Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PBAK

ANALISA KASUS KORUPSI HAMBALANG


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PBAK ( Pendidikan Budaya Anti Korupsi)
Dosen Pengampu Djoko Priyatno, S

Disusun oleh :

Fida Asmauliyana (P1337434116062)


Dhita Zumrotul M. (P1337434116063)
Discha Prameswara (P1337434116069)
Widya Rizqy P. (P1337434116071)
Iqbal Rizantha (P1337434116084)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga makalah mengenai “Analisa Kasus Korupsi Hambalang” ini dapat
terselesaikan dengan baik meskipun masih sederhana.

Ucapan terimakasih kami berikan kepada rekan-rekan Tingkat II Reguler B yang telah
membantu dan berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.

Harapan dibuatnya makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan tentang Analisa
Kasus Korupsi Hambalang. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, karena keterbatasan dan kekurangan ilmu pengetahuan penulis. Maka dengan senang
hati kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah
ini. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2

C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

D. Manfaat ................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4

A. Birokrasi dan Korupsi ........................................................................................... 4

B. Kasus Hambalang .................................................................................................. 5

C. Analisis Kasus ......................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 19

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya, korupsi adalah budaya yang merusak struktur

pemerintahan, dan menjadi penghambat utama terhadap jalannya pemerintahan

dan pembangunan pada umumnya. Dalam prakteknya, korupsi sangat sukar

bahkan hampir tidak mungkin dapat diberantas, oleh karena sangat sulit

memberikan pembuktian-pembuktian yang eksak. Disamping itu sangat sulit

mendeteksinya dengan dasar-dasar hukum yang pasti. Namun akses perbuatan

korupsi merupakan bahaya latent yang harus diwaspadai baik oleh pemerintah

maupun oleh masyarakat itu sendiri. Korupsi adalah produk dari sikap hidup satu

kelompok masyarakat yang memakai uang sebagai standard kebenaran dan

sebagai kekuasaaan mutlak.

Mengingat banyaknya kasus korupsi besar di Indonesia, pada awal tahun

2012 masalah korupsi Hambalang merupakan kasus korupsi yang hangat

dibicarakan oleh publik, terutama dalam media massa baik lokal maupun

nasional. Banyak masyarakat mengemukakan pendapatnya tentang masalah

korupsi ini. Pada dasarnya, ada yang pro adapula yang kontra. Akan tetapi walau

bagaimanapun korupsi ini merugikan negara dan dapat meusak sendi-sendi

kebersamaan bangsa.

Korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi

keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan

menggunakan wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan

hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.

1
Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat

dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang

yang bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang

menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang

menawarkan hadiah dalam bentuk balas jasa juga termasuk dalam korupsi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Korupsi?

2. Bagaimanakah kronologi kasus korupsi Hambalang ?

3. Apakah jenis korupsi pada kasus Hambalang ?

4. Apa sajahkah nilai-nilai dan prinsip yang dilanggar dari kasus korupsi Hambalang ?

5. Bagaimana kan dampak dari kasus korupsi Hambalang tersebut ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Korupsi

2. Mengetahui kronologi kasus korupsi Hambalang

3. Menganalisa kasus korupsi Hambalang mengenai jenis korupsi, nilai-nilai anti

korupsi dan prinsip, serta dampak yang ditimbulkan dari kasus korupsi

D. Manfaat
1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan tentang contoh kasus korupsi ( menganalisa mengenai

jenis-jenis korupsi, nilai-nilai dan prinsip serta dampak korupsi)

2. Bagi Akademik

2
Menambah referensi dokumen di perpustakaan Kampus 3 Poltekkes Kemenkes

Semarang.

3. Bagi Teknologi Laboratorium Medik dan Tenaga Medis

Dengan makalah ini diharapkan sebagai pengetahuan mengenai kasus korupsi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Birokrasi dan Korupsi

Birokrasi adalah alat kekuasaan bagi yang menguasainya, dimana para pejabatnya

secara bersama-sama berkepentingan dalam kontinuitasnya. Ditinjau dari sudut

etimologi, maka perkataan birokrasi berasal dari kata bureau dan kratia (Yunani), bureau

artinya meja atau kantor dan kratia artinya pemerintahan. Jadi birokrasi berarti pelayanan

yang diberikan oleh pemerintah dari meja ke meja. Max Weber memandang Birokrasi

sebagai suatu istilah kolektif bagi suatu badan yang terdiri atas pejabat-pejabat atau

sekelompok yang pasti dan jelas pekerjaannya serta pengaruhnya dapat dilihat pada

semua macam organisasi.

Secara teoritis, birokrasi adalah alat kekuasaan untuk menjalankan keputusan-

keputusan politik, namun dalam prakteknya birokrasi telah menjadi kekuatan politik yang

potensial yang dapat merobohkan kekuasaan. Birokrasi juga merupakan alat politik untuk

mengatur dan mewujudkan agenda-agenda politik, sifat kekuasaan aparat birokrasi

sebenarnya bukan tanpa kendali tetapi tetap dibatasi oleh perangkat kendali dari luar dan

dari dalam. Birokrasi juga dapat dibedakan dengan dua tipe, yaitu tipe birokrasi klasik

dan birokrasi perilaku.

Korupsi merupakan satu diantara banyak masalah dalam birokrasi. Banyak para

ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari struktrur bahasa dan cara

penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya mempunyai makna yang sama.

Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang

menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan

4
kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus

dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan

negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya

denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.

Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang

dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan

pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Wertheim (dalam Lubis, 1970)

menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia

menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil

keputusan yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah. Kadang-kadang orang

yang menawarkan hadiah dalam bentuk balas jasa juga termasuk dalam korupsi.

B. Kasus Hambalang

Mulanya proyek ini adalah inisiasi Direktorat Jenderal Olahraga Departemen

Pendidikan Nasional pada 2003-2004, yang saat itu butuh pusat pendidikan dan pelatihan

olahraga dalam rangka persiapan pembinaan atlet nasional bertaraf internasional.

Berdasar kajian verifikasi tahun 2004, muncul lima lokasi yakni Karawang, Cariu, Bogor,

Cibinong, Cikarang, dan Bukit Hambalang

Tahun 2007 diusulkan perubahan nama dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Olahraga Pelajar Nasional, dengan pemrakarsa Departemen Pendidikan Nasional menjadi

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional dengan pemrakarsa

Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga.

5
Ide pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional

tercetus sejak jaman Menteri Pemuda dan Olahraga dijabat oleh Adiyaksa Dault.

Dipilihlah wilayah untuk membangun, yaitu tanah di daerah Hambalang, Bogor, Jawa

Barat. Namun pembangunan urung terealisasi karena persoalan sertifikasi tanah. Saat

Menpora dijabat Andi Alfian Mallarangeng, proyek Hambalang terealisasi. Tender pun

dilakukan. Pemenangnya adalah PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya. Anas

Urbaningrum diduga mengatur pemenangan itu bersama Muhammad Nazaruddin,

Angelina Sondakh, dan teman dekat Anas, Mahfud Suroso. Masalah sertifikasi juga

berhasil diselesaikan.

Pemenangan dua perusahaan BUMN itu ternyata tidak gratis. PT Dutasari

Citralaras menjadi subkontraktor proyek Hambalang dan mendapat jatah senilai Rp 63

miliar. Perusahaan yang dipimpin Mahfud itu dikomisarisi oleh Athiyyah Laila, istri

Anas. Selain itu, PT Adhi Karya juga menggelontorkan dana terima kasih senilai Rp 100

miliar. Setengah dana itu dipakai untuk pemenangan Anas sebagai Ketua Partai

Demokrat dan sisanya dibagi-bagikan oleh Mahfud kepada anggota DPR RI, termasuk

kepada Menpora Andi Mallarangeng. Selain itu, Anas juga mendapatkan gratifikasi

berupa mobil Toyota Harrier dari Nazar.

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) menjatuhkan vonis hukuman 4 tahun

penjara, dan denda Rp 200 juta serta subsidar 2 bulan kurungan kepada mantan Menteri

Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng dalam kasus tindak pidana korupsi

proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di

Hambalang, Bogor. Atas perbuatan tersebut Andi telah menguntungkan pihak lain,Proyek

P3SON telah merugikan keuangan negara Rp 464,391 miliar.Andi melanggar Pasal 3 jo

6
Pasal 18 UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

sebagaimana diubah dengan UU No 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 jo Pasal 65

ayat (1) KUHPidana.

C. Analisa Kasus

a. Jenis korupsi

Dalam kasus korupsi yang melibatkan mantan menpora ini maka jenis korupsi ini

tergolong kepada jenis :

1. Mercenery corruption, yakni jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud untuk

memperoleh keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan wewenang dan

kekuasaan (Benveniste).

2. Korupsi transaktif (transactive corruption) yaitu menunjukkan kepada adanya

kesepakatan timbal balik antara pihak pembeli dan pihak penerima, demi

keuntungan kedua belah pihak dan dengan aktif diusahakan tercapainya

keuntungan ini oleh kedua – duanya. Hal ini terbukti dengan terjadinya

hubungan timbal balik menguntungkan pihak lain dan dia sendiri dengan

merugikan keuangan negara sebesar Rp 464,391 miliar.

3. Korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat mendapat

keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam (insiders

information) tentang berbagai kebijakan publik yang seharusnya dirahasiakan.

Hal ini terbukti dalam hal ini Andi sebagai pejabat memegang kekuasaan

otoritas pengelolaan keuangan negara serta sebagai pengguna anggaran

sehingga sebagai pejabat yang terkait dalam hal ini Andi memiliki pengetahuan

7
tentang bagaimana anggaran yang digunakan sehingga menguntungkan pihak

lain dan dirinya sendiri dengan merugikan keuangan negara sebesar Rp 464,391

miliar,

b. Faktor Penyebab

Dalam kasus korupsi yang melibatkan mantan menpora ini maka faktor

penyebab yang terkait dengan kasus ini adalah sebagai berikut :

GONE Theory yang dikemukakan oleh Jack Boulogne dibagi menjadi 4 yaitu:

1. Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara

potensial ada di dalam diri setiap orang.

2. Opportunities (kesempatan): berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi

atau masyarakat yang sedemikian rupa sehingga terbuka kesempatan bagi

seseorang untuk melakukan kecurangan.

3. Needs (kebutuhan): berkaitan dengan faktor – faktor yang dibutuhkan oleh

individu – individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.

4. Exposures (pengungkapan): berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang

dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku ditemukan melakukan

kecurangan.

c. Dampak kasus Korupsi Hambalang

1. Dampak korupsi terhadap perekonomian

- Korupsi mengurangi pendapatan dari sektor publik dan meningkatkan

pembelanjaan pemerintah untuk sektor publik. Korupsi juga memberikan

kontribusi pada nilai defisit fiskal yang besar,

8
- Meningkatkan income inequality, dikarenakan korupsi membedakan

kesempatan individu dalamposisi tertentu untuk mendapatkan keuntungan dari

aktivitas pemerintah pada biaya yang sesungguhnya ditanggung oleh

masyarakat.

- Ada indikasi yang kuat, bahwa meningkatnya perubahan pada distribusi

pendapatan terutama di negara-negara yang sebelumnya memakai sistem

ekonomi terpusat di sebabkan oleh korupsi, terutama pada proses privatisasi

perusahaan

- Korupsi mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan perbaikan

dalam bentuk peraturan dan kontrol akibat kegagalan pasar (market failure).

- Korupsi mendistorsi insentif seseorang, dan seharusnya melakukan kegiatan

yang produktif menjadi keinginan untuk merealisasikan peluang korupsi dan

pada akhimya menyumbangkan negatif value added.

- Korupsi menjadi bagian dari welfare cost memperbesar biaya produksi, dan

selanjutnya memperbesar biaya yang harus di bayar oleh konsumen dan

masyarakat

- Korupsi mengurangi legitimasi dari peran pasar pada perekonomian, dan juga

proses demokrasi.

2. Pada bidang Poltik dan Demokrasi

- Mengganggu system kerja yang berlaku. Korupsi cenderung meragukan citra

dan kredibilitas suatu lembaga yang diduga terkait dengan tindak korupsi.

- Munculnya kepimimpinan yang korup

- Biaya politik tinggi

9
- Fungsi pemerintah mandul

- Hilangnya kepercayaan masyarakat kepada Lembaga Negara dan demokrasi

- Hancurnya kedaulatan rakyat

3. Pada bidang hokum

- Masyarakat cenderung melawan hokum

- Fungsi pemerintah tidak berjalan baik

4. Terhadap pertahanan dan keamanan

-lemahnya garis batas Negara

Menguatnya sisi kekerasan dalam masyarakat

d. Pencegahan dan penanggulangan

Ada beberapa upaya penggulangan korupsi yang ditawarkan para ahli yang

masing-masing memandang dari berbagai segi dan pandangan. Caiden (dalam

Soerjono, 1980) memberikan langkah-langkah untuk menanggulangi korupsi

sebagai berikut :

1. Untuk mencegah adanya tindak korupsi salah satunya yaitu dengan

memberikan pembelajaran mengenai budaya antikorupsi (PBAK)

2. Pencegahan (preventif) yang perlu dilakukan adalah dengan menumbuhkan

dan membangun etos kerja pejabat maupun pegawai tentang pemisahan yang

jelas antara milik negara atau perusahaan dengan milik pribadi

3. Mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji)

4. Menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap

jabatan dan pekerjaan, teladan dan pelaku pimpinan atau atasan lebih efektif

dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan

10
5. Terbuka untuk kontrol, adanya kontrol sosial dan sanksi social

6. Menumbuhkan rasa “sense of belongingness” diantara para pejabat dan

pegawai

7. Membenarkan transaksi yang dahulunya dilarang dengan menentukan

sejumlah pembayaran tertentu.

8. Membuat struktur baru yang mendasarkan bagaimana keputusan dibuat.

9. Melakukan perubahan organisasi yang akan mempermudah masalah

pengawasan dan pencegahan kekuasaan yang terpusat, rotasi penugasan,

wewenang yang saling tindih organisasi yang sama, birokrasi yang salin

bersaing, dan penunjukan instansi pengawas adalah saran-saran yang secara

jelas diketemukan untuk mengurangi kesempatan korupsi.

10. Bagaimana dorongan untuk korupsi dapat dikurangi ? dengan jalan

meningkatkan ancaman. Korupsi adalah persoalan nilai.

e. Pelanggaran

Pelanggaran adalah perilaku yang menyimpang untuk melakukan tindakan

menurut kehendak sendiri tanpa memperhatikan peraturan yang telah dibuat.

Maka, pada kasus korupsi atau pelanggaran korupsi berkaitan dengan

penyimpangan nila – nilai dan prinsip anti korupsi. Pada kasus Hambalang ini

nilai dan prinsip anti korupsi yang dilanggar meliputi;

1. Nilai – nilai anti korupsi

a) Kejujuran

Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai

sebuah tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak

11
curang. Dalam berbagai buku juga disebutkan bahwa jujur memiliki

makna satunya kata dan perbuatan. Jujur ilah merupakan salah satu nilai

yang paling utama dalam anti korupsi, karena tanpa kejujuran seseorang

tidak akan mendapat kepercayaan dalam berbagai hal, termasuk dalam

kehidupan sosial.

b) Kepedulian

Arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan

menghiraukan. Rasa kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan

sekitar dan berbagai hal yang berkembang didalamnya. Secara umum

sebagai masyarakat dapat diwujudkan dengan peduli terhadap sesama

seperti dengan turut membantu jika terjadi bencana alam, serta turut

membantu meningkatkan lingkungan sekitar tempat tinggal maupun di

lingkungan tempat bekerja baik dari sisi lingkungan alam maupun sosial

terhadap individu dan kelompok lain.

c) Kemandirian

Mandiri berarti dapat berdiri diatas kaki sendiri, artinya tidak

banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal. Kemandirian

dianggap sebagai suatu hal yang penting harus dimiliki oleh seorang

pemimpin, karena tampa kemandirian seseorang tidak akan mampu

memimpin orang lain.

d) Kedisiplinan

Definisi dari kata disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada

peraturan. Sebaliknya untuk mengatur kehidupan manusia memerlukan

12
hidup yang disiplin. Manfaat dari disiplin ialah seseorang dapat mencpai

tujuan dengan waktu yang lebih efisien. Kedisiplinan memiliki dampak

yang sama dngan nilai-nilai antikorupsi lainnya yaitu dapat menumbuhkan

kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal. Kedisiplinan dapat

diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan

baik, kepatuhan kepada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku,

mengerjakan segala sesuatu dengan tepat waktu, dan fokus pada

pekerjaan.

e) Tanggung Jawab

Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala

sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan

diperkarakan). Seseorang yang memiliki tanggung jawab akan memiliki

kecenderungan menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Seseorang yang

dapat menunaikan tanggung jawabnya sekecil apa-pun itu dengan baik

akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Penerapan nilai tanggung

jawab antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk belajar dengan sungguh-

sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai baik, mengerjakan tugas

akademik dengan baik, menjaga amanah dan kepercayaan yang diberikan.

f) Kerja Keras

Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan

terkandung ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian

keberanian, ketabahan, keteguhan dan pantang mundur. Bekerja keras

merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai dengan

13
target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa

adanya pengetahuan.

g) Kesederhanaan

Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi

interaksi dengan masyarakat disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana

manusia dibiasakan untuk tidak hidup boros, tidak sesuai dengan

kemampuannya. Dengan gaya hidup yang sederhana, seseorang juga

dibina untuk memprioritaskan kebutuhan diatas keinginannya.

h) Keberanian

Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan

dan membela kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung

jawab, dan sebagainya. Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai

kesuksesan dan keberanian akan semakin matang jika diiringi dengan

keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika pengetahuannya juga

kuat.

i) Keadilan

Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat

sebelah dan tidak memihak. Keadilan dari sudut pandang bangsa

Indonesia disebut juga keadilan sosial, secara jelas dicantumkan dalam

pancasila sila ke-2 dan ke-5, serta UUD 1945. Keadilan adalah penilaian

dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi

haknya, yakni dengan bertindak proposional dan tidak melanggar hukum.

Keadilan berkaitan erat dengan hak, dalam konsepsi bangsa Indonesia hak

14
tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Dalam konteks pembangunan

bangsa Indonesia keadilan tidak bersifat sektoral tetapi meliputi ideologi.

Untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Adil dalam

kemakmuran dan makmur dalam keadilan.

2. prinsip-pronsip anti korupsi, yaitu :

a) Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan

kerja. Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai

aturan main baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi

(de jure), baik pada level budaya (individu dengan individu) maupun

pada level lembaga. Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami

sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan

perilaku administrasi dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat

memberikan jawaban (answerability) kepada sejumlah otoritas

eksternal (Dubnik : 2005). Selain itu akuntabilitas publik dalam arti

yang lebih fundamental merujuk kepada kemampuan seseorang terkait

dengan kinerja yang diharapkan. (Pierre : 2007). Seseorang yang

diberikan jawaban ini haruslah seseorang yang memiliki legitimasi

untuk melakukan pengawasan dan mengharapkan kinerja (Prasojo :

2005). Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam

mekanismenya, antara lain adalah akuntabilitas program, akuntablitas

proses, akuntailitas keuangan, akuntabilitas outcome, akuntabilitas

hukum, dan akuntabilitas politik (Puslitbang, 2001). Dalam

15
pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan

dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan

pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas

kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang

diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka

panjang dari sebuah kegiatan.

b) Transparansi

Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai

dari transparansi dan mengharuskan semua proseskebijakan dilakukan

secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui

oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi

seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dlam bentuk yang

paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan

kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena

kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal

yang sangat berharga bagi semua orang untuk melanjutkan hidupnya di

masa mendatang.

c) Kewajaran

Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah

terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik

dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran dalam bentuk lainnya.

Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini terdiri dari lima hal penting

komperehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran dan

16
informatif. Komperehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan

keseluruhan aspek, berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan,

pengeluaran dan tidak melampaui batas (off budget). Fleksibilitas

artinya adalah adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan

efektifitas. Terprediksi berarti adanya ketetapan dlam perencanaan atas

dasar asas value for money untuk menghindari defisit dalam tahun

anggaran berjalan. Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari

adanya prinsip fairness di dalam proses perencanaan pembangunan.

Kejujuran mengandung arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan

maupun pengeluaran yang disengaja yang berasal dari pertimbangan

teknis maupun politis. Kejujuran merupakan bagian pokok dari prinsip

fairness.

d) Kebijakan

Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak

terjadi penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat.

Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang

anti korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses

informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-

monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat

mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan

anggaran negara oleh para pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan

terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan,

17
kultur kebijakan. Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila

didalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait dengan persoalan

korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan

integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi

apabila didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan yaitu kepolisian,

kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga pemasyarakatan.

Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai,

pemahaman, sikap, persepsi dan kesadaran masyarakat terhadap hukum

atau undang-undang anti korupsi. Lebih jauh lagi kultur kebijakan ini

akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam pemberantasan

korupsi.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Korupsi merupakan satu diantara banyak masalah dalam birokrasi. Banyak para

ahli yang mencoba merumuskan korupsi. Korupsi terjadi disebabkan adanya

penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi

kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan

teman. Faktork kasus korupsi mantan menpora ini adalah greeds (keserakahan),

opportunities (kesempatan), needs (kebutuhan) dan exposures (pengungkapan). Dampak

kasus Korupsi Hambalang meliputi ; Dampak korupsi terhadap perekonomian, terhadap

bidang Poltik dan Demokrasi, terhadap bidang hokum dan terhadap pertahanan dan

keamanan. Nilai – nilai anti korupsi yang dilanggar adalah kejujuran, kepedulian,

kemandirian, kedisiplinan, tanggung Jawab, kerja Keras, kesederhanaan, keberanian, dan

keadilan. Prinsip-pronsip anti korupsi yang dilanggar yaitu akuntabilitas, transparansi,

kewajaran, dan kebijakan.

19

Anda mungkin juga menyukai