekayaan
(menghalalkan segala cara) untuk dapat memperoleh kekayaan dengan mudah.
faktor internal
terjadinya korupsi
Faktor terjadinya Tindak Pidana Korupsi ada 2 yaitu Internal dan Eksternal

1.Internal
Terjadinya perilaku yang mendewakan Kekayaan atas dasar kesadaran diri sendiri
( pribadi) maupun keluarga.
Sifat manusia yang tamak, moral yang kurang kuat dalam menghadapi godaan
serta budaya konsumtif dan malas berkerja keras menjadi faktor yang sangat
mempengaruhi seseorang dalam melakukan tindakan korupsi.
Didalam lingkungan keluarga perilaku Korupsi dengan dorongan keluarga atas
dasar kehidupan keluarga yang secara terbuka menerima perbuatan korupsi
menjadi dorongan kuat orang yang dari keluarga tersebut akan melakukan
tindakan korupsi
faktor eksternal
terjadinya korupsi
1.Eksternal
Terjadinya korupsi atas dasar Sebab-sebab dari luar. Penyebab faktor eksternal yang berasal
dari luar diri sendiri antara lain : aspek politik, aspek hukum, aspek ekonomi, aspek
organisasi dan aspek masyarakat.
Pandangan umum yang kerap berlaku di tengah masyarakat yaitu mencegah dan menindak
korupsi merupakan tanggung jawab pemerintah. Padahal, pencegahan dan pemberantasan
korupsi di lingkungan pribadi dan profesional merupakan tanggung jawab semua
masyarakat.

Korupsi juga berisiko timbul karena adanya kelemahan dalam peraturan perundang-
undangan. Peraturan tersebut dapat berisi poin yang hanya menguntungkan penguasa, tidak
berkualitas, kurang disosialisasikan, sanksi terlalu ringan, penerapan sanksi yang tidak
konsisten dan pandang bulu, serta lemah di bidang evaluasi dan revisi.
Dampak korupsi
Bagi Negara

1. Kesejahteraan umum
Korupsi politisi bisa terjadi di banyak negara dan memberikan ancaman yang begitu besar bagi
warga negara tersebut. korupsi politisi berarti kebijaksanaan pemerintah yang seringkali
menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Salah satu contohnya adalah bagaimana
seorang politikus membuat peraturan yang mampu melindungi sebuah perusahaan besar, namun
merugikan perusahaan-perusahaan kecil. Politikus yang “pro bisnis” ini hanyalah mengembalikan
pertolongan pada perusahaan besar yang mampu memberikan mereka sumbangan besar pada
kampanye pemilu mereka.

2.Demokrasi
Pada hal ini, dampak korupsi mampu mengikis kemampuan institusi dari pemerintah karena
mengabaikan prosedur, penyedotan sumber daya, serta pejabat yang diangkat jabatannya bukan
karena prestasi. Di saat yang bersamaan, dampak korupsi juga bisa mempersulit legitimasi
pemerintahan dan juga nilai demokrasi, seperti hilangnya kepercayaan serta toleransi.
Dampak korupsi
Bagi Negara
3. Melambatnya pertumbuhan ekonomi negara dan menurunya investasi
Korupsi berdampak buruk pada perekonomian sebuah negara. Salah satunya pertumbuhan ekonomi
yang lambat akibat dari multiplier effect rendahnya tingkat investasi. Hal ini terjadi akibat investor
enggan masuk ke negara dengan tingkat korupsi yang tinggi.
4. Pembangunan ekonomi
Dampak korupsi mampu mempersulit pembangunan ekonomi suatu negara dan mengurangi kualitas
dalam pelayanan suatu pemerintahan. Korupsi bisa mempersulit pembangunan ekonomi dengan
membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi.
5. Kemiskinan
Dampak korupsi bisa menyebabkan kemiskinan dalam masyarakat. selain menimbulkan efek secara
langsung, korupsi juga bisa menimbulkan efek tidak langsung terhadap kemiskinan. Alur korupsi ini
awalnya memberi dampak pada penurunan pertumbuhan perekonomian, yang akhirnya bisa
menyebabkan angka kemiskinan semakin naik. Akhirnya, masyarakat yang mengalami kemiskinan ini
bisa merasakan mahalnya harga pelayanan publik, rendahnya kualitas pelayanan, kesehatan, serta
pendidikan. Dengan naiknya angka kemiskinan, tentu berimbas pada angka kriminalitas.
pencegahan korupsi
Upaya Preventif

Upaya secara preventif merupakan usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk
meminimalisasi penyebab dan peluang seseorang melakukan tindak pidana korupsi. Upaya
preventif dapat dilakukan dengan:
a.Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara
negara,
b.Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi,
c.Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan,
d.Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan tindak pidana
korupsi,
e.Melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat umum,
f.Melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan tindak pidana korupsi.
• Upaya secara represif merupakan usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi yang
telah diidentifikasi dapat diproses dengan cepat, tepat, dan dengan biaya murah. Sehingga
para pelakunya dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
pencegahan korupsi
Upaya Represif

Upaya secara represif merupakan usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi yang telah
diidentifikasi dapat diprosesdengan cepat, tepat, dan dengan biaya murah. Sehingga
parapelakunya dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturanperundangan yang berlaku.

Upaya represif dalam mencegah tindak pidana korupsi dengan:.


a. Melakukan penyelidikan, penuntutan, peradilan, danpenghukuman koruptor besar dengan efek
jera.
b. Penentuan jenis-jenis atau kelompok korupsi yang diprioritaskan untuk diberantas.
c. Penguatan kapasitas badan atau komisi anti korupsi
d. Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkarakorupsi dalam sistem peradilan pidana
secara terusmenerus.
e. Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi besertaanalisisnya.
f. Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antaratugas penyidik tindak pidana korupsi
dengan penyidikumum, penyidik pegawai negeri sipil atau PPNS, danpenuntut umum.
Lembaga yang
Dalam Tindak pidana korupsi
berwenang

• Kepolisian
Menurut UU Kepolisian Pasal 14 ayat (1) huruf g, Kepolisianmemiliki tugas dalam melaksanakan suatu
penyelidikan danpenyidikan semua tindak pidana yang sesuai dengan hukumacara pidana dan peraturan
perundang-undangan lainnya. Dengan demikian Kepolisian memiliki wewenang dalammenyelidiki dan
menyidik kasus tindak pidana korupsi.
Dapat dilihat pada Pasal 6 KUHAP terkait dengan wewenangkepolisian dalam penyidikan yang menyatakan
bahwa Penyidikadalah :
a. Pejabat polisi negara Republik Indonesia;
b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenangkhusus oleh undang-undang.
Lembaga yang
Dalam Tindak pidana korupsi
berwenang
2. Kejaksaan
Kewenangan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana korupsitelah diatur secara jelas dan tegas di dalam
undangundang no.16 tahun 2004 tentang kejaksaan Republik Indonesia yaitu padaBab III tentang tugas dan
wewenang khususnya pasal 30 ayat (1) dan penjelasanya. Pasal 30 ayat (10 undang undangan no.16 tahun
2004 menyatakan di bidang pidana kejaksaan mempunyaitugas dan wewenang:

1. Melakukan penuntutan;
2. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilanyang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusanpidana bersyarat putusan pidana pengawasan dan
keputusanlepas bersyarat;
4. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentuberdasarkan undangundang dan;
5. Melengkapi berkas perkara dan untuk itu dapat melakukanpemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke
pengadilanyang dalam dikoordinasikan dengan penyidik. Sedangkanpada penjelasan pasal 30 ayat (10 huruf d
undang-undangno 16 tahun 2004 diuraikan bahwa: kewenangan dalamketentuan ini adalah kewenangan
Lembaga yang
Dalam Tindak pidana korupsi
berwenang
2. Komisi Pemberantasan Korupsi
kewenangan KPK untuk menangani kasus korupsi diatur dalamPasal 6 huruf e UU 19/2019, bahwa KPK
mempunyai tugasmelakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadaptindak pidana korupsi.
Dalam melaksanakan tugas supervisi tersebut, KPK berdasarkanPasal 10A ayat (1) UU KPK memiliki
kewenangan tambahanyaitu KPK mengambil alih penyidikan dan/atau penuntutanterhadap pelaku korupsi
yang sedang dilakukan oleh kepolisianatau kejaksaan
.
Dengan demikian wewenang KPK antara lain :
1. Melakukan koordinasi penyelidikan, penyidikan, danpenuntutan tindak pidana korupsi.
2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatanpemberantasan tindak pidana korupsi.
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindakpidana korupsi kepada instansi yang terkait.
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan denganinstansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindakpidana korupsi.
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahantindak pidana korupsi.
contoh kasus
tindak pidana korupsi
Johnny G. Plate, Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo), telah ditetapkan sebagai tersangka
dalam kasus dugaan korupsi terkait proyek BTS 4G. Keputusan ini diambil setelah Johnny diperiksa oleh
tim penyidik Kejaksaan Agung. Kasus ini melibatkan dugaan korupsi dalam penyediaan infrastruktur BTS
4G dan paket pendukungnya di BAKTI Kementerian Komunikasi dan Informatika selama tahun 2020
hingga 2022.

Direktur Penyidikan Kejaksaan Agung Muda Pidana Khusus, Kuntadi, mengumumkan penetapan Johnny
sebagai tersangka dalam konferensi pers. Setelah pemeriksaan, Johnny dibawa ke Rutan Salemba cabang
Kejaksaan Agung untuk ditahan. Kejagung saat ini sedang mendalami aliran dana terkait kasus ini dan
masih mengumpulkan alat bukti tambahan.

Johnny G. Plate ditahan sebagai tersangka kasus korupsi BTS 4G berdasarkan Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-
Undang Tindak Pidana Korupsi. Jumlah kerugian negara akibat kasus ini, menurut Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), mencapai Rp8,32 triliun.
contoh kasus
tindak pidana korupsi
Kejaksaan agung juga menjelaskan bahwa kasus korupsi ini tidak akan menghentikan proyek penyediaan
infrastruktur BTS 4G dan paket pendukungnya. Proyek tersebut merupakan proyek strategis nasional dan
akan dilanjutkan untuk memastikan masyarakat di kawasan terdepan, terluar, dan tertinggal dapat
menggunakan jaringan 4G.

Selain itu, Kejaksaan Agung juga melakukan penggeledahan di rumah dan kantor Johnny G. Plate, serta
memeriksa mobil pribadinya, sebagai bagian dari penyelidikan dan pengembangan kasus ini.
Johnny G. Plate ditetapkan sebagai tersangka berdasarkan surat penetapan tersangka dan ditahan selama 20
hari. Kasus ini dianggap melanggar Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
Kesimpulan
Kejahatan ekonomi seperti korupsi merupakan tindakan yang dapat merusak sistem perekonomian
sebuah negara.Tindak korupsi diatur dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tidak Pidana Korupsi.

Berdasarkan undang-undang tersebut, korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, orang lain, atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara dan perekonomian negara. Maka diperlukan upaya untuk mencegah hingga
menghukum para pelaku yang melakukan korupsi agar menjadi efek jerah dan pembelajaran bagi orang
lain yang memiliki kuasa dalam sesuatu jabatan agar tidak melaukan korupsi.

Upaya yang dilakuakan sangatlah berguna bagi dampak suatu negara yang di dalamnya terdapat
tindakan kejahatan ekonomi seperti korupsi, karena tindak korupsi sangatlah merugikan negara seperti
dapat merusak kesejahteraan umum, demokrasi, memperlambat pertumbuhan ekonomi, memperlambat
pembangunan hukum, dan juga meningkatkan kemiskinan di dalam negara.

Negara juga membentuk lembaga yang bertujuan khusus untuk memberantas tindak korupsi yang
terjadi di dalam suatu negara, demi kemajuan negara dan kesejahteraan masyarakat negaranya. Dalam
kasus korupsi, terdapat tiga lembaga yang berwenang untuk menanganinya yaitu kepolisian, kejaksaan
dan Komisi Pemberantasan Korupsi (“KPK”) sesuai kewenangannya masing-masing.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai