Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN DAN KEWARGANEGARAAN

KASUS KORUPSI MEIKARTA

Dosen Pengampu:Drs.Ibnu Hibsam,M.pd

Disusun Oleh:
M Nur Hamidi
Nim:220101204
Harum Puspa Melati
Nim:220101201
Nestika Mardhatul Hidayah
Nim:220101205
Lailatul Hoiriyah
Nim:220101202
Puji Rahayu
Nim:220101206

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM(STAI)
MIFTAHUL ULUM MUKOMUKO
TAHUN 2022/2023
A.Pengertian Korupsi
 Korupsi adalah istilah yang berasal dari bahasa latin,”Corruptio” dari kata
kerja “Corrumpere”,yang bermakna
busuk,rusak,menggoyahkan,memutar balik,menyogok,mencuri,dan
maling.
 Menurut Kamus Oxforad,pengertian korupsi adalah perilaku tidak jujur
atau ilegal,terutama dilakukan orang yang berwenang.
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) korupsi adalah
penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara
(perusahaan,organisasi,yayasan,dan sebagainnya).
 Menurut Hukum di Indonesia korupsi adalah perbuatan melawan hukum
dengan maksud memperkaya diri sendiri/orang lain,baik perorangan
maupun korporasi,yang dapat merugikan keuangan
negara/perekonomian negara.
 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 Junto undang-
undang no.20 tahun 2001,ada 30 detik tindak pidana korupsi yang
dikategorikan menjadi tujuh jenis,yakni:
 Kerugian keuangan negara
 Penyuapan
 Pemerasan
 Penggelapan dalam jabatan
 Kecurangan
 Benturan kepentingan dalam pengadaan barang dan jasa
 Gratifikasi

Dalam arti luas korupsi adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk


kepentingan pribadi.Semua bentuk pemerintah rentan korupsi dalam
praktiknya.
 Pengertian korupsi penurut para ahli
 Menurut Nurjjana (1990) korupsi adalah istilah yang berasal dari
bahasa Yunani yaitu (Corruptio) yang berarti perbuatan yang tidak
baik,buruk,curang,dapat disuap,tidak bermoral,menyimpang dari
kesucian,melanggar norma-norma agama material,mental,dan
hukum.
 Juandi Suwarjoto (1997) korupsi adalah tingkah laku atau tindakan
seseorang atau lebih yang melanggar norma-norma yang berlaku
dengan menggunakan dana/menyalahgunakan kekuasaan atau
kesempatan melalui pross pengadaan,penempatan pungutan
penerima/pemberian fasilitas atau jasa lainnya.
 Menurut Haryatmoko korupsi adalah upaya menggunakan
kemampuan campur tangan karena posisinya untuk
menyalahgunakan informasi,keputusan,pengaruh,uang atau
kekayaan demi kepentingan keuntungan dirinya.
 Menurut Mubyarto korupsi adalah suatu masalah politik lebih dari
pada ekonomi yang menyentuh keabsahan atau legitimasi
pemerintah dimata generasi muda,kaum elit terdidik,dan para
pegawai pada umumnya.
 Menurut Syed Hussein Alatas korupsi adalah subordinasi
kepentingan umum di bawah kepentingan pribadi yang mencakup
pelanggaran norma,tugas,dan kesejahteaan umum yang dilakukan
dengan kerahasiaan,penghianatan,penipuan,dan kemasabodohan
dengan akibat yang diderita oleh rakyat.
 Menurut Gunnar Myrdal korupsi adalah suatu masalah dalam
pemerintah karena kebiasaan melakukan penyuapan dan
ketidakjujuran membuka jalan membongkar korupsi dan tindakan-
tindakan penghukuman terhadap pelanggar.

B.Sejarah Pemberantasan Korupsi


 Orde Lama (1945-1966)Pemberantasan korupsi secara yurudis dimulai
sejak 1957 dengan dikeluarkannya Peraturan Penguasa Militer Nomor 6
Tahun 1957 atau PRT/PM/06/1957 tentang Langkah Pemberantasan
Korupsi.Fokus dari peraturan ini adalah menyelidiki politis yang
menghimpun aset mencurigakan dengan memeriksa rekening pribadi
mereka.Tentara juga diberi kewenangan untuk men jaga aset
tersangka.Beberapa polotisi diintrogasi bahkan ditangkap.Langkah
pemberantasan korupsi ini pun akhirnya menggentarkan banyak
pihak.Namun Jendral A H Nasaution akhirnya mengaku kesulitan dalam
memberantas korupsi.Berbagai pergejolakan menggoyang langkah
pemberantasan korupsi ssat itu,termasuk korupsi ditubuh Angkatan
Darat sendiri.

Pada tahun 1959,Presiden Soekarno membentuk Badan Pengawasan


Kegiatan Aparatur Negara (Bapekan) yang bertugas mengawasi setiap
aktivitas aparatur negara dan melakukan penelitian.Lembaga ini
mendapat respon yang luar biasa diawal kehadirannya.Hingga Juli
1960,tercatat ada 912 laporan korupsi yang dilaporkan masyarakat
dimana 400 diantaranya diproses.
Lembaga kedua negara bernama Panitia Retooling Aparatur Negara
(Peran) didirikan pada januari 1960 dengan persetujuan
Soekarno.Lembaga ini diprakarsi dam diketuai oleh A H Nasution.

Namun,keberadaan 2 lembaga ini akhirnya tumpang tindih.Bapekan


kemudian sepakat untuk fokus pada pengawasan dan penelitian aktivitas
aparatur negara,sementara Paran pada penindakan korupsi.

Bapekan kemudian dibubarkan pada 5 mei 1962.Sementara,Paran


dibubarkan pada mei 1964.

 Orde Baru (1966-1998) pada masa ini semakin merajalela dan merata
hingga kesemua lini kehidupan dan pemerintahan.Presiden kala
itu,Soeharto,terus dituntut untuk menunjukan keseriusannya dalam
memberantas korupsi.DPR akhirnya mengesahkan UU Nomor 3 Tahun
1971 tentang Pembrantasan Tindak Pidana Korupsi.Namun,terdapat
beberapa kelemahan dalam UU ini,yaitu tidak berlaku surut dan tidak
menempatkan tentara pada yurudiksi sipil.Seiring waktu,UU ini pun
terbukti tidak berjalan efektif dalam pemberantasan korupsi.

Orde baru merupakan rezim yang paling banyak mengeluarkan peraturan


karena masa pemerintahannya cukup panjang.
Namun,sayangnya tidak banyak peraturan yang berjalan efektif.
Berikut beberapa peraturan yang terbit pada masa orde baru
Terkait pemberantasan korupsi:
 GBHN (Garis-garis besar haluan negara) Tahun 1973 tentang
pembinaan Aparatur yang berwibawa dan bersih dalam
pengelolaan negara.
 GBHN Tahun 1978 tentang kebijakan dan langkah-langkah dalam
Penertiban Aparatur Negara dari masalah
Korupsi,Penyalahgunaan Wewenang,Kebocoran dan Pemborosan
Kekayaan dan Keuangan Negara,Pungut-pungutan Liar serta
Berbagai Bentuk Penyelewengan lainnya yang menghambat
Pelaksanaan Pembangunan.
 UU Nomor 3 Tahun 1971 tentang tindak Pidana Korupsi.
 Keppres Nomor 1971 tentang Pelaporan Pajak Para Pejabat dan
PNS.
 Inpres (Instruksi Presiden) Nomor 9 Tahun 1977 tentang Operasi
Penertiban.
 UU Nomor 11 Tahun1980 tentang Tindak Pidana Suap.
 Era Reformasi (1998-sekarang) di era Presiden BJ
Habibie,pemberantasan korupsi dimulai dengan dikeluarkannya UU
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dari
KKN.Dengan berlandaskan UU ini,dibentuklah sejumlah lembaga anti
korupsi,seperti KPKPN (Komisi Pengawas Kekayaan Pejabat
Negara),KPPU,KOMISI OMBUDS MAN.Pemerintah era BJ Habibie juga
mengeluarkan UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.Namun,UU berikut lembaga-lembaga tersebut belum
juga menunjukkan hasil yang signifikan.

Dimasa pemerintahan Abdurrahmanm Wahid (Gaus Dur),


Dibentuk sebuah Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (TGPTPK) pada tahun 2000.Lingkup wilayah kerja tim ini
Menyasar pejabat penegak hukum dan unsur masyarakat sipil.

Gus Dur bahkan mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP)


Nomor 71 Tahun 2000 tentang tata cara pelaksanaan peran
serta masyarakat dan pemberian penghargaan dalam
pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.PP ini
bertujuan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam
pemberantasan korupsi.MA kemudian membatalkan PP Nomor
19 Tahun 2000,yang menjadi dasar hukum TGPTPK,atas putusan
hak uji aturan hukum yang diajukan salah satu hakim MA,
TGPTPK pun dibubarkan pada agustus 2001.

Diera Presiden Megawati Soekarno Putri,berbagai kasus korupsi


Menguap dan berakhir dengan cerita yang kurang memuaskan.
Ditengah rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap
Lembaga negara,pemerintah Megawati kemudian membentuk
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPTPK) melalui
UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.Lembaga inilah yang menjadi cilal bakal
KPK.Struktur dan kelembagan KPK berdiri independen dan tidak
dipengaruhi kekuasaan manapun.

Meski berpindah rezim,Presiden Susilo Bambang Yudhoyono


(SBY) tetap mempertahankan KPK.SBY pun membuat gebrakan
Dengan membentuk Tim Pemberantas Tindak Pidana Korupsi
(TimTas Tipikor) berdasarkan keputusan Presiden Nomor 61
Tahun 2005.Tim ini bertanggung jawab langsung kepada
Presiden.Namun,keberadaan tim ini tidak bertahan lama.
Pertengahan 2007,TimTas Tipikor dibubarkan.
Meskipun begitu,KPK tetap bekerja.Berbagai kasus korupsi
Besar dan kecil diungkap.Sederet nama pejabat ikut ditangkap
Akibat kasus korupsi,sehingga KPK mendapatkan hati
Masyarakat.
Hingga era Presiden Joko Widodo saat ini,keberdaan KPK serta
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) masih menjadi
Kekuatan dalam pemberantasan korupsi.

“INVESTIGASI KASUS SUAP PERIZINAN MEIKARTA”

1.Apa itu suap Meikarta?


Dari keterangan Wakil Ketua KPK Laode M Syarief, suap Meikarta
terkait dengan pengurusan perizinan proyek seluas 774 hektare di Kabupaten
Bekasi.
Mega proyek ini belum mengantongi sejumlah izin, meliputi rekomendasi
penanggulan kebakaran, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
penanggulangan kebakaran, banjir, tempat sampah, dan lahan pemakaman.
Sesuai UU No.32 Tahun 2009 & PP No.27 Tahun 2012,Meikarta harus
memiliki izin pembangunan, ijin Lingkungan , dan ijin lokasi.
Sesuai Perda No.27 Tahun 2014 Tentang Pengembangan Metropolitan,
pengembangan Meikarta harus memiliki rekomendasi dari gubernur.

2. Kronologi Suap Meikarta


Penyelidikan kasus ini sudah dimulai sejak november 2017.Berikuf OTT
yang dilakukan oleh KPK dibekali dan Surabaya:
Minggu (14/10)
-10.58 WIB
KPK mengidentifikasi adanya penyerahan uang dari konsultan Lippo
Group bernama Taryudi kepada Neneng Rahmi. Setelah penyerahan uang,
keduanya, yang menggunakan mobil masing-masing, berpisah.
- 11.05 WIB
Di jalan area Perumahan Cluster Bahama, Cikarang, tim mengamankan
Taryudi seusai penyerahan uang. KPK menemukan uang SGD 90 ribu dan Rp
23 juta di mobil Taryudi.
- 11.00 WIB
Paralel, tim KPK lainnya mengamankan konsultan Lippo Group bernama
Fitra Djaja Purnama di kediamannya di Surabaya. Tim KPK langsung
menerbangkannya ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan di gedung KPK.
- 13.00 WIB
KPK mengamankan Kepala Dinas PUPR Pemkab Bekasi Jamaludin di
sebuah gedung pertemuan di Bekasi.
15.49 WIB
Tim KPK mengamankan pegawai Lippo Group, Henry Jasmen, di
kediamannya di Bekasi.

Senin (15/10)
-20:00 WIB
Bupati Bekasi Nenang Hasanah Yasin ditangkap di Bekasi.
-23:30 WIB
Billy Sindoro ditangkap di kediamannya di Tangerang.
Selasa (16/10)
Kepala Bidang Tata Ruang Dinas PUPR Kabupaten Bekasi, Neneng
Rahmi, tersangka kasus suap proyek pembangunan Meikarta menyerahkan diri
kepada KPK pada 04:00 WIB.

3. Siapa saja yang terlibat dan ditangkap?


KPK telah menetapkan sembilan tersangka kasus suap perizinan
Meikarta.
Pihak pemberi sekaligus terdakwa, yakni:
1. Jamaludin,kepala dinas Pekerja Umum dan Penataan Ruang
(PUPR)Kabupaten Bekasi
2. Billy Sindoro,Direktur Operasional LippoGroup
3. Taryudi dan Fitra Djaja Purnama,konsultan Lippo Group
4. Henry Jasmen,pegawai Lippo Group

Pihak penerima suap :

1. Sahat MBJ Nahor,Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kbupaten


Bekasi
2. Dewi Trisnawati,Kepala Dinas kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten Bekasi
3. Neneng Rahmi,Kepala Bidang Tata Ruang Dinas PUPR Kabupaten
Bekasi
4. Bupati Kabupaten Bekasi Neneng Hasanah Yasin

KPK menetapkan dua tersangka baru dalam perkara suap pengurusan izin
proyek pembangunan Meikarta di Bekasi, Jawa Barat. Kedua tersangka itu
adalah Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat yakni Iwa Karniwa dan Eks
Presiden Direktur PT Lippo Cikarang yakni Bartholomeus Toto.

4. Penggunaan Kode/sandi
Penggunaan sejumlah sandi dalam kasus ini untuk menyamarkan nama-
nama para pejabat di Pemkab Bekasi. Berikut kode rahasia suap Meikarta:
1. Babe/Santa/Bis: Billy Sindoro
2. Susi: Bupati Bekasi
3. Kakak Tertua: Fitradjaja Purnama
4. Jodi: Henry Jasmen P Sitohang
5. Si Kecil: Taryudi
6. Nani: Neneng Rahmi Nurlaili
7. Penyanyi: Sahat Maju Banjarnahor
8. Adiknya penyanyi: Asep Bukhori
9. Tina Toon: Tina Karini Suciati Santoso
10. Melvin: Jamaludin
11. Bang Breh: Muhammad Kasimin
12. Pakde/Windu: Daryanto
13. Indi: Sukamawatty Karnahadijat
14. Meja kerja: Meikarta
15. Cengkareng: Cikarang
16. Indomie: Uang
17. Bantul: Pemkab Bekasi
18. Jogja: Pemprov Jawa Barat
19. Indeks: Bobot Pekerjaan
20. Dam: Dinas Pemadam Kebakaran
21. Del: Dinas Lingkungan Hidup

5. Berapa uang yang digelontorkan terkait suap ini?


KPK menduga uang pelicin yang dikeluarkan Lippo Group mencapai Rp
13 miliar. Suap tersebut diberikan melalui sejumlah dinas mulai dari Dinas
PUPR, Dinas Lingkungan Hidup, Damkar, dan DPM-PTT. Dari jumlah tersebut,
realisasi uang haram itu baru sekitar Rp 7 miliar yang diberikan melalui
beberapa kepala dinas.
Sementara itu, KPK berhasil mengamankan barang bukti berupa uang
senilai Rp 1,5 miliar dengan rincian 90 ribu dolar Singapura atau senilai Rp 900
juta, Rp 513 juta dan mobil anda di gunakan saat transaksi.

6.Vonis yang diterima terdakwa


5 Maret 2018, majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Bandung, Jawa Barat pun menjatuhi hukuman penjaara 3,5 tahun untuk Billy. Ia
juga diwajibkan membayar denda Rp 100 juta subside 2 tahun kurungan. Selain
Billy, tiga orang lainnya juga dijatuhi hukuman meski lebih rendah.
Di antaranya yaitu Henry Jasmen P. Sitohan divonis 3 tahun penjara dan
denda Rp 50 juta subsider 1 bulan kurungan. Fitradjaja dan Taryudi, keduannya
sama-sama  divonis 1,5 tahun penjara dan denda Rp 50 juta subsider 1 bulan
kurungan.
Sementara,Neneng divonis 6 tahun penjara dan denda Rp 250 juta
subsider 4 bulan kurungan serta pencabutan hak politik 5 tahun. Demikian pula
dengan anak buah Neneng. Jamaludin divonis 4,5 tahun penjara dan denda Rp
200 juta subsider 3 bulan kurungan. Dewi divonis 4,5 tahun penjara dan denda
Rp 200 juta subsider 3 bulan kurungan. Sahat Maju Banjarnahor divonis 4,5
tahun penjara dan denda Rp 200 juta subsider 3 bulan kurungan. Serta, Neneng
Rahmi Nurlaili divonis 4,5 tahun penjara dan denda Rp 200 juta subsider 3
bulan kurungan
Toto divonis 2 tahun penjara denda Rp150 juta subsider 1 bulan kurungan
oleh Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Bandung dan Iwa Karniwa divonis 4
tahun penjara dengan denda Rp200 juta subsider 1 bulan kurungan.

7. Delik yang terkait


telah melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf b Undang-undang nomor 31 tahun
1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana diubah dengan
Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU Nomor 31
tahun 1999 tentang Tipikor Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo Pasal 64 ayat (1)
KUHP.
Pasal 5 tersebut mengatur tentang perbuatan korupsi dalam bentuk suap-
menyuap.

Komisi Pemberantasan Koprupsi (KPK) berhasil mengungkap dugaan


suap yang melibatkan Lippo Group dan Pemerintah Kabupaten Bekasi ,terkait
proses perizinan proyek hunian Meikarta .Komisi antirasuah sudah menyelidiki
dugaan suap ini setahun lamanya.
Berawal dari laporan masyarakat,KPK memulai penyelidikan pada
november 2017.Setelah memperoleh sejumlah bukti awal dugaan suap antara
pejabat daerah dengan pihak swasta, dalam hal ini Lippo Group,KPK
melancarkan operasi tangkap tangan (OTT) didua kota berbeda.”Yaitu
Kabupaten Bekasi dan Surabaya pada hari minggu siang,14 oktober 2018”,ujar
Wakil Ketua KPK Laode M.Syarief dalam jumpa Pres di Gedung Merah
Putih,Jakarta,senin.

Anda mungkin juga menyukai