PROPOSAL TESIS
TAHUN 2020
Disusun oleh:
NIM : 2021010261075
Kelas : Eksekutif 2C
UNIVERSITAS JAYABAYA
2
TAHUN 2020
Korupsi telah membawa dampak yang buruk bagi bangsa ini karena
negeri ini karena sampai menyebabkan stabilitas dan keamanan Negara dan
korupsi di Indonesia dari berbagai penelitian, maka tidak salah adanya stigma
kita berbicara tentang korupsi memang tidak bisa dipungkiri, bahwa Indonesia
untuk korupsi di segala bidang. Bahka ada ejekan yang menyebut VOC,
perusahaan multinasional yang bangkrut pada peralihan abad ke-18 ke abad ke-
menyatakan, jejak korupsi di Tanah Air juga dapat dilihat pada zaman
kerajaan-kerajaan di Nusantara. Saat itu jumlah pajak desa yang harus dibayar
sudah digelembungkan para pejabat lokal yang memungut pajak dari rakyat
yang masih buta huruf. Praktik korupsi besar-besaran juga terjadi pada masa
tanam paksa. Saat itu disebutkan, petani hanya bisa mendapat 20 persen hasil
panennya dan diduga juga hanya 20 persen yang dibawa ke Negeri Induk
pegawai menutup biaya di luar gaji dari gaji mereka dan lain-lain. Pada masa
Orde Baru yaitu selama 1967-1998, praktek korupsi ini mendapat dukungan
dan kesempatan luas pada masa itu yaitu dengan memberikan dukungan
akademisi. Istilah korupsi sendiri berasal dari bahasa latin Corruptio atau
1
Santosa, Iwan, “Korupsi, dari kerajaan Nusantara hingga Reformasi”, https
://nasional.kompas.com/read/2015/01/28/14000051/Korupsi.dari.Kerajaan.Nusantara.hingga.Refor
masi
2
Rukmana, Aan, 2009, “Korupsi di Indonesia Dalam Lintasan Sejarah” dalam Korupsi Mengorupsi
Indonesia, Kompas Gramedia, Jakarta, hlm.1045.
4
Corrumpere, suatu kata latin yang lebih tua. Istilah dari bahasa latin inilah yang
kedua yaitu kekuasaan yang dipercayakan (baik di sektor publik maupun sektor
swasta) dan ketiga yaitu keuntungan pribadi (tidak selalu berarti hanya untuk
merugikan negara.
ditanggapi secara serius oleh berbagai pihak demi tercapainya salah satu tujuan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI Tahun 1945). Oleh karena
salah satu penyebab dari terpuruknya sistem perekonomian bangsa ini adalah
3
Pope, Jeremi, 2003, “Panduan Transparency International 2002 : Strategi Memberantas Korupsi,
Elemen Sistem Integrasi nasional, alih bahasan Masri Maris”, Transparency International dan
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hlm. 6.
5
bawah bahkan sampai para Pejabat Negara yang memiliki wewenang dan
Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diganti
dalam rangka mencegah dan memberantas secara lebih efektif setiap bentuk
4
Mochtar Lubis dan James Scott, 1985, “Bunga Rampai Korupsi”, LP3ES, Jakarta, hlm. XVI.
5
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
6
pemberantasan tindak pidana korupsi sebenarnya ada 2 (dua) hal yang paling
pokok, yaitu sebagai langkah preventif dan represif. Langkah preventif tersebut
represif meliputi pemberian sanksi pidana yang berat kepada pelaku dan
salah satu aspek penting dari suatu kaidah hukum yaitu masalah
6
A. Djoko Sumaryanto, 2019, “Perspektif Yuridis Pengembalian Kerugian Keuangan Negara Dalam
Tindak Pidana Korupsi”,
7
Eddy O. S. Hiariej, 2012, Dialektika Pembaruan Sistem Hukum Indonesia (Membangun Sarana
dan Prasarana Hukum yang Berkeadilan), Cet. 1, Sekjen Komisi Yudisial RI, Jakarta, hlm. 95.
7
acuan bagi para pihak di pemerintah pusat maupun daerah serta aparatur
penegak hukum yang menjadi subyek dalam proses penegakan hukum untuk
kejaksaan.
prosedur hukum yang berlaku. Selain itu, kedudukan yang signifikan dari hak-
hukum, tetapi juga mengemban misi politik yang mampu memberi jaminan
8
Bambang Waluyo, 2017, Penegakan Hukum di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 61
8
uang pengganti oleh pelaku tindak pidana korupsi. Apabila pelaku tindak
pidana korupsi tidak dapat membayar pidana tambahan berupa uang pengganti
Tujuan uang pengganti adalah untuk mengganti kerugian negara, selain itu
Tujuan dari pembalasan ini adalah untuk memberikan efek jera kepada pelaku
agar tidak lagi melakukan tindak pidana, sekaligus memberikan efek deteren
kepada masyarakat yang belum melakukan tindak pidana agar tidak melakukan
tindak pidana.
kepada pelaku tindak pidana korupsi pada hakekatnya adalah sebagai upaya
9
Penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
9
dan diputuskan pada setiap kasus tindak pidana korupsi sebagai salah satu upaya
korupsi melalui uang pengganti merupakan salah satu upaya penting dalam
karena tindak pidana korupsi merupakan extra ordinary crimes yang pelakunya
10
Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Jakarta: Gramedia, 2000, hal
49.
11
Marwan Effendi, Kejaksaan RI Posisi dan Fungsinya dari Perspektif Hukum, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2005, hal 65
10
tindak pidana korupsi. Kejaksaan sebagai pihak yang diberi kewenangan oleh
kerugian keuangan negara atau harta benda yang telah diperoleh pelaku dari
hasil tindak pidana korupsi dalam wujud uang, harta, benda, barang atau aset
yang dapat dinilai dengan uang. Apabila pelaku tindak pidana korupsi telah
tindak pidana korupsi tidak membayar uang pengganti tersebut, maka pelaku
Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang tidak
12
Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi menyebutkan : Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya
sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi. Sedangkan dalam Pasal 18
ayat (2) menyebutkan: Jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf b paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan setelah putusan pengadilan
memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dapat
dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut.
11
1971 secara tuntas. Tunggakan uang pengganti perkara tindak pidana korupsi
menjadi permasalahan dari hasil audit BPK atas Laporan Keuangan Kejaksaan
yang berada pada Bidang Tindak Pidana Khusus (PIDSUS) dengan nilai
Rp8.973.898.062.729,57 (24,34%).
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi telah diatur 2 (dua) upaya yang
dan pelelangan harta benda milik terpidana dan ahli warisnya setelah putusan
yang harus dibayar oleh terpidana atau eks terpidana yang inkracht berdasarkan
atau eks terpidana yang tidak membayar uang pengganti dan tidak bersifat
subsider.
dengan 2 (dua) cara yaitu upaya penyelesaian tingkat pertama dan/atau upaya
dan putusan telah berkekuatan hukum tetap, sehingga menjadi langkah yang
tepat, serta apakah akan berimplikasi positif terhadap negara serta para pihak
13
yang terkait. Bertolak dari latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik
B. Rumusan Masalah
Kepastian Hukum ?
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis
E. Kerangka Pemikiran
1. Kerangka Konseptual
15
a. Pengertian Korupsi
Istilah korupsi berasal dari satu kata dalam bahasa latin, yakni
Corruptio atau Corruptus yang disalin ke berbagai bahasa.
Selanjutnya disebutkan bahwa corruptio itu berasal pula dari kata
corrumpere, suatu kata latin yang lebih tua. Arti harafiah dari kata
itu adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat
disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau
ucapan yang menghina atau memfitnah.
Sedangkan, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi memberi batasan bahwa
yang dimaksud dengan korupsi adalah ”setiap orang yang secara
melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan Negara atau perekonomian Negara”.
b. Pengertian Tindak Pidana Korupsi.
Dalam pengertian ini tindak pidana adalah rumusan tentang
2. Kerangka Teoritis
13
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, (Jakarta : Chandra Pratama, 1993), hlm. 94.
14
Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, Bab-bab Tentang Penemuan Hukum, (Bandung : Citra Aditya
Bhakti, 1993), hlm. 2.
15
C.S.T Kansil & Christine S.Kansil, Pokok-pokok Hukum Pidana Untuk Tiap Orang (PT Pradnya
Paramita, Jakarta, 2004) hlm. 3.
18
tuntas.
b. Asas keadilan
dengan keadilan”16
16
Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis. Nuansa dan Nusamedia: Bandung,
2004. Hl, 24
19
secara sama dan hal yang tidak sama diberlakukan secara tidak
sama pula.18
17
J.H Rapar, Filsafat Politik Plato. Rajawali Pres: Jakarta, 1991. Hlm 82 didalam Bahder Johan
Nasution, Kajian filosofis tentang Konsep Keadilan dari Pemikir Klasik Sampai Pemikiran
Modern. Jurnal Yustitia Vol.3 No. 2 Mei-Agustus 2014. Hlm 12
18
Ibid.
20
6. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
kaidah di sini meliputi asas hukum, kaidah hukum dalam arti nilai
(norm), peraturan hukum konkret dan sistem hukum. Oleh karena itu,
19
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, Op. Cit., hlm. 36.
20
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm. 52.
21
hukum, yang mana kaitannya dengan penelitian pada tesis ini merujuk
tentang suatu gejala yang akan diselidiki masih kurang sekali atau
21
Soerjono Soekanto, Op. Cit, hlm. 50.
22
Ibid, hlm. 10.
22
sudah cukup.23
23
Ibid.
24
Ibid, hlm. 50
25
Ibid.
23
pengganti itu sendiri pada putusan yang telah berkekuatan hukum tetap.
b. Pendekatan Penelitian
26
Ibid.
24
dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang
menjalankan tugasnya.
27
Peter Mahmud Marzuki, 2019, Penelitian Hukum, Prenadamedia Grup, Jakarta, hlm. 133.
28
Ibid., hlm. 133-136.
25
dari dari:29
29
Tim Penyusun, 2020, Buku Pedoman Penulisan Tesis, Magister Ilmu Hukum Program Pasca
Sarjana Universitas Jayabaya, Jakarta hlm. 9
30
Ibid.,hlm. 212
26
31
Ibid.
27
Bibliografi.
32
Peter Mahmud Marzuki, 2016, Penelitian Hukum, Prenadamedia Group, Jakarta, hlm.195-196.
33
Suteki dan Galang Taufani, Op.cit, hlm. 215.
28
konstruksi.34
ditentukan oleh tempat peraturan itu terhadap satu sama lain, tetapi oleh
peraturan-peraturan.35
b. Sistematika Penelitian
BAB I : PENDAHULUAN
34
Tim Penyusun, 2020, Buku Pedoman Penulisan Tesis, Magister Ilmu Hukum Program
Pasca Sarjana Universitas Jayabaya, Jakarta hlm. 10
35
Sudikno Mertokusumo, 2004, Penemuan Hukum, Liberty, Yogyakarta hlm.56-63
29
TEORITIS
Pada bab ini ada dua yang dianalisis dan dibahas yaitu,
Kepastian Hukum
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan.
berikut :
B. Saran
dapat mengikat semua pihak yang terkait agar tidak ada disparitas
Jakarta
Mochtar Lubis dan James Scott, 1985, “Bunga Rampai Korupsi”, LP3ES, Jakarta
C.S.T Kansil & Christine S.Kansil, Pokok-pokok Hukum Pidana Untuk Tiap Orang
Muhammad Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung
2003)
Group,
34
2010
Tim Penyusun, 2020, Buku Pedoman Penulisan Tesis, Magister Ilmu Hukum
Jurnal:
J.H Rapar, Filsafat Politik Plato. Rajawali Pres: Jakarta, 1991. Hlm 82 didalam
Mei-Agustus 2014.