UPAYA PEMBERANTASAN
KORUPSI
Berbagai upaya/ strategi memberantas korupsi dikembangkan oleh
United Nations dinamakan the Global Program Against Corupption
dibuat dalam bentuk United Nations Anti- Corupption Toolkit
(UNODC: 2004) sebagai berikut.
1. PEMBENTUKAN LEMBAGA ANTI KORUPSI
a. Salah satu cara memberantas korupsi adalah dengan membentuk
lembaga yang independen khusus menangani korupsi. Contoh di beberapa
negara didirikan lembaga Ombudsman. Ombudsman pertama kali didirikan
oleh parlemen Swedia dengan nama Jutitieombudsmannen (1809). Peran
lembaga Ombudsman adalah menyediakan sarana bagi masyarakat yang
hendak mengkomplain apa yang dilakukan oleh lembaga pemerintah dan
pegawainya, dan memberikan edukasi pada pemerintah dan masyarakat
serta mengembangkan standar perilaku serta code of conduct bagi
lembaga pemerintah maupun lembaga yang membutuhkan. Salah satu
peran Ombudsman adalah mengembangkan kepedulian serta pengetahuan
masyarakat mengenai hak mereka untuk mendapatkan perlakuan baik,
jujur, dan efisien dari pegaawi pemerintah (UNODC: 2004).
Di Hongkong dibentuk lemabaga anti korupsi bernama Independent
Commission Against Corrupption (ICAC); di Malaysia bernama the Anti-
Corruption Agency (ACA); di Indonesia Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK).
b. Memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari tingkat
kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan Lembaga
Pemasyarakatan. Pengadilan adalah jantung penegakan
hukum harus bersikap imparsial (tidak memihak), jujur,
dan adil. Banyak kasus tidak terjerat hukum karena kinerja
lembaga peradilan sangat buruk. Bila kinerja buruk karena
tidak mampu (unable) masih dapat dimaklumi. Berarti
pengetahuan serta ketrampilan aparat penegak hukum
harus ditingkatkan. Masalahnya bila mereka tidak mau
(unwilling) atau tidak memiliki keinginan kuat (strong
political will) untuk memberantas korupsi atau justru
terlibat dalam berbagai perkara korupsi tentu akan menjadi
petaka bagi bangsa. Di mana lagi kita akan mencari
keadilan?
c. Meningkatkan kinerja di tingkat departemen, lembaga-lembaga audit
seperti Inspektorat Jenderal. Selama ini terkesan lembaga ini sama sekali
tdak mempunyai “gigi” ketika berhadapan dengan korupsi yang
melibatkan pejabat tinggi.
masyarakat semakin paham masyarakat akan bahaya korupsi. Selain berfungsi sebagai
alat kampanye mengenai bahaya korupsi media mempunyai fungsi efektif untuk
redaksi Time menyatakan bahwa ‘Pemerintahan yang terpilih secara demokratis dan
patuh sekalipun dapat dengan mudah menjadi pemerintah yang korup apabila
kekuasaannya tidak diawasi oleh pers yang bebas’. Pejabat publik mungkin lebih
mereka yakin tidak akan ada resiko bahwa perbuatan mereka akan terbongkar dan
diungkap pers ( Pope:2003). Media memiliki titik lemah bila milik pemerintah karena
independensinya tidak dapat terlalu diandalkan seperti: TV RI, RRI. Titik lemah media
intimidasi terhadap jurnalis atau wartawan menjadi hal yang biasa (Pope:2003).
f. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGO baik
tingkat lokal maupun internasional memiliki peran sangat
penting untuk mencegah dan memberantas korupsi.
Mereka adalah bagian masyarakat sipil (civil society) yang
keberadaannya tidak dapat diremehkan. Sejak era
reformasi banyak LSM bergerak di bidang Anti-Korupsi
bermunculan. Seperti pers yang bebas LSM berfungsi untuk
melakukan pengawasan atas perilaku pejabat publik.
Contoh ICW (Indonesia Corruption Wach) LSM ini menjadi
garda terdepan yang mengawasi segala perbuatan
pemerintah dan perilaku anggota parlemen dan lembaga
peradilan. Seperti pekerjaan jurnalisme yang berbahaya,
penculikan, penganiayaan dan intimidasi terhadap
aktivitasnya sangat tinggi.
g.Dengan menggunakan atau
mengoperasikan perangkat electronic
surveillance. Electronic Surveillance
merupakan sebuah perangkat atau alat
untuk mengetahui dan mengumpulkan
data dengan menggunakan perangkat
elektronik yang dipasang pada tempat-
tempat tertentu, misalnya audio-
microphones, CCTV ( Closed Circuit
Television), dan e-mail.
4. PENGEMBANGAN DAN PEMBUATAN BERBAGAI INSTRUMEN HUKUM
YANG MENDUKUNG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI
Untuk mendukung pencegahan dan pemberantasan korupsi
tidak cukup hanya mengandalkan satu instrumen hukum yakni
Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berbagai
peraturan perundang-undangan yang harus ada perlu dikembangkan.
Contoh Undang-undang Tindak Pidana Money Laundering atau
Pencucian Uang.
Untuk melindungi saksi dan korban tindak pidana korupsi perlu
instrumen hukum yang berupa UU perlindungan saksi dan korban.
Untuk memberdayakan pers, perlu UU yang mengatur tentang pers
yang bebas. Agar masyarakat tidak takut melaporkan perilaku tindak
korupsi pasal-pasal yang mengkriminalisasi perbuatan seseorang yang
akan melaporkan tindak pidana korupsi dan menghalangi
penyelidikan, penyidikan, dan pemeriksaan tindak pidana korupsi
seperti
pasal mengenai fitnah atau pencemaran nama baik perlu
dikaji ulang bila perlu diamandemen. Perlu instrumen kode
etik atau code of conduct yang ditujukan untuk semua
pejabat publik baik pejabat, eksekutif, legeslatif maupun
aparat lembaga peradilan ( kepolisian, kejaksaan dan
pengadilan).