Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

M. Saiful Amin, M.Pd.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. Jihan Nopitasari (2286232037)
2. Putri Mulyani (2286232092)
3. Sri Wahyuni (2286232020)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NURUL HUDA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Pendidikan Anti Korupsi dengan judul “Faktor Penyebab Korupsi”
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam menyusun makalah ini. Terkhusus kepada bapak M. Saiful
Amin, M.Pd. selaku dosen pengampu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

OKU Timur, 14 Oktober 2022

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan......................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN 3
A. Teori-Teori Penyebab Korupsi.................................................................4
B. Penyebab Korupsi.....................................................................................5
C. Faktor Penyebab Korupsi.........................................................................7
D. Dampak Korupsi.....................................................................................11

BAB III PENUTUP............................................................................................... 12


A. Kesimpulan..........................................................................................12
B. Saran.....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Korupsi telah menjadi perhatian semua pihak pada saat ini. Bentuk
bentuk dan perwujudan korupsi jauh lebih banyak daripada kemampuan
untuk melukiskannya. Bahkan Korupsi dianggap biasa dan dimaklumi banyak
orang sehingga masyarakat sulit membedakan mana perbuatan korup dan
mana perbuatan yang tidak korup. Meskipun sudah ada komisi
pemberantasan korupsi (KPK) dan beberapa instansi antikorupsi lainnya,
faktanya negeri ini menduduki rangking teratas sebagai negara terkorup di
dunia.
Tindak korupsi di negeri ini bisa dikatakan mulai merajalela, bahkan
menjadi kebiasaan, dan yang lebih memprihatinkan adalah korupsi dianggap
biasa saja atau hal yang sepele. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah untuk mencegah terjadinya korupsi, namun tetap saja korupsi
menjadi hal yang sering terjadi. Memerangi korupsi bukan cuma menangkapi
koruptor. Sejarah mencatat, dari sejumlah kejadian terdahulu, sudah banyak
usaha menangkapi dan menjebloskan koruptor ke penjara. Era orde baru,
yang berlalu, kerap membentuk lembaga pemberangus korupsi. Mulai Tim
Pemberantasan Korupsi di tahun 1967, Komisi Empat pada tahun 1970,
Komisi Anti Korupsi pada 1970, Opstib di tahun 1977, hingga Tim
Pemberantas Korupsi. Nyatanya, penangkapan para koruptor tidak membuat
jera yang lain. Dan koruptor junior terus bermunculan.1
Upaya pemberantasan korupsi semata-mata hanya lewat penuntutan
korupsi, padahal yang perlu saat sekarang ini adalah kesadaran setiap orang
untuk taat pada undang-undang korupsi. Bangsa Indonesia sekarang butuh
penerus bangsa yang berakhlak mulia, dalam artian mempunyai sikap dan
perilaku yang baik. Kesadaran tersebut membuat pemerintah memutar otak

1
Handoyo, Eko. “Korupsi Dan Pembangunan.” Pemberatasan Korupsi Di Indonesia,78722 (2014)

1
untuk bagaimana menciptakan hal tersebut.Namun masalahnya adalah
Membentuk hal tersebut tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan.
Harapan segenap bangsa ini adalah dimana korupsi tidak akan terjadi
lagi digenerasi berikutnya. Lain sisi, penindakan korupsi sekarang ini belum
cukup dan belum mencapai sasaran, hingga pemberantasan korupsi perlu
ditambah dengan berbagai upaya di bidang pencegahan dan pendidikan.
Menanggapi masalah tersebut beberapa kalangan elemen masyarakat
mengungkapkan bahwa ada kekeliruan dalam upaya pemberantasan korupsi
oleh pemerintah, karena fokusnya hanya kepada menindak para koruptor.2]
Upaya pencegahan budaya korupsi dimasyarakat terlebih dahulu dapat
dilakukan dengan mencegah berkembangnya mental korupsi pada anak
bangsa Indonesia melalui pendidikan. Semangat antikorupsi yang patut
menjadi kajian adalah penanaman pola pikir, sikap, dan perilaku antikorupsi
melalui sekolah, karena sekolah adalah proses pembudayaan. Sedikit sekali
upaya untuk pencegahan korupsi, salah satunya yaitu lewat pendidikan
antikorupsi.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas diantarnya :
1. Teori-teori apa saja penyebab korupsi?
2. Penyebab apa saja yang mempengaruhi korupsi?
3. Komponen apa saja yang mempengarui faktor internal penyebab
korupsi?
4. Komponen apa saja yang mempengaruhi faktor eksternal penyebab
korupsi?
5. Apa dampak dari korupsi bagi masyarakat?

2
Yuliana, R. N. (2021). PEMBELAJARAN ANTIKORUPSI DI KALANGAN MAHASISWA.
BUDAYA ANTIKORUPSI MENURUT PERSPEKTIF MAHASISWA, 160.

2
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pada rumusan masalah diatas,maka tujuan penulisan
makalah diantara :
1. Untuk mengetahui persoalan korupsi yang timbul dinegara ini
2. Untuk mengetahui faktor faktor penyebab timbulnya perilaku korupsi
3. Untuk mengetahui dampak korupsi bagi negara

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori –Teori Penyebab Korupsi


Pengertian korupsi menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah setiap orang yang
secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.3 Praktik- praktik tindak pidana korupsi yang terjadi di
Indonesia hampir setiap hari diberitakan oleh media massa. Kenyataan
praktik penyebab korupsi yang terjadi di Indonesia bukan hanya melibatkan
personal, tetapi juga instansi politik dan hukum.
Berikut ini adalah Teori-Teori penyebab korupsi yang dihimpun dari
aclc.kpk.go.id:
Teori korupsi Jack Bologne GONE Theory
Faktor-faktor penyebab korupsi adalah keserakahan (greed),
kesempatan (opportunity), kebutuhan (needs), dan pengungkapan (expose).
Keserakahan berpotensi dimiliki setiap orang dan berkaitan dengan individu
pelaku korupsi. Organisasi, instansi, atau masyarakat luas dalam keadaan
tertentu membuka Faktor Kesempatan melakukan kecurangan. Faktor
kebutuhan erat dengan individu-individu untuk menunjang hidupnya yang
wajar. Dan, faktor pengungkapan berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi
yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan
melakukan kecurangan.
1. Teori Korupsi Robert Klitgaard CDMA Theory
Korupsi terjadi karena adanya faktor kekuasaan dan monopoli yang
tidak dibarengi dengan akuntabilitas.

3
Iqbal, M., & Iryanti, I. (2022). TINDAK PIDANA KORUPSI BIDANG KONSTRUKSI DI
TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN
TINDAK PIDANA KORUPSI. KODIFIKASI, 4(2), 13-20.

4
2. Teori Korupsi Donald R. Cressey Fraud Triangle Theory
Tiga faktor yang berpengaruh terhadap fraud (kecurangan) adalah
kesempatan, motivasi, dan rasionalisasi. Ketiga faktor tersebut memiliki
derajat yang sama besar untuk saling mempengaruhi.
3. Teori Cost-Benefit Model
Menurut teori ini, korupsi terjadi jika manfaat korupsi yang didapat
dirasakan lebih besar dari biaya/risikonya (Nilai Manfaat Bersih Korupsi)
4. Teori Willingness and Opportunity to Corrupt
Korupsi terjadi jika terdapat kesempatan/peluang (kelemahan
sistem pengawasan kurang. Dan sebagainya) dan niat/keinginan (didorong
karena kebutuhan & keserakahan).Berdasarkan motivasi pelaku, korupsi
dapat dibedakan menjadi lima. Yakni, korupsi karena kebutuhan, korupsi
karena ada peluang, korupsi karena ingin memperkaya diri sendiri, korupsi
karena ingin menjatuhkan pemerintah, dan korupsi karena ingin
menguasai suatu negara .(Abdullah Hehamahua, makalah semiloka
“Wajah Pemberantasan Korupsi di Indonesia Hari Ini.”).

B. Penyebab Korupsi
Tindakan korupsi dilakukan oleh seseorang dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya faktor sosial, ekonomi, politik, hukum dan
pendidikan. Penyebab utama melakukan tindakan korupsi karena ada faktor
dalam diri seseorang yang mendorong, seperti sifat yang tidak pernah merasa
puas, merasa iri pada orang lain bahkan karena kebutuhan yang sangat
mendesak.4Ada beberapa penyebab terjadinya korupsi adalah sebagai
berikut :
1. Lemahnya pendidikan agama dan etika.
2. Kolonialisme. Suatu pemerintah asing tidak menggugah kesetiaan dan
kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi.
4
Syarief, R. A. O., & Prastiyo, D. (2018). Korupsi Kolektif (Korupsi Berjamaah) di Indonesia:
Antara Faktor Penyebab dan Penegak Hukum. Jurnal Hukum Respublica, 18(1), 1-13.

5
3. Kurangnya pendidikan. Namun kenyataannya sekarang kasus-kasus
korupsi di lakukan oleh para koruptor yang memiliki kemampuan
intelektual yang tinggi, terpelajar, dan terpandang sehingga alasan ini
dapat dikatakan kurang tepat.
4. Kemiskinan. Pada kasus korupsi yang merebak di Indonesia, para
pelakunya bukan didasari oleh kemiskinan melainkan keserahkahan,
sebab mereka bukanlah dari kalangan yang tidak mampu melainkan para
konglomerat.
5. Tidak adanya sanksi yang keras.
6. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk pelaku antikorupsi.
7. Struktur pemerintahan.
8. Perubahan radikal. Pada saat sistem nilai mengalami perubahan radikal,
korupsi mucul sebagai suatu penyakit transisional.
9. Keadaan masyarakat.
Korupsi dalam suatu birokasi bisa mencerminkan keadaan masyarakat
secara keseluruhan. Penyebab dari tindakan korupsi yang dilakukan oleh
seseorang berbeda-beda. Korupsi di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal,
di antaranya:
1. Warisan dari pemerintah kolonial Belanda.
2. Korupsi disebabkan oleh kemiskinan, ketidaksamaan dan ketidakmerataan.
3. Gaji yang rendah.
4. Persepsi yang popular bahwa korupsi itu sudah dilakukan banyak orang,
sementara pelakunya hanya mendapatkan sangsi ringan.
5. Pengaturan yang bertele-tele.
6. Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.
Penyebab dari tindakan korupsi yang telah diuraikan diatas terdapat
kesaamaan dari kedua ahli yaitu kurangnya pengetahuan, kemiskinan, hukum
yang tidak tegas, dan kolonialisme. Macam-macam penyebab korupsi yang
telah dijelaskan merupakan penyebab yang sangat kompleks, yang seharusnya

6
dapat dicegah agar mengurangi bahkan memberantas tindakan korupsi.
Korupsi merupakan salah satu penyakit sosial yang menyebabkan kerusakan
moral pada diri seseorang.

C. Faktor Penyebab Korupsi


Ketika perilaku materialistik dan konsumtif masyarakat serta
sistem politik yang masih mendewakan materi, maka dapat memaksa
terjadinya permainan uang dan korupsi. Korupsi akan terus
berlangsung selama masih terdapat kesalahan tentang cara memandang
kekayaan. Semakin banyak orang salah dalam memandang kekayaan,
semakin besar pula kemungkinan orang melakukan kesalahan dalam
mengakses kekayaan. Adapun faktor penyebab korupsi ini dibedakan
menjadi 2, yaitu faktor internal dan eksternal. 5
1. Faktor Internal Korupsi
a. Sifat serakah/tamak/rakus manusia
Keserakahan dan tamak adalah sifat yang membuat seseorang
selalu tidak merasa cukup atas apa yang dimiliki, selalu ingin lebih.
Dengan sifat tamak, seseorang menjadi berlebihan mencintai harta.
Padahal bisa jadi hartanya sudah banyak atau jabatannya sudah
tinggi. Dominannya sifat tamak membuat seseorang tidak lagi
memperhitungkan halal dan haram dalam mencari rezeki. Sifat ini
menjadikan korupsi adalah kejahatan yang dilakukan para
profesional, berjabatan tinggi, dan hidup berkecukupan. 6
b. Gaya hidup konsumtif
Sifat serakah ditambah gaya hidup yang konsumtif menjadi
faktor pendorong internal korupsi. Gaya hidup konsumtif misalnya
membeli barang-barang mewah dan mahal atau mengikuti tren
kehidupan perkotaan yang serba glamor. Korupsi bisa terjadi jika

5
Yuwanto, Listoyo. “Profil koruptor berdasarkan tinjauan basic human values.” Integritas Jurnal
Antikorupsi 1.1 (2015): 1-11.
6
Suyatna, Uyat. “Evaluasi kebijakan tindak pidana korupsi di Indonesia.” Sosiohumaniora 22.3
(2020): 325-333.

7
seseorang melakukan gaya hidup konsumtif namun tidak diimbangi
dengan pendapatan yang memadai.

c. Moral yang lemah


Seseorang dengan moral yang lemah mudah tergoda untuk
melakukan korupsi. Aspek lemah moral misalnya lemahnya
keimanan, kejujuran, atau rasa malu melakukan tindakan korupsi.
Jika moral seseorang lemah, maka godaan korupsi yang datang akan
sulit ditepis. Godaan korupsi bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahan, atau pihak lain yang memberi kesempatan untuk
melakukannya.
2. Faktor Penyebab Eksternal
a. Aspek Sosial
Kehidupan sosial seseorang berpengaruh dalam mendorong
terjadinya korupsi, terutama keluarga. Bukannya mengingatkan atau
memberi hukuman, keluarga malah justru mendukung seseorang
korupsi untuk memenuhi keserakahan mereka. Aspek sosial lainnya
adalah nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung korupsi.
Misalnya, masyarakat hanya menghargai seseorang karena kekayaan
yang dimilikinya atau terbiasa memberikan gratifikasi kepada
pejabat. 
Dalam means-ends scheme yang diperkenalkan Robert
Merton, korupsi merupakan perilaku manusia yang diakibatkan oleh
tekanan sosial, sehingga menyebabkan pelanggaran norma-norma.
Menurut teori Merton, kondisi sosial di suatu tempat terlalu menekan
sukses ekonomi tapi membatasi kesempatan-kesempatan untuk
mencapainya, menyebabkan tingkat korupsi yang tinggi.7 Teori
korupsi akibat faktor sosial lainnya disampaikan oleh Edward

7
Afkar, Taudlikhul, Johan W. Wicaksono, and Ani Faujiah. “ Mendesain Akuntansi Anti
Korupsi.” (2016).

8
Banfeld. Melalui teori partikularisme, Banfeld mengaitkan korupsi
dengan tekanan keluarga. Sikap partikularisme merupakan perasaan
kewajiban untuk membantu dan membagi sumber pendapatan kepada
pribadi yang dekat dengan seseorang, seperti keluarga, sahabat,
kerabat atau kelompoknya. Akhirnya terjadilah nepotisme yang bisa
berujung pada korupsi.8
b. Aspek Politik
Keyakinan bahwa politik untuk memperoleh keuntungan yang
besar menjadi faktor eksternal penyebab korupsi. Tujuan politik
untuk memperkaya diri pada akhirnya menciptakan money politics.
Dengan money politics, seseorang bisa memenangkan kontestasi
dengan membeli suara atau menyogok para pemilih atau anggota-
anggota partai politiknya.Pejabat yang berkuasa dengan politik uang
hanya ingin mendapatkan harta, menggerus kewajiban utamanya
yaitu mengabdi kepada rakyat. Melalui perhitungan untung-rugi,
pemimpin hasil money politics tidak akan peduli nasib rakyat yang
memilihnya, yang terpenting baginya adalah bagaimana ongkos
politiknya bisa kembali dan berlipat ganda.9 Balas jasa politik seperti
jual beli suara di DPR atau dukungan partai politik juga mendorong
pejabat untuk korupsi. Dukungan partai politik yang mengharuskan
imbal jasa akhirnya memunculkan upeti politik. Secara rutin, pejabat
yang terpilih membayar upeti ke partai dalam jumlah besar, memaksa
korupsi.
c. Aspek Hukum
Hukum sebagai faktor penyebab korupsi bisa dilihat dari dua
sisi, sisi perundang-undangan dan lemahnya penegakan hukum.
Koruptor akan mencari celah di perundang-undangan untuk bisa
melakukan aksinya. Selain itu, penegakan hukum yang tidak bisa

8
Abdurrahman, Abdurrahman . “Proteksi Dini Penyakit Korupsi Berbasis Syariah.” KARSA:
Journal of Social and islamic Culture (2010): 58-67.
9
Sjafrina, A. G. P. (2019). Dampak politik uang terhadap mahalnya biaya pemenangan pemilu dan
korupsi politik. Integritas: Jurnal Antikorupsi, 5(1), 43-53.

9
menimbulkan efek jera akan membuat koruptor semakin berani dan
korupsi terus terjadi. Hukum menjadi faktor penyebab korupsi jika
banyak produk hukum yang tidak jelas aturannya, pasal-pasalnya
multitafsir, dan ada kecenderungan hukum dibuat
untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu.10 Sanksi yang tidak
sebanding terhadap pelaku korupsi, terlalu ringan atau tidak tepat
sasaran, juga membuat para pelaku korupsi tidak segan-segan
menilap uang negara.
d. Aspek Ekonomi
Faktor ekonomi sering dianggap sebagai penyebab utama
korupsi. Di antaranya tingkat pendapatan atau gaji yang tak cukup
untuk memenuhi kebutuhan. Fakta juga menunjukkan bahwa korupsi
tidak dilakukan oleh mereka yang gajinya pas-pasan. Korupsi dalam
jumlah besar justru dilakukan oleh orang-orang kaya dan
berpendidikan tinggi. Banyak kita lihat pemimpin daerah atau
anggota DPR yang ditangkap karena korupsi. Mereka korupsi bukan
karena kekurangan harta, tapi karena sifat serakah dan moral yang
buruk.
Di negara dengan sistem ekonomi monopolistik, kekuasaan
negara dirangkai sedemikian rupa agar menciptakan kesempatan-
kesempatan ekonomi bagi pegawai pemerintah untuk meningkatkan
kepentingan mereka dan sekutunya. Kebijakan ekonomi
dikembangkan dengan cara yang tidak partisipatif, tidak transparan
dan tidak akuntabel
e. Aspek Organisasi
Faktor eksternal penyebab korupsi lainnya adalah organisasi
tempat koruptor berada. Biasanya, organisasi ini memberi andil
terjadinya korupsi, karena membuka peluang atau kesempatan.
Misalnya tidak adanya teladan integritas dari pemimpin, kultur yang

10
Anggraeni, R. (2011). Pengusungan Pola Pikir Provitisme hukum Dalam Perkara Korupsi.
Jurnal Yudisial, 4(3), 262-278.

10
benar, kurang memadainya sistem akuntabilitas, atau lemahnya
sistem pengendalian manajemen. Organisasi bisa mendapatkan
keuntungan dari korupsi para anggotanya yang menjadi birokrat dan
bermain di antara celah-celah peraturan. Partai politik misalnya,
menggunakan cara ini untuk membiayai organisasi mereka.
Pencalonan pejabat daerah juga menjadi sarana bagi partai politik
untuk mencari dana bagi kelancaran roda organisasi, pada akhirnya
terjadi money politics dan lingkaran korupsi kembali terjadi.11

D. Dampak Korupsi
Korupsi adalah hal yang konstan dalam masyarakat dan terjadi di
semua peradaban. Korupsi mewujud dalam berbagai bentuk serta
menyebabkan berbagai dampak, baik pada ekonomi dan masyarakat luas.
Berbagai penelitian maupun studi komprehensif soal dampak korupsi
terhadap ekonomi dan juga masyarakat luas telah banyak dilakukan hingga
saat ini. Hasilnya, korupsi jelas menimbulkan dampak negatif. Di antara
penyebab paling umum korupsi adalah lingkungan politik dan ekonomi, etika
profesional dan moralitas, serta kebiasaan, adat istiadat, tradisi dan
demografi.
Korupsi menghambat pertumbuhan ekonomi dan memengaruhi
operasi bisnis, lapangan kerja, dan investasi. Korupsi juga mengurangi
pendapatan pajak dan efektivitas berbagai program bantuan keuangan.
Tingginya tingkat korupsi pada masyarakat luas berdampak pada menurunnya
kepercayaan terhadap hukum dan supremasi hukum, pendidikan dan
akibatnya kualitas hidup, seperti akses ke infrastruktur hingga perawatan
kesehatan. Dampak masif korupsi dapat dirasakan dalam berbagai bidang
antara lain : Dampak ekonomi, Dampak sosial dan kemiskinan masyarakat
Dampak birokrasi pemerintahan, Dampak politik dan demokrasi Dampak

11
Handoyo, Eko. Pendidikan Antikorupsi. Penerbit Ombak, 2013.

11
terhadap penegakan hukum, Dampak terhadap pertahanan dan keamanan
Dampak kerusakan lingkungan.12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tindak pidana korupsi telah merusak sendi-sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Perbuatan kotor yang dilakukan para penyelenggara
negara dan pejabat negara itu bahkan lebih besar; yakni terampasnya hak-hak
rakyat dan masyarakat luas, hak menikmati pembangunan, hak hidup layak
karena mereka dililit kemiskinan, hak mendapat pendidikan yang ideal, dan
bahkan hak-hak dasar hidup lainnya yang mestinya didapatkan siapa pun.
Tindak pidana korupsi di Indonesia semakin banyak terjadi dan
memberikan dampak bagi rakyat. Rakyat harus menanggung akibat dari
tindak pidana korupsi. Pemiskinan koruptor dianggap sebagai terobosan baru
dalam menindak kasus tindak pidana korupsi. Konsep pemiskinan koruptor
dapat dijalankan dengan perampasan aset hasil tindak pidana korupsi dan
penggantian kerugian yang ditimbulkan akibat tindak pidana korupsi.13
Konsep pemiskinan koruptor ini dinilai mampu memberikan efek jera
sekaligus sebagai bentuk mengurangi tindak pidana korupsi.

B. Saran

12
Syauket, Amalia. “Buku Ajar Mata Kuliah” Pendidikan Anti Korupsi (Dalam Bingkai
Pencegahan Indonesia Bebas Korupsi).” (2021).
13
Prasetyo, Dessy Rochman. “Penyitaan dan Perampasan Aset Hasil Korupsi sebagai Upaya
Pemiskinan Koruptor.” DiH Jurnal Ilmu Hukum 12.24 (2016).

12
Seharusnya siapapun yang korupsi anggaran bencana dihukum
seberat-beratnya. Meskipun dari sisi regulasi ada celah korupsi, tetapi
sekiranya tidak ada satupun orang yang mencoba mengambil untung dari
kemalangan regulasi tersebut. Pemiskinan koruptor memang mendapat
sambutan positif dari banyak kalangan. Namun perlu dipertimbangkan lagi
mengenai pelaksanaannya. Nah, jadi perlu adanya rekonseptualisasi mengenai
konsep pemiskinan koruptor. Rekonseptualisasi dengan memberikan arahan
yang jelas bagi penegak hukum mengenai konsep pemiskinan koruptor,
sehingga pelaksanaan pemiskinan koruptor dapat dijalankan sebagai suatu
terobosan hukum yang memberikan efek jera dalam tindak pidana korupsi.
Perlu adanya suatu gerakan yang mendorong pelaksanaan pemiskinan
koruptor. Contohnya seperti pendidikan, pemahaman, penjelasan, integritas
dari para penegak hukum agar para penegak hukum di Indonesia
melaksanakan sanksi pidana pemiskinan koruptor dalam upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Abdurrahman . “Proteksi Dini Penyakit Korupsi Berbasis Syariah.”


KARSA: Journal of Social and islamic Culture (2010): 58-67.

Afkar, Taudlikhul, Johan W.Wicaksono, and Ani Faujiah. “Mendesain Akuntansi


Anti Korupsi” (2016).

Anggraeni, R. (2011). Pengusungan Pola Pikir Provitisme hukum Dalam Perkara


Korupsi. Jurnal Yudisial, 4(3), 262-278.

Handoyo, Eko. “Korupsi Dan Pembangunan.” Pemberatasan Korupsi Di


Indonesia,78722 (2014)

Handoyo, Eko. Pendidikan Antikorupsi. Penerbit Ombak, 2013.

Iqbal, m., & Iryanti, I. (20220. TINDAK PIDANA KORUPSI BIDANG


KONSTRUKSI DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 20 TAHUN
2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI.
KODIFIKASI, 4(2), 13-20.

Prasetyo, Dessy Rochman. “Penyitaan dan Perampasan Aset Hasil Korupsi


sebagai Upaya Pemiskinan Koruptor.” DiH Jurnal Ilmu Hukum 12.24
(2016).

Sjafrina, A. G. P. (2019). Dampak politik uang terhadap mahalnya biaya


pemenangan pemilu dan korupsi politik. Integritas: Jurnal Antikorupsi,
5(1), 43-53.

Suyatna, Uyat. “Evaluasi kebijakan tindak pidana korupsi di Indonesia.”


Sosiohumaniora 22.3 (2020): 325-333.

14
Syarief, R. A. O., & Prasetyo, D. (2018). Korupsi Kolektif (Korupsi Berjamaah)
di Indonesia: Antara Faktor Penyebab dan Penegak Hukum. Jurnal Hukum
Respublica, 18(1), 1-13.

Syauket, Amalia. “Buku Ajar Mata Kuliah” Pendidikan Anti Korupsi (Dalam
Bingkai Penvegahan Indonesia Bebas Korupsi). (2021).

Yuliana, R. N. (2021). PEMBELAJARAN ANTIKORUPSI DI KALANGAN


MAHASISWA. BUDAYA ANTIKORUPSI MENURUT PERSPEKTIF
MAHASISWA, 160.

Yuswanto, Listoyo. “Profil koruptor berdasarkan tinjauan basic human values.”


Integritas Jurnal Antikorupsi 1.1 (2015): 1-11.

15

Anda mungkin juga menyukai