DOSEN PENGAMPU:
HERMIEN NUGRAHENI, SKM., M.Kes
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
4A3 REGULER
1. Amalia Nabilatuzzahro’ (P1337420620028)
2. Amanda Fitriani (P1337420620006)
3. Fitri Prihatini (P1337420620110)
4. Feby Kiranti Sukma (P1337420620026)
5. Mafi Musykilah Dwi C (P1337520620041)
6. Safrina Faramadina (P1337520620080)
7. Shofa Tiara Mahali N (P1337420620122)
8. Yoga Utama Mustika D (P1337420620016)
9. Zsa-zsa Ardelia Apta (P1337420620093)
Kelompok 2 Reguler
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian korupsi.
b. Untuk mengetahui dan memahami faktor yang menyebabkan perilaku korupsi.
c. Untuk mengetahui dan memahami nilai-nilai anti korupsi.
d. Untuk menerapkan peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi.
e. Untuk membentuk kesadaran generasi muda tentang perannya sebagai Agent Of
Change dalam pencegahan korupsi.
f. Untuk memahami pentingnya pendidikan anti korupsi dalam menumbuhkan
kesadaran hukum generasi muda untuk berperilaku anti koruptif.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Menurut Kamus Oxford, korupsi adalah perilaku tidak jujur atau ilegal, terutama
dilakukan orang yang berwenang. Arti lain korupsi adalah tindakan atau efek dari
membuat seseorang berubah dari standar perilaku moral menjadi tidak bermoral.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, korupsi adalah tindakan
setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara. Korupsi juga diartikan sebagai tindakan setiap orang yang dengan
tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Juga
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara.
4
Upaya menekan kesempatan terjadinya korupsi bisa dilakukan dengan memperbaiki
sistem, misalnya dengan menerapkan sistem yang lebih akuntabel. Walaupun sistem
memegang peran penting terutama karena sifatnya yang lebih reliable, akan tetapi
tanpa dukungan individu yang bermoral tentunya hal ini akan sia-sia (Suprayitno,
2011). Pada penelitian penggunaan teori willingness and opportunity to corrupt akan
berfokus pada faktor opportunity atau kesempatan yang diwujudkan dalam sistem
pengendalian internal dan kapabilitas auditor internal.
2.5. Kesadaran Generasi Muda Tentang Perannya Sebagai Agent of Change dalam
Pencegahan Korupsi
Mahasiswa sebagai Generasi Muda diharapkan dapat tampil didepan menjadi
motor penggerak dalam konteks gerakan anti-korupsi. Mahasiswa memiliki kompetensi
dasar yang mendukung, seperti: intelegensia, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian
untuk menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut
mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mampu menyuarakan
kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu
menjadi watch dog lembaga-lembaga negara dan penegak hukum pemberantasan
Korupsi.
Korupsi merupakan kejahatan yang bukan hanya merugikan negara tetapi juga
masyarakat. Artinya keadilan dan kesejahteraan masyarakat sudah mulai terancam. Maka
saatnya mahasiswa sadar dan bertindak, dengan cara:
a. Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus
Hal ini terutama dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa yaitu
menanamkan kepada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak boleh melakukan
tindakan korupsi walaupun itu hanya tindakan sederhana, misalnya terlambat datang
ke kampus, menitipkan absen kepada teman jika tidak masuk atau memberikan uang
suap kepada para pihak pengurus beasiswa dan macam-macam tindakan lainnya.
Memang hal tersebut kelihatan sepele tetapi berdampak fatal pada pola pikir dan
7
dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan bahkan yang lebih parah adalah menjadi
sebuah karakter.
Upaya untuk menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di lingkungan
kampus adalah mahasiswa bisa membuat koperasi atau kantin jujur. Tindakan ini
diharapkan agar lebih mengetahui secara jelas signifikansi resiko korupsi di
lingkungan kampus. Mahasiswa juga bisa memberikan pendidikan kepada
masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi. Upaya mahasiswa ini misalnya
memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai bahaya melakukan tindakan
korupsi karena pada nantinya akan mengancam dan merugikan kehidupan
masyarakat sendiri. Serta menghimbau agar masyarakat ikut serta dalam
menindaklanjuti (berperan aktif) dalam memberantas tindakan korupsi yang terjadi
di sekitar lingkungan mereka.
b. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.
Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen
pengontrol dalam pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol
dan dikritisi jika dirasa kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada
keadilan dan kesejahteraan masyarakat dan semakin memperburuk kondisi
masyarakat. Misalnya dengan melakukan demo untuk menekan pemerintah atau
melakukan jajak pendapat untuk memperoleh hasil negosiasi yang terbaik.
c. Keikutsertaan Mahasiswa dalam Gerakan Anti Korupsi
Mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi empat wilayah, yaitu: di lingkungan keluarga, di lingkungan kampus, di
masyarakat sekitar, dan di tingkat lokal/nasional. Lingkungan keluarga dipercaya
dapat menjadi tolak ukur yang pertama dan utama bagi mahasiswa untuk menguji
apakah proses internalisasi anti korupsi di dalam diri mereka sudah terjadi.
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di lingkungan kampus tidak bisa
dilepaskan dari status mahasiswa sebagai peserta didik yang mempunyai kewajiban
ikut menjalankan visi dan misi kampusnya. Sedangkan keterlibatan mahasiswa
dalam gerakan anti korupsi di masyarakat dan di tingkat lokal/nasional terkait
dengan status mahasiswa sebagai seorang warga negara yang memunya hak dan
kewajiban yang sama dengan masyarakat lainnya.
8
2.6. Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi dalam Menumbuhkan Kesadaran Hukum
Generasi Muda Untuk Berperilaku Anti Koruptif
Pendidikan merupakan salah satu cara terbaik untuk membangun karakter menjadi
pribadi yang lebih berbudaya dan bermartabat. Oleh karena itu, pendidikan harus menjadi
landasan utama dalam pendidikan anti korupsi kaitannya dengan pencegahan korupsi.
Pendidikan anti korupsi bertujuan untuk mencegah korupsi sekaligus memberantasnya
dengan mendidik individu tentang perilaku antikorupsi (Dewi, 2023).
Pendidikan anti korupsi sangat penting untuk memberikan pengetahuan mengenai
nilai-nilai korupsi sebagai nilai-nilai yang dapat merugikan banyak pihak. Karakter
antikorupsi akan muncul dari kesadaran yang demikian. Pendidikan antikorupsi akan
mempertajam dan mengasah idealisme serta integritas generasi muda yang memandang
korupsi sebagai perbuatan melawan hukum yang harus segera diatasi dan diberantas
karena berpotensi menimbulkan kerugian materiil dan non materiil (Dewi, 2023).
Pendidikan anti korupsi tidak dirancang untuk memberantas korupsi, tetapi mencegah
dengan cara melatih orang untuk memiliki kesadaran berperilaku anti koruptif. Jika
generasi muda memiliki kesadaran untuk berperilaku anti koruptif, itu dapat membantu
pencegahan korupsi di masa yang akan datang.
Pelaksanaan pendidikan anti korupsi tidak akan bermanfaat atau tidak akan memiliki
kekuatan apabila belum terbentuk yang namanya budaya anti korupsi, maka dari itu
diperlukan adanya penekanan-penekanan kepada masyarakat terkhususnya generasi
muda mengenai nilai-nilai buruk yang terdapat dalam kejahatan korupsi. Dengan adanya
penekanan-penekanan tersebut, maka akan lebih cepat menumbuhkan karakter anti
korupsi yaitu budaya anti korupsi. Pendidikan anti korupsi dalam membentuk karakter
yang anti korupsi dapat menumbuhkan kesadaran hukum generasi muda melalui ide dan
juga integritas dalam menyadari bahwa kejahatan korupsi merupakan perbuatan atau
tindakan melawan hukum yang seharusnya dicegah dan ditindak. Meningkatkan
kesadaran hukum generasi muda juga sangat penting dilakukan untuk menanamkan nilai-
nilai hukum pada generasi muda tentang bagaimana peraturan-peraturan hukum tentang
kejahatan korupsi yang nantinya mampu ditegakkan (Saputra, 2022).
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Menurut Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, korupsi merupakan tindakan setiap
orang yang melawan hukum untuk melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan maupun perekonomian
negara. Bisa juga berkaitan dengan penyalahgunaan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan. Faktor penyebab terjadinya
perilaku korupsi karena adanya kemauan dan kesempatan. Oleh karena itu, untuk
menghindari perilaku korupsi perlu ditanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, peduli,
kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, kesederhanaan dan keadilan.
Sebagai mahasiswa peran dalam gerakan anti korupsi adalah agent of change dengan
cara menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus, menjadi alat pengontrol
terhadap kebijakan pemerintah, dan keikutsertaan mahasiswa dalam gerakan anti
korupsi.
3.2. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Kami hanyalah manusia biasa yang tak
luput dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat
diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Adiba Vara. (2021). Penanaman Nilai Anti Korupsi Di Kalangan Generasi Muda Sebagai Agen
Pembawa Perubahan. 5(3), 248–253.
Dewi, Ni Ketut D.F.Y. (2023). Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi dalam menumbuhkan
Budaya Anti Korupsi. Jurnal Ilmu Hukum Sui Generis, 3(1), 26-32.
Junita. Dizza. 2020. Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi. Sumber:
https://id.scribd.com/document/461438440/Makalah-Peran-Mahasiswa-dalam-
Gerakan-Anti-Korupsi (Diakses Jumat, 26 Januari 2024)
Miftakhunajah, A., & Hapsari, M. S. (2022). Peran Mahasiswa Sebagai Agent of Change
(Inisiator, Educator, Motivator, Implementori) dan Keterlibatan Mahasiswa dalam
Lingkungan Kampus, Keluarga, Masyarakat Nasional Internasional. Modul Program
Studi Diploma Tiga Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan, Politeknik Kesehatan
Kemenkes Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia, 6.
Pustha, Fabianus Wahyu Tri Buana dan Alfiansyah Fauzan. (2021). Faktor Yang
Mempengaruhi Pencegahan Dan Upaya Pemberantasan Korupsi. JMPIS: Jurnal
Pendidikan dan Ilmu Sosial. 2(2): 580-585 https://doi.org/10.38035/jmpis.v2i2
Saputra, I Komang Adi. (2022). Urgensi Pendidikan Anti Korupsi Pada Generasi Muda
Sebagai Agent Of Change Dalam Menumbuhkan Budaya Anti Korupsi Di Indonesia.
Ganesha Civic Education Journal, 4(1), 82-93.
Septia, Firda. 2021. Meningkatkan Kesadaran Untuk Berperilaku Anti Koruptif Berlandaskan
Sembilan Nilai Anti Koruptif. Kementerian Keuangan Republik Indonesia: KPKLN
Malang
Syed Hussain Alatas. 1987. Korupsi, Sifat, Sebab dan Fungsi (Jakarta: LP3ES, 1987)
11