Anda di halaman 1dari 21

PENDIDIKAN ANTI

KORUPSI KADARUSMAN, SH.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YAHYA BIMA


Definisi Korupsi:
Apa itu Korupsi?
Apa itu Prilaku
Koruptif??
 korupsi menurut hukum positif (UU No
31 Tahun 1999 jo UU No.20 tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi) adalah perbuatan setiap orang
baik pemerintahan maupun swasta
yang melanggar hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara.
Bentuk-Bentuk Korupsi
 Kerugian keuangan negara
 Suap
 Pengelapan dalam jabatan
 Pemerasan
 Perbuatan curang
 Benturan kepentingan dalam pengadaan
 Gratifikasi (hadiah)
Bentuk-bentuk prilaku koruptif
di Masyarakat
 pemberian uang atau barang jaminan kepada keluarga atau rekan agar
seseorang diterima menjadi pegawai negeri atau swasta.
 memberi uang pelicin untuk mempercepat urusan administrasi seperti
pembuatan Kartu Tanda Penduduk atau Kartu Keluarga, Bahkan, hanya
62,28 persen masyarakat yang menilai pemberian uang pelicin untuk
urusan administrasi tersebut merupakan hal tidak wajar. Hal tersebut
berarti ada hampir 40 persen masyarakat menilainya sebagai perilaku
yang wajar untuk dilakukan.
 petugas KUA yang meminta uang tambahan untuk transport, pemberian
uang jaminan kepada guru agar anaknya diterima masuk ke sekolah
yang diajarnya, hingga pembagian uang dan barang pada pelaksanaan
pemilu. "77,61 persen masyarakat menilai tidak wajar perilaku
membagikan atau mengharapkan uang atau barang pada pelaksanaan
pilkada atau pemilu “.
Penyebab terjadinya korupsi di bagi
menjadi 3 wilayah, yaitu:
• Wilayah Individu, dikenal sebagai aspek manusia yang menyangkut
moralitas personal serta kondisi situasional seperti peluang terjadinya
korupsi termasuk di dalamnya adalah faktor kemiskinan.
• Wilayah Sistem, dikenal sebagai aspek institusi/administrasi. Korupsi
dianggap sebagai konsekuensi dari kerja sistem yang tidak efektif.
Mekanisme kontrol yang lemah dan kerapuhan sebuah sistem
memberi peluang terjadinya korupsi.
• Wilayah Irisan antara Individu dan Sistem, dikenal dengan aspek sosial
budaya, yang meliputi hubungan antara politisi, unsur pemerintah dan
organisasi non pemerintah. Selain itu meliputi juga kultur masyarakat
yang cenderung permisif dan kurang perduli dengan hal-hal yang tidak
terpuji. Disamping itu terjadinya pergeseran nilai, logika, sosial, dan
ekonomi yang ada dalam masyarakat.
Upaya pemberantasan korupsi meliputi
beberapa prinsip, antara lain:
• Memahami hal-hal yang menjadi penyebab korupsi.
• Upaya pencegahan, investigasi, serta edukasi
dilakukan secara bersamaan.
• Tindakan diarahkan terhadap suatu kegiatan dari
hulu sampai hilir (mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan aspek kuratifnya) dan
meliputi berbagai elemen.
Ada beberapa dampak korupsi
 Rusaknya sistem tatanan masyarakat,
 Ekonomi biaya tinggi dan sulit melakukan efisiensi,
 munculnya berbagai masalah sosial di masyarakat,
 penderitaan sebagian besar masyarakat di sektor ekonomi,
administrasi, politik, maupun hukum,
 yang pada akhirnya menimbulkan sikap frustasi,
ketidakpercayaan, apatis terhadap pemerintah yang
berdampak kontraproduktif terhadap pembangunan.
Dua Strategi untuk Pemberantasan Korupsi

• Strategi investigatif adalah upaya memerangi korupsi


melalui deteksi, investigasi dan penegakan hukum terhadap
para pelaku korupsi.
• strategi edukatif adalah upaya pemberantasan
korupsi dengan mendorong masyarakat untuk
berperan serta memerangi korupsi dengan sesuai
dengan kapasitas dan kewenangan masing-
masing. Kepada masyarakat perlu ditanamkan
nilai-nilai kejujuran (integrity) serta kebencian
terhadap korupsi melalui pesan-pesan moral.
“Akan ada suatu masa ketika kita harus
melawan bangsa sendiri, melawan KKN
dan pemberontakan dalam negeri”
(Bung Hatta, Sang Proklamator)
Sejarah Korupsi
a. Perkembangan korupsi dalam
sejarah di Indonesia
• Sejarah sebelum dan sesudah Indonesia merdeka
sudah diwarnai oleh “budaya-tradisi korupsi”
yang tiada henti karena didorong oleh motif
kekuasaan, kekayaan dan wanita. Korupsi di
Indonesia sudah ‘membudaya’ sejak dulu, baik itu
sebelum dan sesudah kemerdekaan, di era Orde
Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era Reformasi.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk
memberantas korupsi, namun hasilnya masih
jauh panggang dari api.
b. Perkembangan pemberantasan korupsi di
Indonesia
• pemberantasan korupsi secara yuridis baru dimulai tahun 1957,
dengan keluarnya Peraturan Penguasa Militer Nomor
PRT/PM/06/1957. Peraturan yang dikenal dengan Peraturan
tentang Pemberantasan Korupsi ini dibuat oleh penguasa militer
saat itu, yakni Penguasa Militer Angkatan Darat dan Laut.
• Di masa awal Orde Baru, pemerintah menerbitkan Keppres
No.28 Tahun 1967 tentang Pembentukan Tim Pemberantasan
Korupsi. Dalam pelaksanaannya, tim tidak bisa melakukan
pemberantasan korupsi secara maksimal, bahkan bisa dikatakan
hampir tidak berfungsi. Peraturan ini malahan memicu berbagai
bentuk protes dan demonstrasi mulai tahun 1969 dan
puncaknya di tahun 1970 yang kemudian ditandai dengan
dibentuknya Komisi IV yang bertugas menganalisa
permasalahan dalam birokrasi dan mengeluarkan rekomendasi
untuk mengatasinya.
• UU No.3 tahun 1971 tentang PemberantasanTindak
Pidana Korupsi. Aturan ini menerapkan pidana penjara
maksimum seumur hidup serta denda maksimum Rp
30 juta bagi semua delik yang dikategorikan korupsi.

• Melengkapi undang-undang tersebut, dokumen negara


Garis-garis Besar Besar Haluan Negara (GBHN) yang
berisi salah satunya adalah kemauan rakyat untuk
memberantas korupsi. Namun pelaksanaan GBHN ini
bocor karena pengelolaan negara diwarnai banyak
kecurangan dan kebocoran anggaran negara di semua
sektor tanpa ada kontrol sama sekali.
 Gerakan reformasi pada tahun 1998. Muncul Tap MPR
Nomor XI/MPR/1998 tentang Pengelolaan Negara yang
Bersih dan Bebas KKN. Terbentuk badan-badan negara
untuk mendukung upaya pemberantasan korupsi, antara
lain: Tim Gabungan Penanggulangan Tindak Pidana
Korupsi, Komisi Ombudsman Nasional, Komisi Pemeriksa
Kekayaan Pejabat Negara dan beberapa lainnya.

 Terbentuk Komisi Pemberantasan TIndak Pidana Korupsi


(KPTPK). Pembentukan lembaga ini merupakan terobosan
hukum atas mandeknya upaya pemberantasan korupsi di
negara ini. Ini yang kemudian menjadi cikal bakal Komisi
Pemberantasan Korupsi.
KPK lahir, Pemberantasan korupsi
tak berhenti

• Perjalanan panjang memberantas korupsi, lahirlah sebuah


lembaga negara yang memiliki tugas dan kewenangan yang
jelas untuk memberantas korupsi. Meskipun sebelumnya,
ini dibilang terlambat dari agenda yang diamanatkan oleh
ketentuan Pasal 43 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
• Keberadaan KPK melalui Undang-undang Nomor 30 Tahun
2002 tentang komisi pemberantasan tindak pidana
korupsi, sebagaimana telah di ubah dengan UU No. 19
Tahun 2019 tentang Perubahan kedua atas UU No. 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
“Pemerintahan boleh berganti rezim, berganti
pemimpin, namun rakyat Indonesia
menginginkan pemimpin yang benar-benar
berkomitmen besar dalam pemberantasan
korupsi. Harapan dan keinginan kuat untuk
mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi
telah disandarkan di pundak pemimpin negara
ini. Kemauan politik kuat yang ditunjukkan untuk
mendukung lembaga pemberantas korupsi di
negeri ini yang nantinya akan dicatat sebagai
sejarah baik atas panjangnya upaya
pemberantasan korupsi yang selama ini sudah
Quotes :
“Sebelum kamu mengeluh tentang
rasa dari makananmu, Pikirkan
tentang seseorang yang tidak punya
apapun untuk dimakan.”
(Soekarno, Sang Proklamator)

“Perjuangan merupakan tanda perjalananmu


menuju sukses..”

Anda mungkin juga menyukai