Anda di halaman 1dari 11

PEMBERANTASAN KORUPSI

Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Budaya Anti
Korupsi
Dosen Pembimbing :
Yodong, S.Si.T, M.Kes

Disusun oleh :
1. Dhifo Anjasmara NIM P1337425122076
2. Ghifari Endah S. NIM P1337425122101
3. Arum Syafiqoh NIM P1337425122102
4. Nisriinaa Ticho S. NIM P1337425122103
5. Marsa Salma M. NIM P1337425122104
6. Naila Dini A. NIM P1337425122105
7. Fella Suffa O. NIM P1337452122106
8. Elsa Adi N. NIM P1337425122107
9. Tiffany Echa S. NIM P1337425122108

KELAS 2B
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN GIGI
JURUSAN KESEHATAN GIGI
POLTEKKES KEMENTRIAN SEMARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWTyang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Atas berkah rahmat dan hidayah-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah mata
kuliah Pendidikan Anti Budaya Korupsi yang membahas tentang identifikasi pejabat tahun
2019 yang terlibat korupsi dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dengan
korupsi, dan serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan korupsi. Saya
menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu diharapkan berbagai
masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi penulis ataupun pembacanya.

Semarang, 11 Maret 2023

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................5
1.3 TUJUAN..........................................................................................................5
1.4 MANFAAT......................................................................................................5
BAB II ISI
2.1 UPAYA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT............................................6
2.2 HUKUMAN TINDAKAN KORUPSI............................................................8
2.3 INDONESIAN CORRUPTION WATCH.......................................................9
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN.............................................................................................10
3.2 SARAN..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pemberantasan korupsi merupakan serangkaian tindakan untuk mencegah dan
menanggulangi korupsi (melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan sidang pengadilan) dengan peran serta
masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Salah satu teori korupsi menurut Jack Bologne Gone Theory menyebutkan bahwa
faktor penyebab korupsi adalah keserakahan, kesempatan, kebutuhan, dan pengungkapan.
Keserakahan berpotensi dimiliki setiap orang dan berkaitan dengan individu pelaku
korupsi.1
korupsi sudah menjadi bagian dari romantika kekuasaan sejak lama di Indonesia,
mulai dari korupsi yang terjadi berkaitan dengan penyalahgunaan penggunaan uang
rakyat atau harta negara atau korupsi yang melibatkan pejabat yang seharusnya menjadi
panutan masyarakat karena mereka dipilih dan terpilih.
Sepertinya keberadaan dari lembaga-lembaga anti korupsi tidak bisa untuk
memberhentikan praktik tercela ini. Peraturan perundang-undangan yang menjadi bagian
dari politik hukum yang dibuat oleh pemerintah pun sering juga diabaikan dan menjadi
meaning less.
Sejatinya jika tindakan penegakan hukum seharusnya bisa menjadi jalan keluar untuk
pemberantasan korupsi di Indonesia. Tentunya dengan asas yang utama dalam hukum
adalah reward and punishment dengan pengertian orang yang menaati hukum harus
dihargai dan orang yang melanggar hukum harus dihukum.
Seolah hal tersulit untuk mencari sebab mengapa korupsi masih berulang terjadi di
Indonesia, berikut ini disarikan beberapa hal yang bisa menjadi penyebabnya adalah:
1. Ketika hukumnya lemah maka tersiptalah pemikiran bagi para oknum pelaku untuk
melakukan tindak korupsi karena tidak adanya efek jera ataupun takut akan hukum
serta penggunaan kekuasaan yang mengintervensi proses pengadilan membuat para
koruptor semakin leluasa melakukan korupsi.
2. Menjadi sebuah realitas kasus, secanggih apapun sistem jika masih ada KKN maka
sistem akan menjadi mandul dan hukum menjadi pandang bulu.
3. Korupsi sangat sulit diberantas di Indonesia karena jika ditinjau dari sisi historisnya
para penjajah dan pendahulu sudah menampilkan serta mengajarkan kita perilaku
koruptif.
4. Sistem Birokrasi yang lambat dan berbelit-belit menciptakan celah bagi para oknum
untuk meraup keuntungan dengan meminta imbalan kepada masyarakat dalam upaya
mempercepat urusan.2

1
https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20220511-trisula-strategi-pemberantasan-korupsi-kpk-untuk-
visi-indonesia-bebas-dari-korupsi
2
https://masoemuniversity.ac.id/berita/penyebab-korupsi-sulit-diberantas.php

4
Indonesia memiliki dasar-dasar hukum pemberantasan tindak pidana korupsi yang
menjadi pedoman dan landasan dalam pencegahan dan penindakan. Salah satunya
menjadi dasar pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK untuk menjadi
penggawa pemberantasan korupsi di tanah air.
Dasar-dasar hukum ini adalah bukti keseriusan pemerintah Indonesia dalam
memberantas korupsi. Dalam perjalanannya, berbagai perubahan undang-undang
dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi terkini penindakan kasus korupsi.
Menyadari tidak bisa bekerja sendirian, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah juga
mengajak peran serta masyarakat untuk mendeteksi dan melaporkan tindak pidana
korupsi.
Ada tiga strategi pemberantasan korupsi yang tengah dijalankan di Indonesia, KPK
menyebutnya: Trisula Pemberantasan Korupsi. Layaknya trisula yang memiliki tiga ujung
tajam, Trisula Pemberantasan Korupsi memiliki tiga strategi utama, yaitu Penindakan,
Pencegahan, dan Pendidikan. Sula Penindakan menyasar peristiwa hukum yang secara
aktual telah memenuhi unsur tindak pidana korupsi sesuai undang-undang. Sula ini tidak
hanya mengganjar hukuman penjara dan denda bagi para pelaku korupsi, tapi juga
memberikan efek jera bagi para korupsi dan masyarakat. Sementara Sula Pencegahan
adalah perbaikan sistem untuk menutup celah-celah korupsi, dilengkapi oleh sosialisasi
dan kampanye antikorupsi melalui Sula Pendidikan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


 Bagaimana upaya yang dapat dilakukan pemerintah dan masyarakat agar korupsi
dapat dicegah?
 Bagaimana hukuman yang dijatuhkan untuk terdakwa tindakan korupsi agar
memberikan efek jera?
 Apa yang dimaksud ICW, bagaimana cara kerja dan prestasi ICW dalam
memberantas korupsi?
1.3 TUJUAN
 Dapat mengetahui peran pemerintah dan masyarakat dalam memberantas korupsi.
 Mengetahui dan memahami hukuman yang melakukan tindak korupsi.
 Mengetahui organisasi dalam memberantas korupsi
1.4 MANFAAT

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi aparat penegak
hukum, khususnya kepolisian, kejaksaan dan KPK dalam rangka pelaksanaan proses
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi, agar sesuai
dengan peraturan perundanganundangan anti korupsi dan perundangan lainnya yang
relevan.

5
BAB II
ISI
2.1 UPAYA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT
Perilaku korupsi di Indonesia sangat terkait erat dengan dimensi penyuapan,
pengadaan barang dan jasa, serta penyalahgunaan anggaran yang umumnya dilakukan oleh
pihak swasta dan pegawai pemerintahan. Oleh karena itu, upaya pencegahan korupsi sangat
diperlukan. Pemberantasan korupsi tidak cukup dilakukan hanya dengan komitmen semata.
Komitmen tersebut harus diaktualisasikan dalam bentuk strategi yang komprehensif untuk
meminimalisasi tindak korupsi. Upaya pencegahan korupsi dapat dlakukan secara preventif,
detektif, dan represif.
Upaya preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk
meminimalisasi penyebab dan peluang seseorang melakukan tindak korupsi. Upaya preventif
dapat dilakukan dengan: Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR, memperkuat
Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya, membangun kode etik di sektor public,
membangun kode etik di sektor partai politik, organisasi profesi, dan asosiasi bisnis, meneliti
lebih jauh sebab-sebab perbuatan korupsi secara berkelanjutan, penyempurnaan manajemen
sumber daya manusia atau SDM dan peningkatan kesejahteraan pegawai negeri, mewajibkan
pembuatan perencanaan strategis dan laporan akuntabilitas kinerja bagi instansi pemerintah,
peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen, penyempurnaan manajemen
barang kekayaan milik negara atau BKMN, peningkatan kualitas pelayanan kepada
masyarakat, kampanye untuk menciptakan nilai atau value secara nasional.
Upaya detektif adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi terjadinya kasus-kasus
korupsi dengan cepat, tepat, dan biaya murah, sehingga dapat segera ditindaklanjuti, berikut
upaya detektif pencegahan korupsi adalah perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan
dari masyarakat pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu, pelaporan
kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi public, partisipasi Indonesia pada gerakan anti
korupsi dan anti pencucian uang di kancah internasional, peningkatan kemampuan Aparat
Pengawasan Fungsional Pemerintah ata APFP dalam mendeteksi tindak pidana korupsi.

Upaya represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi yang telah
diidentifikasi dapat diproses dengan cepat, tepat, dan dengan biaya murah, sehingga para
pelakunya dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Upaya
represif dalam mencegah tindak pidana korupsi adalah penguatan kapasitas badan atau
komisi anti korupsi, penyelidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor besar
dengan efek jera, penentuan jenis-jenis atau kelompok korupsi yang diprioritaskan untuk
diberantas, pemberlakuan konsep pembuktian terbalik, meneliti dan mengevaluasi proses
penanganan perkara korupsi dalam sistem peradilan pidana secara terus menerus,
pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak korupsi secara terpadu, publikasi
kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta analisisnya, pengaturan kembali hubungan dan

6
standar kerja antara tugas penyidik tindak pidana korupsi dengan penyidik umum, penyidik
pegawai negeri sipil atau PPNS, dan penuntut umum.3
Masyarakat yang berintegritas, sadar akan bahaya korupsi, dan menghindari korupsi
akan membentuk lingkungan yang antikorupsi untuk masa depan Indonesia yang lebih baik,
Peran masyarakat dalam memberantas korupsi dapat dilakukan dengan pantang terlibat tindak
pidana korupsi. Berlatih untuk berintegritas adalah bertindak dengan cara yang konsisten
dengan apa yang dikatakan. Nilai integritas merupakan kesatuan antara pola pikir, perasaan,
ucapan, dan perilaku yang selaras dengan hati nurani dan norma yang berlaku, jika seseorang
mengakui bahwa dia orang yang jujur, maka pengakuannya akan tercermin dari tindakan,
perasaan, dan perilakunya. Integritas akan menjaga orang itu tetap jujur, walau tidak ada
orang lain di sekitar yang melihat kejujurannya. 
Melaporkan tindak pidana korupsi, Pelaporan masyarakat merupakan penyumbang
terbesar dalam terbongkarnya kasus-kasus korupsi di Indonesia, mulai dari kasus kecil hingga
kakap. Maka dari itu, peran masyarakat dalam pelaporan tindak pidana korupsi sangat
penting. Masyarakat yang antikorupsi tidak akan diam saja jika melihat korupsi di depan
matanya. Namun ada keengganan masyarakat untuk melapor, salah satu alasannya karena
khawatir keselamatannya terancam. Kekhawatiran itu seharusnya dapat ditepis karena KPK
akan melindungi identitas pelapor. 
Memperbaiki sistem sehingga antikorupsi, masyarakat juga bisa berperan
memberantas korupsi dengan berkontribusi dalam perbaikan sistem. Perbaikan sistem
dimaksudkan untuk menutup celah-celah korupsi yang bisa dimanfaatkan para koruptor
menilap uang negara. Masyarakat yang memiliki kedudukan di pemerintahan atau
perusahaan, bisa melakukan perbaikan sistem secara langsung. Mereka bisa mengidentifikasi
celah-celah korupsi, misalnya pada pengadaan barang dan jasa atau rekrutmen serta promosi
pegawai, dan menutupnya dengan kekuasaan yang dimiliki. Namun untuk masyarakat umum,
kontribusi untuk perbaikan sistem bisa dilakukan membantu pemantauan layanan publik,
melakukan kajian terkait layanan publik, menyampaikan rekomendasi kepada pemerintah,
atau membangun manajemen antikorupsi di lingkungan masing-masing.
Kampanye dan menyebarkan nilai integritas, dengan prinsip pemberantasan korupsi
tidak bisa dilakukan seorang diri, maka nilai-nilai antikorupsi dan integritas harus
disebarluaskan. Seorang yang memegang teguh integritas harus menularkan nilai-nilai luhur
tersebut ke sekitarnya, mulai dari keluarga, teman, kampus, atau rekan kerja. Seseorang yang
memiliki tekad kuat menjadi agen perubahan, sudah seharusnya memiliki pola kampanye
antikorupsi. Tidak selalu harus dengan sosialisasi yang serius, bisa juga melalui aksi kreatif
sebagai pemantik kesadaran antikorupsi, seperti puisi, lagu, atau dongeng. KPK memiliki
solusi bagi masyarakat yang ingin terlibat aktif dalam kampanye antikorupsi, yaitu dengan
menjadi menjadi Penyuluh Antikorupsi (Paksi) atau Ahli Pembangun Integritas (API). Paksi
dan API adalah insan yang kompeten dalam menyampaikan kampanye antikorupsi karena
telah tersertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi KPK. Sejatinya setiap masyarakat
Indonesia berpotensi menjadi agen perubahan antikorupsi, hanya perlu memunculkan
kesadaran bahwa Indonesia yang lebih baik bisa diwujudkan dengan bantuan kita. Dengan

3
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/26/02000091/upaya-pencegahan-korupsi

7
peran serta masyarakat, bukan tidak mungkin korupsi akan jadi barang langka lalu punah di
negeri ini.4
2.2 HUKUMAN TINDAKAN KORUPSI
Korupsi terjadi jika memenuhi tiga hal, yaitu pertama jika seseorang memiliki
kekuasaan termasuk untuk menentukan kebijakan publik dan melakukan administrasi
kebijakan tersebut. Kedua, adanya economic rent, yaitu manfaat ekonomi yang ada kebijakan
publik tersebut. Ketiga, sistem yang ada membuka peluang terjadinya pelanggaran oleh
pejabat publik yang bersangkutan. Korupsi tidak hanya sebatas mengambil uang Negara
melainkan banyak jenisnya. Tertera pada UU nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi mengelompokkaan korupsi menjadi tujuh kelompok, yaitu :
1. Korupsi yang terkait dengan merugikan keuangan Negara.
2. Korupsi yang terkait dengan suap-menyuap.
3. Korupsi yang terkait dengan penggelapan dalam jabatan.
4. Korupsi yang terkait dengan pemerasan.
5. Korupsi yang terkait dengan perbuatan curang.
6. Korupsi yang terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan.
7. Korupsi yang terkait dengan gratifikasi.
Fenomena korupsi di Indonesia sudah menjadi berita hangat yang sering didengar dan
dibicarakan. Korupsi di Indonesia sudah menjadi virus yang sedemikian parah dan akut
bahkan telah menyebar dibanyak sektor pemerintahan. Adanya korupsi di Indonesia
menunjukkan bahwa korupsi dilakukan oleh orang-orang yang menduduki kekuasaan
tertentu. Para koruptor bahkan tidak menunjukkan rasa malu dan takut saat dirinya ketahuan
dan ditangkap melakukan hal tersebut. Banyak dampak yang ditimbulkan dari tindakan
korupsi seperti merusak kestabilan ekonomi dan keamanan Negara. Dampaknya juga
terhadap hak-hak masyarakat dari Negara yang seharusnya tersalurkan menjadi tidak terca
hukuman mati bagi para koruptor telah tercantum pada UU tetapi hanya menjadi wacana
belaka. Hendaknya Negara ini bisa mencontoh negeri Cina dalam penerapan hukuman
tersebut.Sudah sangat banyak para koruptor yang mengalami eksekusi ini, mulai dari
ditembak, digantung hingga disuntik mati. Eksekusi para pelaku koruptor berada di lapangan
dan diperlihatkan kepada masyarakat sehingga akan menimbulkan efek jera bagi siapa saja
yang ingin melakukan tindakan korupsi. Stabilitas ekonomi dan politik Cina tidak menentu
sebelum diberlakukannya hukuman mati bagi para koruptor karena hukuman sebelumnya
tidak membuat jera para koruptor. Setelah hukuman mati diterapkan dengan tegas, maka
perekonomian dan politik kian maju bahkan disegani oleh negara-negara lainnya.
Hukuman potong tangan juga sudah diterapkan oleh beberapa negara seperti Arab Saudi dan
Brunei Darussalam yang hasilnya di Negara tersebut minim pencuri. Cara eksekusi hukuman
ini ialah apabila seorang pencuri telah dipotong tangan kanannya kemudian mengulangi
berbuat mencuri untuk kedua kalinya, maka kaki kirinya dipotong pada persendian antara

4
https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20230103-masyarakat-bisa-berperan-dalam-pemberantasan-
korupsi-ini-caranya

8
betis dengan telapak kaki. Hukuman ini tidak semena-mena dijatuhkan akan tetapi memiliki
syarat tertentu, adapun syarat tertentu5
3.3 INDONESIAN CORRUPTION WATCH
Indonesia Corruption Watch (ICW) merupakan salah satu Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) anti korupsi yang lahir pada masa bergulirnya reformasi pada Mei 1998.
Kelahiran ICW tidak terlepas dari konteks perubahan sosial dan politik yang ada pada saat
itu. Dan korupsi ini menjadi salah satu isu dari berbagai isu lainnya yang dihembuskan oleh
kalangan mahasiswa dalam rangka melengserkan Soeharto dari tampuk kekuasaannya. Selain
itu, ICW sebagai salah satu aktor gerakan sosial yang menghendaki adanya perubahan sosial.
Yaitu ingin menghilangkan praktek-praktek dan sistem pemerintahan yang penuh dengan
nuansa koruptif.
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui
latar belakang kelahiran ICW dalam konteks perubahan sosial politik dan ingin mengetahui
strategi gerakan anti korupsi yang dilakukan oleh ICW. Untuk perlu dipahami latar belakang
kemunculan ICW. Selain itu, perlu diketahui juga arah, karakter dan aksi program ICW dalam
mewujudkan perjuangannya yaitu pemberantasan korupsi di Indonesia.
CW dalam melaksankan visi dan misi organisasinya terdapat berbagai aksi program
pemberantasan korupsi. Beberapa cakupan aktifitas ICW dapat dilihat dari pelaksanaan divisi
monitoring pelayanan publik, divisi korupsi, dan divisi hukum dan monitoring peradilan.
Sedangkan untuk strategi gerakan yang dipergunakan oleh ICW yaitu; aliansi, jaringan,
publikasi, individu atau organisasi. Untuk pendekatan gearakannya yaitu penelitian,
investigasi, advokasi, kampanye, altematif kebijakan. Secara tipologi, ICW tergolong dalam
LSM advokasi dengan beberapa karakteristik, yaitu; pemantauan, terminasi dan penilaian.
Dalam aksi program ICW banyak melakukan kontrol publik, baik terhadap negara maupun
sektor swasta.6
Berikut adalah prestasi KPK versi ICW:
1. Keberhasilan pada tingkat penuntutan mencapai 100%.
2. Berhasil menjerat tiga menteri aktif.
3. Berhasil menjerat penegak hukum aktif (Jenderal Polisi, Ketua MK, dan Hakim
Adhoc Tipikor).
4. Menjerat pimpinan partai politik aktif.
5. Penyelamatan keuangan atas kerugian negara yang fantastis. 7

5
https://p2kk.umm.ac.id/id/pages/detail/artikel/efek-jera-bagi-para-koruptor.html
6
https://lib.ui.ac.id/detail?id=82319&lokasi=lokal
7
https://www.suara.com/news/2014/12/29/183813/ini-11-prestasi-kpk-versi-icw?page=all

9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Usaha untuk memberantas tindak pidana korupsi sudah menjadi masalah global,
tidak hanya nasional atau regional. Tindak pidana korupsi merupakan perbuatan yang
bukan saja dapat merugikan keuangan negara akan tetapi juga dapat menimbulkan
kerugian perekonomian rakyat. Kejahatan korupsi yang berkembang di dunia pada
umumnya serta di Indonesia pada khususnya sangat memprihatinkan, sehingga sangat
diperlukan hukum sebagai penegak keadilan guna menyelamatkan negara dari
kerugian dan menjunjung hak rakyat untuk mendapatkan hasil yang baik dari
pembangunan yang bebas dari korupsi.
Upaya pemberantasan kejahatan korupsi melalui penegakan hukum yang berkeadilan
saat ini tampak masih memerlukan perjuangan berat. Karena kejahatan korupsi merupakain
kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang 8 berbeda dari kejahatan pidana biasa, maka
upaya yang harus dilakukan memerlukan sistem yang terpadu dan luar biasa pula. Sebagai
kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) pemberantasan korupsi, memerlukan kemaun
politik luar biasa sehingga Presiden sebagai kepala Negara menjadi figur penting dalam
menggerakan dan mengordinasikan peran Polisi, Jaksa, Pengadilan, dan KPK menjadi
kekuatan dahsyat
3.2 SARAN
Perlu ada koordinasi yang lebih baik lagi antara KPK, Kepolisian dan Kejaksaan
sebagai lembaga negara yang memiliki kewenangan melakukan penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
KPK dalam memberantas korupsi harusnya menjalin hubungan baik dan harmonis
antara Kejaksaan dan kepolisan agar supaya perang terhadap korupsi sejalan dan seirama
antara aparat penegak hukum, agar supaya cita Indonesia bebas KKN (korupsi, kolusi, dan
nepotismi) dapat diwujudkan bersama oleh semua kalangan baik pemerintah, DPR, maupun
badan peradilan.

10
DAFTAR PUSTAKA
https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20220511-trisula-strategi-pemberantasan-korupsi-kpk-untuk-
visi-indonesia-bebas-dari-korupsi

https://masoemuniversity.ac.id/berita/penyebab-korupsi-sulit-diberantas.php

https://nasional.kompas.com/read/2022/03/26/02000091/upaya-pencegahan-korupsi
https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20230103-masyarakat-bisa-berperan-dalam-pemberantasan-
korupsi-ini-caranya

https://p2kk.umm.ac.id/id/pages/detail/artikel/efek-jera-bagi-para-koruptor.html

https://lib.ui.ac.id/detail?id=82319&lokasi=lokal

https://www.suara.com/news/2014/12/29/183813/ini-11-prestasi-kpk-versi-icw?page=all

11

Anda mungkin juga menyukai