Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH STRATEGI PEMBERANTASAN KORUPSI

Di Susun Oleh:

AKADEMI KEPERAWATAN PANCA BHAKTI


BANDAR LAMPUNG
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dalam pengerjaan tugas Mata Kuliah PAK (pendidikan Anti Korupsi)
yang berjudul Strategi Pemberantasan Korupsi.

Dalam tugas ini kami akan membahas tentang pemberantasan korupsi yang
dimulai dari pembuatan konsep, penyusunan strategi dan pelaksanaan upaya

i
pemberantasan korupsi dari bumi indonesia. Semoga pembahasan dalam makalan
ini berguna bagai pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalan ini masih terdapat


kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan, guna perbaikan penulisan atau penyusunan makalah kami yang
selanjutnya.

Terimakasih.

Bandar Lampung, September 2017


Penyusun

DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.....................................................................1

ii
1.2. Batasan Masalah.................................................................................1
1.3. Tujuan Masalah..................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Korupsi.............................................................................2
2.2. Konsep Pemberantasan Korupsi.........................................................3
2.3. Strategi Pemberantasan Korupsi.........................................................3

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan.........................................................................................11
3.2. Saran...................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ramai di perbincangkan, baik di media
massa maupun maupun media cetak. Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan
oleh para pejabat tinggi negara yang sesungguhnya dipercaya oleh
masyarakat luas untuk memajukan kesejahteraan rakyat sekarang malah
merugikan negara. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi
kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti
melekukan tindak korupsi. Maka dari itu, di sini kami akan membahas
tentang korupsi di Indonesia dan upaya untuk memberantasnya.
Di berbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih
dibandingkan dengan tindak pidana lainnya. Fenomena ini dapat dimaklumi
mengingat dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindak pidana ini. Dampak
yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi
merupakan masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas
dan keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial ekonomi,
dan juga politik, serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas
karena lambat laun perbuatan ini seakan menjadi budaya. Korupsi merupakan
ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan makmur.

1.2 Batasan Masalah


Dari uraian latar belakang masalah korupsi kami membatasi permasalahan
mengenai :
1 Apa itu Korupsi
2 Bagaimana strategi dalam memberantasan korupsi
3 Bagaimana cara memberantas korupsi

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memenuhi salah satu tugas
mata kuliah……..

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi


Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere
yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok)
adalah tindakan pejabat publik, baikpolitisi maupun pegawai negeri, serta
pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan
tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan
kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak (Wikipedia)
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
 perbuatan melawan hukum,
 penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
 memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
 merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
 Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya,
adalah
 memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),
 penggelapan dalam jabatan,
 pemerasan dalam jabatan,
 ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara
negara), dan
 menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|
pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi
berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan
pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan,
sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik
ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan

2
oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama
sekali.

2.2 Konsep Pemberantasan Korupsi


Korupsi dapat terjadi jika ada peluang, keinginan, dan bobroknya system
pengawasan dalam waktu yang bersamaan. Korupsi dapat dimulai dari;
mana saja, misalnya suap ditawarkan pada seorang pejabat, atau
sebaiknya seorang pejabat, meminta atau bahkan dengan cara memaksa
memberikan uang pelicin. Orang yang menawarkan suap karena ia
menginginkan sesuatu yang bukan haknya dan ia menyuap pejabat
supaya pejabat itu mengabaikan peraturan. Keinginan korupsi dapat
timbul karena kemiskinan.
Karena korupsi menyangkut semua aspek bidang kehidupan masyarakat,
sehingga sangat sulit diberantas. konsep pemberantasan korupsi harus
disesuaikan dengan konteks, masyarakat ataupun organisasi yang dituju.
Berikut merupakan contoh yang berkaitan dengan konsep pemberantasan
korupsi berdasarkan konteks :
1. Masyarakat dengan konteks atau kondisi taat pada agama akan
memilih konsep pemberantasan korupsi yang berorientasi pada
hukun agama. Sehingga dalam penyusunan konseppun akan
mengacu pada hukum agama yang dianut.
2. Suatu organisasi yang memiliki konsep demokratis akan menyusun
sebuah konsep yang menitik beratkan pada nilai-nilai demokratis.

2.3 Strategi Pemberantasan Korupsi


Tidak ada cara lain, korupsi harus diberantas. Selain merusak sendi-sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara, korupsi juga merusak sistem
perekonomian. Imbasnya, apa lagi kalau bukan membuat negeri kita yang
kaya raya itu masih belum juga bisa mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan. Segala potensi yang dimiliki pun seakan tidak berarti.
Layanan publik masih buruk, tingkat kesehatan rendah, pendidikan yang
tidak terjamin, tingkat pendapat masyarakat yang masih memprihatikan,
dan banyak lagi indikator negara makmur yang belum bisa dicapai.

3
Dengan kata lain, harapan untuk mewujudkan indonesia sebagaimana
negeri impian pun, bak jauh panggaang dari api. Maka itu, korupsi
memang harus dimusnahkan antara lain dengan cara; Represif, perbaikan
sistem dan edukasi dan kampanye. Agar berjalan lebih efektif, ketiganya
harus dilakukan.
a. Represif
Melalui strategi represif, KPK menyeret koruptor kemeja hijau,
membacakan tuntutan, serta menghadirkan saksi-saksi dan alat bukti
yang menguatkan. Beberapa tahap yang dilakukan :
1 Penanganan laporan pengaduan masyakarakat
Bagi KPK, pengaduan masyarakat merupakan salah satu sumber
informasi yang sangat penting. Hampir sebagian besar kasus
korupsi terungkap, berkat adanya pengaduan masyarakat.
Sebelum memutuskan apakah suatu pengaduan bisa dilanjutkan
ke tahap penyelidikan, KPK melakukan proses verifikasi dan
penelaahan.
2 Penyelidikan
Kegiatan yang dilakukan KPK dalam rangka menemukan alat
bukti yang cukup. Bukti permulaan yang cukup dianggap telah
ada apabila telah ditemukan sekurang- kurangnya 2 alat bukti*.
Jika tidak diketemukan bukti permulaan yang cukup, penyelidik
menghentikan penyelidikan. Dalam hal perkara tersebut
diteruskan, KPK melaksanakan penyidikan sendiri atau dapat
melimpahkan perkara tersebut kepada penyidik kepolisian atau
kejaksaan. Jika penyidikan dilimpahkan kepada kepolisian atau
kejaksaan, kepolisian atau kejaksaan wajib melaksanakan
koordinasi dan melaporkan perkembangan penyidikan kepada
KPK.
3 Penyelidikan
Tahap ini, salah satunya ditandai dengan ditetapkannya seseorang
menjadi tersangka. Atas dasar dugaan yang kuat adanya bukti
permulaan yang cukup, penyidik dapat melakukan penyitaan

4
tanda izin Ketua Pengadilan Negeri. Ketentuan juga
membebaskan penyidik KPK untuk terlebih dahulu memperoleh
izin untuk memanggil tersangka atau menahan tersangka yang
berstatus pejabat negara yang oleh undang- undang, tindakan
kepolisian terhadapnya harus memerlukan izin terlebih dahulu.
Untuk kepentingan penyidikan, seorang tersangka wajib
memberikan keterangan kepada penyidik tentang seluruh harta
bendanya dan harta benda istri atau suami, anak, dan harta benda
setiap orang atau korporasi yang diketahui atau diduga
mempunyai hubungan dengan korupsi yang dilakukan oleh
tersangka. KPK tidak berwenang mengeluarkan surat perintah
penghentian penyidikan dan penuntutan dalam perkara tindak
pidana korupsi. Artinya sekali KPK menetapkan seseorang
menjadi tersangka, maka proses harus berjalan terus hingga ke
penuntutan.
4 Penuntutan
Kegiatan penuntutan dilakukan dilakukan penuntut umum
setelah menerima berkas perkara dari penyidik. Paling lama 14
hari kerja terhitung sejak diterimanya berkas tersebut, wajib
melimpahkan berkas perkara tersebut ke Pengadilan Negeri.
Dalam hal ini, Penuntut Umum KPK dapat melakukan penahanan
terhadap tersangka selama 20 hari dan dapat diperpanjang lagi
dengan izin pengadilan untuk paling lama 30 hari. Pelimpahan ke
Pengadilan Tipikor disertai berkas perkara dan surat dakwaan.
Dengan dilimpahkannya ke pengadilan, kewenangan penahanan
secara yuridis beralih ke hakim yang menangani.
5 Pelaksanaan penuntutan pengadilan (eksekusi)
Eksekusi yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
dilakukan oleh jaksa. Untuk itu, panitera mengirimkan salinan
putusan kepada jaksa.

5
b. Perbaikan sistem
Tak dimungkiri, banyak sistem di Indonesia yang justru membuka
celah terjadinya tindak pidana korupsi. Misalnya, prosedur
pelayanan publik menjadi rumit, sehingga memicu terjadinya
penyuapan, dan sebagainya. Lainnya tentu masih banyak. Tidak saja
yang berkaitan dengan pelayanan publik, tetapi juga perizinan,
pengadaan barang dan jasa, dan sebagainya. Tentu saja harus
dilakukan perbaikan. Karena sistem yang baik, bisa meminimalisasi
terjadinya tindak pidana korupsi. Misalnya melalui pelayanan
publik yang serba online, sistem pengawasan terintegrasi, dan
sebagainya.
KPK pun sudah banyak melakukan upaya perbaikan sistem. Dari
berbagai kajian yang dilakukan, KPK memberikan rekomendasi
kepada kementerian/lembaga terkait untuk melakukan langkah-
langkah perbaikan. Selain itu, juga dengan penataan layanan publik
melalui koordinasi dan supervisi pencegahan (korsupgah), serta
mendorong transparansi penyelenggara negara (PN). Sementara,
guna mendorong transparansi penyelenggara negara (PN), KPK
menerima pelaporan LHKPN dan gratifikasi. Untuk LHKPN, setiap
penyelenggara negara wajib melaporkan harta kekayaan kepada
KPK. Sedangkan untuk gratifikasi, penerima wajib melaporkan
kepada KPK dalam jangka waktu 30 hari sejak diterimanya
gratifikasi atau pegawai negeri bersangkutan dianggap menerima
suap.
c. Edukasi dan Kampanye
Salah satu hal penting dalam pemberantasan korupsi, adalah
kesamaan pemahaman mengenai tindak pidana korupsi itu sendiri.
Dengan adanya persepsi yang sama, pemberantasan korupsi bisa
dilakukan secara tepat dan terarah. Sayangnya, tidak semua
masyarakat memiliki pemahaman seperti itu. Contoh paling mudah,
adalah pandangan mengenai pemberian “uang terima kasih” kepada
aparat pelayan publik, yang dianggap sebagai hal yang wajar.

6
Contoh lain, tidak semua orang memiliki kepedulian yang sama
terhadap korupsi. Hanya karena merasa “tidak kenal” si pelaku,
atau karena merasa “hanya masyarakat biasa,” banyak yang
menganggap dirinya tidak memiliki kewajiban moral untuk turut
berperan serta.
Itulah sebabnya, edukasi dan kampanye penting dilakukan. Sebagai
bagian dari pencegahan, edukasi dan kampanye memiliki peran
strategis dalam pemberantasan korupsi. Melalui edukasi dan
kampanye, KPK membangkit kesadaran masyarakat mengenai
dampak korupsi, mengajak masyarakat untuk terlibat dalam gerakan
pemberantasan korupsi, serta membangun perilaku dan budaya
antikorupsi. Tidak hanya bagi mahasiswa dan masyarakat umum,
namun juga anak usia dini, taman kanak-kanak, dan sekolah dasar.
Dengan sasaran usia yang luas tersebut, KPK berharap, pada
saatnya nanti di negeri ini akan dikelola oleh generasi antikorupsi,
pencegahan korupsi harus dilakukansejak dini agar terbentuk
generasi pelurusan berintegritas tak heran jika KPK sangat serius
melakukan penanaman nilai-nilai antikorupsi sejak dini kepada
pelajaran dari jenjang PAUD/TK hingga SMA. Selain menerbitkan
buku dalam permainan, KPK juga melakukan beragam aktifitas yang
ditujukan kepada pelajar. Selain anak dan pelajaran, KPK juga tak
lupa melakukan pendidikan antikorupsi yang ditujukan untuk
mahasiswa, pns, dan perempuan. Alasannya karena mereka berperan
penting dalam pemberantasan korupsi. Mahasiswa adalah agen
perubahan, perempuan adalah tiang negra, dan pns adalah pelayanan
masyarakat. KPK sepenuhnya menyadari bahwa dukungan dan
partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi merupakan
salah saru faktor penting keberhasilan. Dalam setiap kesempatan
menyelenggarakan event kampanye antikorupsi, KPK selalu
mengajak partisipasi masyarakat. Dan masyarakat pun menunjukan
dukungannya kepada pemberantasan korupsi dengan berbagai aksi
kreatif (KPK 2014).

7
Di dalam Perpres Nomor 55 Tahun 2012 menyatakan bahwa strategi
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) memiliki visi jangka
panjang dan menengah. Visi periode jangka panjang (2012-2025) adalah:
“terwujudnya kehidupan bangsa yang bersih dari korupsi dengan
didukung nilai budaya yang berintegritas”. Adapun untuk jangka
menengah (2012-2014) bervisi “terwujudnya tata kepemerintahan yang
bersih dari korupsi dengan didukung kapasitas pencegahan dan
penindakan serta nilai budaya yang berintegritas”. Visi jangka panjang
dan menengah itu akan diwujudkan di segenap ranah, baik di
pemerintahan dalam arti luas, masyarakat sipil, hingga dunia usaha.
Untuk mencapai visi tersebut, maka dirancang 4 strategi yaitu:
1 Pencegahan
Korupsi masih terjadi secara masif dan sistematis. Praktiknya bisa
berlangsung dimanapun, di lembaga negara, lembaga privat,
hingga di kehidupan sehari-hari. Melihat kondisi seperti itu, maka
pencegahan menjadi layak didudukkan sebagai strategi
perdananya. Melalui strategi pencegahan, diharapkan muncul
langkah berkesinambungan yang berkontribusi bagi perbaikan ke
depan. Strategi ini merupakan jawaban atas pendekatan yang
lebih terfokus pada pendekatan represif. Paradigma dengan
pendekatan represif yang berkembang karena diyakini dapat
memberikan efek jera terhadap pelaku tindak pidana korupsi
(tipikor). Sayangnya, pendekatan represif ini masih belum mampu
mengurangi perilaku dan praktik koruptif secara sistematis-
massif. Keberhasilan strategi pencegahan diukur berdasarkan
peningkatan nilai Indeks Pencegahan Korupsi, yang hitungannya
diperoleh dari dua sub indikator yaitu Control of Corruption
Index dan peringkat kemudahan berusaha (ease of doing
business) yang dikeluarkan oleh World Bank. Semakin tinggi
angka indeks yang diperoleh, maka diyakini strategi pencegahan
korupsi berjalan semakin baik.

8
2 Penegakan Hukum
Masih banyak kasus korupsi yang belum tuntas, padahal animo
dan ekspektasi masyarakat sudah tersedot sedemikian rupa hingga
menanti-nanti adanya penyelesaian secara adil dan transparan.
Penegakan hukum yang inkonsisten terhadap hukum positif dan
prosesnya tidak transparan, pada akhirnya, berpengaruh pada
tingkat kepercayaan (trust) masyarakat terhadap hukum dan
aparaturnya. Dalam tingkat kepercayaan yang lemah, masyarakat
tergiring ke arah opini bahwa hukum tidak lagi dipercayai sebagai
wadah penyelesaian konflik. Masyarakat cenderung
menyelesaikan konflik dan permasalahan mereka melalui caranya
sendiri yang, celakanya, acap berseberangan dengan hukum.
Belum lagi jika ada pihak-pihak lain yang memanfaatkan
inkonsistensi penegakan hukum demi kepentingannya sendiri,
keadaaan bisa makin runyam. Absennya kepercayaan di tengah-
tengah masyarakat, tak ayal, menumbuhkan rasa tidak puas dan
tidak adil terhadap lembaga hukum beserta aparaturnya. Pada
suatu tempo, manakala ada upaya-upaya perbaikan dalam rangka
penegakan hukum di Indonesia, maka hal seperti ini akan menjadi
hambatan tersendiri. Untuk itu, penyelesaian kasus-kasus korupsi
yang menarik perhatian masyarakat mutlak perlu dipercepat.
Tingkat keberhasilan strategi penegakan hukum ini diukur
berdasarkan Indeks Penegakan Hukum Tipikor yang diperoleh
dari persentase penyelesaian setiap tahapan dalam proses
penegakan hukum terkait kasus Tipikor, mulai dari tahap
penyelesaian pengaduan Tipikor hingga penyelesaian eksekusi
putusan Tipikor. Semakin tinggi angka Indeks Penegakan Hukum
Tipikor, maka diyakini strategi Penegakan Hukum berjalan
semakin baik.
3 Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan
Meratifikasi UNCAC, adalah bukti konsistensi dari komitmen
Pemerintah Indonesia untuk mempercepat pemberantasan

9
korupsi. Sebagai konsekuensinya, klausul-klausul di dalam
UNCAC harus dapat diterapkan dan mengikat sebagai ketentuan
hukum di Indonesia. Beberapa klausul ada yang merupakan hal
baru, sehingga perlu diatur/diakomodasi lebih-lanjut dalam
regulasi terkait pemberantasan korupsi selain juga merevisi
ketentuan di dalam regulasi yang masih tumpang-tindih menjadi
prioritas dalam strategi ini. Tingkat keberhasilan strategi ini
diukur berdasarkan persentase kesesuaian regulasi anti korupsi
Indonesia dengan klausul UNCAC. Semakin mendekati seratus
persen, maka peraturan perundang-undangan terkait pencegahan
dan pemberantasan korupsi di Indonesia semakin lengkap dan
sesuai dengan common practice yang terdapat pada negara-negara
lain.
4 Kerjasama Internasional dan Penyelamatan Aset Hasil Tipikor
Berkenaan dengan upaya pengembalian aset hasil tipikor, baik di
dalam maupun luar negeri, perlu diwujudkan suatu mekanisme
pencegahan dan pengembalian aset secara langsung sebagaimana
ketentuan UNCAC. Peraturan perundang-undangan Indonesia
belum mengatur pelaksanaan dari putusan penyitaan
(perampasan) dari negara lain, lebih-lebih terhadap perampasan
aset yang dilakukan tanpa adanya putusan pengadilan dari suatu
kasus korupsi (confiscation without a criminal conviction).
Penyelamatan aset perlu didukung oleh pengelolaan aset negara
yang dilembagakan secara profesional agar kekayaan negara dari
aset hasil tipikor dapat dikembalikan kepada negara secara
optimal. Keberhasilan strategi ini diukur dari persentase
pengembalian aset hasil tipikor ke kas negara berdasarkan
putusan pengadilan dan persentase tingkat keberhasilan (success
rate) kerjasama internasional terkait pelaksanaan permintaan dan
penerimaan permintaan Mutual Legal Assistance (MLA) dan
Ekstradisi. Semakin tinggi pengembalian aset ke kas negara dan
keberhasilan kerjasama internasional, khususnya dibidang tipikor.

10
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Korupsi ialah perilaku yang buruk yang tidak legal dan tidak wajar
untuk mengambil keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu
mengandung unsur “penyelewengan” atau dishonest
(ketidakjujuran). Korupsi dinilai dari sudut manapun ia tetap suatu
pelanggaran. Korupsi mengakibatkan kurangnya pendapatan Negara
dan kurangnya kepercayaan. Fenomena umum yang biasanya terjadi
di Indonesia yaitu selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin
berpolitik, namun sebenarnya banyak di antara mereka yang tidak
mampu. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan
pribadinya dengan dalih “kepentingan rakyat”.
Oleh karenanya, disetiap negara harus memiliki strategi dan
berupaya menindak dan mencegah tindakan korupsi dengan
kebijakan pemerintah masing-masing. Seperti di Indonesia yang
memberikan hukum pidana kepada pelaku korupsi dan ditangani
oleh lembaga-lembaga seperti BPK, KPK, dll. Yang paling penting
agar tidak terjadi korupsi adalah disetiap diri harus memiliki nilai-
nilai kejujuran dan rasa takut akan hal-hal yang haram.

3.2 Saran
Tindak pidana korupsi sangat merugikan bangsa dan negara,
terutama bagi negara yang masih berkembang. Karena hal tersebut
dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan negara. Sebagai
insan bermoral dan berpendidikan, marilah jauhi segala tindakan
yang menjurus pada tindak pidana korupsi demi kemajuan bangsa
dan negara.

11
DAFTAR PUSTAKA

Tim penulis buku pendidikan anti korupsi. (2011) Pendidikan Anti Korupsi Untuk
Perguruan Tinggi. JAKARTA: kementrian pendidikan dan kebudayaan RI
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Bagian Hukum Kepegawaian

Peraturan Presiden Republik Indoneisa Nomor 55 Tahun 2012 Tentang "Strategi


Nasional Pencegahan & Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang (2012-
2025) Dan Jangka Menengah (2012-2014)"

KPK. (2014). Panduan Modul Pencegahan korupsi berbasis keluarga. jakarta:


Direktorat Pendidikan dan Pelayanan masyarakat kedeputian Bidang
Pencegahan Komisi pemberantasan Korupsi.

12

Anda mungkin juga menyukai