Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI


“MENINGKATKAN KESADARAN GENERASI MUDA UNTUK BERPERILAKU
ANTI KORUPTIF MELALUI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI”

DOSEN PENGAMPU:
HERMIEN NUGRAHENI, SKM., M.Kes

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
4A3 REGULER
1. Amalia Nabilatuzzahro’ (P1337420620028)
2. Amanda Fitriani (P1337420620006)
3. Fitri Prihatini (P1337420620110)
4. Feby Kiranti Sukma (P1337420620026)
5. Mafi Musykilah Dwi C (P1337520620041)
6. Safrina Faramadina (P1337520620080)
7. Shofa Tiara Mahali N (P1337420620122)
8. Yoga Utama Mustika D (P1337420620016)
9. Zsa-zsa Ardelia Apta (P1337420620093)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Aaaalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah- Nya dan telah memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu,
tenaga, maupun pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah mengenai
topik “Meningkatkan Kesadaran Generasi Muda Untuk Berperilaku Anti Koruptif
Melalui Pendidikan Anti Korupsi” dengan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,
penyusun mengucapkan terimakasih kepada Ibu Hermien Nugraheni, SKM., M.Kes selaku
Dosen Mata Kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi atas bimbingan dan pengarahan yang
telah diberikan kepada penyusun dalam mengerjakan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 26 Januari 2024


Penulis

Kelompok 2 Reguler

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3. Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
2.1. Pengertian Korupsi .............................................................................................. 3
2.2. Faktor Penyebab Perilaku Korupsi ..................................................................... 4
2.3. Nilai-nilai Anti Korupsi ...................................................................................... 5
2.4. Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi ................................................ 6
2.5. Kesadaran Generasi Muda Tentang Perannya Sebagai Agent of Change dalam
Pencegahan Korupsi ............................................................................................ 7
2.6. Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi dalam Menumbuhkan Kesadaran Hukum
Generasi Muda Untuk Berperilaku Anti Koruptif .............................................. 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 10
3.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 10
3.2. Saran.................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Korupsi telah menjadi perhatian semua pihak pada saat ini. Korupsi pun menjadi
permasalahan yang sungguh serius di negeri ini. Kasus korupsi sudah tidak terhitung lagi
jumlahnya. Berkembang dengan pesat, meluas dimana–mana, dan terjadi secara
sistematis dengan rekayasa yang canggih dan memanfaatkan teknologi modern. Kasus
terjadinya korupsi dari hari kehari kian marak. Pencegahan dan pemberantasan korupsi
di Indonesia saat ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 dan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi. Dengan
demikian pada prinsipnya pencegahan dan pemberantasan korupsi telah menjadi
komitmen bangsa Indonesia. Komitmen ini ditunjukkan dengan penyelenggaraan
pemberantasan tindak pidana korupsi secara represif dengan menegakkan Undang-
Undang Tindak Pidana Korupsi serta dengan membentuk suatu lembaga yang secara
khusus diadakan untuk mencegah dan memberantas korupsi yaitu Komisi Pemberantasan
Korupsi atau KPK. Upaya pemberantasan korupsi pun sudah dilakukan sejak lama
dengan menggunakan berbagai cara.
Upaya pemberantasan korupsi semata-mata hanya lewat penuntutan korupsi,
padahal yang perlu saat sekarang ini adalah kesadaran setiap orang untuk taat pada
undang-undang korupsi. Bangsa Indonesia sekarang butuh penerus bangsa yang
berakhlak mulia, dalam artian mempunyai sikap dan perilaku yang baik. Kesadaran
tersebut membuat pemerintah memutar otak untuk bagaimana menciptakan hal tersebut.
Lebih khusus kepada penanaman nilai anti korupsi pada setiap individu putra bangsa.
Namun masalahnya adalah membentuk hal tersebut tidaklah mudah seperti membalikkan
telapak tangan. Upaya pencegahan budaya korupsi di masyarakat terlebih dahulu dapat
dilakukan dengan mencegah berkembangnya mental korupsi pada anak bangsa Indonesia
melalui pendidikan. Semangat anti korupsi yang patut menjadi kajian adalah penanaman
pola pikir, sikap, dan perilaku anti korupsi melalui sekolah, karena sekolah adalah proses
pembudayaan.
Peran aktif mahasiswa diharapkan lebih difokuskan pada upaya pencegahan
korupsi dengan dengan ikut membangun budaya anti korupsi di masyarakat. Mahasiswa
diharapkan dapat berperan aktif sebagai agen perubahan gerakan anti korupsi di
1
masyarakat. Untuk dapat berperan aktif mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan
yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya. Yang tidak kalah
penting, untuk dapat berperan aktif mahasiswa harus dapat memahami dan menerapkan
nilai-nilai anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari. Upaya pembekalan mahasiswa dapat
ditempuhdengan berbagai cara antara lain melalui kegiatan sosialisasi, kampanye,
seminar atau perkuliahan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dirumuskan masalah
penelitian yaitu bagaimana meningkatkan kesadaran generasi muda untuk berperilaku
anti koruptif melalui pendidikan anti korupsi?

1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian korupsi.
b. Untuk mengetahui dan memahami faktor yang menyebabkan perilaku korupsi.
c. Untuk mengetahui dan memahami nilai-nilai anti korupsi.
d. Untuk menerapkan peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi.
e. Untuk membentuk kesadaran generasi muda tentang perannya sebagai Agent Of
Change dalam pencegahan korupsi.
f. Untuk memahami pentingnya pendidikan anti korupsi dalam menumbuhkan
kesadaran hukum generasi muda untuk berperilaku anti koruptif.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Korupsi


Pengertian korupsi dapat ditinjau dalam berbagai macam perspektif. Pada
hakekatnya korupsi dapat terjadi dari segi kehidupan mana pun, tidak hanya pada
pemerintahan, sehingga menimbulkan pengertian korupsi yang bermacam-macam.
Dalam arti yang luas, pengertian korupsi adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk
keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah/pemerintahan rentan korupsi dalam
praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya.
Dikutip dari Say No to Korupsi (2012) karya Juni Sjafrien Jahja, kata korupsi dari
bahasa Latin corruptio atau corruptus yang berasal dari bahasa Latin yang lebih tua
corrumpere. Istilah korupsi dalam bahasa Inggris corruption dan corrupt, dalam bahasa
Perancis corruption dan dalam bahasa Belanda corruptie yang menjadi kata korupsi
dalam bahasa Indonesia.
Henry Campbell Black dalam Black's Law Dictionary menjabarkan korupsi adalah
perbuatan yang dilakukan dengan maksud memberikan beberapa keuntungan yang
bertentangan dengan tugas dan hak orang lain. Perbuatan seorang pejabat atau seorang
pemegang kepercayaan yang secara bertentangan dengan hukum, secara keliru
menggunakan kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri atau
untuk orang lain, bertentangan dengan tugas dan hak orang lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan tentang pengertian
istilah korup (kata sifat) dan korupsi (kata benda). Korup adalah buruk, rusak, busuk.
Arti lain korup adalah suka memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya; dapat
disogok (memakai kekuasannya untuk kepentingan pribadi). Mengkorup adalah
merusak, menyelewengkan (menggelapkan) barang (uang) milik perusahaan (negara)
tempat kerjanya. Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara
(perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Mengkorupsi
adalah menyelewengkan atau menggelapkan (uang dan sebagainya).

3
Menurut Kamus Oxford, korupsi adalah perilaku tidak jujur atau ilegal, terutama
dilakukan orang yang berwenang. Arti lain korupsi adalah tindakan atau efek dari
membuat seseorang berubah dari standar perilaku moral menjadi tidak bermoral.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, korupsi adalah tindakan
setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara. Korupsi juga diartikan sebagai tindakan setiap orang yang dengan
tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Juga
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara.

2.2. Faktor Penyebab Perilaku Korupsi


Menurut Teori Willingness and Opportunity, korupsi terjadi karena adanya kemauan
(willingness) dan kesempatan (opportunity).
a. Kemauan
Kemauan merupakan faktor internal yang berupa pendorong seseorang
melakukan korupsi karena kebutuhan atau keserakahan, sedangkan kesempatan
merupakan faktor eksternal yang berupa kelemahan sistem pengendalian internal
atau kurangnya pengawasan. Jika kedua hal tersebut terjadi secara bersamaan maka
akan menyebabkan tindakan korupsi (Zachrie & Wijayanto, 2009) Dari sisi internal,
manusia sejak lahir terlah memiliki sikap untuk mengutamakan diri sendiri atau
selfish. Selfish merupakan awal munculnya sifat greed atau serakah yang merupakan
akar dari mentalitas korup (Suprayitno, 2011). Keinginan untuk korup merupakan
refleksi dari kualitas moral masingmasing individu. Dari sisi reliabilitas, upaya
pemberantasan korupsi yang menitikberatkan pada pembangunan moral saja sudah
tidak reliabel. Selain berfluktuasi, kualitas moral seseorang dapat berubah secara
drastis seiring dengan berjalannya waktu. Dari sisi eksternal, kesempatan merupakan
faktor kedua yang memungkinkan korupsi terjadi.
b. Kesempatan
Kesempatan tergantung pada kondisi sistem yang ada. Apabila sistem yang
sudah ada lemah maka akan banyak peluang terjadinya korupsi, sebaliknya jika
sistem yang tertata dengan baik tidak akan terjadi korupsi (Andria et al., 2020).

4
Upaya menekan kesempatan terjadinya korupsi bisa dilakukan dengan memperbaiki
sistem, misalnya dengan menerapkan sistem yang lebih akuntabel. Walaupun sistem
memegang peran penting terutama karena sifatnya yang lebih reliable, akan tetapi
tanpa dukungan individu yang bermoral tentunya hal ini akan sia-sia (Suprayitno,
2011). Pada penelitian penggunaan teori willingness and opportunity to corrupt akan
berfokus pada faktor opportunity atau kesempatan yang diwujudkan dalam sistem
pengendalian internal dan kapabilitas auditor internal.

2.3. Nilai-nilai Anti Korupsi


a. Kejujuran
Kata kejujuran dapat didefinisikan sebagai blak-blakan, tidak berbohong dan
tidak curang. Kejujuran adalah sikap antara perkataan dan perbuatan, tanpa tipu
daya. Nilai kejujuran menjadi dasar awal pencegahan praktik korupsi dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Peduli
Berusaha mengembangkan sikap peduli sangat penting di kalangan generasi
muda. Seseorang perlu peduli dengan proses pengajaran kampus atau sekolah,
mengelola sumber daya secara efektif dan efisien. Sebagai contoh kepedulian kita
terhadap korban bullying.
c. Kemandirian
Kemandirian penting bagi masa depan, generasi muda harus mengatur
kehidupannya dengan baik, oleh siapa dia bertanggung jawab, karena itu tidak
mungkin orang yang tidak mandiri (self-regulating) akan mampu mengatur hidup
orang lain.
d. Disiplin
Disiplin adalah kebiasaan dan tindakan, konsisten dengan segala sesuatu bentuk
peraturan dan tata tertib yang berlaku di suatu tempat.
e. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kesadaran seseorang akan tindakan yang dilakukan,
baik disengaja maupun tidak dengan sengaja. Tanggung jawab ini berupa realisasi
dan kesadaran kewajiban untuk menerima dan menyelesaikan semua masalah.
Sebagai contoh tanggung jawab kepada tuhan, diri sendiri, orangtua, masyarakat,
bangsa dan negara.
5
f. Kerja keras
Penting untuk mendapatkan hasil sasaran pertandingan. Tapi tidak peduli
seberapa keras anda mencoba jika tidak ada ilmu maka akan sia-sia. Dengan
pendidikan generasi muda akan dibekali dengan ilmu, Dimana nilai-nilai tersebut
dapat diimplementasikan dalam kehidupan.
g. Kesederhanaan
Cara hidup sederhana adalah orang yang terbiasa hidup tanpa pemborosan,
hidup sesuai kemampuan kita dan jangan khawatir tentang makanan dan pakaian.
Membina generasi muda dengan menerapkan prinsip hidup sederhana dengan
maksud kebutuhan lebih diutamakan daripada keinginan.
h. Keadilan
Dalam arti harfiah, keadilan adalah sama, tidak berat sebelah dan tidak
memihak. Generasi muda diharapkan dapat membuat Keputusan yang lebih tepat
terkait masalah.

2.4. Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi


Sejak dulu telah terbukti peran mahasiswa sebagai motor penggerak dalam
peristiwa-peristiwa besar, bermula dari Kebangkitan Nasional tahun 1908, Sumpah
Pemuda tahun 1928, Proklamasi Kemerdekaan NKRI tahun 1945, lahirnya Orde Baru
tahun 1966, hingga Orde Reformasi tahun 1998. Hal ini menjadi bukti keampuhan
gerakan mahasiswa sebagai agen perubahan. Peran penting mahasiswa tersebut tidak
dapat dilepaskan dari karakteristik yang dimiliki, yaitu intelektualitas yang tinggi, jiwa
muda yang penuh semangat, dan idealisme yang murni. Selain itu, peran ini sangat terkait
dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat. Demikian pula dalam memandang persoalan bangsa ini, terutama
terkait korupsi, mahasiswa patut menjadi garda terdepan gerakan antikorupsi. Mahasiswa
dapat berperan nyata melalui edukasi dan kampanye, yang merupakan salah satu strategi
pemberantasan korupsi yang sifatnya represif. Melalui program edukasi dan kampanye
dapat dibangun perilaku dan budaya antikorupsi antar sesama mahasiswa atau jenjang
lebih rendah lagi, yaitu taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah.
Program edukasi dilakukan melalui banyak kegiatan, seperti pembuatan bahan ajar
pendidikan dan budaya antikorupsi, materi pendidikan dan budaya antikorupsi
dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan, dan pembentukan pusat studi antikorupsi
6
di kampus. Program kampanye dapat dilakukan melalui media cetak, media elektronik,
media daring (online), perlombaan/sayembara, termasuk modifikasi program kuliah
kerja nyata (KKN). Apa pun bakat mahasiswa dalam edukasi dan kampanye dapat
dijadikan pintu masuk untuk kampanye gerakan antikorupsi. Kegiatan ini dapat
dimasukkan melalui aneka bakat seni yang dimiliki oleh mahasiswa, seperti menyanyi,
menciptakan lagu antikorupsi, seni drama, atau juga kemampuan menulis. Selain itu,
organisasi-organsasi mahasiswa seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan
Mahasiswa (Hima), dan unit-unit kegiatan dapat menjadi contoh komitmen penegakan
integritas dalam berorganisasi. Bukanlah hal yang mengejutkan jika praktik-praktik
korupsi juga menjalari organisasi-organisasi mahasiswa sehingga hal ini pun harus
dicegah sejak dini ketika mahasiswa juga dapat mengontrol organisasi yang dikelola di
antara mereka

2.5. Kesadaran Generasi Muda Tentang Perannya Sebagai Agent of Change dalam
Pencegahan Korupsi
Mahasiswa sebagai Generasi Muda diharapkan dapat tampil didepan menjadi
motor penggerak dalam konteks gerakan anti-korupsi. Mahasiswa memiliki kompetensi
dasar yang mendukung, seperti: intelegensia, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian
untuk menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut
mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mampu menyuarakan
kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu
menjadi watch dog lembaga-lembaga negara dan penegak hukum pemberantasan
Korupsi.
Korupsi merupakan kejahatan yang bukan hanya merugikan negara tetapi juga
masyarakat. Artinya keadilan dan kesejahteraan masyarakat sudah mulai terancam. Maka
saatnya mahasiswa sadar dan bertindak, dengan cara:
a. Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus
Hal ini terutama dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa yaitu
menanamkan kepada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak boleh melakukan
tindakan korupsi walaupun itu hanya tindakan sederhana, misalnya terlambat datang
ke kampus, menitipkan absen kepada teman jika tidak masuk atau memberikan uang
suap kepada para pihak pengurus beasiswa dan macam-macam tindakan lainnya.
Memang hal tersebut kelihatan sepele tetapi berdampak fatal pada pola pikir dan
7
dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan bahkan yang lebih parah adalah menjadi
sebuah karakter.
Upaya untuk menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di lingkungan
kampus adalah mahasiswa bisa membuat koperasi atau kantin jujur. Tindakan ini
diharapkan agar lebih mengetahui secara jelas signifikansi resiko korupsi di
lingkungan kampus. Mahasiswa juga bisa memberikan pendidikan kepada
masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi. Upaya mahasiswa ini misalnya
memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai bahaya melakukan tindakan
korupsi karena pada nantinya akan mengancam dan merugikan kehidupan
masyarakat sendiri. Serta menghimbau agar masyarakat ikut serta dalam
menindaklanjuti (berperan aktif) dalam memberantas tindakan korupsi yang terjadi
di sekitar lingkungan mereka.
b. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.
Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen
pengontrol dalam pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol
dan dikritisi jika dirasa kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada
keadilan dan kesejahteraan masyarakat dan semakin memperburuk kondisi
masyarakat. Misalnya dengan melakukan demo untuk menekan pemerintah atau
melakukan jajak pendapat untuk memperoleh hasil negosiasi yang terbaik.
c. Keikutsertaan Mahasiswa dalam Gerakan Anti Korupsi
Mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi empat wilayah, yaitu: di lingkungan keluarga, di lingkungan kampus, di
masyarakat sekitar, dan di tingkat lokal/nasional. Lingkungan keluarga dipercaya
dapat menjadi tolak ukur yang pertama dan utama bagi mahasiswa untuk menguji
apakah proses internalisasi anti korupsi di dalam diri mereka sudah terjadi.
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di lingkungan kampus tidak bisa
dilepaskan dari status mahasiswa sebagai peserta didik yang mempunyai kewajiban
ikut menjalankan visi dan misi kampusnya. Sedangkan keterlibatan mahasiswa
dalam gerakan anti korupsi di masyarakat dan di tingkat lokal/nasional terkait
dengan status mahasiswa sebagai seorang warga negara yang memunya hak dan
kewajiban yang sama dengan masyarakat lainnya.

8
2.6. Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi dalam Menumbuhkan Kesadaran Hukum
Generasi Muda Untuk Berperilaku Anti Koruptif
Pendidikan merupakan salah satu cara terbaik untuk membangun karakter menjadi
pribadi yang lebih berbudaya dan bermartabat. Oleh karena itu, pendidikan harus menjadi
landasan utama dalam pendidikan anti korupsi kaitannya dengan pencegahan korupsi.
Pendidikan anti korupsi bertujuan untuk mencegah korupsi sekaligus memberantasnya
dengan mendidik individu tentang perilaku antikorupsi (Dewi, 2023).
Pendidikan anti korupsi sangat penting untuk memberikan pengetahuan mengenai
nilai-nilai korupsi sebagai nilai-nilai yang dapat merugikan banyak pihak. Karakter
antikorupsi akan muncul dari kesadaran yang demikian. Pendidikan antikorupsi akan
mempertajam dan mengasah idealisme serta integritas generasi muda yang memandang
korupsi sebagai perbuatan melawan hukum yang harus segera diatasi dan diberantas
karena berpotensi menimbulkan kerugian materiil dan non materiil (Dewi, 2023).
Pendidikan anti korupsi tidak dirancang untuk memberantas korupsi, tetapi mencegah
dengan cara melatih orang untuk memiliki kesadaran berperilaku anti koruptif. Jika
generasi muda memiliki kesadaran untuk berperilaku anti koruptif, itu dapat membantu
pencegahan korupsi di masa yang akan datang.
Pelaksanaan pendidikan anti korupsi tidak akan bermanfaat atau tidak akan memiliki
kekuatan apabila belum terbentuk yang namanya budaya anti korupsi, maka dari itu
diperlukan adanya penekanan-penekanan kepada masyarakat terkhususnya generasi
muda mengenai nilai-nilai buruk yang terdapat dalam kejahatan korupsi. Dengan adanya
penekanan-penekanan tersebut, maka akan lebih cepat menumbuhkan karakter anti
korupsi yaitu budaya anti korupsi. Pendidikan anti korupsi dalam membentuk karakter
yang anti korupsi dapat menumbuhkan kesadaran hukum generasi muda melalui ide dan
juga integritas dalam menyadari bahwa kejahatan korupsi merupakan perbuatan atau
tindakan melawan hukum yang seharusnya dicegah dan ditindak. Meningkatkan
kesadaran hukum generasi muda juga sangat penting dilakukan untuk menanamkan nilai-
nilai hukum pada generasi muda tentang bagaimana peraturan-peraturan hukum tentang
kejahatan korupsi yang nantinya mampu ditegakkan (Saputra, 2022).

9
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Menurut Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, korupsi merupakan tindakan setiap
orang yang melawan hukum untuk melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan maupun perekonomian
negara. Bisa juga berkaitan dengan penyalahgunaan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan. Faktor penyebab terjadinya
perilaku korupsi karena adanya kemauan dan kesempatan. Oleh karena itu, untuk
menghindari perilaku korupsi perlu ditanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, peduli,
kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, kesederhanaan dan keadilan.
Sebagai mahasiswa peran dalam gerakan anti korupsi adalah agent of change dengan
cara menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus, menjadi alat pengontrol
terhadap kebijakan pemerintah, dan keikutsertaan mahasiswa dalam gerakan anti
korupsi.

3.2. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Kami hanyalah manusia biasa yang tak
luput dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat
diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Adiba Vara. (2021). Penanaman Nilai Anti Korupsi Di Kalangan Generasi Muda Sebagai Agen
Pembawa Perubahan. 5(3), 248–253.

Dewi, Ni Ketut D.F.Y. (2023). Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi dalam menumbuhkan
Budaya Anti Korupsi. Jurnal Ilmu Hukum Sui Generis, 3(1), 26-32.

Junita. Dizza. 2020. Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi. Sumber:
https://id.scribd.com/document/461438440/Makalah-Peran-Mahasiswa-dalam-
Gerakan-Anti-Korupsi (Diakses Jumat, 26 Januari 2024)

Miftakhunajah, A., & Hapsari, M. S. (2022). Peran Mahasiswa Sebagai Agent of Change
(Inisiator, Educator, Motivator, Implementori) dan Keterlibatan Mahasiswa dalam
Lingkungan Kampus, Keluarga, Masyarakat Nasional Internasional. Modul Program
Studi Diploma Tiga Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan, Politeknik Kesehatan
Kemenkes Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia, 6.

Pustha, Fabianus Wahyu Tri Buana dan Alfiansyah Fauzan. (2021). Faktor Yang
Mempengaruhi Pencegahan Dan Upaya Pemberantasan Korupsi. JMPIS: Jurnal
Pendidikan dan Ilmu Sosial. 2(2): 580-585 https://doi.org/10.38035/jmpis.v2i2

Saputra, I Komang Adi. (2022). Urgensi Pendidikan Anti Korupsi Pada Generasi Muda
Sebagai Agent Of Change Dalam Menumbuhkan Budaya Anti Korupsi Di Indonesia.
Ganesha Civic Education Journal, 4(1), 82-93.

Septia, Firda. 2021. Meningkatkan Kesadaran Untuk Berperilaku Anti Koruptif Berlandaskan
Sembilan Nilai Anti Koruptif. Kementerian Keuangan Republik Indonesia: KPKLN
Malang

Syed Hussain Alatas. 1987. Korupsi, Sifat, Sebab dan Fungsi (Jakarta: LP3ES, 1987)

11

Anda mungkin juga menyukai