BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
negara tak luput dari kesungguhan meneropong apa komitmen yang diberikan
oleh calon kepala negara untuk memberantas korupsi. Tak pelak ini terjadi
karena korupsi terus terjadi menggerus hak rakyat atas kekayaan negara.
masyarakat.29
dengan para koruptor. Komitmen pemberantasan korupsi ini juga menjadi daya
tarik pemilih untuk mencari calon kepala negara yang memiliki komitmen
nyata dan memberikan secercah harapan bahwa setiap orang yang berbuat
Rupanya komitmen yang disampaikan oleh SBY ini bukan barang baru.
29
https://acch.kpk.go.id/id/component/content/article?id=144:sejarah-panjang-
pemberantasan-korupsi-di-indonesia Di akses pada 28 Agustus 2020.
20
baru dimulai pada tahun 1957, dengan keluarnya Peraturan Penguasa Militer
Pemberantasan Korupsi ini dibuat oleh penguasa militer waktu itu, yaitu
malahan memicu berbagai bentuk protes dan demonstrasi mulai tahun 1969
30
http://indonesiabaik.id/infografis/sejarah-komitmen-pemberantasan-korupsi-di-
indonesia Diakses pada 16 Agustus 2020
21
Padahal, lanjut Hatta, korupsi telah menjadi perilaku dari sebuah rezim baru
yang dipimpin Soeharto, padahal usia rezim ini masih begitu muda. Hatta
seperti merasakan cita-cita pendiri Republik ini telah dikhianati dalam masa
yang masih sangat muda. Ahli sejarah JJ Rizal mengungkapkan, “Hatta saat itu
merasa cita-cita negara telah dikhianati dan lebih parah lagi karena korupsi itu
justru seperti diberi fasilitas. Padahal menurut dia, tak ada kompromi apapun
dengan korupsi.”31
masa Orde Baru yang cukup panjang. Namun sayangnya tidak banyak
peraturan yang dibuat itu berlaku efektif dan membuat korupsi sedikit
Besar Besar Haluan Negara (GBHN) yang berisi salah satunya adalah kemauan
31
Ibid.,
22
sehingga fungsi pengawasan tak ada lagi. Lembaga yudikatif pun dibuat serupa
oleh rezim Orde Baru, sehingga tak ada kekuatan yang tersisa untuk bisa
32
Ibid.,
23
Keppres No. 52 Tahun 1971 tentang Pelaporan Pajak Para Pejabat dan
PNS;
pemerintahan baru yang lahir dari gerakan reformasi pada tahun 1998. Di masa
tentang Pengelolaan Negara yang Bersih dan Bebas KKN. Pemerintahan Gus
Pada masa itu, ada beberapa catatan langkah radikal yang dilakukan
korupsi. Banyak koruptor kelas kakap yang diperiksa dan dijadikan tersangka
33
Ibid.,
24
pemberantasan korupsi di negara ini. Ini yang kemudian menjadi cikal bakal
segar ketika muncul sebuah lembaga negara yang memiliki tugas dan
satunya juga disebabkan oleh persolan internal yang melanda system politik di
34
Ibid.,
25
Indonesia yang bebas dari korupsi telah disandarkan di pundak pemimpin baru
negara ini yang telah memulai perjalanan panjangnya sejak tahun lalu hingga
lembaga pemberantas korupsi di negeri ini yang nantinya akan dicatat sebagai
sejarah baik atas panjangnya upaya pemberantasan korupsi yang selama ini
sudah dilakukan.
35
Ibid.,
26
bahwa para koruptor juga telah menyiapkan dan menggunakan berbagai cara
untuk terbebas dari tuduhan korupsi. Bahkan tidak hanya sampai di situ, juga
bunuh UU anti korupsi atau lembaga anti korupsi. Cara yang seringkali ampuh.
hakim sedang lemah serta cognitive talent para hakim konstitusi yang pasti
KPK.36
Pemberantasan korupsi yang baik ditopang oleh setidaknya tiga pilar besar,
Dukungan negara, tanpa perlu kita analisi lagi, mudah untuk menyimpulkan:
lemah! Tak pernah berhenti rasanya negara mencoba mengutak atik peraturan
36
Denny Indrayana, Op.Cit., hlm. xv
27
pemberantasan korupsi. Tentu “utak atik” dalam konteks negatif. Mau merusak
Takut-takuti publik. Bikin segregasi yang jelas, pendukung KPK adalah orang
yang tidak mendukung Kejaksaan dan Kepolisian misalnya. Teror ala aparat ini
menyebar cepat bahkan menjadi semacam alat pemusnah massal bagi semangat
dengan berbagai pelanggaran dan kesalahan kecil yang bisa dipakai untuk
memukul balik.
tak perlu lansung membunuh KPK-nya, cukup dengan merusak Kejaksaan dan
Kepolisian. Masih dalam sistem, halangi penguatan KPK. KPK yang punya
berbagai dalih.
37
Ibid., hlm. xvi
28
dapat di lakukan, yakni (1) strategi terkait masyarakat; (2) strategi terkait
hukum; (3) strategi terkait pasar; serta (4) strategi terkait politik.38
analisis yang mungkin dapat menjadi penawar atas banal korupsi. Satu hal
yang paling membedakan adalah niat dan ghirah yang kuat untuk melawan
korupsi. Rasanya ini yang lelet di republik ini. Dalam konsep kemampuan
(ability) kita rasanya cukup mampu. Banyak yang bisa membangun sistem dan
tercipta. Yang dibutuhkan adalah sosok-sosok kuat yang mau dan mampu
dan Advokasi Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Indonesia Fajri
dan wewenang yang jelas. Di tengah pemahaman itu dibentuklah lembaga yang
38
Ibid., hlm. xvii
39
Ibid., hlm. xviii
29
salah satu tugasnya bukan hanya memberantas korupsi secara normatif, secara
rangkaian kegiatan, satu, dia pasti berkelompok, kedua tersistematis, ketiga ini
sulit dibongkar karena sifatnya rahasia. Karena itu, Fajri menambahkan segala
aturan dibuat dengan satu tujuan yakni memberikan kewenangan yang dapat
begitu. Buktinya sulit didapat. Oleh karena itu, KPK dibekali sebuah sistem
Maka dari itu, KPK tidak memiliki penghentian penanganan perkara atau SP3.
Karena dibebankan dengan pembuktian yang tidak main-main karena jika tak
kuat bisa dipatahkan, maka ketiadaan SP3 di KPK untuk menjaga kualitas dari
dipangkas. Menurut Fajri, tidak sulit untuk mengatakan telah terjadi pelemahan
pada KPK sekarang ini, lantaran banyaknya penyelenggara negara yang telah
menjadi tersangka, ditahan, diadili lalu menjadi terpidana kasus korupsi. Fajri
40
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190919082153-12-431792/jalan-
berlubang-sejarah-pemberantasan-korupsi-di-indonesia Diakses pada 10 September 2020.
30
mereka, merasa itu harus dibersihkan dan lain-lain.Tapi, kalau kita lihat yang
oleh KPK dan itu ada di ring kekuasaan legislatif, itu justru memengaruhi
pidana” dapat pula disebut dengan istilah “politik hukum pidana”, yang dalam
kepustakaan asing istilah “politik hukum pidana” ini sering dikenal dengan
dapat dilihat dari politik hukum maupun dari politik kriminal. Menurut Sudarto
41
Ibid.,
42
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana: (Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru), Edisi Pertama, Cetakan ke-2, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2010, hlm.26
43
Ibid.,
44
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung,1981, hlm.159
45
Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Sinar Baru, Bandung,
1983, hlm. 20
31
pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang.47 Usaha
hukum pidana). Oleh karena itu, sering pula dikatakan bahwa politik atau
atau definisi dari politik kriminal itu sendiri menurut Sudarto, adalah usaha
46
Sudarto,“Hukum dan......”,Op.cit., hlm.161
47
Ibid., hlm.109
48
Barda Nawawi Arif, “Bunga Rampai......”,Op.cit., hlm.28
32
(output) yang menjadi tujuan sistem peradilan pidana yaitu berupa resosialisasi
menetapkan suatu perbuatan yang semula bukan tindak pidana (tidak dipidana)
menjadi suatu tindak pidana (perbuatan yang dapat dipidana). Jadi pada
termasuk dalam bidang kebijakan sosial, yaitu segala usaha yang rasional
49
Barda Nawawi Arief, Tindak Pidana Mayantara Perkembangan Kajian Cyber
Crime Di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 20
33
alternatif.50
Hal ini berarti bahwa dalam menanggulangi suatu kejahatan tidak ada
bahwa lembaga penjara dan pidana penjara harus dihapuskan untuk selama-
lamanya dan secara menyeluruh. Tidak sedikitpun (bekas) yang patut diambil
50
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan
Kejahatan Dengan Pidana Penjara, Universitas Diponegoro, Semarang, 1994, hlm. 17-18
51
Herman Bianchi dalam Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2010, hlm. 37
34
sosial” (“social defence”). Oleh karena itulah sering dikatakan, bahwa “penal
yang hendak dicapai, tetapi terletak pada persoalan seberapa jauh untuk
pada hasil yang akan dicapai, tetapi dalam pertimbangan antara nilai dari hasil
b. Ada usaha-usaha perbaikan atau perawatan yang tidak mempunyai arti sama
sekali bagi si terhukum; dan di samping itu harus tetap ada suatu reaksi atas
penjahat, tetapi juga untuk mempengaruhi orang yang tidak jahat yaitu warga
52
Barda Nawawi Arief, “Masalah......”, Op.cit, hlm. 182.
53
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori Dan Kebijakan Pidana, PT Alumni,
Bandung, 2010, hlm. 153
35
mengingat bahwa hukum pidana selain memiliki sisi represif juga memiliki sisi
preventif untuk mencegah agar masyarakat yang taat pada hukum tidak ikut
melakukan atau akan berfikir dua kali jika ingin melakukan kejahatan.
54
Barda Nawawi Arief, “Masalah......”,Op.cit, hlm. 77
36
Korupsi. Dalam pasal 37A UU KPK, Dewan Pengawas dipilih oleh Presiden
yang memegang jabatan selama empat tahun dan dapat dipilih kembali dalam
jabatan yang sama hanya untuk 1 kali masa jabatan. Lima anggota Dewan
Pengawas KPK itu yakni Syamsuddin Haris, Artidjo Alkostar, Albertina Ho,
dapat melakukan penggeledahan dan penyitaan atas izin tertulis dari Dewan
memberi izin tertulis atau tidak memberi izin dalam periode 1 x 24 jam sejak
55
https://tirto.id/daftar-tugas-dewan-pengawas-kpk-yang-baru-dilantik-jokowi-en75
Diakses pada 10 Agustus 2020.
37
adanya dugaan pelanggaran kode etik oleh Pimpinan dan Pegawai Komisi
sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran kode etik oleh Pimpinan
Pengawas akan (6) Melakukan evaluasi kinerja Pimpinan dan Pegawai KPK
tugas dan dilaporkan kepada Presiden dan DPR. Hal ini dilakukan satu kali
dalam setahun. Dari lima orang yang dilantik menjadi Dewan Pengawas KPK,
presiden akan memilih satu orang untuk ditetapkan sebagai ketua Dewan
56
Ibid.,
38
sesuai dengan tugas dan kewenangan yang diamanatkan dalam Pasal 37B UU
awal Mei tahun ini melakukan kegiatan dengan tiga poin besar, yakni
terkait kode etik, yakni: Peraturan Dewan Pengawas KPK Nomor 01 Tahun
dan Peraturan Dewan Pengawas KPK Nomor 03 Tahun 2020 tentang Tata Cara
pemberian izin atau tidak memberikan izin penindakan. Hingga awal Mei 2020
57
https://www.kpk.go.id/id/berita/siaran-pers/1641-pelaksaaan-tugas-dewan-
pengawas-kpk-kuartal-pertama-tahun-2020 Diakses pada 9 Agustus 2020.
39
pemberian 183 izin. Izin tersebut terdiri dari 34 izin penyadapan, 15 izin
pelanggaran kode etik oleh pimpinan dan pegawai KPK, dan pengawasan atas
Pimpinan KPK pada tanggal 27 April 2020 yang meliputi 18 (delapan belas)
empat bidang.
58
Ibid.,
40
Triwulan I pada 27 April siang dan 5 Mei 2020 dengan fokus melakukan
59
Ibid.,