Anda di halaman 1dari 13

PENYIMPANGAN NILAI PANCASILA

“STMIK AMIKOM YOGYAKARTA”

Penyusun :

Muhammad Adhar

16.12.9236

Kelompok 1

S1-Sistem Informasi (International)

Dosen Pembimbing :

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Pancasila tentang
PENYIMPANGAN NILAI PANCASILA “Korupsi di Indonesia dan pencegahannya.”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak.

Yogyakarta, September 2016

Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Landasan Teori
Korupsi di Indonesia sekarang sedang merajalela bahkan telah menjadi suatu “kebiasaan”. Sudah
Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam menangani korupsi dan hukum yang
sangat tegas. Akan tetapi tetap saja korupsi masih merajalela di negeri ini. Alas an mengapa orang
berani melakukan tindak pidana korupsi yaitu karena kurangnya kesadaran pribadi tentang
bahaya korupsi. Jadi, salah satu cara dengan waktu panjang yang terbaik untuk mengatasi
korupsi adalah dengan memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada kalangan generasi muda
sekarang. Karena generasi muda adalah generasi penerus yang akan menggantikan kedudukan
para penjabat terdahulu. Juga karena generasi muda sangat mudah terpengaruh dengan
lingkungan di sekitarnya. Jadi, kita lebih mudah mendidikdan memengaruhi generasi muda
supaya tidak melakukan tindak pidana korupsi sebelum mereka lebih dulu dipengaruhi oleh
“budaya” korupsi dari generasi pendahulunya.

Penyelenggara Negara mempunyai peran penting dalam konstelasi ketatanegaraan. Hal ini tersirat
dalam Amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan antara lain bahwa
tujuan dibentuknya ”Pemerintah Negara Indonesia dan yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa…”. Dalam implementasinya, penyelenggaraan Negara tidak
boleh menyimpang dari kaidah-kaidah yang digariskan. Namun demikian, dalam
perkembangannya, pembangunan di berbagai bidang berimplikasi terhadap perilaku
penyelenggara negara yang memunculkan rasa ketidakpercayaan masyarakat.

Langkah awal dan mendasar untuk menghadapi dan memberantas segala bentuk korupsi adalah
dengan memperkuat landasan hukum yang salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 yang dirubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang diharapkan dapat mendukung pembentukan
pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, dan diperlukan pula
kesamaan visi, misi dan persepsi aparatur penegak hukum dalam penanggulangannya.upaya demi
upaya yang dilakukan pemerintah saat ini untuk mengatasi korupsi dinegeri ini sangat besar,
walaupun telah diatur strategi sedemikian rupa, tetapi perbuatan korupsi masih tetap saja merebak
di berbagai sektor kehidupan. Beberapa kalangan berpendapat bahwa terpuruknya perekonomian
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini, salah satu penyebabnya adalah korupsi yang telah
merasuk ke seluruh lini kehidupan yang diibaratkan seperti jamur di musim penghujan, tidak saja
di birokrasi atau pemerintahan tetapi juga sudah merambah ke korporasi termasuk BUMN.

2. Rumusan Maalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang Anda tahu mengenai korupsi?
2. Bagaimana peran serta generasi muda dalam memberantas korupsi?
3. Bagimana peranan pendidikan anti korupsi dini dikalangan generasi muda dalam mencegah
terjadinya tindak korupsi?
4. Hambatan dan upaya apakah yang dilakukan dalam memberantas tindakan korupsi?

3. Tujuan
1. Agar kita mengetahui lebih tentang korupsi.
2. Untuk mengetahui peran serta generasi muda dalam memberantas korupsi.
3. Untuk mengetahui peranan pendidikan anti korupsi dini di kalangan generasi muda dalam
mencegah terjadinya tindak korupsi.
4. Untukmengetahuihambatan dan upaya yang dilakukan dalam memerangi korupsi.

4. Manfaat
1. Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap pola piker generasi muda agar
tidak melakukan tindak korupsi yang bias merugikan diri sendiri, keluarga ataupun masyarakat
luas
2. Makala hini diharapkan bias menjadi tolak ukur dan motivasi terhadap generasi muda agar bias
menghindari tindak korupsi
3. Makalah ini diharapkan dapat membantu memberikan pembelajaran khususnya terhadap
generasi muda untuk membenahi dan meningkatkan peranan dan dukungan terhadap edukasi anti
korupsi sejak dini
BAB II
PERMASALAHAN
1. Pengertian Korupsi
korupsi ialah perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam
modus.
Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagai tingkah laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara.
Missal seorang pejabat dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang
yang bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si
pemberi hadiah . ciri yang paling menonjol di dalam tindakan korupsi ini adalah tingkah laku pejabat
yang melanggar azas pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat, pemisaham
keuangan pribadi dengan masyarakat.
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi di jelaskan dalam 13 pasal ( UU No.31 Tahun 1999 jo.
UU No 20 Tahun 2001 ) Merumuskan 30 bentuk / Jenis tindak pidana korupsi, yang di kelompokkan
SBB:

1. Kerugian keuangan negara


2. Suap menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi

Berbagai kebijakan yang telah dilakukan pemerintah untuk memberantas korupsi diawali dengan
penetapan anti korupsi sedunia oleh PBB pada tanggal 9 Desember 2004, Presiden susilo Budiyono telah
mengeluarkan instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, yang
menginstruksikan secara khusus Kepada Jaksa Agung Dan kapolri:

1. Mengoptimalkan upaya–upaya penyidikan/Penuntutan terhadap tindak pidana korupsi untuk


menghukum pelaku dan menelamatkan uang negara.
2. Mencegah & memberikan sanksi tegas terhadap penyalah gunaan wewenang yg di lakukan oleh
jaksa (Penuntut Umum)/ Anggota polri dalam rangka penegakan hukum.
3. Meningkatkan Kerjasama antara kejaksaan dgn kepolisian Negara RI, selain denagan
BPKP,PPATK,dan intitusi Negara yang terkait denagn upaya penegakan hukum dan
pengembalian kerugian keuangan negara akibat tindak pidana korupsi

Kebijakan selanjutnya adalah menetapkan Rencana aksi nasional Pemberantasan Korupsi (RAN-PK)
2004-2009. Langkah – langkah pencegahan dalam RAN-PK di prioritaskan pada :

1. Mendesain ulang layanan publik .


2. Memperkuat transparasi, pengawasan, dan sanksi pada kegiatan pemerintah yg berhubungan
Ekonomi dan sumber daya manusia.
3. Meningkatkan pemberdayaan pangkat–pangkat pendukung dalam pencegahan korupsi.

B. Gambaran umum dan Jenis-jenis Korupsi


Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960 bahkan sangat mungkin
pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 24 Prp 1960 yang diikuti
dengan dilaksanakannya “Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum
membuahkan hasil nyata.
Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor3 Tahun 1971 dengan Operasi Tertib yang
dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), namun dengan
kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih dan rumit sehingga Undang-Undang tersebut
gagal dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan kembali Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.

Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh reformasi, M. Amien Rais yang
menyatakan sedikitnya ada empat jenis korupsi, yaitu:

1. Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan pengusaha kepada penguasa.
2. Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki kepentingan ekonomi kepada
eksekutif atau legislatif untuk membuat peraturan atau UU yang menguntungkan bagi usaha
ekonominya.
3. Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan kekeluargaan, pertemanan, dan
sebagainya.
4. Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara secara sewenang-wenang
untuk dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah keuntungan pribadi.
C. Awal Mula Munculnya Korupsi
Ketika manusia mulai hidup bermasyarakat, di sanalah awal mula terjadinya korupsi. Penguasaan
atas suatu wilayah dan sumber daya alam oleh segelintir kalangan mendorong manusia untuk saling
berebut dan menguasai. Berbagai taktik dan strategi pun dilaksanakan. Perebutan manusia atas sumber
daya alam dan politik inilah awal mula terjadinya ketidakadilan. Padahal kebutuhan untuk bertahan hidup
kian menanjak.
Di Indonesia, korupsi mulai terjadi sejak jaman kerajaan. Bahkan VOC bangkrut pada awal abad
20 akibat korupsi yang merajalela di tubuhnya. Setelah proklamasi kemerdekaan, banyak petinggi
Belanda yang kembali ke tanah airnya, posisi kosong mereka kemudian diisi oleh kaum pribumi
pegawai pemerintah Hindia Belanda yang tumbuh dan berkembang di lingkungan koruptor. Kultur
korupsi tersebut berlanjut hingga masa pemerintah Orde Lama

D. Persepsi Mayarakat tentang Korupsi


Pada kelomppok kalangan Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan
emosi dan demonstrasi. Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk bertindak tegas kepada para
korup-tor. Hal ini cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi tahun 1998. Mereka tidak puas terhadap
perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat. Oleh karena itu, mereka ingin berpartisipasi dalam usaha
rekonstruksi terhadap masyarakat dan sistem pemerin-tahan secara menyeluruh, mencita-citakan keadilan,
persamaan dan kesejahteraan yang merata.
E. Fenomena Korupsi di Indonesia
Fenomena umum yang biasanya terjadi di negara berkembang contohnya Indonesia ialah:

1. Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia pada lembaga-
lembaga politik yang ada.
2. Selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di antara
mereka yang tidak mampu.
3. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih “kepentingan
rakyat”.

F. Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi


Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya Korupsi adalah :
1) Penegakan hukum tidak konsisten : penegakan hukum hanya sebagai make-up politik, bersifat sementara
dan selalu berubah tiap pergantian pemerintahan.
2) Penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang karena takut dianggap bodoh bila tidak menggunakan
kesempatan.
3) Langkahnya lingkungan yang antikorup : sistem dan pedoman antikorupsi hanya dilakukan sebatas
formalitas.
4) Rendahnya pndapatan penyelenggaraan negara. Pedapatan yang diperoleh harus mampu memenuhi
kebutuhan penyelenggara negara, mampu mendorong penyelenggara negara untuk berprestasi dan
memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
5) Kemiskinan, keserakahan : masyarakat kurang mampu melakukan korupsi karena kesulitan ekonomi.
Sedangkan mereka yang berkecukupan melakukan korupsi karena serakah, tidak pernah puas dan
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan.
6) Budaya member upeti, imbalan jasa dan hadiah.
7) Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan korupsi : saat tertangkap bisa menyuap
penegak hukum sehingga dibebaskan atau setidaknya diringankan hukumannya. Rumus: Keuntungan
korupsi > kerugian bila tertangkap.
8) Budaya permisif/serba membolehkan; tidakmau tahu : menganggap biasa bila ada korupsi, karena sering
terjadi. Tidak perduli orang lain, asal kepentingannya sendiri terlindungi.
9) Gagalnya pendidikan agama dan etika : ada benarnya pendapat Franz Magnis Suseno bahwa agama telah
gagal menjadi pembendung moral bangsa dalam mencegah korupsi karena perilaku masyarakat yang
memeluk agama itu sendiri.

G. Peran Serta Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Memberantas Korupsi


Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-upaya pemerintah
melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain.
KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberan-tas korupsi, merupakan komisi
independen yang diharapkan mampu menjadi “martir” bagi para pelaku tindak KKN.

BAB III
PEMECAHAN MASALAH

1. Peran Serta Generasi Muda Dalam Memberantas Korupsi


Pemuda adalah aset zaman yang paling menentukan kondisi zaman tersebut dimasa depan. Dalam
skala yang lebih kecil, pemuda adalah aset bangsa yang akan menentukan mati atau hidup, maju
atau mundur, jaya atau hancur, sejahtera atau sengsaranya suatu bangsa.
Ada cukup banyak bukti yang bisa diajukan untuk memperlihatkan bahwa korupsi terjadi dari
pagi hingga tengah malam, dari mulai soal pengurusan akta kelahiran hingga kelak nanti
pengurusan tanah kuburan, dari sektor yang berkaitan dengan kesehatan hingga masalah
pendidikan, dari mulai pedagang kaki lima hingga promosi jabatan untuk menduduki posisi
tertentu di pemerintahan.
Oleh karena itulah, peran kaum muda sekarang adalah mengikis korupsi sedikit demi sedikit,
yang mudah-mudahan pada waktunya nanti, perbuatan korupsi dapat diberantas dari negara ini
atau sekurang-kurangnya dapat ditekan sampai tingkat serendah mungkin.

2. Peranan Pendidikan Anti Korupsi Dini Dikalangan Generasi Muda Dalam Mencegah
Terjadinya Tindakan Korupsi`
Pendidikan adalah salah satu penuntun generasi muda untuk ke jalan yang benar. Jadi, sistem
pendidikan sangat memengaruhi perilaku generasi muda ke depannya. Termasuk juga pendidikan
anti korupsi dini. Pendidikan, sebagai awal pencetak pemikir besar, termasuk koruptor
sebenarnya merupakan aspek awal yang dapat merubah seseorang menjadi koruptor atau tidak.
Pedidikan merupakan salah satu tonggak kehidupan masyarakat demokrasi yang madani, sudah
sepantasnya mempunyai andil dalam hal pencegahan korupsi. Salah satu yang bisa menjadi
gagasan baik dalam kasus korupsi ini adalah penerapan anti korupsi dalam pendidikan karakter
bangsa di Indonesia.
3. Hambatan Dan Upaya Yang Dilakukan Dalam Penerapan Pendidikan Anti Korupsi Dini
Dibawah ini adalah beberapa hambatan yang akan dihadapi, yaitu:
1. Penegakan hukum yang tidak konsisten dan cenderung setengah-setengah.
2. Struktur birokrasi yang berorientasi ke atas, termasuk perbaikan birokrasi yang cenderung
terjebak perbaikan renumerasi tanpa membenahi struktur dan kultur.
3. Kurang optimalnya fungsi komponen-komponen pengawas atau pengontrol, sehingga tidak ada
check and balance.
4. Banyaknya celah/lubang-lubang yang dapat dimasuki tindakan korupsi pada sistem politik dan
sistem administrasi Indonesia.
5. Kesulitan dalam menempatkan atau merumuskan perkara, sehingga dari contoh-contoh kasus
yang terjadi para pelaku korupsi begitu gampang mengelak dari tuduhan yang diajukan oleh
jaksa.
6. Taktik-taktik koruptor untuk mengelabui aparat pemeriksa, masyarakat, dan rasti yang semakin
canggih.
7. Kurang kokohnya landasan moral untuk mengendalikan diri dalam menjalankan amanah yang
diemban.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari materi yang telah kami paparkan pada makalah ini, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:

1) korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan


masyarakat luas dengan berbagai macam modus.

2) Ada 4 jenis korupsi yaitu: Korupsi ekstortif, Korupsi manipulatif, Korupsi


nepotistik,Korupsi subversif.

3) Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan
memberikan sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang
paling menyedihkan adalah sikap rakyat menjadi apatis dengan semakin
meluasnya praktik-praktik korupsi oleh beberapa oknum pejabat lokal,
maupun nasional.

2. Saran
1) Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia agar mendapat informasi yang lebih akurat.
2) Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Syamsul, 2006, Fikih Antikorupsi Perspektif Ulama Muhammadiyah Majelis Tarjih
dan Tajdid PP Muhammadiyah, Jakarta: Pusat studi Agama dan Peradaban (PSAP).
Mochtar. 2009. “Efek Treadmill” Pemberantasan Korupsi : Kompas
Muzadi, H. 2004. MENUJU INDONESIA BARU, Strategi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Malang : Bayumedia Publishing.
http://kumpulanmakalah-cncnets.blogspot.com/2012/02/makalah-korupsi.html
http://tikapratiwi92.blogspot.com/2012/02/asal-mula-korupsi.html
www.google.com
Anonim. “Korupsi” http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi (diakses tanggal 9 September 2012)
Razib, Rizal. “PERAN PEMUDA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA;
INTERNALISASI TIGA AJARAN KI HAJAR DEWANTARA”
http://rizalrazib.blogspot.com/2011/11/peran-pemuda-dalam-pemberantasan.html (diakses tanggal 9
September 2012)
Rizani, Ahmad. “Peran serta Pemuda sebagai Agen Pemberantasan Korupsi”
http://kompasiana.com/post/hukum/2011/01/29/peran-serta-pemuda-sebagai-agen-pemberantasan-
korupsi/(diakses tanggal 9 September 2012)
Aulia, Aylea. “Peran Pendidikan Karakter Bangsa Sebagai Pencegahan Korupsi Sejak Dini” http://aylea-
aulia-peace.blogspot.com/2012/08/peran-pendidikan-karakter-bangsa.html(diakses tanggal 9 September
2012)
Khoiri, Mishad. “Pendidikan Anti Korupsi” http://kualitaindonesia.blogspot.com/2012/03/pendidikan-
anti-korupsi.html(diakses tanggal 9 September 2012)

Anda mungkin juga menyukai