Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan

keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Efektifitas dan

keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber

daya manusia, yakni (orang-orang yang terlibat sejak dari perencanaan

samapai pada pelaksanaan) dan pembiayaan. Di antara dua faktor tersebut

yang paling dominan adalah faktor manusianya.

Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat dari

keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya, negara

tercinta ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia bukanlah

merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang miskin.

Itu semua terjadi karena rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari

aparat penyelenggaraan negara menyebabkan terjadinya korupsi.

Korupsi di Indonesia sudah merupakan penyakit social yang sangat

berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara dan mengakibatkan kerugian materil keuangan

negara yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari adanya perampasan dan

pengurasan keuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan

anggota legislatif dengan dalih study banding, THR, uang pesangon, dan lain

sebagainya diluar batas kewajaran. Bentuk perampasan dan pengurasan

keuangan negara demikian terjadi hampir diseluruh wilayah tanah air.

1
2

Perkembangan korupsi di Indonesia juga mendorong pemberantasan

korupsi di Indonesia. Namun, hingga kini pemberantasan korupsi di Indonesia

belum menunjukkan titik terang. Hal ini dikarenakan banyak kasus korupsi di

Indonesia yang belum tuntas diungkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK), Kepolisian, LSM dan alat perangkat negara lainnya.

Pemerintah mengharapkan masalah korupsi di Indonesia segera

terselesaikan. Oleh karena itu, pemerintah mengupayakan beberapa hal seperti

pembenahan dari aspek hukum, yang sampai saat ini telah memiliki banyak

rambu-rambu berupa peraturan-peraturan, antara lain TAP MPR No.

XI/MPR/1988, UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi, UU No. 20 tahun 2001, UU No. 30 tahun 2002, dan UU anti korupsi

lainnya. Namun, upaya ini masih belum berhasil sepenuhnya. Masalah ini

yang membuat penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dalam makalah

yang berjudul Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan korupsi?
2. Bagaimana gambaran umum korupsi di Indonesia serta jenis-jenisnya?
3. Bagaimana fenomena korupsi di indonesi?
4. Apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi?
5. Bagaimana peran pemerintah, masyarakat dan mahasiswa dalam

memberantas korupsi?
6. Upaya apa yang dapat ditempuh dalam pemberatasan korupsi?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari korupsi.
2. Mengetahui gambaran umum korupsi di Indonesia serta jenis-jenisnya.
3. Mengetahui fenomena korupsi di indonesia.
4. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi.
5. Mengetahui peran pemerintah, masyarakat dan mahasiswa dalam

memberantas korupsi.
3

6. Mengetahui upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus.

Selanjutnya dikatakan bahwa corruptio itu berasal dari kata asal corrumpere,

suatu bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin tersebut kemudian dikenal
4

istilah corruption, corrupt (Inggris), corruption (Perancis) dan

corruptie/korruptie (Belanda).1 Dapat atau patut diduga bahwa istilah korupsi

berasal dari bahasa Belanda dan menjadi bahasa Indonesia, yaitu korupsi. 2

Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,

ketidak jujuran, dapat disuap tidak bermoral penyimpangan dari kesucian.1

Dalam UU No.31 Tahun 1999, Pengertian korupsi yaitu setiap orang

yang dengan sengaja secara melawan hukum untuk melakukan perbuatan

dengan tujuan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi

yang mengakibatkan kerugian keuangan negara atau perekonomian negara.4

Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain, disebutkan bahwa

(Muhammad Ali : 1998) :

1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai

kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya.


2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang,

penerimaan uang sogok, dan sebagainya.


3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.1

Menurut Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kasus hukum, yang

dimaksud corruptie adalah korupsi, perbuatan curang, tindak pidana yang

merugikan keuangan negara. Baharudin Lopa mengutip pendapat David M.

Chalmers, menguraikan istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni yang

menyangkut masalah penyuapan, yang berhubungan dengan manipulasi di

bidang ekonomi, dan yang menyangut bidang kepentingan umum.1

Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan

jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri
5

sendiri maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan

pribadi, sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum,

perusahaan, atau pribadi lainnya.5

Para ahli ekonomi menggunakan definisi yang lebih konkret. Korupsi

didefinisikan sebagai pertukaran yang menguntungkan (antara prestasi dan

kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri), yang terjadi secara diam-diam

dan sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku, dan setidaknya

merupakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki salah satu

pihak yang terlibat dalam bidang umum dan swasta.5

Wertheim dalam Lubis, 1970 menyatakan bahwa seorang pejabat

dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang

yang bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang

menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah.10

Korupsi di Indonesia telah berkembang dalam tiga tahap, yaitu elitis,

endemic, dan sistemik. Pada tahap elitis, korupsi masih menjadi patologi social

yang khas dilingkungan para elit / pejabat. Pada tahap endemic, korupsi

mewabah menjangkau masyarakat luas. Lalu di tahap yang kritis, ketika

korupsi menjadi sistemik, setiap individu di dalam sistem terjangkit penyakit

yang serupa. Boleh jadi penyakit korupsi di bangsa ini telah sampai pada tahap

sistemik.2

Abdullah Hehamahua dalam Ermansjah Djaja mengemukakan bahwa

korupsi di Indonesia sudah tergolong extra - ordinary crimes karena telah


6

merusak, tidak saja keuangan Negara dan potensi ekonomi Negara, tetapi juga

telah meluluh lantakkan pilar-pilar sosio budaya, moral, politik, dan tatanan

hokum dan keamanan nasional. Oleh karena itu, pola pemberantasannya tidak

bisa hanya oleh instansi tertentu dan tidak bisa juga dengan pendekatan

parsial. Ia harus dilakukan secara komprehensif dan bersama-sama, oleh

penegak hukum, lembaga masyarakat, dan individu anggota masyarakat.2

B. Gambaran Umum Korupsi di Indonesia dan Jenis - Jenis Korupsi


1. Gambaran Umum Korupsi di Indonesia

Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun

1960-an bahkan sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya.

Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 24 Prp 1960 yang diikuti

dengan dilaksanakannya Operasi Budhi dan Pembentukan Tim

Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228

Tahun 1967 yang dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum

membuahkan hasil nyata.6

Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971

dengan Operasi Tertib yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan

Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek,

modus operandi korupsi semakin canggih dan rumit sehingga Undang-

Undang tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan kembali

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.6

Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya

sudah cukup banyak dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin

banyak sejak akhir 1997 saat negara mengalami krisis politik, sosial,
7

kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis

multidimensi. Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru

menuntut antara lain ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan

Korupsi, Kolusi & Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya

dituangkan di dalam Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 & Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penye-lenggaraan Negara yang

Bersih & Bebas dari KKN.7

2. Jenis - Jenis Korupsi

Menurut UU. No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi, ada tiga puluh jenis tindakan yang bisa dikategorikan

sebagai tindak korupsi. Namun secara ringkas tindakan-tindakan itu bisa

dikelompokkan menjadi :

a. Kerugian keuangan negara.


b. Suap menyuap.
c. Penggelapan dalam jabatan.
d. Pemerasan.
e. Perbuatan curang.
f. Bentuk kepentingan dalam pengadaan.
g. Gratifikasi.1

Mochtar Lubis membedakan korupsi dalam tiga jenis yaitu sebagai

berikut :

a. Penyuapan, apabila seorang pengusaha menawarkan uang atau jasa

lain kepada seseorang atau aparat negara untuk suatu jasa bagi

pemberi uang.
b. Pemerasan, apabila orang yang memegang kekuasaan menuntut

membayar uang atau jasa lain sebagai ganti atas imbal balik

fasilitas yang diberikan.


8

c. Pencucian, apabila orang yang berkuasa menyalahgunakan

kekuasaan dan mencuri harta rakyat, langsung atau tidk langsung.3

Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh

tokoh reformasi, M. Amien Rais yang menyatakan sedikitnya ada empat

jenis korupsi, yaitu:

a. Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan

pengusaha kepada penguasa.


b. Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki

kepentingan ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk

membuat peraturan atau UU yang menguntungkan bagi usaha

ekonominya.
c. Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan

kekeluargaan, pertemanan, dan sebagainya.


d. Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara

secara sewenang-wenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan

sejumlah keuntungan pribadi.10

Jeremy Pope (2007: xxvi) mengutip dari Gerald E. Caiden dalam

Toward a General Theory of Official Corruption menguraikan secara rinci

bentuk-bentuk korupsi yang umum dikenal, yaitu:

a. Berkhianat, subversif, transaksi luar negeri ilegal, penyelundupan.


b. Penggelapan barang milik lembaga, swastanisasi anggaran

pemerintah, menipu dan mencuri.


c. Penggunaan uang yang tidak tepat, pemalsuan dokumen dan

penggelapan uang, mengalirkan uang lembaga ke rekening pribadi,

menggelapkan pajak, menyalahgunakan dana.


d. Penyalahgunaan wewenang, intimidasi, menyiksa, penganiayaan,

memberi ampun dan grasi tidak pada tempatnya.


9

e. Menipu dan mengecoh, memberi kesan yang salah, mencurangi

dan memperdaya, memeras.10

Menurut Syed Hussein Alatas, ciri-ciri korupsi adalah sebagai

berikut :

a. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang.


b. Korupsi pada umumnya melibatkan keserbarahasiaan.
c. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timba balik.
d. Mereka yang mempraktikan cara-cara korupsi biasanya berusaha

menyelubungi perbuatannya dengan berlindung dibalik penebaran

hukum.
e. Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan

keputusan-keputusan yang tegas dan mereka yang mampu untuk

memengaruhi keputusan-keputusan itu.


f. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada

badan publik masyarakat umum.


g. Setiap bentuk korupsi adalah suatu penghianatan kepercayaan.3

C. Fenomena Korupsi di Indonesia

Fenomena umum yang biasanya terjadi di negara berkembang,

contohnya Indonesia, ialah:

1. Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber daya

manusia pada lembaga - lembaga politik yang ada.


2. Institusi-institusi politik yang ada masih lemah disebabkan oleh

mudahnya oknum lembaga tersebut dipengaruhi oleh kekuatan bisnis /

ekonomi, sosial, keagamaan, kedaerahan, kesukuan, dan profesi serta

kekuatan asing lainnya.


3. Selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun

sebenarnya banyak di antara mereka yang tidak mampu.


4. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya

dengan dalih kepentingan rakyat.10


10

Sebagai akibatnya, terjadilah runtutan peristiwa sebagai berikut :

1. Partai politik sering inkonsisten, artinya pendirian dan ideologinya

sering beru-bah-ubah sesuai dengan kepentingan politik saat itu.


2. Muncul pemimpin yang mengedepankan kepentingan pribadi dari pada

kepentingan umum.
3. Sebagai oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya

berlomba-lomba mencari keuntungan materil dengan mengabaikan

kebutuhan rakyat.
4. Terjadi erosi loyalitas kepada negara karena menonjolkan pemupukan

harta dan kekuasaan. Dimulailah pola tingkah para korup.


5. Sumber kekuasaan dan ekonomi mulai terkonsentrasi pada beberapa

kelompok kecil yang mengusainya saja. Derita dan kemiskinan tetap

ada pada kelompok masyarakat besar (rakyat).


6. Lembaga-lembaga politik digunakan sebagai dwi aliansi, yaitu sebagai

sektor di bidang politik dan ekonomi-bisnis.


7. Kesempatan korupsi lebih meningkat seiring dengan semakin

meningkatnya ja-batan dan hirarki politik kekuasaan.10

D. Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi

Secara garis besar penyebab korupsi dapat dikelompokkan menjadi

dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan

penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi dan faktor eksternal

merupakan penyebab terjadinya korupsi karena sebab - sebab dari luar.

Menurut M. Arifin faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi yaitu aspek

perilaku individu, aspek organisasi, dan aspek masyarakat tempat individu dan

organisasi berada. Isa Wahyudi berpendapat bahwa faktor faktor penyebab


11

terjadinya korupsi karna adanya sifat tamak manusia, moral yang kurang kuat

menghadapi godaan, gaya hidup konsumtif, tidak mau (malas) bekerja keras.1,9

Nur Syam memberikan pandangan bahwa penyebab seseorang

melakukan korupsi adalah karena ketergodaannya akan dunia materi atau

kekayaan yang tidak mampu ditahannya. Ketika dorongan untuk menjadi kaya

tidak mampu ditahan sementara akses ke arah kekayaan bisa diperoleh melalui

cara berkorupsi, maka jadilah seseorang akan melakukan korupsi. Dengan

demikian, jika menggunakan sudut pandang penyebab korupsi seperti ini,

maka salah satu penyebab korupsi adalah cara pandang terhadap kekayaan.

Cara pandang terhadap kekayaan yang salah akan menyebabkan cara yang

salah dalam mengakses kekayaan.1

Erry Riyana Hardjapamekas menyebutkan tingginya kasus korupsi di

negeri ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :

1. Kurang keteladanan dan kepemimpinan elite bangsa.


2. Rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil.
3. Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan peraturan

perundangan.
4. Rendahnya integritas dan profesionalisme.
5. Mekanisme pengawasan internal di semua lembaga perbankan,

keuangan, dan birokrasi belum mapan.


6. Kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan masyarakat.
7. Lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan etika.1

Adapun penyebab terjadinya korupsi di Indonesia menurut Abdullah

Hehamahua, berdasarkan kajian dan pengalaman setidaknya ada enam

penyebab, yaitu sebagai berikut :

1. Sistem Penyelenggaraan Negara yang Keliru


12

Sebagai negara yang baru merdeka atau negara yang baru

berkembang, seharusnya prioritas pembangunan di bidang pendidikan.

Tetapi selama puluhan tahun, mulai dari orde lama, orde baru sampai orde

reformasi ini, pembangunan difokuskan pada bidang ekonomi. Padahal

setiap Negara yang baru merdeka, terbatas dalam memiliki SDM, uang,

manajemen, dan teknologi. Konsekuensinya, semuanya didatangkan dari

luar negeri yang pada gilirannya, menghasilkan penyebab korupsi.

2. Kompensasi PNS yang Rendah

Wajar apabila negara yang baru merdeka tidak memiliki uang yang

cukup untuk membayar kompensasi yang tinggi kepada pegawainya, tetapi

disebabkan prioritas pembangunan di bidang ekonomi, sehingga secara

fisik dan cultural melahirkan pola yang konsumerisme, sehingga 90 %

PNS melakukan KKN. Baik berupa korupsi waktu, melakukan kegiatan

pungli maupun mark up kecil-kecilan demi menyeimbangkan pemasukan

dan pengeluaran pribadi / keluarga.

3. Pejabat yang Serakah

Pola hidup konsumerisme yang dilahirkan oleh sistem

pembangunan di atas mendorong pejabat untuk menjadi kaya secara

instant. Lahirlah sikap serakah dimana pejabat menyalahgunakan

wewenang dan jabatannya, melakukan mark up proyek-proyek

pembangunan, bahkan berbisnis dengan pengusaha, baik dalam bentuk

menjadi komisaris maupun menjadi salah seorang share holder dari

perusahaan tersebut.

4. Law Enforcement Tidak Berjalan


13

Disebabkan para pejabat serakah dan PNS-nya KKN karena gaji

yang tidak cukup, maka boleh dibilang penegakan hukum tidak berjalan

hampir di seluruh lini kehidupan, baik diinstansi pemerintahan maupun di

lemmbaga kemasyarakatan karena segala sesuatu diukur dengan uang.

Sebab lain law enforcement tidak berjalan dimana aparat penegak hukum

bisa dibayar mulai dari polisi, jaksa, hakim, dan pengacara, maka

hukuman yang dijatuhkan kepada para koruptor sangat ringan sehingga

tidak menimbulkan efek jera bagi koruptor. Bahkan tidak menimbulkan

rasa takut dalam masyarakat, sehingga pejabat dan pengusaha tetap

melakukan proses KKN.

5. Tidak Ada Keteladanan Pemimpin

Ketika resesi ekonomi (1997), keadaan perekonomian Indonesia

sedikit lebih baik dari Thailand. Namun pemimpin di Thailand memberi

contoh kepada rakyatnya dalam pola hidup sederhana dan satunya kata

dengan perbuatan, sehingga lahir dukungan moral dan material dari

anggota masyarakat dan pengusaha. Dalam waktu relative singkat,

Thailang telah mengalami recovery ekonominya. Di Indonesia tidak ada

pemimpin yang bisa dijadikan teladan, maka bukan saja perekonomian

negara yang belum recovery bahkan tatanan kehidupan berbangsa dan

bernegara makin mendekati jurang kehancuran.

6. Budaya Masyarakat yang Kondusif KKN

Dalam negara agraris seperti Indonesia, masyarakat cenderung

paternalistic. Dengan demikian, mereka turut melakukan KKN dalam

urusan sehari-hari seperti mengurus KTP, SIM, STNK, PBB, SPP,


14

pendaftaran anak ke sekolah atau universitas, melamar kerja, dan lain-lain,

karena meniru apa yang dilakukan oleh pejabat elit politik, tokoh

masyarakat, pemuka agama, yang oleh masyarakat diyakini sebagai

perbuatan yang tidak salah.2

E. Peran Pemerintah, Masyarakat dan Mahasiswa dalam Memberantas

Korupsi
1. Peran Pemerintah dalam Memberantas Korupsi

Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam

mengawali upaya-upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan

Korupsi) dan aparat hukum lain. KPK yang ditetapkan melalui Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberan-tas

korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi

martir bagi para pelaku tindak KKN.7

Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :

a. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.


b. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan

mewujudkan good governance.


c. Membangun kepercayaan masyarakat.
d. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi

besar.
e. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.3
2. Peran Masyarakat dalam Memberantas Korupsi

Bentuk - bentuk peran serta mayarakat dalam pemberantasan

tindak pidana korupsi menurut UU No. 31 tahun 1999 antara lain adalah

sebagai berikut :
15

a. Hak Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya

dugaan tindak pidana korupsi.


b. Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh, dan

memberikan informasi adanya dugaan telah tindak pidana korupsi

kepada penegak hukum.


c. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab

kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana

korupsi.
d. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yg

diberikan kepada penegak hukum waktu paling lama 30 hari.


e. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum.
f. Penghargaan pemerintah kepada mayarakat.6
3. Peran Mahasiswa dalam Memberantas Korupsi
a. Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus.
b. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya

melakukan korupsi.
c. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.8
F. Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi

Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak

korupsi di Indonesia, antara lain sebagai berikut :

1. Upaya Pencegahan (Preventif)

a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan

mengutamakan pengabdian pada bangsa dan negara melalui

pendidikan formal, informal dan agama.

b. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan

teknis.

c. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan

memiliki tanggung jawab yang tinggi.


16

d. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan

ada jaminan masa tua.

e. Menciptakan semua aparat hukum (Kepolisian, Kejaksaan,

Pengadilan) yang bersih, jujur, disiplin, dan bertanggungjawab

serta memiliki komitmen yang tinggi dan berani melakukan

pemberantasan korupsi tanpa memandang status sosial untuk

menegakkan hukum dan keadilan.

f. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki

tanggung jawab etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang

efisien.

g. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang

mencolok.

h. Adanya gerakan moral yang secara terus menerus

mensosialisasikan bahwa korupsi adalah kejahatan besar bagi

kemanusiaan yang melanggar harkat dan martabat manusia.

Melalui gerakan moral diharapkan tercipta kondisi lingkungan

sosial masyarakat yang sangat menolak, menentang, dan

menghukum perbuatan korupsi dan akan menerima, mendukung,

dan menghargai perilaku anti korupsi. Langkah ini antara lain

dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan, sehingga dapat

terjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda

sebagai langlah yang efektif membangun peradaban bangsa yang

bersih dari moral korupsi.10

2. Upaya Penindakan (Kuratif)


17

Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti

melanggar dengan diberikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak

terhormat dan dihukum pidana. Beberapa contoh penindakan yang

dilakukan oleh KPK :

a. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple

Rostov Rusia milik Pemda NAD (2004).

b. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia

diduga melekukan pungutan liar dalam pengurusan dokumen

keimigrasian.

c. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada

Pemda DKI Jakarta (2004).

d. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang

merugikan keuang-an negara Rp 10 milyar lebih (2004).

e. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitaspreshipment dan

placement deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui

BNI (2004).

f. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK

(2005).

g. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).

h. Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.

i. Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka

dalam kasus korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan

merugikan negara sebesar Rp 15,9 miliar (2004).


18

j. Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).3

3. Upaya Edukasi Masyarakat / Mahasiswa

a. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan

kontrol sosial terkait dengan kepentingan publik.


b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
c. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari

pemerintahan desa hingga ke tingkat pusat / nasional.


d. Membuka wawasan seluas - luasnya pemahaman tentang

penyelenggaraan pemerintahan negara dan aspek - aspek

hukumnya.
e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan

berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk

kepentingan masyarakat luas.6


4. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-

pemerintah yang mengawasi dan melaporkan kepada publik

mengenai korupsi di Indonesia dan terdiri dari sekumpulan orang

yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi melalui

usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik

korupsi. ICW lahir di Jakarta pd tgl 21 Juni 1998 di tengah - tengah

gerakan reformasi yang meng-hendaki pemerintahan pasca

Soeharto yang bebas korupsi.


b. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional

yang bertujuan memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman

sebagai organisasi nirlaba sekarang menjadi organisasi non-

pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang demokratik.

Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi

Global. Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi


19

Korupsi (IPK) Indonesia 2004 menyatakan bahwa Jakarta sebagai

kota terkorup di Indonesia, disusul Surabaya, Medan, Semarang

dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005, Indonesia berada di

posisi keenam negara terkorup di dunia. Indeks Persepsi Korupsi

(IPK) Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun,

Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan, serta hanya lebih baik dari

Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay, Somalia, Sudan, Angola,

Nigeria, Haiti & Myanmar. Sedangkan Islandia adalah negara

terbebas dari korupsi.7


20

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Korupsi adalah perbuatan busuk seperti menyangkut masalah penyuapan,

yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan yang

menyangkut bidang kepentingan umum.


2. Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an

bahkan sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Korupsi di

Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat negara mengalami krisis

politik, sosial, kepemim-pinan dan kepercayaan yang pada akhirnya

menjadi krisis multidimensi.


3. Ada 4 jenis korupsi yaitu: korupsi ekstortif, korupsi manipulatif, korupsi

nepotistik dan korupsi subversif serta jenis tindakan korupsi lainnya bisa

dilihat pada UU. No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi.
4. Fenomena umum yang biasanya terjadi di Indonesia ialah selalu muncul

kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di

antara mereka yang tidak mampu. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi

dan kepentingan pribadinya dengan dalih kepentingan rakyat.


21

5. Secara garis besar penyebab korupsi dapat dikelompokkan menjadi dua

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan

penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi dan faktor eksternal

merupakan penyebab terjadinya korupsi karena sebab - sebab dari luar.


6. Peran serta pemerintah dalam pemberantasan korupsi ditunjukkan dengan

KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain. Peran serta

mayarakat dalam pemberantasan tindak pidana korupsi dapat dilihat dalam

UU No. 31 tahun 1999. Peran serta mahasiswa dalam pemberantasan

korupsi yaitu Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus,

memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan

korupsi dan menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.


7. Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak

korupsi di Indonesia, antara lain sebagai berikut : upaya pencegahan

(preventif), uapay penindakan (kuratif), upaya edukasi masyarakat /

mahasiswa, upaya edukasi LSM (Lembaga Swadia Masyarakat).

B. Saran
1. Diharapkan kepada para pembaca setelah membaca makalah ini dapat

menambah ilmu pengetahuan dan mengaplikasinya dalam kehidupan

sehari-hari.
2. Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi di

Indonesia agar mendapat informasi yang lebih akurat.


3. Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini dan
pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil.

Anda mungkin juga menyukai